Anda di halaman 1dari 6

A.

DEFINISI

Alergi obat adalah respon abnormal seseorang terhadap bahan obat atau metabolit nya
melalui reaksi imunologi yang dikenal sebagai reaksihi persensitivitas yang terjadi selama atau
setelah pemakaian obat. Alergi obatmasuk kedalam penggolongan reaksi simpang obat (adverse
drug reaction),yang meliputi toksisitas, efek samping, idiosinkrasi, intoleransi dan alergiobat.

Toksisitas obat adalah efek obat berhubungan dengan kelebihan dosisobat. Efek samping obat
adalah efek obat selain khasiat utama yang timbulkarena sifat farmakologi obat atau interaksi
dengan obat lain. Idiosinkrasiadalah reaksi obat yang timbul tidak berhubungan dengan sifat
farmakologiobat, terdapat dengan proporsi bervariasi pada populasi dengan penyebab yangtidak
diketahui. Intoleransi adalah reaksi terhadap obat bukan karena sifatfarmakologi, timbul karena
proses non imunologi. Sedangkan alergi obatadalah respon abnormal terhadap obat atau
metabolitnya melalui reaksiimunologi.

( http://jurnalpenyakitdalam.ui.ac.id/index.php/jpdi/article/download/113/103)

B. PATOFISIOLOGI

Alergi obat merupakan reaksi hipersensitivitas yang dapat digolongkan menjadi tipe menurut
Gell dan Coombs. Alergi obat dapat terjadi melaluimekanisme ke-4 tipe tersebut . Bila antibodi
spesifik yang terbentuk adalahIgE pada penderita atopi (IgE-mediated) maka yang terjadi adalah
reaksi tipe I(anafilaksis). Bila antibodi yang terbentuk adalah IgG dan IgM, kemudiandiikuti oleh
aktivasi komplemen maka yang terjadi adalah reaksihipersensitivitas tipe II atau tipe III. Bila
yang tersensitisasi adalah responsimun selular maka akan terjadi reaksi tipe IV. Reaksi tipe II
sampai IVmerupakan reaksi imun yang tidak dapat diprediksi dan tidak melalui pembentukan
IgE (non IgE-mediated).Perlu diingat bahwa dapat saja terjadi alergi obat melalui keempat
mekanisme tersebut terhadap satu macam obat secara bersamaan. Alergi obat tersering biasanya
melalui mekanisme tipe Idan IV. Sedangkan alergi obat melalui mekanisme tipe II dan tipe III
umumnya merupakan bagian dari kelainan hematologik atau penyakitautoimun.Mekanisme
reaksi hipersensitivitas menurut Gell dan CoombsAlergi obat dapat terjadi melalui semua 4
mekanisme hipersensitifitas Gell danCoomb, yaitu :Reaksi hipersensitivitas segera (tipe I),
terjadi bila obat atau metabolitnya berinteraksi membentuk antibodi IgE yang spesifik dan
berikatan dengan selmast di jaringan atau sel basofil di sirkulasi

(http://jurnalpenyakitdalam.ui.ac.id/index.php/jpdi/article/download/113/103)

C. MANIFESTASI KLINIK

gejala klinis alergi obat sangat bervariasi dan tidak spesifik untuk obat tertentu. Satu macam
obat dapat menimbulkan berbagai gejala, dan pada seseorang dapat berbeda dengan orang lain.
Gejala klinis tersebut disebut sebagai alergi obat Bila terdapat antibodi atau sel limfosit T
tersensitisasi yang spesifik terhadap obat atau metabolitnya. Konsisten dengan gambaran reaksi
inflamasi imunologik yang sudah dikenal.

Gejala klinis alergi obat dapat berupa gejala ringan sampai berat. Erupsi Kulit merupakan
gejala klinis yang paling sering dapat berupa pruritus , urtikaria , purpura , dermatitis kontak ,
eritema multiform ,eritema nodosum , erupsi obat fikstum , reaksi fotosensitivitas , atau reaksi
yang lebih berat dermatitis eksfoliatif dan erupsi vesikobulosa seperti pada sindrom Stevens-
Johnson dan sindrom Lyell

D. DIAGNOSA

Diagnosa alergi obat sering sulit dibuktikan walaupun dugaan sudah kuat.Dasar diagnosis
obat yang terpenting adalah anamnesis rinci tentang berbagaihal penting. Gejala klinis umumnya
tidak khas, kecuali beberapa bentuk erupsikulit seperti pruritus generalisata, urtikaria, erupsi
fikstum, atau reaksi anafilaksis yang memenuhi kriteria anamnesis di atas. Beberapa
pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk kelengkapan diagnosis, berupa uji in vivodan in
vitro terdapat obat atau metabolitnya. Uji in vivo berupa uji kulit danuji provokasi. Uji in vitro
terbata sebagai sarana penelitian dan bukan merupakan prosedur rutin.

Kesulitan yang terbesar dalam membuat diagnosis adalah untuk mengetahuiapakah benar ada
hubungan antara manifestasi klinis dengan pemberian obatdan apakah gejala klinis tersebut
bukan merupakan bagian dari perjalanan penyakitnya sendiri yang sedang diobati. Diagnosis
alergi obat berdasarkanklinis dan uji laboratoris. Secara klinis yang terpenting adalah anamnesa
rinci tentang berbagai hal penting yaitu bahwa reaksi yang timbul bukan merupakanefek
farmakologi obat, biasanya terjadi beberapa hari setelah pemberian obat(kecuali jika telah
terpapar sebelumnya). Gejala klinis akan menghilang beberapa waktu setelah penggantian obat
dan gejala yang sama akan timbul dengan pemberian ulang obat yang sama atau dengan struktur
obat yang sama

Uji Laboratorium :

Uji invivo

Uji kulit yang tepat dilakukan memakai bahan yang bersifat imunogenik yaitu determinan
antigen dari obat atau metabolitnya. Bahan uji kulit harus bersifatnon iritatif untuk menghindari
positif palsu. Uji ini manfaatnya sangat terbatas karena baru sedikit sekali determinan antigen
obat yang sudah diketahui dan tersedia untuk uji kulit. Dengan uji kulit hanya dapat di
identifikasi alergi terhadap makro molekul: insulin, antisera, ekstrak organ, sedang
untukmikromolekul sejauh ini hanya dapat diidentifikasi alergi terhadap penisilinsaja.Uji
provokasi dapat memastikan diagnosis alergi obat, tetapi merupakan prosedur diagnostik terbatas
karena mengandung resiko yang berbahaya yaituterjadinya anafilaksis sehingga hanya
dianjurkan dilakukan ditempat yang memiliki fasilitas dan tenaga yang memadai. Karena itu
maka uji provokasi merupakan indikasi kontra untuk alergi obat yang berat misalnya
anafilaksis,sindroma Steven Johnson, dermatitis eksfoliatif, kelainan hematology, eritemavesiko
bulosa. Uji provokasi dilakukan setelah eliminasi yang lama nya tergantung dari masa paruh
setiap obat.Uji in vitroUji in vitro untuk alergi obat lebih lazim digunakan dalam
penelitian.Pemeriksaan yang dilakukan antara lain IgG dan IgM spesifik, uji aglutinasidan lisis
sel darah merah, RAST, uji pelepasan histamin,uji sensitisasi jaringan(basofil/lerkosit serta esai
sitokin dan reseptor sel), sedangkan pemeriksaanrutin seperti IgE total dan spesifik, uji Coombs,
uji komplemen dan lain-lain bukanlah untuk konfirmasi alergi obat.

Tes darah , Tes ini berfungsi untuk mengetahui sekaligus menghapus kemungkinan adanya
kondisi lain yang berpotensi menyebabkan gejala yang dialami pasien.

( https://id.scribd.com/doc/205227763/Makalah-Alergi-Obat )

E. GEJALA ALERGI OBAT

Gejala dan tanda dari alergi obat bisa muncul 1 jam atau beberapa hari setelah penggunaan
obat. Pelepasan histamin saat mengalami alergi obat akan memunculkan beragam gejala, seperti:

1. Ruam atau bentol-bentol di kulit.

2. Gatal-gatal di kulit.

3. Mata terasa gatal atau berair.

4. Hidung meler dan tersumbat.

5. Pembengkakan pada bibir, lidah, dan wajah.

6. Mengi atau saat bernapas berbunyi seperti siulan.

7. Sesak napas.

8. Demam.

Alergi obat juga bisa menimbulkan gejala yang serius dan membahayakan penderitanya. Kondisi
ini sering disebut sebagai reaksi anafilaksis.

( https://www.alodokter.com/alergiobat#:~:text=Penyebab%20Alergi%20Obat,antibodi
%20spesifik%20untuk%20obat%20tersebut.)

F. ETIOLOGI (PENYEBAB ALERGI OBAT)

Alergi obat disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang bereaksi secara berlebihan ketika
mengonsumsi atau menggunakan obat.

Saat sistem imun mendeteksi adanya obat yang masuk dan dianggap berbahaya, maka akan
muncul antibodi spesifik untuk obat tersebut. Antibodi spesifik ini akan mengeluarkan histamin
yang menimbulkan keluhan dan gejala.Alergi obat tidak sama dengan sensitivitas terhadap obat.
Meskipun dapat mengakibatkan gejala yang mirip, sensitivitas terhadap obat tidak melibatkan
peran sistem imun seperti yang terjadi pada alergi obat.

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://jurnalpenyakitdalam.ui.ac.id/index.php/jpdi/article/downloa
d/113/103&ved=2ahUKEwjfnvKDytDuAhWvxTgGHRLFAF8QFjAAegQIARAB&usg=AOvV
aw0F00RvVcj8zUK39N9XezSW

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG UMUM

Pemeriksaan penunjang umum berdasarkan indikasi di antaranya adalah pemeriksaan darah


perifer lengkap dengan hitung jenis, laju endap darah, c-reactive protein, tes autoantibodi, tes
imunologis khusus, pemeriksaan rontgen dan elektrokardiografi. Jika reaksi alergi obat
melibatkan ginjal, maka diperlukan pemeriksaan urinalisis untuk mencari proteinuria, eosinofil
dan casts pada urin. Adanya eosinofil pada urin dan peningkatan kadar total IgE dapat
mengarahkan kepada adanya nefritis interstitial. Jika ada kecurigaan vaskulitis yang disebabkan
alergi obat, maka perlu dilakukan pemeriksaan laju endap darah, C-reactive protein, tes
komplemen dan beberapa tes autoantibodi seperti antinuclear antibody (ANA), antinuclear
cytoplasmic antibody (c-ANCA),dan perinuclear cytoplasmic antibody (p-ANCA). Hasil tes
ANA yang positif mengarahkan kepada diagnosis dari sindrom lupus imbas obat.

- PEMERIKSAAN PENUNJANG KHUSUS

Pemeriksaan penunjang yang khusus untuk alergi obat tebagi menjadi pemeriksaan in vivo
dan in vitro. Beberapa pemeriksaan penunjang khusus yang penting untuk menunjang diagnosis
alergi obat adalah tes kulit untuk reaksi hipersensitivitas cepat (lgE), tes tempel, tes provokasi
atau tes dosing, radioallergosorbent test (RAST), mengukur lgG atau lgM yang spesifik untuk
obat, mengukur aktivasi komplemen, mengukur pelepasan histamin atau mediator lain dari
basofil, mengukur mediator seperti histamin, prostaglandin, leukotrien, triptase, transformasi
limfosit, uji toksisitas leukosit, evaluasi dengan bantuan komputer.

( http://jurnalpenyakitdalam.ui.ac.id/index.php/jpdi/article/download/113/103)

H. JENIS-JENIS OBAT YANG BISA MENYEBABKAN REAKSI ALERGI

Hampir semua obat bisa memicu reaksi alergi. Namun, ada beberapa obat yang sering
memicu reaksi alergi, yaitu:

1. Antibiotik, seperti penisilin dan sulfa.

2. Antikejang (antikonvulsan).
3. Pereda nyeri golongan antiinflamasi nonsteroid (NSAID), seperti aspirin, ibuprofen, dan
naproxen.

4. Obat-obatan untuk penyakit autoimun.

5. Obat-obatan kemoterapi.

(https://www.alodokter.com/alergiobat#:~:text=Penyebab%20Alergi%20Obat,antibodi
%20spesifik%20untuk%20obat%20tersebut.)

I. PENGOBATAN ALERGI OBAT

Tujuan penanganan alergi obat adalah untuk mengatasi dan meredakan gejala-gejala yang
dialami. Terkadang reaksi alergi akan hilang sendiri saat penggunaan obat dihentikan, namun ada
juga yang membutuhkan pengobatan untuk meredakan reaksi alergi tersebut.

Di bawah ini adalah beberapa obat-obatan yang dapat digunakan untuk mengobati reaksi alergi
obat:

1. Obat golongan antihistamin, untuk menghambat produksi histamin sehingga keluhan dan
gejala bisa mereda.

2. Obat golongan kortikosteroid oral atau suntik, untuk menangani peradangan reaksi alergi.

3. Suntikan epinephrine, untuk mengatasi anafilaksis.

4. Jika mengalami anafilaksis, penderita perlu segera mendapatkan perawatan intensif di


rumah sakit.

Jika sudah dipastikan jenis obat yang memicu alergi, dokter akan melakukan prosedur
desensitisasi. Prosedur ini dilakukan dengan memberikan obat pemicu alergi dengan dosis kecil
sambil dipantau munculnya gejala. Dosis akan ditingkatkan tiap beberapa menit, jam, atau hari
hingga mencapai dosis yang diperlukan.

(https://www.alodokter.com/alergiobat#:~:text=Penyebab%20Alergi%20Obat,antibodi
%20spesifik%20untuk%20obat%20tersebut. )

J. PENCEGAHAN ALERGI OBAT

Langkah utama untuk mencegah alergi obat adalah menghindari obat yang menjadi pemicu
alergi, misalnya dengan:

1. Mengenakan gelang atau kalung yang menandakan Anda alergi terhadap obat-obatan
tertentu.
2. Memberi tahu dokter atau tenaga medis bahwa Anda alergi terhadap jenis obat tertentu,
sebelum menjalani pengobatan atau tindakan medis.

(https://www.alodokter.com/alergi-obat#:~:text=Penyebab%20Alergi%20Obat,antibodi
%20spesifik%20untuk%20obat%20tersebut.)

Anda mungkin juga menyukai