Abstract: The concept of teens influenced by several factors, one of them is the physical
appearance. By looking at physical factors, researchers want to know self-concept in
adolescent girls who is obese. The method used is qualitative. The subject of research is
three adolescent girls with age 19-21 years was done in street Bendungan Sigura-gura
Barat of Malang. The research results were obtained the subject of realizing that they
were obese but they did not notice with either. The third subject have the concept of
different self. The first subject can accept who she is and have a good self-concept,
while the second and third subject, felt not confidence with the state of himself and have
a negative self-concept. Both the subject was tried in various ways to reduce their weight
.
KeyWord: Self-concept, of teenagers and obesity
Abstrak: Konsep diri remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
penampilan fisik. Dengan melihat faktor fisik, peneliti ingin mengetahui konsep diri pada remaja
putri yang mengalami obesitas. Metode yang digunakan adalah kualitatif. Subyek penelitian
adalah tiga remaja putri dengan usia 19-21 tahun yang dilakukan di jalan Bendungan Sigura-
gura Barat Malang. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan subyek menyadari bahwa mereka
mengalami obesitas namun mereka tidak memperhatikannya dengan baik. Ketiga subyek
mempunyai konsep diri yang berbeda-beda. Subyek I bisa menerima diri apa adanya dan
mempunyai konsep diri yang baik, sedangkan subyek II dan III, merasa minder dengan keadaan
dirinya dan mempunyai konsep diri yang negatif dan kedua subyek tersebut berusaha dengan
berbagai cara untuk menurunkan berat badannya.
sehingga mencapai kematangan pada akhir seperti adanya pandangan wanita bertubuh
periode remaja. Penerimaan dan penolakan kurus atau langsing, ideal merupakan sosok
terhadap berbagai perubahan dalam tubuh yang wajib dimiliki sebagai salah satu faktor
akan sangat mempengaruhi kesiapan remaja penunjang dalam interaksi sosial. Obesitas di
dalam memasuki dunia dewasa. Pada remaja kalangan remaja ini sangat erat kaitannya
putri khususnya, perubahan penampilan fisik dengan adanya perubahan gaya hidup sebagai
akan lebih terlihat dari sebelumnya. Kelebihan dampak dari kemajuan teknologi dan
berat badan dari ukuran ideal atau biasa pengaruh globalisasi. Secara spesifik dampak
disebut dengan obesitas merupakan suatu hal obesitas terhadap kalangan remaja tentunya
yang ditakuti oleh banyak remaja putri, karena dapat dikaji dari berbagai sudut. Misalnya
dapat merusak penampilan dan citranya secara psikologis dampak obesitas di kalangan
sebagai seorang wanita. Pada tahap remaja remaja adalah muncul rasa kurang percaya diri
individu mulai memantapkan konsep diri yang dalam pergaulan karena bobot tubuhnya diatas
dimilikinya melalui pengalaman yang di rata-rata teman sebaya. Selain itu dampak
terimanya dari lingkungan dan juga bagaimana dikalangan remaja adalah menjadi kurang
individu memandang dirinya sendiri. luwes dalam melaksanakan aktivitas sehari-
Pengalaman berinteraksi dengan hari di berbagai bidang.
keluarga, lingkungan termasuk teman sebaya Papalia, Olds, dan Feldman (2001)
merupa kan hal-hal yang dapat mempengaruhi mengatakan kegemukan atau obesitas, yaitu
pembentukan konsep diri seseorang. kondisi dimana seseorang memiliki lemak
Pengalaman yang menyenangkan akan mem tubuh dalam jumlah yang berlebihan. Walaupun
berikan pengaruh positif bagi terbentuknya saat ini banyak orang yang berlomba-lomba
konsep diri seseorang, begitu pula sebalik menyuarakan bahwa kecantikan dari dalam
nya. lebih penting dari pada sekedar kecantikan
Konsep diri dipengaruhi oleh berbagai lahiriah, tapi tidak dapat dipungkiri bahwa
faktor termasuk penampilan fisik. Dengan penampilan dapat mempengaruhi bagaimana
pandangan masyarakat yang menganggap individu memandang dirinya dan akhirnya akan
bahwa kecantikan dilihat dari penampilan dan mempengaruhi konsep dirinya. Oleh karena
bahwa “cantik itu langsing,” maka obesitas itu peneliti melihat bahwa penelitian ini penting
yang dialami remaja akan berpengaruh untuk memperoleh gambaran mengenai
terhadap penampilan dan akhirnya mempe konsep diri pada remaja putri yang mengalami
ngaruhi konsep dirinya. obesitas.
Di kalangan remaja permasalahan Seseorang yang mengalami obesitas
obesitas menjadikan masalah tersendiri. Hal cenderung memiliki kemampuan yang lemah
ini diakibatkan oleh adanya ciri masa remaja untuk berhubungan dengan orang lain. Dimana
sebagai masa pencarian jati diri dan remaja penampilan fisik menjadi penentu yang penting
mulai memperhatikan penampilannya sebagai dalam awal pembentukan hubungan dengan
penunjang interaksi sosial. Masa remaja ini orang lain, karena kemampuan untuk mengerti
pada akhirnya membawa permasalahan orang lain akan berjalan baik jika kesan
obesitas tidak hanya mengenai keadaan fisik pertama yang ditimbulkan berjalan dengan
saja, tetapi lebih cenderung ke arah psikologis, baik. Apabila ditinjau dari segi psikologisnya,
108 PSIKOVIDYA VOLUME 18 NOMOR 2 DESEMBER 2014
Konsep Diri Remaja Putri yang Mengalami Obesitas
pengaruh teman sebaya dapat menjadi positif yang akrab dengan dirinya. Kedua subyek
dan negatif, bahwa melalui hubungan teman menceritakan bahwa teman-temannya kurang
sebayalah, remaja belajar mengenai pola menerima keadaan dirinya, selalu mengejek
hubungan yang timbal balik dan setara. dengan panggilan “gendut” dan menghindari
Safaria (2005), menyatakan bahwa dirinya. Subyek kedua dan ketiga seringkali
remaja terkadang malas untuk bergabung merasa malu dengan perlakuan yang diberikan
dengan teman-teman sebayanya karena sering oleh teman-temannya sehingga ia berusaha
kali diejek oleh teman-temannya sehingga menutup dirinya dari pergaulan dengan teman-
membuat remaja menjadi takut untuk temannya. Subyek kedua dan ketiga merasa
bergabung dengan teman sebayanya. Remaja tidak nyaman dengan kondisi fisiknya dan
akan merasa tertekan dengan situasi tersebut cenderung menghindari teman-temannya.
dan mengisolasi diri. Remaja yang terisolasi Selain merasa dihindari subyek kedua dan
secara sosial bila berlangsung dalam jangka ketiga sering merasa kesepian dan tidak
waktu yang cukup lama akan menyebabkan mempunyai teman karena menilai dirinya tidak
penyakit sosial seperti kesepian, konsep diri berharga. Konsep diri mereka lebih condong
yang rendah, menarik diri, penilaian sosial pada konsep yang negatif, seperti menilai diri
yang kurang baik, bahkan dikatakan orang yang jelek, tidak menarik, bodoh, tidak biasa
yang tidak ramah. bergaul, gangguan konsep diri dan merasa
Dalam penelitian ini peneliti mengambil tidak sebanding dengan teman-temannya.
tiga orang subyek penelitian, dan faktor yang Akibatnya kedua subyek menjadi cemas dan
paling mempengaruhi perkembangan konsep putus asa untuk menjalin hubungan dengan
diri pada ketiga remaja yang mengalami teman sebayanya, sehingga mudah merasa
obesitas tersebut, terbukti pengaruh teman malu, rendah diri, takut ditolak oleh teman
dekat, keluarga, lingkungan sekolah, orang sebayanya. Pengaruh kepercayaan diri
tua, lingkungan sosial, pengalaman atau rendah kedua subyek tersebut cenderung
perubahan yang besar berupa keadaan fisik mengkritik diri sendiri secara berlebihan, selalu
atau penampilan fisik yang merupakan hal yang menilai negatif diri sendiri, dan mempengaruhi
sangat diperhatikan terutama ketiga remaja konsep diri negatif.
putri yang mengalami obesitas, dan menjadi Sedangkan lingkungan berbeda dan
faktor yang sangat berperan dalam juga adanya penerimaan dari lingkungan sosial
pembentukan konsep diri. Pada kasus yang telah membuat subyek pertama memiliki
terjadi dalam penelitian ini, subyek kedua dan penghargaan diri yang positif atau konsep diri
ketiga remaja putri yang berstatus mahasiswi positif. Subyek pertama memiliki konsep diri
di Universitas Widya Karya, menyatakan positif yakin dengan kemampuannya mengatasi
bahwa dengan bentuk tubuh yang dimilikinya, masalah, subyek pertama merasa setara
seringkali merasakan dirinya dijauhi oleh dengan orang-orang lain, mampu menerima
teman-temannya. pujian tanpa rasa malu, menyadari bahwa
Subyek kedua dan ketiga memiliki setiap orang mempunyai berbagai perasaan,
permasalahan dengan bentuk tubuhnya yang keinginan, juga perilaku, dan mampu
obesitas. Dalam pergaulan subyek kedua dan memperbaiki dirinya karena ia sanggup
ketiga hanya memiliki beberapa teman saja mengungkapkan aspek-aspek kepribadian
ISSN : 0853-8050 109
Sri Yohana Pandu
yang tidak disenanginya dan berusaha Konsep diri adalah pendapat diri mengenai diri
mengubahnya. sendiri. Konsep tentang diri hanya dapat dalam
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa pikiran seseorang dan bukan dalam realitas
remaja putri yang mengalami obesitas yang kongkrit, namun mempunyai pengaruh
cenderung memiliki permasalahan dengan yang besar terhadap keseluruhan prilaku yang
konsep diri. Berdasarkan hasil penelitian, ditampilkan oleh seseorang (Gunarsa, 1989).
remaja putri menggambarkan dirinya seorang Cara pandang individu terhadap dirinya
yang besar dan banyak kekurangan. Remaja akan membentuk suatu konsep tentang diri
putri tidak dapat menemukan kelebihan pada sendiri. Konsep tentang diri merupakan hal
fisiknya, selalu merasa tingkah lakunya yang penting bagi kehidupan individu karena
berlebihan yang tidak sesuai dengan apa yang konsep diri menentukan bagaimana individu
diharapkan orang lain. bertindak dalam berbagai situasi (Calhoun &
Sementara itu, terlihat juga bahwa Acoccela, 1990). Hal ini termasuk persepsi
obesitas yang terjadi pada diri remaja putri individu akan sifat dan kemampuannya,
khususnya ketiga subyek yang diwawancara interaksi dengan orang lain dan lingkungan,
dan diobservasi dapat disebabkan oleh nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman
berbagai faktor terutama pola makan yang dan objek, tujuan serta keinginannya. Hal ini
berlebihan dan faktor genetis dari orangtua termasuk persepsi individu akan sifat dan
yang juga mengalami obesitas. Remaja putri kemampuannya, interaksi dengan orang lain
yang tinggal di asrama putri Jalan Bendungan dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan
Sigura-gura Barat Kota Malang sangat dengan pengalaman dan objek, tujuan serta
menarik untuk bahan penelitian tentang konsep keinginannya.
diri pada remaja yang mengalami obesitas. Penghargaan mengenai diri akan
Remaja putri yang tinggal dilokasi tersebut menentukan bagaimana individu akan
memiliki peluang yang cukup besar untuk bertindak dalam hidup. Apabila seorang
makan di luar rumah dan mengkonsumsi individu berpikir bahwa dirinya bisa, maka
makanan cepat saji. Selain itu disekitar lokasi individu tersebut cenderung sukses, dan bila
juga banyak pedagang goreng-gorengan, individu tersebut berpikir bahwa dirinya gagal,
sehingga remaja putri mempunyai kebiasaan maka dirinya telah menyiapkan diri untuk
ngemil, suka makanan gorengan. Dengan pola gagal. Jadi bisa dikatakan bahwa konsep diri
makan yang tidak seimbang dapat menjadi merupakan bagian diri yang mempengaruhi
salah satu faktor yang menyebabkan obesitas setiap aspek pengalaman, baik itu pikiran,
pada tiga orang subyek yang yang tinggal di perasaan, persepsi dan tingkah laku individu
asrama. Selain itu, belum pernah dilakukan (Calhoun & Acoccela, 1990). Singkatnya,
penelitian sejenis sebelumnya pada asrama konsep diri diartikan sebagai gambaran men-
tersebut. tal individu yang terdiri dari pengetahuan
Konsep diri adalah suatu gambaran yang tentang diri sendiri, pengharapan bagi diri
merupakan campuran dari apa yang kita sendiri dan penilaian terhadap diri sendiri.
pikirkan, pendapat dari orang-orang Berdasarkan pendapat ahli, maka dapat
mengenai diri kita dan seperti apa yang kita diambil kesimpulan bahwa konsep diri
inginkan dari diri kita (Burns, 1993). merupakan suatu hal yang sangat penting
110 PSIKOVIDYA VOLUME 18 NOMOR 2 DESEMBER 2014
Konsep Diri Remaja Putri yang Mengalami Obesitas
mempunyai satu set pandangan tentang siapa menyalahkan dan menolak, maka individu
dirinya, individu juga mempunyai satu set tidak akan menyenangi dirinya sediri
pandangan lain, yaitu tentang kemungkinan (Pudjijogyanti, 1988).
menjadi apa di masa mendatang (Calhoun &
Acoccela, 1990). Singkatnya, individu b. Peranan sosial
mempunyai pengharapan bagi dirinya sendiri Konsep diri terbentuk karena adanya
dan pengharapan tersebut berbeda-beda pada interaksi seseorang dengan orang sekitarnya.
setiap individu. Apa yang dipersepsi seseorang tentang dirinya,
c. Penilaian tidak terlepas dari struktur, peran dan status
Dimensi terakhir dari konsep diri adalah sosial yang disandang orang tersebut. Struktur,
penilaian terhadap diri sendiri. Individu peran dan status sosial merupakan gejala yang
berkedudukan sebagai penilai terhadap dirinya dihasilkan dari adanya interaksi antar individu
sendiri setiap hari. Penilaian terhadap diri yang satu dengan individu yang lain, antar
sendiri adalah pengukuran individu tentang individu dengan kelompok, atau kelompok
keadaannya saat ini dengan apa yang dengan kelompok. Adanya struktur, peran
menurutnya dapat dan terjadi pada dirinya. dan status sosial yang menyertai seluruh
perilaku individu dipengaruhi oleh faktor sosial.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Adanya faktor sosial terhadap perkembangan
Diri konsep diri individu telah dibuktikan oleh
Konsep diri merupakan produk sosial, Rosenberg bahwa perkembangan konsep diri
yang dibentuk melalui proses internalisasi dan tidak terlepas dari pengaruh status sosial,
organisasi pengalaman-pengalaman psikolo agama, ras dan bahwa individu yang berstatus
gis. sosial yang tinggi akan mempunyai konsep
diri yang lebih positif dibandingkan individu
a. Peran Orang Tua
yang berstatus sosial rendah (Pudjijogyanti,
Ketika masih kecil, orang penting bagi
1988).
seorang anak adalah orang tua dan saudara-
saudaranya yang tinggal serumah. Merekalah
c. Belajar
yang pertama-tama menanggapi perilaku
Konsep diri menurut Hillgard & Bower
anak, sehingga secara perlahan-lahan
merupakan produk belajar. Proses belajar ini
terbentuklah konsep diri anak. Segala
terjadi setiap hari dan umumnya tidak disadari
sanjungan, senyuman, pujian dan penghargaan
oleh individu. Belajar disini bisa diartikan
akan menyebabkan penilaian positif terhadap
sebagai perubahan psikologis yang relatif
diri seseorang. Sedangkan ejekan, cemoohan
permanen yang terjadi sebagai konsekuensi
dan hardikan akan menyebabkan penilaian
dari pengalaman (Retnaningsih & Ritandi
yang negatif terhadap dirinya. Sullivan
yono, 1996). Seorang anak yang pendek,
menjelaskan bahwa jika seseorang diterima
melalui pengalamannya dipanggil “udang” oleh
orang lain, dihormati dan disenangi karena
teman-temannya, akan tahu bahwa pendek
keadaan dirinya, maka individu akan bersikap
bukanlah sifat yang dihargai dan oleh karena
menghormati dan menerima dirinya.
itu meragukan dirinya.
Sebaliknya, bila orang lain selalu meremehkan,
seksual matang dan berakhir saat mencapai tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan
usia matang secara hukum (Hurlock, 1999). kematangan organ seksual dan fungsi
Di masa remaja manusia tidak dapat reproduksi.
disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula 2) Perkembangan kognitif
disebut anak-anak. Pada umumnya masa Perkembangan kognitif adalah
remaja dibagi dalam 2 periode yaitu; perubahan kemampuan mental seperti
1) Periode Masa Puber Usia 12-18 Tahun. belajar, memori, menalar, berpikir, dan
a. Masa pra pubertas: peralihan dari akhir bahasa. Piaget mengemukakan bahwa pada
masa kanak-kanak ke masa awal masa remaja terjadi kematangan kognitif,
pubertas cirinya: anak tidak suka yaitu interaksi dari struktur otak yang telah
diperlakukan seperti anak kecil lagi; anak sempurna dan lingkungan sosial yang
mulai bersifat kritis. semakin luas untuk eksperimentasi
b. Masa pubertas usia 14-16 tahun masa memungkinkan remaja untuk berpikir
remaja awal dengan ciri-ciri: mulai cemas abstrak. Piaget menyebut tahap perkemba
dan bingung tentang perubahan fisiknya; ngan kognitif ini sebagai tahap operasi for-
memperhatikan penampilan; sikapnya mal (Papalia & Olds, 2001).
tidak menentu; suka berelompok dengan 3) Perkembangan kepribadian dan sosial
teman sebaya atau senasib. Perkembangan kepribadian adalah
c. Masa akhir pubertas usia 17-18 tahun; perubahan cara individu berhubungan
peralihan dari masa pubertas ke masa dengan dunia dan menyatakan emosi secara
adolesen dengan ciri-ciri: pertumbuhan unik; sedangkan perkembangan sosial
fisik sudah mulai matang tetapi kedewasa berarti perubahan dalam berhubungan
an psikologisnya belum tercapai sepenuh dengan orang lain (Papalia Olds, 2001).
nya; proses kedewasaan jasmania pada Tugas perkembangan remaja menurut
remaja putri lebih awal dari remaja putra. Havighurst antara lain :
2) Periode Remaja Adolesen usia 19-21 tahun 1) Memperluas hubungan antara pribadi dan
merupakan masa akhir remaja. Beberapa berkomunikasi secara lebih dewasa dengan
sifat penting pada masa ini adalah: kawan sebaya, baik laki-laki maupun
a. Perhatiannya tertutup pada hal-hal realis perempuan.
tis. 2) Memperoleh peranan sosial.
b. Mulai menyadari akan realitas. 3) Menerima kebutuhannya dan mengguna
c. Sikapnya mulai jelas tentang hidup. kannya dengan efektif.
d. Mulai nampak minat dan bakatnya. 4) Memperoleh kebebasan emosional dari
Aspek-aspek perkembangan remaja orangtua dan orang dewasa lainnya.
meliputi: 5) Mencapai kepastian akan kebebasan dan
1) Perkembangan fisik kemampuan berdiri sendiri.
Perkembangan fisik adalah perubahan- 6) Memilih dan mempersiapkan lapangan
perubahan pada tubuh, otak, kapasitas pekerjaan.
sensoris dan keterampilan motorik (Papalia 7) Mempersiapkan diri dalam pembentukan
Olds, 2001). Perubahan pada tubuh di keluarga.
tandai dengan pertambahan tinggi dan berat 8) Membentuk sistem nilai, moralitas dan
116 PSIKOVIDYA VOLUME 18 NOMOR 2 DESEMBER 2014
Konsep Diri Remaja Putri yang Mengalami Obesitas
falsafah hidup (Gunarsa, 1991). melebihi kadar yang dibutuhkan oleh tubuh
Erikson (1968), mengatakan bahwa maka dapat menyebabkan kondisi obesitas.
tugas utama remaja adalah menghadapi iden- Obesitas itu sendiri memiliki efek terhadap diri
tity versus identity confusion, yang seorang remaja putri dalam berinteraksi
merupakan krisis ke-5 dalam tahap perkem dengan lingkungan sosialnya.
bangan psikososial yang diutarakannya. Remaja putri yang mengalami obesitas
Tugas perkembangan ini bertujuan memiliki pandangan berbeda-beda terhadap
untuk mencari identitas diri agar nantinya dirinya. Kehidupan sosial dan interaksi dengan
remaja dapat menjadi orang dewasa yang unik orang lain akan mempengaruhi bagaimana
dengan sense of self yang koheren dan peran seorang remaja putri mengalami obesitas
yang bernilai di masyarakat (Papalia, Olds, dan memahami dan mempersepsikan dirinya.
Feldman, 2001). Konsep diri pada remaja putri yang
Remaja bermacam-macam, salah satu mengalami obesitas akan mempengaruhi
aspek yang cukup menonjol adalah bagaimana ia memandang dan menerima
perkembangan fisik yang akan terus berlanjut kondisi fisiknya. Remaja putri yang memiliki
hingga mencapai kematangan. Penerimaan dan konsep diri negatif akan mengalami
penolakan terhadap perkembangan fisik kecemasan dan perasaan tidak nyaman akan
sangat dipengaruhi oleh bagaimana remaja penampilan fisiknya, namun jika remaja putri
tersebut memahami dirinya. Pada remaja putri tersebut memiliki konsep diri yang positif maka
khususnya, perubahan fisik akan lebih terlihat penerimaan terhadap dirinya pun dapat secara
sehingga diperlukan pemahaman yang sehat apa adanya tanpa harus merasa cemas dan
terhadap dirinya sendiri. Seperti yang dikata bersalah terhadap keadaan fisiknya.
kan Retnaningsih (1996) bahwa konsep diri Dari penelitian-penelitian mengenai
merupakan persepsi mengenai dirinya sendiri, orang-orang yang mengalami obesitas yang
baik yang bersifat fisik, sosial maupun telah dilakukan oleh beberapa tokoh, maka
psikologis yang diperoleh melalui pengalaman dapat dihasilkan beberapa karakteristik yang
individu dalam interaksi dengan orang lain. sering dikaitkan dengan orang yang mengalami
Bagi remaja penilaian kelompok obesitas antara lain, menurut Sarwono
merupakan faktor penting dalam kehidupan (Marlina, 1997):
nya. Respon tersebut akan menjadi dasar bagi a. Keterampilan Sosial
seorang remaja dalam memberikan gambaran Orang yang obesitas dipandang sebagai
tentang dirinya. Obesitas merupakan suatu orang-orang yang memiliki keterampilan
hal yang banyak terjadi pada remaja putri, sosial yang rendah.
karena sangat mudahnya mereka mendapat b. Kontrol Diri
kan menu makanan yang memiliki kadar Menyatakan bahwa orang-orang yang
karbohidrat dan lemak yang tinggi. Menurut obesitas dinilai sebagai orang yang memiliki
Kaplan dkk (1993) obesitas atau kegemukan kontrol diri yang rendah.
adalah kondisi dimana seseorang memiliki c. Tingkat Kepercayaan Diri
lemak tubuh dalam jumlah yang berlebih. Orang yang obesitas cenderung
Banyaknya asupan makanan yang memiliki kepercayaan diri yang rendah dari
memiliki kadar karbohidrat dan lemak yang pada orang-orang yang memiliki tubuh
ISSN : 0853-8050 117
Sri Yohana Pandu
penerimaan terhadap dirinya pun dapat secara informasi yang diinginkan oleh peneliti. Adapun
apa adanya tanpa harus merasa cemas dan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui
bersalah terhadap keadaan fisiknya. bagaimana konsep diri remaja putri akhir
berusia 19-21 tahun, yang mengalami
METODE obesitas, sehingga remaja putri seperti
Pendekatan dan Jenis penelitian. pandangan masyarakat yang menganggap
Menurut Meleong (2005), penelitian bahwa kecantikan dilihat dari penampilan dan
kualitif adalah suatu penelitian ilmiah yang bahwa “cantik itu langsing,” maka obesitas
bertujuan untuk memahami suatu fenomena yang dialami remaja akan berpengaruh
dalam kontek sosial secara alamiah dengan terhadap penampilan dan akhirnya mempe
mengedepankan proses interaksi komunikasi ngaruhi konsep dirinya.
yang mendalam antara peneliti dengan yang Proses yang dilakukan dalam penelitian
diteliti. ini memerlukan waktu dan kondisi yang
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berubah-ubah maka penelitian ini akan
menggunakan penelitian kualitatif deskriptif. berdampak pada desain penelitian dan cara-
Creswell (2010), menyatakan bahwa pende cara dalam melaksanakannya yang juga
katan kualitatif adalah suatu proses penelitian berubah-ubah atau bersifat fleksibel. Oleh
ilmiah yang lebih dimaksudkan untuk karena itu peneliti menggunakan pendekatan
memahami masalah-masalah manusia dalam kualitatif sebagai metode dalam meneliti
kontek sosial dengan menciptakan gambaran konsep diri remaja yang mengalami obesitas,
menyeluruh dan kompleks yang disajikan, sehingga hasil yang didapat dari peneliti ini
melaporkan pandangan terperinci dari para dapat memberikan gambaran yang luas tentang
sumber informasi, serta dilakukan dalam seting konsep diri remaja putri yang mengalami
yang alamiah tanpa adanya intervensi apapun obesitas.
dari peneliti.
Metode kualitatif ini sebagai penelitian Fokus penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa Fokus penelitian ini adalah konsep diri
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang pada remaja putri 19-21 tahun, yang
dan perilaku yang diamati. Pendekatan ini mengalami obesitas. Penekanan selanjutnya
diarahkan pada latar belakang individu atau konsep diri adalah hal-hal khusus yang
organisasi kedalam variabel atau hipotesis, dirasakan penting dan diyakini sebagai suatu
tetapi perlu memandangnya sebagai bagian yang benar serta layak dijadikan sebagai
dari satu keutuhan (Moleong, 2005). Adapun tujuan hidup yang harus dipilih. Konsep diri
jenis-jenis penelitian deskriptif adalah yang positif dapat diuraikan sebagai hal-hal
penelitian survey, penelitian kasus, penelitian apa saja yang diinginkan selama menjalani
perkembangan, penelitian tindak lanjut, kehidupan, serta kendala apa yang dirasakan
penelitian analisis dokumen. oleh remaja putri pada rentang usia remaja
Tujuan peneliti memilih metode tersebut akhir dalam mencapai konsep diri yang positif.
untuk mengungkapkan suatu yang belum Hal ini akan menjadi menarik karena konsep
diketahui secara terarah dan terpimpin, diri akan diteliti pada remaja putri yang
sehingga nantinya diharapkan memperoleh mengalami obesitas, dimana mereka diartikan
ISSN : 0853-8050 119
Sri Yohana Pandu
mengatur dan menyepakati waktu untuk untuk mengecek atau mengkonfirmasi hasil
melakukan wawancara. penelitian. Kemudian dilakukan penulisan
3) Tahap Pelaksanaan Penelitian ulang hasil dokumentasi data tersebut, data
Setelah tahap persiapan penelitian yang telah terkumpul di sesuaikan dengan teori
dilakukan, maka peneliti memasuki tahap atau penelitian sebelumnya guna menunjang
pelaksanaan penelitian. hasil penelitian.
a. Mengkonfirmasi ulang waktu dan tempat
wawancara sebelum wawancara dilaku Analisis data
kan, peneliti mengkonfirmasi ulang waktu Salah satu bagian penting dari suatu
dan tempat yang sebelumnya telah penelitian ialah tahap melakukan analisis data.
disepakati bersama dengan responden. Menurut (Moleong 2005), analisis data
b. Melakukan wawancara sesuai dengan merupakan proses mengolah data,
pedoman wawancara, hal ini bertujuan mengorganisasikan dalam bentuk suatu pola
agar peneliti tidak kehabisan pertanyaan. dan menyusunnya sesuai kategori tujuan
Memindahkan rekaman hasil wawan penelitian dan satuan uraian dasar. Terdapat
cara kedalam bentuk transkrip verbatim tiga komponen analisis dalam penelitian ini
setelah hasil wawancara diperoleh, peneliti yaitu:
memindahkan hasil wawancara dan observasi 1) Reduksi data
kedalam verbatim tertulis. Pada tahap ini, Reduksi data adalah suatu proses
peneliti melakukan coding, yaitu membubuh pemilihan dan pemusatan perhatian pada
kan kode-kode pada materi yang diperoleh. penyerderhanaan abtraksi, dan transformasi
Coding dimasukkan untuk dapat mengorgani data kasar yang muncul dicatatan-catatan
sasi kan dan mensistematisasikan data secara tertulis dilapangan.
lengkap dan mendetail sehingga data dapat 2) Sajian data
memunculkan gambaran tentang topik yang Sajian data diartikan sebagai
dipelajari (Poerwandari, 1998). pemaparan informasi yang tersusun untuk
Pada tahap ini, peneliti menetapkan mem berikan peluang terjadinya sebuah
obyek penelitian, bekerjasama dengan suster kesim pulan.
pembina asrama dimana subyek tinggal dan 3) Penarikan kesimpulan yang dilakukan tahap
obyek penelitian. Pelaksanaan penelitian final. Proses analisis ini berjalan terus
dilakukan secara bertahap guna memperoleh menerus seperti sebuah siklus (Moleong,
data penelitian. Kemudian, subyek yang 2005).
menyetujui lembar responden beserta signifi-
cant obesitas yang bersedia bekerja sama HASIL
dalam penelitian ini, sehingga dapat dilakukan Wawancara dengan subyek perta
dengan wawancara mendalam. Hasil dari ma (FA) dilakukan sebanyak empat kali dan
observasi dan wawancara tersebut di observasi dilakukan secara partisipan (lang
dokumentasikan. sung setiap hari), di ruang khusus tempat kon
4) Tahap penyelesian seling asrama puteri Jalan Bendungan Sigura-
Pada tahap penyelesaian atau penutup gura Malang Jawa Timur, dimana tempat
ini, meliputi, pengumpulan data dari lapangan subyek tinggal. Pertemuan dan wawancara
ISSN : 0853-8050 123
Sri Yohana Pandu
dengan subyek pertama FA dilakukan secara putri yang sangat komplek dan dinamis,
rutin sebanyak empat kali dan observasi kemudian pencarian judul, dan teori-teori yang
secara langsung melihat perilaku subyek setiap mendukung judul tersebut.
hari. Proses selanjutnya adalah mencari,
Penelitian dengan subyek kedua (MA) menghubungi subyek penelitian. Peneliti
dilakukan sebanyak empat kali wawancara menghubungi subyek yang benar-benar dapat
dan observasi secara langsung setiap hari. mendukung serta sesuai dengan kebutuhan
Pertemuan dengan subyek (MA) pertama yang diperlukan oleh peneliti.
kedua dan ketiga ditempat yang sama dengan Pencarian subyek penelitian dilakukan
subyek FA yaitu di ruang khusus tempat kon dengan bekerja sama dengan rekan sesama
seling, sedangkan pertemuan ke empat untuk suster yang mengelola asrama tersebut,
subyek MA yaitu diruang rekreasi asrama bertanya kepada rekan yang menjadi kepala
puteri Jalan Bendungan Sigura-gura Malang pengurus asrama, dan dipertemukan dengan
tempat subyek tinggal. suster BP untuk mencari anak-anak yang
Penelitian selanjutnya dengan subyek sesuai dengan kriteria penelitian. Berdasarkan
ketiga yaitu VJ, wawancara dan observasi data yang diperoleh, peneliti menemukan
dilakukan sebanyak empat kali di tempat yang subyek penelitian tiga orang remaja putri yang
sama dengan subyek pertama FA dan kedua mengalami obesitas.
MA.
Sebelum penelitian dilaksanakan, perlu Faktor-Faktor yang Memengaruhi Konsep
adanya suatu persiapan yang dilakukan Diri
peneliti seperti membuat jadwal penelitian Konsep diri terbentuk karena dipenga
yang tepat untuk bertemu dengan subyek, dan ruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah
memilih tiga orang remaja putri yang mengalami penampilan fisik (Hurlock, 1973). Pada masa
obesitas untuk dijadikan obyek penelitian. remaja khususnya remaja putri, penampilan
Alasan utama pemilihan ketiga subyek fisik merupakan hal yang sangat penting karena
responden tersebut adalah adanya pada masa ini individu mulai banyak
keterbatasan dari peneliti sendiri baik itu berinteraksi dengan lingkungan sosialnya dan
waktu, biaya, maupun kemampuan peneliti juga lawan jenisnya.
sendiri, tetapi sebelum penelitian dimulai Konsep diri positif yang dimiliki subyek
terlebih dahulu minta ijin kesediaan subyek pertama (FA) didukung oleh faktor individu
untuk bahan penelitian. Kemudian peneliti yang dapat berhubungan dengan individu lain
melakukan pendekatan terhadap subyek yang berarti bagi individu tersebut. Faktor
penelitian yang disebut rapport, yaitu sosial juga turut mendukung, hal ini dapat
menjalin hubungan antara peneliti dengan dilihat dari pergaulan subjek yang luas dan
subyek penelitian dengan melebur sehingga senang berteman dengan siapa saja serta
seolah-olah tidak ada lagi dinding pemisah merasa orang lain bersikap baik terhadap
diantara keduanya. dirinya sehingga meskipun subyek (FA)
Proses pelaksanaan penelitian. memiliki keadaan fisik yang obesitas subyek
Proses penelitian diawali dengan melihat tidak merasa diperlakukan secara berbeda
fenomena yang terjadi dilingkungan asrama dan subyek (FA) juga tetap lincah dan aktif
124 PSIKOVIDYA VOLUME 18 NOMOR 2 DESEMBER 2014
Konsep Diri Remaja Putri yang Mengalami Obesitas
secara fisik. Subyek (FA) mudah beradaptasi untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan
dengan lingkungan dan orang-orang yang baru faktor genetik. Penelitian terbaru Vivi (2004)
dikenalnya serta percaya diri. menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik
Subyek kedua (MA) dan ketiga (VJ) memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap
memiliki konsep diri yang negatif karena berat badan seseorang. Sementara subjek
mendapat perlakukan dalam keluarga yang kedua dan ketiga sudah mengalami obesitas
kurang memberi bimbingan dan kurang sejak kecil dan obesitas yang dialami lebih
mendukung perkembangan subyek. Sehingga disebabkan faktor genetik.
kedua subyek (MA) dan (VJ) memiliki Pada subyek kedua (MA) adalah faktor
hubungan yang kurang baik dengan teman- genetik juga ditambah oleh kurangnya aktifitas
teman dekatnya. Keadaan fisik yang obesitas fisik subyek (MA). Penambahan ukuran atau
membuat kedua subyek (MA) dan (VJ) jumlah sel-sel lemak (atau keduanya)
merasa dirinya berbeda orang lain dan juga menyebabkan bertambahnya jumlah lemak
dengan teman-teman di asrama. Lingkungan yang disimpan dalam tubuh. Penderita
asrama subyek (MA) dan (VJ) yang berada obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada
pada jenjang mahasiswi, membuat kedua masa kanak-kanak, bisa memiliki sel lemak
subyek mulai merasakan tekanan dari peer sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan
group untuk berpenampilan sama seperti or- dengan orang yang berat badannya normal.
ang-orang lain di sekelilingnya. Papalia Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi
(1998), mengatakan bahwa sebagian besar karena itu penurunan berat badan hanya dapat
remaja putri lebih memperhatikan tentang dilakukan dengan cara mengurangi jumlah
penampilan mereka dibandingkan aspek lain lemak di dalam setiap sel.
dari diri mereka, dan banyak dari remaja yang Sementara pada subyek ketiga (VJ)
tidak menyukai apa yang mereka lihat di kaca. selain karena faktor genetik, subyek (VJ) juga
memiliki pola makan yang berlebihan dan juga
PEMBAHASAN kurangnya aktifitas fisik serta kebiasaan
Ketiga subyek penelitian merupakan subyek (VJ) yang sering mengalihkan diri
remaja putri yang mengalami obesitas. Subyek pada makanan jika sedang merasa kesal.
(FA) pertama mengalami obesitas sejak tiga Obesitas banyak terjadi pada diri
tahun terakhir sejak duduk di bangku SMP, remaja terutama remaja putri karena pada
dan lebih disebabkan karena faktor internal saat ini terjadi peningkatan hormon estrogen
yaitu pola makan yang berlebihan atau makan dan progesteron yang menyebabkan per
dalam jumlah sangat banyak (binge) dan kembangan dari sel lemak dan penyimpanan
makan di malam hari (sindroma makan pada lemak tubuh (Hoffman dkk, 1994).
malam hari). Selain faktor eksternal juga ada Penyebab terjadinya obesitas pada
pengaruh genetik Obesitas cenderung subyek I , II, III disebabkan oleh faktor inter-
diturunkan, sehingga diduga memiliki nal: pola makan yang berlebihan atau makan
penyebab genetik. Tetapi anggota keluarga dalam jumlah yang sangat banyak dan
tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan mengkonsumsi makanan/ ngemil pada malam
dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa hari seperti pisang goreng, roti goreng, es
mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit crime, coklat, mie instan, bakso; faktor
ISSN : 0853-8050 125
Sri Yohana Pandu
eksternal: pengaruh genetik ayah dan ibunya obesitasnya tidaklah menjadi halangan baginya
mengalami obesitas dan kebiasaan gaya hidup untuk bisa bekerja dan merasa nyaman hidup
dalam keluarga. Selain faktor genetik, subyek dalam lingkungan sosialnya. Dengan berpikir
kurang beraktifitas fisik seperti olahraga. positif subyek mampu menghadapi kehidupan
didepannya, memampukan dirinya hidup
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI bersama dengan lingkungan sosialnya, mampu
Kesimpulan menghargai dan berpikir realitis tentang diri
Berdasarkan hasil penelitian tentang sendiri, sesama dan lingkungan sosialnya tanpa
konsep diri remaja putri yang mengalami merasa bahwa obesitasnya membuat dirinya
obesitas, di asrama putri Jalan Bendungan dianggap berbeda diantara teman-teman.
Sigura-gura Barat Malang Jawa Timur, bahwa Subyek kedua (MA) menunjukkan
secara umum ketiga subyek penelitian bahwa subyek cenderung mempunyai konsep
mengalami obesitas, namun mempunyai konsep diri yang negatif, subyek merasa dirinya
diri yang berbeda dari antara ketiga subyek berbeda dibandingkan dengan teman-teman
penelitian tersebut. Ketiga subyek sama-sama sebaya, subyek melihat dirinya lemah dan
menyadari adanya kegemukan tubuhnya, tetapi tidak berdaya. Subyek cenderung menunjuk
ketiga subyek sama-sama tidak melakukan kan kepribadiannya yang pemalu dan
monitor dirinya dengan baik. Ketiga subyek pendiam, cenderung menarik diri dari
tersebut mempunyai konsep diri yang berbeda- lingkungan sosialnya bahkan merasa dirinya
beda: Subyek I bisa menerima diri apa adanya ditolak oleh lingkungannya. Subyek merasa
dan mempunyai konsep diri yang baik, terbebani dengan keadaan fisiknya yang
sedangkan subyek II dan III, merasa minder gemuk, dan kurang luwes untuk bergerak.
dengan keadaan dirinya dan mempunyai Subyek lebih nyaman bila berada dalam
konsep diri yang negatif. Kedua subyek lingkungan yang sudah di kenal, tetapi bila
tersebut berusaha dengan berbagai cara untuk berada dalam kelompok besar maupun
menurunkan berat badannya. dilingkungan yang baru, subyek sangat merasa
Berdasarkan hasil penelitian menunjuk terganggu dan kaku. Subyek masih
kan bahwa subjek I memiliki konsep diri yang dipengaruhi oleh pengalaman masa kecilnya
positif, subyek tidak merasakan terbebani yang kurang menyenangkan, pada saat subyek
dengan berat badan dan postur badannya yang masih duduk dibangku SD subyek sudah
gemuk, dan tidak merasa dibedakan dari mengalami obesitas dan subyek menjadi bahan
teman-temannya yang sebaya. Subyek tetap ejekan teman-temannya, dan membuat
percaya diri, dan menikmati badannya yang subyek menjadi pribadi yang tertutup. Subyek
gemuk, bagi subyek yang penting adalah dia merasa tidak nyaman ketika orang tuanya
selalu sehat. Dan hal itu terlihat nampak dari mulai menetapkan peraturan pada dirinya dan
cara subyek (FA) berintraksi dengan saudaranya, karena peraturan dalam keluarga
lingkungan sosialnya, ketika subyek berada tidak membantu subyek bisa terbuka, subyek
dalam kelompok sebayanya maupun berbagai juga kurang diarahkan pada upaya menerima
kalangan usia. dan menghargai diri secara baik, dan pada saat
Pandangan positif subyek membuatnya subyek mengalami masa remaja yang
tidak berpikir negatif sehingga keadaan membingungkan, orang tua subyek justru
126 PSIKOVIDYA VOLUME 18 NOMOR 2 DESEMBER 2014
Konsep Diri Remaja Putri yang Mengalami Obesitas
melarang subyek begaul dengan teman-teman untuk menurunkan berat badannya dengan
sebaya terlebih dengan teman lain jenis, berbagai cara agar kelihatannya ideal dan
akibatnya subyek semakin takut membuka diri cantik. Pengalaman dalam berinteraksi dengan
pada orang lain, sehingga subyek tumbuh keluarga yang kurang menyenangkan, kurang
menjadi anak yang tertutup, gampang putus mendapat bimbingan dan perhatian, dapat
asa, mudah tersinggung dan suka mennyendiri. mempengaruhi pembentukan konsep diri
Pengaruh kepribadiannya yang pen subyek yang negatif.
diam menyebabkan subyek sulit untuk Faktor yang paling mempengaruhi
bercerita pada orang lain, tentang masalah perkembangan konsep diri pada ketiga remaja
yang dialaminya, subyek cenderung memilih yang mengalami obesitas dapat berasal dari
diam, dan menyimpan permasalahannya teman dekat ataupun keluarga, lingkungan
sendiri. Bila berhadapan dengan orang yang sekolah, orang tua, lingkungan sosial,
belum subyek kenal, subyek mengalami pengalaman atau perubahan yang besar
kesulitan berkomunikasi. berupa keadaan fisik atau penampilan fisik
Konsep diri subyek III (VJ), sama yang merupakan hal yang sangat diperhatikan
dengan subyek kedua cenderung negatif, terutama ketiga remaja putri yang mengalami
subyek lebih menyalahkan lingkungan yang obesitas, dan menjadi faktor yang sangat
membesarkan dirinya, khususnya lingkungan berperan dalam pembentukan konsep diri
keluarga yang dianggapnya mengekang dan individu.
memberikan hukuman bila dirinya berbuat Penilaian negatif dari lingkungan sosial
salah. Subyek merasa dirinya kurang membuat subyek II dan III yang mengalami
diperhatikan oleh kedua orang tuanya, kasih obesitas memandang dirinya secara nagatif
sayang yang diberikan oleh orang tuanya atau dengan kata lain konsep dirinya negatif,
hanya uang, sehingga bila dirinya sedang kesal sedangkan lingkungan berbeda dan juga
konpensasinya lari ke makanan, subyek tidak adanya penerimaan dari lingkungan sosial telah
mampu mengontrol keinginannya untuk tidak membuat subyek I memiliki penghargaan diri
makan, kebiasaan masa kecil memilih yang positif atau konsep diri positif.
makanan yang enak dan lezat mengakibatkan Obesitas yang dialami oleh ketiga
tubuhnya menjadi gemuk. Walaupun dirinya subyek tersebut tidak hanya berkaitan dengan
anak tunggal semata wayang, orang tua konsep diri. Obesitas dapat juga berakibat
mendidik dirinya terlalu keras, sehingga subyek pada aspek-aspek kepribadian lainnya pada
menunjukan konsep dirinya yang negatif yang individu. Untuk itu peneliti berharap agar
mengarah pada ketidak puasan pada dirinya, peneliti selanjutnya dapat menggali lebih
berlaku seakan-akan dirinya tidak ada artinya, banyak lagi aspek-aspek kepribadian
apa bila keinginannya tidak terpenuhi tersebut. Dapat juga melihat konsep diri dari
terkadang subyek minta perhatian secara tahap perkembangan usia madya atau usia
berlebihan pada orang di lingkungannya, lanjut, dimana konsep diri yang negatif besar
subyek cenderung memberontak dan pengaruhnya bagi lingkungan dan orang
mengurung diri di kamar. Subyek kurang sekitarnya, dan konsep diri yang positif itu
menerima keadaan dirinya, dengan postur sangat diperlukan untuk kehidupan dimasa tua.
badannya yang gemuk, maka subyek berusaha
ISSN : 0853-8050 127
Sri Yohana Pandu
masyarakat. Para Pembina bagaikan kompas Calhoun, J.F. Acocella, J.R. 1990. Psychology
yang memberikan petunjuk kepada remaja of Adjustment and Human Relation
untuk mengarahkan diri mereka. Oleh karena ship. New York: McGraw-Hill, Inc.
itu relasi maupun interaksi antara remaja
dengan pembina diharapkan terjalin dengan Coleman, J. C. 1984. Abnormal Psychology
baik, sehingga mereka mampu mengungkap and Modern Life. Illionis: Scott,
kan permasalahan yang mereka alami. Foresman and Company.
Situasi khusus yang menonjol dari
remaja adalah proses pematangan diri. Proses Creswell, J. W. 2010. Research design:
pematangan diri remaja bertumbuh menuju pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan
kepribadian dewasa secara integral mencakup mixed. Yogjakarta: PT Pustaka Pelajar.
fisik, mental, emosional, rohani dan intelektual. Dariyo, A. 2004. Psikologi perkembangan
Oleh karena itu, pembina asrama harus tahu Remaja. Jakarta: Ghalia Indonesia.
menempatkan diri, mengambil sikap kritis,
agar bisa mengajak remaja bertumbuh dan Dusek, J.B. 1996. Adolescence and Youth:
berkembang ke arah yang lebih baik. Psychological Development in A
Para pembina hendaknya mengarahkan Changing. NewYork: Harpercollins
para remaja yang tinggal di asrama khususnya Publisher. Inc.
remaja yang memiliki konsep diri yang
negatif, agar mereka dapat berkembang Erikson, E. H. 1968. Identity: Youth and
dengan baik sesuai harapan dan cita-cita Crisis. New York: Norton & Company.
mereka. Gunarsa, Singgih D dan Singgih D
Gunarsa.1989.Psikologi Remaja.
Jakarta: PT.Gunung Mulia.
DAFTAR RUJUKAN
Hasan. 2000. Metodologi penelitian
Ade. 2006. Gambaran Harga Diri Remaja kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Obesitas. Dibuka pada website.http:/ Rosdakarya.
www.tutorialkuliah.com. akses 5
oktober 2012. Hoffman, L., Paris,S. & Hall, E. 1994.
Developmental psychology today (6th
Albert, J. 2003. Obesitas, Tubuh Kelebihan ed). New York: Mc Graw-Hill,Inc.
Lemak,(online),(www.suaramerdeka.
com/harian/0307/28/ragam 1.htm œ Hurlock E. B. 1997.Psikologi Perkemba
7k. diakses 11 oktober 2012. ngan: Suatu Pendekatan Sepan
jang Rentang Kehidupan. Jakarta:
Burns, R.B.1993. Konsep Diri Teori, Erlangga.
Pengukuran,Perkembangan
dan Perilaku. Alih Bahasa: Eddy. Hurlock, B.E. 1999. Psikologi Perkemba
Jakarta: Penerbit Arcan. ngan: Suatu Pendekatan Sepan