Anda di halaman 1dari 13

Kegawatdaruratan pada Penyakit Dalam

A. Asidosis dan Alkalosis Respiratorik

A.1 Asidosis Respiratorik Terapi Non- Farmakologi Biasanya ditujukan untuk


memperbaiki penyakit
dasarnya seperti :
 Obesitas : memberikan
diet dan latihan-latihan
fisik yang ketat.
 PPOK: stop merokok
dan latihan pernafasan
dada.
 Pasien narkoba :
merobah pola hidup
dan psikoterapi.
Terapi Farmakologi Terapi dengan Na-bikarbonat
tidak dipakai dalam mengatasi
asidosis respiratorik,
walaupun kadang-kadang
masíh dipakai pada keadaan
darurat dimana pH sangat
rendah (<7,0-7,1).
Terapi oksigen sangat
diperlukan karena kebanyakan
hiperkapnia disertai
hipoksemia. Disini terapi
lebih ditujukan untuk
memperbaiki ventilasi pasien
dan bila perlu menggunakan
ventilasi mekanik atau yang
non-invasif (NIPPV). NIPPV
belakangan terbukti efektif
mengatasi gangguan obstruktif
seperti PPOK. Pada beberapa
pasien PPOK lanjut sering
membutuhkan oksigen jangka
panjang yaitu pada mereka
yang Pao < 60 mmHg dan
sudah terjadi cor-pulmonale
atau polisitemia. Pada pasien
PPOK dengan asidosis
respiratorik, terapi oksigen
harus hati-hati karena terapi
dengan konsentrasi tinggi
malah memperberat
hipoventilasi.
Terapi lain adalah untuk
penyakit dasar seperti
bronkodilator, antidotum opiat
(nalokson). Stimulasi
pernafasan
(medroxyprogesterone),
diuretik yang meningkatkan
eksesi HCO (azetazolamide),
sehingga alkalosis metabolik
dan ini menimbulkan stimulasi
pada ventilasi. Teofilin juga
dapat dipakai untuk
meningkatkan kerja diafragma
dan memicu pusat vertlasi
A.2 Alkalosis Respiratorik Terapi Non-Farmakologi Pada sindrom hiperventilasi
dilakukan terapi psikologis
untuk mengatasi stresnya.
Selain itu pasien perlu diberi
edukasi tentang patofisiologi
penyakitnya dan cara bernafas
yang betul (fisioterapi per
nafasan).
Pada pasien dengan gangguan
paru dan jantung usahakan
berhenti merokok.
Terapi Farmakologi Terapi alkalosis respiratorik
yang ditujukan terhadap
penyakit dasar. Alkalosis
respiratorik jarang
mengancam jiwa sehingga
intervensi untuk memperkecil
pH tidak diperlukan. Pada
sindrom hiperventilasi
biasanya diberikan terapi
dengan inspirasi CO, melalui
pernafasan dengan kantong
pernafasan. Psikoterapi dan
pemberian sedatifum serta
antidepresan dapat
dipertimbangkan.
Bila PaCO, dikoreksi terlalu
cepat pada alkalosis
respiratorik kronik maka bisa
terjadi asidosis metabolik
karena penurunan yang cepat
pada HCO3 oleh kempensasi
ginjal.

B. Hiponatremia dan Hipernatremia

B.1 Hiponatremia

Penatalaksanaan

Terapi tergantung dari gejala dan durasi hiponatremi seperti pada akut (kejadian kurang
dari 48 jam) akan ditemukan gejala nerologis yang berat dan permanen sampai gejala sisa
akibat edema otak jika hiponatremi ini tidak dikoreksi secara memadai. Pasien dengan
hiponatremi jika kronik (kejadian lebih dari 48 jam) akan berisiko demielinisasi osmotik
pada otak dikoreksi terlalu cepat.
B.2 Hipernatremia

Hipernatremi terjadi pada kondisi klinis yang dapat diantisipasi dan seharusnya dapat
dicegah. Pasien-pasien yang dirawat di rumahsakit dan usia lanjut memiliki risiko tinggi
karena ganguan rasa haus dan tidakmampuan untuk mendapatkan udara yang cukup secara
mandiri. Pada keadaan tertentu seperti gangguan ginjal akut (AKIacute kidney in juriry),
keadaan katabolik, terapi cairan hipertonik, diabetes tidak terkontrol dan luka bakar
diperlukan Perhatian khusus terhadap kadar elektrolitnya dan pemberian udara yang
adekuat. tujuan pengobatan selalu berdasarkan keadaan hiperosmolalitas dan ditujukan
untuk memperbaiki kenisitasan plasma. Rejimen pengobatan ter- gantung status volume,
dan tatalaksana pengobatan sesuai algoritme

.
C. Hipokalemia dan Hiperkalemia

Hipokalemia

Indikasi koreksi kalium dibagi dalam:

Indikasi mutlak:
pemberian kalium mutlak segera diberikan yaitu pada keadaan pasien
sedang dalam pengobatan digitalis, pasien dengan ketoasidosis diabetik, pasien
dengan kelemahan otot per napasan dan pasien dengan hipokalemia berat (K < 2
meq/L).

Indikasi kuat:
Kalium harus diberikan dalam waktu tidak terlalu lama yaitu pada keadaan
insufisiensi koroner/iskemia otot jantung, ensefalopati hepatik dan pasien
menggunakan obat yang dapat menyebabkan perpindahan kalium dari ekstra ke
intrasel.

Indikasi sedang :
Pemberian kalium tidak perlu segera, seperti pada hipokalemia ringan (K
3 - 3,5 meq/L).

Pemberian kalium oral:

Pemberian 40-60 meq dapat meningkatkan kadar kalium sebesar 1-1,5 meq/L dan
mempersembahkan 135-160 meq dapat meningkatkan kadar kalium 2,5-3,5 meq/L.

Pemberian kalium intravena :

 Kecepatan pemberian KCI melalui vena perifer 10 mEq per jam, atau melalui
vena central 20 mEq per jam atau lebih pada keadaan tertentu.
 Konsentrasi cairan infus KCI bila melalui vena perifer, KCI maksimal 60 meq
dilarutkan dalam NaCl isotonik 1000 mL karena bila melebihi dapat
menimbulkan rasa nyeri dan menyebabkan sklerosis vena.
 Konsentrasi cairan infus kalium bila melalui vena sentral, KCI maksimal 40 mEg
dilarutkan dalam Nacl isotonik 100 mL.
 Pada keadaan aritmia yang berbahaya atau adanya kelumpuhan otot pernapasan,
KCI dapat diberikan dengan kecepatan 40-100 meq/jam. KCI dilarutkan
sebanyak 20 meq dalam 100 mL NaCI isotonik.

Koreksi penyebab hipokalemia merupakan bagian dari terapi hipokalemia.


Hiperkalemia
D. Hipoglikemia dan Hiperglikemia

Hipoglikemia
Hiperglikemia

KAD (Keto Asidosis Diabetic)

1. Konfirmasi diagnosis KAD (peningkatan glukosa plasma, serum keton positif,


asidosis metabolik).
2. Rujuk ke rumah sakit, perawatan intensif mungkin dibutuhkan untuk memantau pH
atau jika pH <7,0 atau jika tidak dalam keadaan sadar.
3. Nilai : Elektrolit serum (K, Na*, Mg", CI, bikarbonat, fosfat), status asam-basa (pH,
HCO3, Peo B-hidroksibutirat), fungsi ginjal (kreatinin, output urin)
4. Ganti cairan yang hilang : 2-3 liter NaCl 0,9% dalam 1-3 jam pertama (5-10 mL/kg
per jam); dilanjutkan dengan, NaCi 0,45% 150-300 ml/jam; ganti dengan glukosa 5%
dan NaCl 0,45% 100-200 mL/jam jika glukosa plasma mencapai 250mg/dL
5. Pemberian insulin regular: IV (0,1 unit/kg) atau IM (0,4 unit/kg), kemudian 0,1
unit/kg per jam dengan V drip; naikkan 2-10 kali lipat jika tidak ada respons dalam
2-4 jam Jika kadar serum kalium awal <33 mmol/L (3,3 mEq/L) jangan berikan
insulin hingga kalium terkoreksi hingga > 3, 3 mmol/L (3,3 mEg/L)
6. Nilai pasien : Apa yang mencetuskan KAD? (tidak ada kepatuhan, infeksi, trauma,
infark, kokain)
7. Ukur nilai glukosa kapiler setiap 1-2 jam; ukur elektrolit (terutama K, bikarbonat,
fosfat) dan anion gap setiap 4 jam selama 24 jam pertama.
8. Monitor tekanan darah, nadi, nafas, status mental, intake-outtake cairan setiap 1-4
jam.
9. Suplementasi K: 10 mEq/jam jika K plasma <5,5 mEq/L, EKG normal, aliran urin,
dan kreatinin darah normal sudah ditentukan, berikan 40-80 mEq/jam jika K plasma
<3,5 mEq/jam atau jika bikarbonat diberikan.

HHS (Hyperglicemic Hyperosmolar State)

E. Syok

Anda mungkin juga menyukai

  • Kejang (Epilepsi)
    Kejang (Epilepsi)
    Dokumen4 halaman
    Kejang (Epilepsi)
    Lucky Kurniawan
    100% (1)
  • Perkas AKI Lucky
    Perkas AKI Lucky
    Dokumen36 halaman
    Perkas AKI Lucky
    Lucky Kurniawan
    Belum ada peringkat
  • Vertigo (BPPV)
    Vertigo (BPPV)
    Dokumen8 halaman
    Vertigo (BPPV)
    Lucky Kurniawan
    Belum ada peringkat
  • Trauma Kepala
    Trauma Kepala
    Dokumen8 halaman
    Trauma Kepala
    Lucky Kurniawan
    Belum ada peringkat
  • THT Unpri Baru
    THT Unpri Baru
    Dokumen17 halaman
    THT Unpri Baru
    Lucky Kurniawan
    Belum ada peringkat
  • ENSEFALITIS
    ENSEFALITIS
    Dokumen3 halaman
    ENSEFALITIS
    Lucky Kurniawan
    Belum ada peringkat
  • Kedokteran Komunitas
    Kedokteran Komunitas
    Dokumen32 halaman
    Kedokteran Komunitas
    Lucky Kurniawan
    Belum ada peringkat
  • PSIKIATRI
    PSIKIATRI
    Dokumen29 halaman
    PSIKIATRI
    Lucky Kurniawan
    Belum ada peringkat
  • BEDAH
    BEDAH
    Dokumen26 halaman
    BEDAH
    Lucky Kurniawan
    Belum ada peringkat
  • Kardio
    Kardio
    Dokumen29 halaman
    Kardio
    Lucky Kurniawan
    Belum ada peringkat
  • DERMATOVENEROLOGI
    DERMATOVENEROLOGI
    Dokumen27 halaman
    DERMATOVENEROLOGI
    Lucky Kurniawan
    Belum ada peringkat
  • Forensik
    Forensik
    Dokumen13 halaman
    Forensik
    Lucky Kurniawan
    Belum ada peringkat
  • Bioetik
    Bioetik
    Dokumen8 halaman
    Bioetik
    Lucky Kurniawan
    Belum ada peringkat
  • BEDAH
    BEDAH
    Dokumen114 halaman
    BEDAH
    Lucky Kurniawan
    Belum ada peringkat