Hadits
Hadits
Yaitu sebuah hadits yang diulang beberapa kali oleh Imam Bukhori di tiga
tempat yang berbeda dengan penambahan yang berbeda pula. Yaitu
tentang hadits terhentinya wahyu dan “isu” bunuh diri Rasulullah saw.
Keterangan:
Analisis Hadits:
Kalau bahasa sekarang kalau pun saat ini orang-orang bunuh diri karena
tertekan dengan masalahnya sendiri. Belum pernah ada cerita bunuh diri
karena merasa bertanggung jawab kepada nasib orang banyak.
Ada yang bilang tambahan itu ditelusuri dari Imam Abdul Rozaq yang
hidup setelah az-Zuhry. Itu yang terlacak satu-satunya yang beda berasal
dari dia. Karena orang sekaliber Imam Zuhry sulit dipercaya rasanya bila
salah atau lupa atau sengaja memasukkan lafaz tambahan.
Memang kemudian saya pun agak heran ketika orang sekaliber Syeikh
Ramadhan al Buthy dan Mubarakfury membiarkan begitu saja riwayat
tersebut tanpa ada komentar. Menurut saya ini sangat penting untuk
dikomentari. Agar tidak salah mempersepsikan kondisi psikis Rasulullah
saw saat itu. Memang benar Rasul cemas dan sedih. Tapi untuk sampai
pada level itu. Entar dulu…J
Kurang lebih saya simpulkan dari hasil bacaan saya dari beberapa buku
yang ada dirumah. Kurang lebihnya sebagai berikut:
Kalau kita telusuri kembali bahwa proses turunnya wahyu pertama juga
cukup panjang. Berawal dari mimpi. Kemudian Allah memupuk
kecenderungan dan kesukaan menyendiri dalam beribadah dan
bertahannus di gua Hira. Hingga pada saat yang pas Allah menurunkan
wahyu-Nya. Ini justru menunjukkan kemanusiaan Rasul. Artinya beliau
memang manusia. Bisa saja cemas-gelisah-takut dll.
Jadi sebaiknya untuk cari amannya. Yang paling laik dipakai adalah hadits
pertama (merah). Kemudian kalau pun untuk menggambarkan kesedihan
cukuplah pakai riwayat kedua (hijau). Adapun riwayat ketiga (coklat) hanya
digunakan untuk perbandingan saja. Ga usah terlalu diangkat dan
dipopulerkan sampai ngalahin yang petama. Karena secara otomatis
pengulangan sampai yang terpanjang pun maka yang terpendek (yang
merah) tetep saja begitu. Maka ia menjadi riwayat yang disepakati. Serta
jalan (riwayat)-nya kuat dan banyak. Beda dengan yang ketiga (coklat). Ini
dibilang mudroj. Juga terputus. Karena ini adalah perkataan perawi. Bukan
isi hadits yang diriwayatkan. Ini menjadi lemah. Jadi keshahihannya hanya
sampai yang disepakati.
Lalu mengapa Imam Bukhari perlu memuat riwayat ini. Tentunya beliau
sudah berpikir panjang akan aksesnya. Ini menurut Dr Said Showaby
(dosen sirah saya dulu di S1) agar kita bisa membedakan ketiga hadits
tersebut. Derajatnya tentu berbeda. Karena disana beliau jeli membedakan
jalannya lingkaran riwayat satu persatu.
Sebenarnya bukan masalah bunuh diri yang bisa jadi syubhat penting.
Yaitu sebuah celah yang dipakai untuk memukul akidah. “Bagaimana
mungkin Rasul meragukan kenabian beliau?” Bolehkah itu terjadi?
Saya masih belum puas membaca pembacaan Ibnu hajar saja. Tapi
sekaligus mengakui bahwa dari sekian syarah Shahih Bukhori memang laik
jika kemudian beliau diletakkan di nomor wahid. Terlepas dari beberapa
pembacaan beliau yang tentunya ada beberapa yang perlu untuk diikritisi
tanpa harus mengurangi rasa hormat pada beliau..
Dan memang sepertinya tidak masuk akal jika orang sebaik dan sehebat
Nabi Muhammad saw memiliki niatan untuk bunuh diri. Wallahu a’lam
30.10.2008
Share this: