Anda di halaman 1dari 25

Konsep Diri Remaja Putri yang Mengalami Obesitas

Sri Yohana Pandu


RS Panti Nirmala Malang

Abstract: The concept of teens influenced by several factors, one of them is the physical
appearance. By looking at physical factors, researchers want to know self-concept in
adolescent girls who is obese. The method used is qualitative. The subject of research is
three adolescent girls with age 19-21 years was done in street Bendungan Sigura-gura
Barat of Malang. The research results were obtained the subject of realizing that they
were obese but they did not notice with either. The third subject have the concept of
different self. The first subject can accept who she is and have a good self-concept,
while the second and third subject, felt not confidence with the state of himself and have
a negative self-concept. Both the subject was tried in various ways to reduce their weight
.
KeyWord: Self-concept, of teenagers and obesity

Abstrak: Konsep diri remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
penampilan fisik. Dengan melihat faktor fisik, peneliti ingin mengetahui konsep diri pada remaja
putri yang mengalami obesitas. Metode yang digunakan adalah kualitatif. Subyek penelitian
adalah tiga remaja putri dengan usia 19-21 tahun yang dilakukan di jalan Bendungan Sigura-
gura Barat Malang. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan subyek menyadari bahwa mereka
mengalami obesitas namun mereka tidak memperhatikannya dengan baik. Ketiga subyek
mempunyai konsep diri yang berbeda-beda. Subyek I bisa menerima diri apa adanya dan
mempunyai konsep diri yang baik, sedangkan subyek II dan III, merasa minder dengan keadaan
dirinya dan mempunyai konsep diri yang negatif dan kedua subyek tersebut berusaha dengan
berbagai cara untuk menurunkan berat badannya.

Kata Kunci: Konsep Diri, Remaja, dan Obesitas

Setiap individu memiliki pandangan gambaran tentang dirinya tersebut yang


yang berbeda terhadap dirinya, sejauh mana menentukan penilaian atas dirinya. Penilaian
individu tersebut menyadari dan menerima individu mengenai dirinya sendiri, baik bersifat
segala kelebihan dan kekurangan yang ada fisik, sosial maupun psikologis yang diperoleh
pada dirinya. Melalui pemahaman terhadap diri atau timbul dalam interaksi dengan lingkungan
sendiri maka individu dapat memberikan sosialnya disebut dengan konsep diri.
Salah satu aspek yang menonjol dalam
Alamat Korespondensi: Sri Yohana Pandu perkembangan remaja adalah perkembangan
E-Mail: yohanasri@yahoo.com fisik. Pertumbuhan fisik terus berlanjut,

ISSN : 0853-8050 107 107


Sri Yohana Pandu

sehingga mencapai kematangan pada akhir seperti adanya pandangan wanita bertubuh
periode remaja. Penerimaan dan penolakan kurus atau langsing, ideal merupakan sosok
terhadap berbagai perubahan dalam tubuh yang wajib dimiliki sebagai salah satu faktor
akan sangat mempengaruhi kesiapan remaja penunjang dalam interaksi sosial. Obesitas di
dalam memasuki dunia dewasa. Pada remaja kalangan remaja ini sangat erat kaitannya
putri khususnya, perubahan penampilan fisik dengan adanya perubahan gaya hidup sebagai
akan lebih terlihat dari sebelumnya. Kelebihan dampak dari kemajuan teknologi dan
berat badan dari ukuran ideal atau biasa pengaruh globalisasi. Secara spesifik dampak
disebut dengan obesitas merupakan suatu hal obesitas terhadap kalangan remaja tentunya
yang ditakuti oleh banyak remaja putri, karena dapat dikaji dari berbagai sudut. Misalnya
dapat merusak penampilan dan citranya secara psikologis dampak obesitas di kalangan
sebagai seorang wanita. Pada tahap remaja remaja adalah muncul rasa kurang percaya diri
individu mulai memantapkan konsep diri yang dalam pergaulan karena bobot tubuhnya diatas
dimilikinya melalui pengalaman yang di rata-rata teman sebaya. Selain itu dampak
terimanya dari lingkungan dan juga bagaimana dikalangan remaja adalah menjadi kurang
individu memandang dirinya sendiri. luwes dalam melaksanakan aktivitas sehari-
Pengalaman berinteraksi dengan hari di berbagai bidang.
keluarga, lingkungan termasuk teman sebaya Papalia, Olds, dan Feldman (2001)
merupa kan hal-hal yang dapat mempengaruhi mengatakan kegemukan atau obesitas, yaitu
pembentukan konsep diri seseorang. kondisi dimana seseorang memiliki lemak
Pengalaman yang menyenangkan akan mem tubuh dalam jumlah yang berlebihan. Walaupun
berikan pengaruh positif bagi terbentuknya saat ini banyak orang yang berlomba-lomba
konsep diri seseorang, begitu pula sebalik menyuarakan bahwa kecantikan dari dalam
nya. lebih penting dari pada sekedar kecantikan
Konsep diri dipengaruhi oleh berbagai lahiriah, tapi tidak dapat dipungkiri bahwa
faktor termasuk penampilan fisik. Dengan penampilan dapat mempengaruhi bagaimana
pandangan masyarakat yang menganggap individu memandang dirinya dan akhirnya akan
bahwa kecantikan dilihat dari penampilan dan mempengaruhi konsep dirinya. Oleh karena
bahwa “cantik itu langsing,” maka obesitas itu peneliti melihat bahwa penelitian ini penting
yang dialami remaja akan berpengaruh untuk memperoleh gambaran mengenai
terhadap penampilan dan akhirnya mempe konsep diri pada remaja putri yang mengalami
ngaruhi konsep dirinya. obesitas.
Di kalangan remaja permasalahan Seseorang yang mengalami obesitas
obesitas menjadikan masalah tersendiri. Hal cenderung memiliki kemampuan yang lemah
ini diakibatkan oleh adanya ciri masa remaja untuk berhubungan dengan orang lain. Dimana
sebagai masa pencarian jati diri dan remaja penampilan fisik menjadi penentu yang penting
mulai memperhatikan penampilannya sebagai dalam awal pembentukan hubungan dengan
penunjang interaksi sosial. Masa remaja ini orang lain, karena kemampuan untuk mengerti
pada akhirnya membawa permasalahan orang lain akan berjalan baik jika kesan
obesitas tidak hanya mengenai keadaan fisik pertama yang ditimbulkan berjalan dengan
saja, tetapi lebih cenderung ke arah psikologis, baik. Apabila ditinjau dari segi psikologisnya,
108 PSIKOVIDYA VOLUME 18 NOMOR 2 DESEMBER 2014
Konsep Diri Remaja Putri yang Mengalami Obesitas

pengaruh teman sebaya dapat menjadi positif yang akrab dengan dirinya. Kedua subyek
dan negatif, bahwa melalui hubungan teman menceritakan bahwa teman-temannya kurang
sebayalah, remaja belajar mengenai pola menerima keadaan dirinya, selalu mengejek
hubungan yang timbal balik dan setara. dengan panggilan “gendut” dan menghindari
Safaria (2005), menyatakan bahwa dirinya. Subyek kedua dan ketiga seringkali
remaja terkadang malas untuk bergabung merasa malu dengan perlakuan yang diberikan
dengan teman-teman sebayanya karena sering oleh teman-temannya sehingga ia berusaha
kali diejek oleh teman-temannya sehingga menutup dirinya dari pergaulan dengan teman-
membuat remaja menjadi takut untuk temannya. Subyek kedua dan ketiga merasa
bergabung dengan teman sebayanya. Remaja tidak nyaman dengan kondisi fisiknya dan
akan merasa tertekan dengan situasi tersebut cenderung menghindari teman-temannya.
dan mengisolasi diri. Remaja yang terisolasi Selain merasa dihindari subyek kedua dan
secara sosial bila berlangsung dalam jangka ketiga sering merasa kesepian dan tidak
waktu yang cukup lama akan menyebabkan mempunyai teman karena menilai dirinya tidak
penyakit sosial seperti kesepian, konsep diri berharga. Konsep diri mereka lebih condong
yang rendah, menarik diri, penilaian sosial pada konsep yang negatif, seperti menilai diri
yang kurang baik, bahkan dikatakan orang yang jelek, tidak menarik, bodoh, tidak biasa
yang tidak ramah. bergaul, gangguan konsep diri dan merasa
Dalam penelitian ini peneliti mengambil tidak sebanding dengan teman-temannya.
tiga orang subyek penelitian, dan faktor yang Akibatnya kedua subyek menjadi cemas dan
paling mempengaruhi perkembangan konsep putus asa untuk menjalin hubungan dengan
diri pada ketiga remaja yang mengalami teman sebayanya, sehingga mudah merasa
obesitas tersebut, terbukti pengaruh teman malu, rendah diri, takut ditolak oleh teman
dekat, keluarga, lingkungan sekolah, orang sebayanya. Pengaruh kepercayaan diri
tua, lingkungan sosial, pengalaman atau rendah kedua subyek tersebut cenderung
perubahan yang besar berupa keadaan fisik mengkritik diri sendiri secara berlebihan, selalu
atau penampilan fisik yang merupakan hal yang menilai negatif diri sendiri, dan mempengaruhi
sangat diperhatikan terutama ketiga remaja konsep diri negatif.
putri yang mengalami obesitas, dan menjadi Sedangkan lingkungan berbeda dan
faktor yang sangat berperan dalam juga adanya penerimaan dari lingkungan sosial
pembentukan konsep diri. Pada kasus yang telah membuat subyek pertama memiliki
terjadi dalam penelitian ini, subyek kedua dan penghargaan diri yang positif atau konsep diri
ketiga remaja putri yang berstatus mahasiswi positif. Subyek pertama memiliki konsep diri
di Universitas Widya Karya, menyatakan positif yakin dengan kemampuannya mengatasi
bahwa dengan bentuk tubuh yang dimilikinya, masalah, subyek pertama merasa setara
seringkali merasakan dirinya dijauhi oleh dengan orang-orang lain, mampu menerima
teman-temannya. pujian tanpa rasa malu, menyadari bahwa
Subyek kedua dan ketiga memiliki setiap orang mempunyai berbagai perasaan,
permasalahan dengan bentuk tubuhnya yang keinginan, juga perilaku, dan mampu
obesitas. Dalam pergaulan subyek kedua dan memperbaiki dirinya karena ia sanggup
ketiga hanya memiliki beberapa teman saja mengungkapkan aspek-aspek kepribadian
ISSN : 0853-8050 109
Sri Yohana Pandu

yang tidak disenanginya dan berusaha Konsep diri adalah pendapat diri mengenai diri
mengubahnya. sendiri. Konsep tentang diri hanya dapat dalam
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa pikiran seseorang dan bukan dalam realitas
remaja putri yang mengalami obesitas yang kongkrit, namun mempunyai pengaruh
cenderung memiliki permasalahan dengan yang besar terhadap keseluruhan prilaku yang
konsep diri. Berdasarkan hasil penelitian, ditampilkan oleh seseorang (Gunarsa, 1989).
remaja putri menggambarkan dirinya seorang Cara pandang individu terhadap dirinya
yang besar dan banyak kekurangan. Remaja akan membentuk suatu konsep tentang diri
putri tidak dapat menemukan kelebihan pada sendiri. Konsep tentang diri merupakan hal
fisiknya, selalu merasa tingkah lakunya yang penting bagi kehidupan individu karena
berlebihan yang tidak sesuai dengan apa yang konsep diri menentukan bagaimana individu
diharapkan orang lain. bertindak dalam berbagai situasi (Calhoun &
Sementara itu, terlihat juga bahwa Acoccela, 1990). Hal ini termasuk persepsi
obesitas yang terjadi pada diri remaja putri individu akan sifat dan kemampuannya,
khususnya ketiga subyek yang diwawancara interaksi dengan orang lain dan lingkungan,
dan diobservasi dapat disebabkan oleh nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman
berbagai faktor terutama pola makan yang dan objek, tujuan serta keinginannya. Hal ini
berlebihan dan faktor genetis dari orangtua termasuk persepsi individu akan sifat dan
yang juga mengalami obesitas. Remaja putri kemampuannya, interaksi dengan orang lain
yang tinggal di asrama putri Jalan Bendungan dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan
Sigura-gura Barat Kota Malang sangat dengan pengalaman dan objek, tujuan serta
menarik untuk bahan penelitian tentang konsep keinginannya.
diri pada remaja yang mengalami obesitas. Penghargaan mengenai diri akan
Remaja putri yang tinggal dilokasi tersebut menentukan bagaimana individu akan
memiliki peluang yang cukup besar untuk bertindak dalam hidup. Apabila seorang
makan di luar rumah dan mengkonsumsi individu berpikir bahwa dirinya bisa, maka
makanan cepat saji. Selain itu disekitar lokasi individu tersebut cenderung sukses, dan bila
juga banyak pedagang goreng-gorengan, individu tersebut berpikir bahwa dirinya gagal,
sehingga remaja putri mempunyai kebiasaan maka dirinya telah menyiapkan diri untuk
ngemil, suka makanan gorengan. Dengan pola gagal. Jadi bisa dikatakan bahwa konsep diri
makan yang tidak seimbang dapat menjadi merupakan bagian diri yang mempengaruhi
salah satu faktor yang menyebabkan obesitas setiap aspek pengalaman, baik itu pikiran,
pada tiga orang subyek yang yang tinggal di perasaan, persepsi dan tingkah laku individu
asrama. Selain itu, belum pernah dilakukan (Calhoun & Acoccela, 1990). Singkatnya,
penelitian sejenis sebelumnya pada asrama konsep diri diartikan sebagai gambaran men-
tersebut. tal individu yang terdiri dari pengetahuan
Konsep diri adalah suatu gambaran yang tentang diri sendiri, pengharapan bagi diri
merupakan campuran dari apa yang kita sendiri dan penilaian terhadap diri sendiri.
pikirkan, pendapat dari orang-orang Berdasarkan pendapat ahli, maka dapat
mengenai diri kita dan seperti apa yang kita diambil kesimpulan bahwa konsep diri
inginkan dari diri kita (Burns, 1993). merupakan suatu hal yang sangat penting
110 PSIKOVIDYA VOLUME 18 NOMOR 2 DESEMBER 2014
Konsep Diri Remaja Putri yang Mengalami Obesitas

dalam pengintegrasian kepribadian, memo benar-benar tidak teratur, tidak memiliki


tivasi tingkah laku sehingga pada akhirnya akan perasaan kestabilan dan keutuhan diri. Individu
tercapai kesehatan mental. Konsep diri dapat tersebut benar-benar tidak tahu siapa dirinya,
diartikan sebagai gambaran yang ada pada diri kekuatan dan kelemahannya atau yang
individu yang berisikan tentang bagaimana dihargai dalam kehidupannya.
individu melihat dirinya sendiri sebagai pribadi 2) Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu
yang disebut dengan pengetahuan diri, stabil dan teratur. Hal ini bisa terjadi karena
bagaimana individu merasa atas dirinya yang individu dididik dengan cara yang sangat keras,
merupakan penilaian diri sendiri serta sehingga menciptakan citra diri yang tidak
bagaimana individu menginginkan diri sendiri mengizinkan adanya penyimpangan dari
sebagai manusia yang diharapkan. seperangkat hukum yang dalam pikirannya
Calhoun & Acoccela (1990) merupakan cara hidup yang tepat.
menyatakan bahwa dalam perkembangannya Pada masa remaja, banyak remaja yang
konsep diri terbagi dua, yaitu konsep diri menggunakan standar kelompok sebagai
positif dan konsep diri negatif. Konsep diri dasar dalam membentuk konsep diri yang
positif lebih kepada penerimaan diri bukan ideal. Beberapa kondisi lain yang mem
sebagai suatu kebanggaan yang besar tentang pengaruhi pembentukan konsep diri,
diri. Konsep diri positif bersifat stabil dan kepatuhan seks, hubungan keluarga, teman-
bervariasi. Individu yang memiliki konsep diri teman, kreativitas dan cita-cita (Hurlock
positif adalah individu yang tahu betul tentang 1997).
dirinya, dapat memahami dan menerima Konsep diri merupakan gambaran men-
sejumlah fakta yang bermacam-macam tal yang dimiliki oleh seorang individu.
tentang dirinya sendiri, evaluasi terhadap Gambaran mental yang dimiliki oleh individu
dirinya sendiri menjadi positif dan dapat memiliki tiga aspek, yaitu pengetahuan yang
menerima keberadaan orang lain. Individu dimiliki individu mengenai dirinya sendiri,
yang memiliki konsep diri yang positif akan pengharapan yang dimiliki individu untuk
merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan dirinya sendiri, serta penilaian mengenai
realitas, yaitu tujuan yang mempunyai dirinya sendiri (Calhoun & Acoccela, 1990).
kemungkinan besar untuk dapat dicapai, a. Pengetahuan
mampu menghadapi kehidupan didepannya Dimensi pertama konsep diri adalah
serta menganggap bahwa hidup adalah suatu pengetahuan. Pengetahuan mengenai individu
proses penemuan. Singkatnya, individu yang adalah apa yang diketahui individu mengenai
memiliki konsep diri positif adalah individu dirinya sendiri. Hal ini mengacu pada istilah-
yang tahu betul siapa dirinya sehingga dirinya istilah kuantitas, seperti usia, jenis kelamin,
menerima segala kelebihan dan kekurangan, kebangsaan, pekerjaan, dan lain-lain dan
evaluasi terhadap dirinya menjadi lebih positif sesuatu yang merujuk pada istilah kualitas,
serta mampu merancang tujuan-tujuan yang seperti individu yang baik hati, egois, tenang,
sesuai dengan realitas. dan bertemperamen tinggi.
Calhoun & Acoccela membagi konsep b. Harapan
diri negatif menjadi dua tipe, yaitu: Dimensi kedua dari konsep diri menurut
1) Pandangan individu tentang dirinya sendiri Rogers adalah harapan. Selain individu
ISSN : 0853-8050 111
Sri Yohana Pandu

mempunyai satu set pandangan tentang siapa menyalahkan dan menolak, maka individu
dirinya, individu juga mempunyai satu set tidak akan menyenangi dirinya sediri
pandangan lain, yaitu tentang kemungkinan (Pudjijogyanti, 1988).
menjadi apa di masa mendatang (Calhoun &
Acoccela, 1990). Singkatnya, individu b. Peranan sosial
mempunyai pengharapan bagi dirinya sendiri Konsep diri terbentuk karena adanya
dan pengharapan tersebut berbeda-beda pada interaksi seseorang dengan orang sekitarnya.
setiap individu. Apa yang dipersepsi seseorang tentang dirinya,
c. Penilaian tidak terlepas dari struktur, peran dan status
Dimensi terakhir dari konsep diri adalah sosial yang disandang orang tersebut. Struktur,
penilaian terhadap diri sendiri. Individu peran dan status sosial merupakan gejala yang
berkedudukan sebagai penilai terhadap dirinya dihasilkan dari adanya interaksi antar individu
sendiri setiap hari. Penilaian terhadap diri yang satu dengan individu yang lain, antar
sendiri adalah pengukuran individu tentang individu dengan kelompok, atau kelompok
keadaannya saat ini dengan apa yang dengan kelompok. Adanya struktur, peran
menurutnya dapat dan terjadi pada dirinya. dan status sosial yang menyertai seluruh
perilaku individu dipengaruhi oleh faktor sosial.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Adanya faktor sosial terhadap perkembangan
Diri konsep diri individu telah dibuktikan oleh
Konsep diri merupakan produk sosial, Rosenberg bahwa perkembangan konsep diri
yang dibentuk melalui proses internalisasi dan tidak terlepas dari pengaruh status sosial,
organisasi pengalaman-pengalaman psikolo agama, ras dan bahwa individu yang berstatus
gis. sosial yang tinggi akan mempunyai konsep
diri yang lebih positif dibandingkan individu
a. Peran Orang Tua
yang berstatus sosial rendah (Pudjijogyanti,
Ketika masih kecil, orang penting bagi
1988).
seorang anak adalah orang tua dan saudara-
saudaranya yang tinggal serumah. Merekalah
c. Belajar
yang pertama-tama menanggapi perilaku
Konsep diri menurut Hillgard & Bower
anak, sehingga secara perlahan-lahan
merupakan produk belajar. Proses belajar ini
terbentuklah konsep diri anak. Segala
terjadi setiap hari dan umumnya tidak disadari
sanjungan, senyuman, pujian dan penghargaan
oleh individu. Belajar disini bisa diartikan
akan menyebabkan penilaian positif terhadap
sebagai perubahan psikologis yang relatif
diri seseorang. Sedangkan ejekan, cemoohan
permanen yang terjadi sebagai konsekuensi
dan hardikan akan menyebabkan penilaian
dari pengalaman (Retnaningsih & Ritandi
yang negatif terhadap dirinya. Sullivan
yono, 1996). Seorang anak yang pendek,
menjelaskan bahwa jika seseorang diterima
melalui pengalamannya dipanggil “udang” oleh
orang lain, dihormati dan disenangi karena
teman-temannya, akan tahu bahwa pendek
keadaan dirinya, maka individu akan bersikap
bukanlah sifat yang dihargai dan oleh karena
menghormati dan menerima dirinya.
itu meragukan dirinya.
Sebaliknya, bila orang lain selalu meremehkan,

112 PSIKOVIDYA VOLUME 18 NOMOR 2 DESEMBER 2014


Konsep Diri Remaja Putri yang Mengalami Obesitas

Obesitas diperoleh dengan cara membagi berat badan


Obesitas adalah suatu keadaan dimana (kg) dengan kuadrat dari tinggi badan (meter).
terjadi penumpukan lemak tubuh yang Klasifikasi obesitas dilakukan dengan cara:
berlebih, sehingga berat badan seseorang bisa Bodi Mass Index
jauh diatas normal dan dapat membahayakan
kesehatan. (Siswono, 2007). (BMI/ IMT)
Berdasarkan beberapa pendapat ahli BB (kg)      IMT= ——————
diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa TBx TB (m)2
obesitas merupakan kelebihan berat badan
jauh melebihi berat badan diatas normal atau Kategori Body Mass Index (BMI) adalah
ketidakseimbangan jumlah makanan yang sebagai berikut:
masuk dibandingkan pengeluaran energi oleh 1) Nilai BMI < 18,5 : BB dibawah normal
tubuh sebagai akibat dari konsumsi makanan 2) Nilai BMI 18.5 - 22.9 : BB Normal
yang jauh melebihi kebutuhannya. 3) Nilai BMI > 25,0 : Obesitas
Istilah normal, kelebihan berat badan
(overweight), dan obesitas (obese) dapat
Dampak Dari Obesitas
berbeda-beda, masing-masing negara dan
Menurut Vivi (2004) dampak obesitas
budaya mempunyai kriteria sendiri-sendiri.
dapat terjadi dalam jangka panjang maupun
Oleh karena itu, WHO menetapkan suatu
jangka pendek, misalnya :
pengukuran atau klasifikasi obesitas yang
a. Gangguan psikososial.
tidak bergantung pada bias-bias kebudayaan.
Rasa rendah diri, depresif dan menarik diri
Metode yang paling berguna dan
dari lingkungan. Hal ini karena anak
banyak digunakan untuk mengukur tingkat
obesitas sering menjadi korban bahan olok-
obesitas adalah BMI (Body Mass Index),
olokan teman main dan teman sekolah.
yang didapat dengan cara membagi berat
Dapat pula karena ketidakmampuan untuk
badan (kg) dengan kuadrat dari tinggi badan
melaksana kan suatu tugas atau kegiatan
(meter). Nilai BMI yang didapat tidak
terutama olahraga akibat adanya hambatan
tergantung pada umur dan jenis kelamin.
pergerakan oleh obesitasnya.
Berat Badan (Kg) Indeks Masa Tubuh=
b. Pertumbuhan fisik atau linier yang lebih ce
Tinggi Badan (m2). Menurut Sheridan dan
pat dan usia tulang yang lebih lanjut
Radmacker (1992) Indeks Massa Tubuh
dibanding usia biologisnya.
(IMT) dapat diperoleh dengan cara membagi
c. Masalah cedera akut, kronis, dan trauma
berat badan (kg) dengan kuadrat dari tinggi
(ortopedi) akibat beban tubuh yang terlalu
badan (meter). Perbandingan yang normal
berat.
antara lemak dengan berat badan adalah 25-
d. Gangguan pernafasan seperti infeksi saluran
30% pada wanita dan 18-23% pada pria.
nafas, tidur ngorok, sering mengantuk siang
Wanita dengan lemak tubuh lebih 30% dari
hari.
pria dengan lemak tubuh lebih dari 25%
dianggap mengalami obisitas.
Faktor-faktor Yang Menyebabkan Obesitas
Menurut Sheridan dan Radmacker
Menurut Coleman (1984) obesitas
(1992) Indeks Massa Tubuh (IMT) dapat
dapat disebabkan beberapa faktor, adalah:
ISSN : 0853-8050 113
Sri Yohana Pandu

1) Faktor Biologis pada wanita terutama setelah kehamilan dan


Sebagian orang memiliki kegemaran pada saat menopause. Mungkin saja
mengkonsumsi makanan tinggi kalori tanpa obesitas pada wanita disebabkan karena
pelepasan yang signifikan, akan lebih mudah pengaruh faktor endokrin, karena kondisi
memiliki masalah dengan berat badan yang ini muncul pada saat-saat adanya perubahan
berlebih. hormonal tersebut diatas.
2) Faktor Psikososial 6) Aktivitas fisik
Dalam banyak kasus kunci utama dari Seperti diketahui, setiap orang
kebiasaan makan dalam porsi yang banyak memerlukan masukan tenaga untuk
dalam keluarga. Beberapa keluarga memenuhi kebutuhan tenaga basal dan
beranggapan bayi yang gemuk adalah bayi tenaga untuk aktivitas fisik. Kebutuhan
yang sehat, sehingga orang tua mengusaha untuk aktivitas juga beragam tergantung
kan agar anak tersebut makan lebih banyak pada aktivitas seseorang. Obesitas banyak
tanpa melihat akibat kemasa depan, anak dijumpai pada orang yang kurang
akan mengalami obisitas pada usia melakukan aktivitas fisik dan kebanyakan
selanjutnya khusus pada masa remaja. duduk. Di masa industri sekarang ini, dengan
3) Faktor Sosio kultural meningkatnya mekanisasi dan kemudahan
Perbedaan budaya memiliki perbedaan transportasi, orang cenderung kurang gerak
konsep mengenai kecantikan. Ada yang atau menggunakan sedikit tenaga untuk
menganggap kurus adalah simbol cantik aktivitas sehari-hari. Dengan demikian
atau indah. Sedangkan bagi beberapa kurangnya pemanfaatan tenaga akan
budaya tubuh yang gemuk adalah simbol menyebabkan simpanan tenaga tidak akan
kecantikan, kekayaan dan kekuasaan. banyak digunakan dan lambat laun akan
4) Faktor usia semakin bertumpuk sehingga menyebabkan
Meskipun dapat terjadi pada semua obesitas. Jadi, memper banyak aktivitas fisik
umur, obesitas sering dianggap sebagai sangat dianjurkan, disamping sudah tentu
kelainan pada umur pertengahan. Obesitas disertai pengaturan diet.
yang muncul pada tahun pertama kehidupan 7) Kebiasaan makan
biasanya disertai perkembangan rangka Obesitas sering dijumpai pada orang
yang cepat dan anak menjadi besar untuk yang senang masak atau bekerja di dapur.
umurnya. Anak-anak yang mengalami Disamping itu juga dijumpai pada orang
obesitas cenderung menjadi orang dewasa yang memiliki gejala suka makan pada
yang juga obesitas. Obesitas pada anak waktu malam. Ini biasa menyertai insomnia
muda sering dijumpai pada keluarga miskin. dan hilangnya nafsu makan pada waktu pagi
Keadaan semacam ini misalnya keluarga hari. Ada seorang beranggapan bahwa
pedagang pegawai. semua orang gemuk adalah orang yang suka
5) Jenis kelamin makan. Ternyata beberapa peneliti
Jenis kelamin tampaknya juga ikut menunjukkan bahwa orang gemuk tidak
berperan dalam timbulnya obesitas. makan lebih banyak dibanding orang kurus.
Meskipun dapat terjadi pada kedua jenis Bahkan terkadang orang kurus menyatakan
kelamin, tetapi obesitas lebih umum dijumpai
sudah makan banyak tetapi tetap kurus.
114 PSIKOVIDYA VOLUME 18 NOMOR 2 DESEMBER 2014
Konsep Diri Remaja Putri yang Mengalami Obesitas

8) Faktor psikologis antara masa anak-anak dan dewasa. Remaja


Banyak orang yang memberikan reaksi lebih dari sebuah transisi. Ini merupakan tahap
terhadap emosinya dengan makan.Salah perkembangan, sama seperti anak-anak dan
satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi dewasa (Dusek, 1996).
diri yang negatif. Gangguan ini merupakan Remaja adalah masa transisi dari masa
masalah yang serius pada banyak wanita kanak-kanak menuju masa dewasa dalam
muda yang menderita obesitas, dan bisa aspek biologis, kognitif dan emosional serta
menimbulkan kesadaran yang berlebihan mempunyai usia 12 tahun sampai awal 22
tentang kegemukannya serta rasa tidak tahun.
nyaman dalam pergaulan sosial. Masa remaja adalah masa peralihan
9)Faktor Genetis manusia dari anak-anak menuju dewasa,
Faktor genetis merupakan salah satu waktu manusia berumur belasan tahun
faktor yang juga berperan dalam timbulnya (Moersintowarti, 2002).
obesitas. Telah lama diamati bahwa anak- Menurut Muangman, WHO (1974)
anak obesitas umumnya berasal dari keluar memberikan definisi remaja yang bersifat
ga dengan orang tua obesitas. Bila salah satu konseptual dan mengandung tiga kriteria, yaitu:
orang tua obesitas, kira-kira 40-50% anak- a. Individu berkembang dari saat ia pertama
anaknya akan menjadi obesitas, sedangkan kali menunjukkan tanda-tanda seksual se
bila kedua orangtua obesitas, 80% anak- kundernya sampai saat ia mengalami
anaknya akan menjadi obesitas. Barangkali kematangan seksual.
saja timbulnya obesitas dalam keluarga b.Individu mengalami perkembangan
semacam ini lebih ditentukan karena psikologis dan pola identifikasi dari kanak-
kebiasaan makan dalam keluarga yang kanak menjadi dewasa.
bersangkutan, dan bukan karena faktor c. Terjadi pengalihan dari ketergantungan so
genetis yang khusus. sial ekonomi yang penuh kepada keadaan
Pengamatan selama setahun terhadap yang relatif lebih mandiri. (Sarwono, 1989).
bayi-bayi yang ibunya obesitas menunjukkan Masa remaja atau masa adolesensi
bahwa 50% diantaranya menjadi obesitas adalah suatu fase perkembangan yang dinamis
bukan karena makannya yang berlebihan. dalam kehidupan seorang individu. Masa ini
Dikatakan bahwa pada bayi-bayi tersebut merupakan periode transisi dari masa anak ke
terdapat pengurangan kalori yang dibakar. masa dewasa yang ditandai dengan
Jadi, diduga bahwa beberapa orang memang percepatan perkembangan fisik, mental,
sacara genetis sudah terprogram untuk emosional, sosial dan berlangsung pada
obesitas. dekade kedua masa kehidupan (Narendra, et.
Masa remaja adalah masa peralihan al, 2002)
manusia dari anak-anak menuju dewasa. Istilah Adolescence atau remaja berasal
Waktu manusia berumur belasan tahun dari kata latin adolescere (kata Belanda, ado-
(Moersintowarti, 2002). Dimasa remaja lescence yang berarti remaja) yang berarti
manusia tidak dapat disebut dewasa tetapi tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa,
tidak dapat pula disebut anak-anak. merupakan masa peralihan dari masa kanak-
Remaja dilihat sebagai jembatan biologis kanak ke dewasa, dimulai saat anak secara
ISSN : 0853-8050 115
Sri Yohana Pandu

seksual matang dan berakhir saat mencapai tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan
usia matang secara hukum (Hurlock, 1999). kematangan organ seksual dan fungsi
Di masa remaja manusia tidak dapat reproduksi.
disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula 2) Perkembangan kognitif
disebut anak-anak. Pada umumnya masa Perkembangan kognitif adalah
remaja dibagi dalam 2 periode yaitu; perubahan kemampuan mental seperti
1) Periode Masa Puber Usia 12-18 Tahun. belajar, memori, menalar, berpikir, dan
a. Masa pra pubertas: peralihan dari akhir bahasa. Piaget mengemukakan bahwa pada
masa kanak-kanak ke masa awal masa remaja terjadi kematangan kognitif,
pubertas cirinya: anak tidak suka yaitu interaksi dari struktur otak yang telah
diperlakukan seperti anak kecil lagi; anak sempurna dan lingkungan sosial yang
mulai bersifat kritis. semakin luas untuk eksperimentasi
b. Masa pubertas usia 14-16 tahun masa memungkinkan remaja untuk berpikir
remaja awal dengan ciri-ciri: mulai cemas abstrak. Piaget menyebut tahap perkemba
dan bingung tentang perubahan fisiknya; ngan kognitif ini sebagai tahap operasi for-
memperhatikan penampilan; sikapnya mal (Papalia & Olds, 2001).
tidak menentu; suka berelompok dengan 3) Perkembangan kepribadian dan sosial
teman sebaya atau senasib. Perkembangan kepribadian adalah
c. Masa akhir pubertas usia 17-18 tahun; perubahan cara individu berhubungan
peralihan dari masa pubertas ke masa dengan dunia dan menyatakan emosi secara
adolesen dengan ciri-ciri: pertumbuhan unik; sedangkan perkembangan sosial
fisik sudah mulai matang tetapi kedewasa berarti perubahan dalam berhubungan
an psikologisnya belum tercapai sepenuh dengan orang lain (Papalia Olds, 2001).
nya; proses kedewasaan jasmania pada Tugas perkembangan remaja menurut
remaja putri lebih awal dari remaja putra. Havighurst antara lain :
2) Periode Remaja Adolesen usia 19-21 tahun 1) Memperluas hubungan antara pribadi dan
merupakan masa akhir remaja. Beberapa berkomunikasi secara lebih dewasa dengan
sifat penting pada masa ini adalah: kawan sebaya, baik laki-laki maupun
a. Perhatiannya tertutup pada hal-hal realis perempuan.
tis. 2) Memperoleh peranan sosial.
b. Mulai menyadari akan realitas. 3) Menerima kebutuhannya dan mengguna
c. Sikapnya mulai jelas tentang hidup. kannya dengan efektif.
d. Mulai nampak minat dan bakatnya. 4) Memperoleh kebebasan emosional dari
Aspek-aspek perkembangan remaja orangtua dan orang dewasa lainnya.
meliputi: 5) Mencapai kepastian akan kebebasan dan
1) Perkembangan fisik kemampuan berdiri sendiri.
Perkembangan fisik adalah perubahan- 6) Memilih dan mempersiapkan lapangan
perubahan pada tubuh, otak, kapasitas pekerjaan.
sensoris dan keterampilan motorik (Papalia 7) Mempersiapkan diri dalam pembentukan
Olds, 2001). Perubahan pada tubuh di keluarga.
tandai dengan pertambahan tinggi dan berat 8) Membentuk sistem nilai, moralitas dan
116 PSIKOVIDYA VOLUME 18 NOMOR 2 DESEMBER 2014
Konsep Diri Remaja Putri yang Mengalami Obesitas

falsafah hidup (Gunarsa, 1991). melebihi kadar yang dibutuhkan oleh tubuh
Erikson (1968), mengatakan bahwa maka dapat menyebabkan kondisi obesitas.
tugas utama remaja adalah menghadapi iden- Obesitas itu sendiri memiliki efek terhadap diri
tity versus identity confusion, yang seorang remaja putri dalam berinteraksi
merupakan krisis ke-5 dalam tahap perkem dengan lingkungan sosialnya.
bangan psikososial yang diutarakannya. Remaja putri yang mengalami obesitas
Tugas perkembangan ini bertujuan memiliki pandangan berbeda-beda terhadap
untuk mencari identitas diri agar nantinya dirinya. Kehidupan sosial dan interaksi dengan
remaja dapat menjadi orang dewasa yang unik orang lain akan mempengaruhi bagaimana
dengan sense of self yang koheren dan peran seorang remaja putri mengalami obesitas
yang bernilai di masyarakat (Papalia, Olds, dan memahami dan mempersepsikan dirinya.
Feldman, 2001). Konsep diri pada remaja putri yang
Remaja bermacam-macam, salah satu mengalami obesitas akan mempengaruhi
aspek yang cukup menonjol adalah bagaimana ia memandang dan menerima
perkembangan fisik yang akan terus berlanjut kondisi fisiknya. Remaja putri yang memiliki
hingga mencapai kematangan. Penerimaan dan konsep diri negatif akan mengalami
penolakan terhadap perkembangan fisik kecemasan dan perasaan tidak nyaman akan
sangat dipengaruhi oleh bagaimana remaja penampilan fisiknya, namun jika remaja putri
tersebut memahami dirinya. Pada remaja putri tersebut memiliki konsep diri yang positif maka
khususnya, perubahan fisik akan lebih terlihat penerimaan terhadap dirinya pun dapat secara
sehingga diperlukan pemahaman yang sehat apa adanya tanpa harus merasa cemas dan
terhadap dirinya sendiri. Seperti yang dikata bersalah terhadap keadaan fisiknya.
kan Retnaningsih (1996) bahwa konsep diri Dari penelitian-penelitian mengenai
merupakan persepsi mengenai dirinya sendiri, orang-orang yang mengalami obesitas yang
baik yang bersifat fisik, sosial maupun telah dilakukan oleh beberapa tokoh, maka
psikologis yang diperoleh melalui pengalaman dapat dihasilkan beberapa karakteristik yang
individu dalam interaksi dengan orang lain. sering dikaitkan dengan orang yang mengalami
Bagi remaja penilaian kelompok obesitas antara lain, menurut Sarwono
merupakan faktor penting dalam kehidupan (Marlina, 1997):
nya. Respon tersebut akan menjadi dasar bagi a. Keterampilan Sosial
seorang remaja dalam memberikan gambaran Orang yang obesitas dipandang sebagai
tentang dirinya. Obesitas merupakan suatu orang-orang yang memiliki keterampilan
hal yang banyak terjadi pada remaja putri, sosial yang rendah.
karena sangat mudahnya mereka mendapat b. Kontrol Diri
kan menu makanan yang memiliki kadar Menyatakan bahwa orang-orang yang
karbohidrat dan lemak yang tinggi. Menurut obesitas dinilai sebagai orang yang memiliki
Kaplan dkk (1993) obesitas atau kegemukan kontrol diri yang rendah.
adalah kondisi dimana seseorang memiliki c. Tingkat Kepercayaan Diri
lemak tubuh dalam jumlah yang berlebih. Orang yang obesitas cenderung
Banyaknya asupan makanan yang memiliki kepercayaan diri yang rendah dari
memiliki kadar karbohidrat dan lemak yang pada orang-orang yang memiliki tubuh
ISSN : 0853-8050 117
Sri Yohana Pandu

ideal. sehingga diperlukan pemahaman yang sehat


d. Penampilan Fisik dan Wajah terhadap dirinya sendiri. Brook mengatakan
Kebanyakan orang beranggapan bahwa bahwa konsep diri merupakan persepsi
seseorang yang obesitas biasanya juga mengenai dirinya sendiri, baik yang bersifat
memiliki wajah serta penampilan fisik yang fisik, sosial maupun psikologis yang diperoleh
tidak menarik. melaui pengalaman individu dalam interaksi
e. Tingkat Keterampilan dengan orang lain. Bagi remaja penilaian
Orang-orang yang obesitas biasanya kelompok merupakan faktor penting dalam
lamban dalam melakukan suatu kegiatan kehidupannya. Respon tersebut akan menjadi
yang berhubungan dengan gerak tubuh, dasar bagi seorang remaja dalam memberikan
sehingga diasumsikan bahwa orang yang gambaran tentang dirinya (Retnaningsih, &
obesitas cenderung kurang terampil dan Ritandiyono 1996).
tidak cekatan dalam melakukan sesuatu. Obesitas merupakan suatu hal yang
f. Dalam Mendapatkan Teman Kencan banyak terjadi pada remaja putri, karena
Orang yang obesitas biasanya sulit sangat mudahnya mereka mendapatkan menu
mendapatkan teman kencan. Kebanyakan makanan yang memiliki kadar karbohidrat dan
orang lebih tertarik memilih teman kencan lemak yang tinggi. Menurut Kaplan dkk
yang memiliki bentuk tubuh ideal daripada (1993) obesitas atau kegemukan adalah
yang memiliki bentuk tubuh gemuk. kondisi dimana seseorang memiliki lemak
g.Gambaran Konsep Diri Remaja Putri Yang tubuh dalam jumlah yang berlebih. Banyaknya
Mengalami Obesitas asupan makanan yang memiliki kadar
Perkembangan seorang individu dimulai karbohidrat dan lemak yang memilki kadar
pada masa remaja. Bagi sebagian orang, yang dibutuhkan oleh tubuh maka dapat
masa remaja merupakan masa yang penting menyebabkan kondisi obesitas. Obesitas itu
dalam hidupnya. Pada masa ini individu sendiri memiliki efek terhadap diri seorang
tidak lagi termasuk anak-anak, namun tidak remaja putri dalam berinteraksi dengan
pula termasuk dewasa. Seperti yang lingkungan sosialnya.
dikatakan Erikson masa remaja adalah Remaja putri yang mengalami obesitas
masa pencarian identitas dimana seorang memiliki pandangan berbeda-beda terhadap
remaja harus membentuk citra diri yang dirinya. Kehidupan sosial dan interaksi dengan
positif bagi dirinya dan dapat diterima oleh orang lain akan mempengaruhi bagaimana
orang lain (Hjelle & Ziegler, 1992). seorang remaja putri yang mengalami obesitas
Tugas-tugas perkembangan pada memahami dan mempersepsikan dirinya.
remaja bermacam-macam, salah satu aspek Konsep diri pada remaja putri yang
yang cukup menonjol adalah perkembangan mengalami obesitas akan mempengaruhi
fisik yang akan terus berlanjut hingga mencapai bagaimana ia memandang dan menerima
kematangan. Penerimaan dan penolakan kondisi fisiknya. Pada remaja putri yang
terhadap perkembangan fisik sangat memiliki konsep diri negatif akan mengalami
dipengaruhi oleh bagaimana remaja tersebut kecemasan dan perasaan tidak nyaman akan
memahami dirinya. Pada remaja putri penampilan fisiknya, namun jika remaja putri
khususnya, perubahan fisik akan lebih terlihat tersebut memiliki konsep diri yang positif maka
118 PSIKOVIDYA VOLUME 18 NOMOR 2 DESEMBER 2014
Konsep Diri Remaja Putri yang Mengalami Obesitas

penerimaan terhadap dirinya pun dapat secara informasi yang diinginkan oleh peneliti. Adapun
apa adanya tanpa harus merasa cemas dan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui
bersalah terhadap keadaan fisiknya. bagaimana konsep diri remaja putri akhir
berusia 19-21 tahun, yang mengalami
METODE obesitas, sehingga remaja putri seperti
Pendekatan dan Jenis penelitian. pandangan masyarakat yang menganggap
Menurut Meleong (2005), penelitian bahwa kecantikan dilihat dari penampilan dan
kualitif adalah suatu penelitian ilmiah yang bahwa “cantik itu langsing,” maka obesitas
bertujuan untuk memahami suatu fenomena yang dialami remaja akan berpengaruh
dalam kontek sosial secara alamiah dengan terhadap penampilan dan akhirnya mempe
mengedepankan proses interaksi komunikasi ngaruhi konsep dirinya.
yang mendalam antara peneliti dengan yang Proses yang dilakukan dalam penelitian
diteliti. ini memerlukan waktu dan kondisi yang
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berubah-ubah maka penelitian ini akan
menggunakan penelitian kualitatif deskriptif. berdampak pada desain penelitian dan cara-
Creswell (2010), menyatakan bahwa pende cara dalam melaksanakannya yang juga
katan kualitatif adalah suatu proses penelitian berubah-ubah atau bersifat fleksibel. Oleh
ilmiah yang lebih dimaksudkan untuk karena itu peneliti menggunakan pendekatan
memahami masalah-masalah manusia dalam kualitatif sebagai metode dalam meneliti
kontek sosial dengan menciptakan gambaran konsep diri remaja yang mengalami obesitas,
menyeluruh dan kompleks yang disajikan, sehingga hasil yang didapat dari peneliti ini
melaporkan pandangan terperinci dari para dapat memberikan gambaran yang luas tentang
sumber informasi, serta dilakukan dalam seting konsep diri remaja putri yang mengalami
yang alamiah tanpa adanya intervensi apapun obesitas.
dari peneliti.
Metode kualitatif ini sebagai penelitian Fokus penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa Fokus penelitian ini adalah konsep diri
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang pada remaja putri 19-21 tahun, yang
dan perilaku yang diamati. Pendekatan ini mengalami obesitas. Penekanan selanjutnya
diarahkan pada latar belakang individu atau konsep diri adalah hal-hal khusus yang
organisasi kedalam variabel atau hipotesis, dirasakan penting dan diyakini sebagai suatu
tetapi perlu memandangnya sebagai bagian yang benar serta layak dijadikan sebagai
dari satu keutuhan (Moleong, 2005). Adapun tujuan hidup yang harus dipilih. Konsep diri
jenis-jenis penelitian deskriptif adalah yang positif dapat diuraikan sebagai hal-hal
penelitian survey, penelitian kasus, penelitian apa saja yang diinginkan selama menjalani
perkembangan, penelitian tindak lanjut, kehidupan, serta kendala apa yang dirasakan
penelitian analisis dokumen. oleh remaja putri pada rentang usia remaja
Tujuan peneliti memilih metode tersebut akhir dalam mencapai konsep diri yang positif.
untuk mengungkapkan suatu yang belum Hal ini akan menjadi menarik karena konsep
diketahui secara terarah dan terpimpin, diri akan diteliti pada remaja putri yang
sehingga nantinya diharapkan memperoleh mengalami obesitas, dimana mereka diartikan
ISSN : 0853-8050 119
Sri Yohana Pandu

sebagai seorang remaja putri yang mengalami Metode Pengumpulan Data


obesitas memiliki efek terhadap diri dalam Metode pengambilan data dalam
berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. penelitian kualitatif sangat beragam, hal ini
disebabkan karena sifat dari penelitian
Lokasi penelitian kualitatif terbuka dan luwes, tipe dan metode
Lokasi penelitian dilakukan di asrama pengumpulan data dalam penelitian kualitatif
putri Jalan Bendungan Sigura-gura Barat sangat beragam, disesuaikan dengan masalah,
Malang tentang konsep diri pada remaja putri tujuan penelitian, serta sifat objek yang diteliti.
yang mengalami obesitas. Dilokasi tersebut Sebelum melaksanakan pengumpulan data
memiliki peluang yang cukup besar bagi penelitian, peneliti melakukan pendekatan
penghuni asrama untuk makan di luar dan terhadap responden yang disebut raport, yaitu
mengkonsumsi makanan cepat saji, karena hubungan antara peneliti dengan subyek
disekitar lokasi banyak pedagang makanan sehingga seolah-olah tidak ada lagi dinding
dan goreng-gorengan, sehingga remaja putri pemisah diantara keduanya. Jika diperhatikan,
mempunyai kebiasaan ngemil, suka memakan metode yang paling banyak digunakan dalam
gorengan. Dengan pola makan yang tidak penelitian kualitatif adalah metode wawancara
seimbang dapat menjadi salah satu faktor yang dan observasi. Sedangkan untuk pemeriksaan
menyebabkan obesitas pada tiga orang su data di lakukan dengan cara sebagai berikut:
byek yang yang tinggal di asrama putri. Selain 1) Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
itu, belum pernah dilakukan penelitian sejenis metode observasi partisipan. Selama
sebelumnya pada asra ma tersebut. penelitian berlangsung, peneliti berada di
lingkungan asrama subyek penelitian.
Subyek penelitian Peneliti melakukan pencatatan terhadap hal-
Menurut Patton, desain kualitatif hal yang mendukung penelitian atau tingkah
memiliki sifat yang luwes, oleh sebab itu tidak laku yang dilakukan oleh subyek penelitian.
ada aturan yang pasti dalam jumlah sampel 2) Melihat jangka waktu penelitian yaitu
yang harus diambil untuk penelitian kualitatif. jangka waktu yang digunakan dalam
Jumlah sampel sangat tergantung pada apa penelitian kurang lebih selama empat bulan
yang dianggap bermanfaat dan dapat dilakukan dimulai sejak survei awal hingga berakhir
dengan waktu dan sumber daya yang tersedia nya penelitian, sehingga dengan waktu
(Poerwandari, 1998). tersebut peneliti dapat memperoleh data
Jumlah Subyek penelitian ini adalah tiga yang diperlukan.
orang remaja putri yang mengalami obesitas. 3) Kecukupan referensial, menggunakan
Subyek pertama berusia 19 tahun memiliki literatur-literatur tentang konsep diri dan
berat badan 67 kg, tinggi badan 147 cm, obesitas.
subyek kedua berusia 21 tahun memiliki berat 4) Uraian terperinci, hasil penelitian yang
badan 75 kg tinggi badan 153 cm, dan subyek diperoleh dicoba untuk dapat di uraikan
yang ketiga berusia 21 tahun memiliki berat sedetail mungkin tentang kondisi dan
badan 75 kg tinggi badan 150 cm. ketiga aktifitas para subyek penelitian.
subyek ini sedang kuliah di Universitas Teknik pengumpulan data yang
Widyakarya Malang. digunakan dalam penelitian ini adalah:
120 PSIKOVIDYA VOLUME 18 NOMOR 2 DESEMBER 2014
Konsep Diri Remaja Putri yang Mengalami Obesitas

1) Teknik Observasi penelitian, peneliti juga menggunakan metode


Observasi dapat diartikan sebagai pendukung lainnya yaitu teknik wawancara.
pengamatan dan pencatatan secara sistematik Alasan dipilihnya metode wawancara dalam
terhadap unsur-unsur yang tampak dalam penelitian ini adalah karena didalam penelitian
penelitian dan gejala-gejala penelitian. Peneliti ini, informasi yang diperlukan adalah berupa
menggunakan teknik observasi dikarenakan kata-kata yang diungkapkan subjek secara
kelebihan yang terdapat dalam teknik ini yaitu: langsung, sehingga dapat dengan jelas
a. Pengamatan langsung atas perilaku, menggambarkan perasaan subjek penelitian
memungkinkan peneliti untuk merekam dan mewakili kebutuhan informasi dalam
perilaku sebagai mana adanya. penelitian.
b. Peneliti memperoleh data dari tangan Banister, dkk mengungkapkan wawan
pertama. cara adalah percakapan dan proses tanya
c. Dapat melengkapi dan memverifikasi hasil jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan
wawancara. tertentu. Wawancara kualitatif dilakukan bila
d. Dapat memahami situasi yang rumit. peneliti bermaksud untuk memperoleh
e. Dapat menghasilkan data yang tidak pengetahuan tentang makna-makna subyektif
mungkin diperoleh dangan metode lainnya. yang dipahami individu berkenaan dengan
f. Dapat diterapkan secara luas dalam ilmu- topik yang diteliti, dan bermaksud melakukan
ilmu pengetahuan sosial. eksplorasi terhadap isu tersebut, suatu hal yang
g. Informasi yang didapatkan lebih mendalam tidak dapat dilakukan melalui pendekatan lain
bila dibandingkan dengan metode penelitian (Poerwandari, 1998).
lainnya. Wawancara yang dilakukan dalam
h. Lebih sedikit tuntutan bagi subyek yang penelitian adalah wawancara mendalam yaitu
diteliti. wawancara yang tetap menggunakan
i. Memungkinkan pencatatan yang serempak pedoman wawancara, namun penggunaannya
dengan terjadinya suatu gejala. tidak seketat wawancara terstruktur. Pedoman
j. Tidak tergantung pada self report (Lin dan dalam wawancara bersifat umum, yaitu
Tristiadi 2004). pedoman wawancara yang harus mencantum
Observasi sebagai alat pengumpul data kan isu-isu yang harus diliput tanpa me
dalam penelitian ini dilakukan dengan cara nentukan urutan pertanyaan. Pedoman
pengamatan terhadap obyek penelitian. Cara wawancara digunakan untuk mengingatkan
ini dipakai untuk mengumpulkan data tentang peneliti mengenai aspek-aspek yang harus
berbagai hal berupa prilaku subyek, kondisi dibahas, sekaligus menjadi daftar pengecek
di sekitar lokasi yang diamati dan fakta sosial (checklist) apakah aspek-aspek relevan
saat dilakukan wawancara. Dalam penelitian tersebut telah dibahas(Purwandari, 2001).
ini, observasi yang digunakan adalah observasi
partisipan, peneliti melakukan pengamatan dan Studi dokumen
pencatatan secara langsung terhadap obyek Studi dokumen merupakan salah satu metode
penelitian. pengumpulan data kualitatif dengan melihat
2) Teknik wawancara atau menganalisis dokumen-dokumen yang
Selain observasi sebagai pendukung dibuat oleh subyek sendiri atau orang lain
ISSN : 0853-8050 121
Sri Yohana Pandu

tentang subyek. melakukan sejumlah hal yang diperlukan


dalam penelitian.
Tahap- tahap Penelitian a. Mengumpulkan data yang berhubungan
Penelitian dilaksanakan melalui tahapan dengan penyebab konsep diri remaja putri
sebagai berikut: yang mengalami obesitas. Peneliti
1) Tahap persiapan mengumpulkan sebanyak-banyaknya
Pada tahap ini ada beberapa kegiatan informasi dan sekumpulan teori-teori yang
yang dilakukan oleh peneliti sebelum berhubungan dengan konsep diri,
melakukan pelaksanaan penelitian. Kegiatan terutama yang berkaitan dengan obesitas
ini meliputi: dan selanjutnya menentukan responden
a. Menentukan lokasi penelitian yang akan diikut sertakan dalam
Peneliti melakukan koordinasi dengan penelitian.
pihak asrama putri tempat subyek tinggal, b. Membangun raport pada responden.
pengumpulan data remaja dari asrama Menurut Moleong (2005), rapport
tersebut dengan bantuan pembina asrama adalah hubungan antara peneliti dengan
dengan mengambil 3 orang remaja subjek penelitian yang sudah melebur
berdasarkan data yang sesuai dengan sehingga seolah-olah tidak ada lagi dinding
kriteria inklusif untuk dijadikan bahan pemisah diantara keduanya. Dengan
permasalahan yang perlu dikaji lebih demikian subjek dengan sukarela dapat
mendalam dan menentukan tempat yang menjawab pertanyaan peneliti atau
akan dijadikan lokasi penelitian yang memberi informasi kepada peneliti.
dilaksanakan pada asrama ditempat c. Menyusun pedoman wawancara. Peneliti
subyek. menyusun pedoman wawancara yang
b. Melakukan kajian pustaka didasari oleh kerangka teori yang ada,
Peneliti melakukan kajian pustaka untuk guna menghindari penyimpangan dari
mendukung teori-teori, baik menyangkut tujuan penelitian yang dilakukan.
teknik penelitian maupun metode pelaksa d. Persiapan untuk pengumpulan data.
naan penelitian. Mengumpulkan informasi tentang
c. Menyusun rancangan penelitian responden penelitian. Setelah mendapat
Pada tahap ini, peneliti melakukan kan informasi tersebut, peneliti menghu
kegiatan membuat sesuatu rancangan bungi calon responden untuk menjelaskan
penelitian yang disebut dengan modul mengenai penelitian yang akan di lakukan
diskusi. Rancangan penelitian berupa mo dan menanyakan kesediannya untuk
dul ini masih dibuat secara sederhana dan dapat berpartisipasi dalam penelitian yang
tidak penelitiannya. Kegiatan ini akan dilakukan.
merupakan langkah pertama dalam e. Menentukan jadwal wawancara. Setelah
mengawali suatu penulisan dan mendapat persetujuan dari responden,
merupakan acuan menyeluruh dalam peneliti meminta responden untuk bertemu
pelaksanaan selanjutnya. mengambil data. Hal ini dilakukan setelah
2) Persiapan Pengumpulan Data melakukan raport terlebih dahulu.
Pada tahap persiapan penelitian, peneliti akan Kemudian, peneliti dan responden
122 PSIKOVIDYA VOLUME 18 NOMOR 2 DESEMBER 2014
Konsep Diri Remaja Putri yang Mengalami Obesitas

mengatur dan menyepakati waktu untuk untuk mengecek atau mengkonfirmasi hasil
melakukan wawancara. penelitian. Kemudian dilakukan penulisan
3) Tahap Pelaksanaan Penelitian ulang hasil dokumentasi data tersebut, data
Setelah tahap persiapan penelitian yang telah terkumpul di sesuaikan dengan teori
dilakukan, maka peneliti memasuki tahap atau penelitian sebelumnya guna menunjang
pelaksanaan penelitian. hasil penelitian.
a. Mengkonfirmasi ulang waktu dan tempat
wawancara sebelum wawancara dilaku Analisis data
kan, peneliti mengkonfirmasi ulang waktu Salah satu bagian penting dari suatu
dan tempat yang sebelumnya telah penelitian ialah tahap melakukan analisis data.
disepakati bersama dengan responden. Menurut (Moleong 2005), analisis data
b. Melakukan wawancara sesuai dengan merupakan proses mengolah data,
pedoman wawancara, hal ini bertujuan mengorganisasikan dalam bentuk suatu pola
agar peneliti tidak kehabisan pertanyaan. dan menyusunnya sesuai kategori tujuan
Memindahkan rekaman hasil wawan penelitian dan satuan uraian dasar. Terdapat
cara kedalam bentuk transkrip verbatim tiga komponen analisis dalam penelitian ini
setelah hasil wawancara diperoleh, peneliti yaitu:
memindahkan hasil wawancara dan observasi 1) Reduksi data
kedalam verbatim tertulis. Pada tahap ini, Reduksi data adalah suatu proses
peneliti melakukan coding, yaitu membubuh pemilihan dan pemusatan perhatian pada
kan kode-kode pada materi yang diperoleh. penyerderhanaan abtraksi, dan transformasi
Coding dimasukkan untuk dapat mengorgani data kasar yang muncul dicatatan-catatan
sasi kan dan mensistematisasikan data secara tertulis dilapangan.
lengkap dan mendetail sehingga data dapat 2) Sajian data
memunculkan gambaran tentang topik yang Sajian data diartikan sebagai
dipelajari (Poerwandari, 1998). pemaparan informasi yang tersusun untuk
Pada tahap ini, peneliti menetapkan mem berikan peluang terjadinya sebuah
obyek penelitian, bekerjasama dengan suster kesim pulan.
pembina asrama dimana subyek tinggal dan 3) Penarikan kesimpulan yang dilakukan tahap
obyek penelitian. Pelaksanaan penelitian final. Proses analisis ini berjalan terus
dilakukan secara bertahap guna memperoleh menerus seperti sebuah siklus (Moleong,
data penelitian. Kemudian, subyek yang 2005).
menyetujui lembar responden beserta signifi-
cant obesitas yang bersedia bekerja sama HASIL
dalam penelitian ini, sehingga dapat dilakukan Wawancara dengan subyek perta
dengan wawancara mendalam. Hasil dari ma (FA) dilakukan sebanyak empat kali dan
observasi dan wawancara tersebut di observasi dilakukan secara partisipan (lang
dokumentasikan. sung setiap hari), di ruang khusus tempat kon
4) Tahap penyelesian seling asrama puteri Jalan Bendungan Sigura-
Pada tahap penyelesaian atau penutup gura Malang Jawa Timur, dimana tempat
ini, meliputi, pengumpulan data dari lapangan subyek tinggal. Pertemuan dan wawancara
ISSN : 0853-8050 123
Sri Yohana Pandu

dengan subyek pertama FA dilakukan secara putri yang sangat komplek dan dinamis,
rutin sebanyak empat kali dan observasi kemudian pencarian judul, dan teori-teori yang
secara langsung melihat perilaku subyek setiap mendukung judul tersebut.
hari. Proses selanjutnya adalah mencari,
Penelitian dengan subyek kedua (MA) menghubungi subyek penelitian. Peneliti
dilakukan sebanyak empat kali wawancara menghubungi subyek yang benar-benar dapat
dan observasi secara langsung setiap hari. mendukung serta sesuai dengan kebutuhan
Pertemuan dengan subyek (MA) pertama yang diperlukan oleh peneliti.
kedua dan ketiga ditempat yang sama dengan Pencarian subyek penelitian dilakukan
subyek FA yaitu di ruang khusus tempat kon dengan bekerja sama dengan rekan sesama
seling, sedangkan pertemuan ke empat untuk suster yang mengelola asrama tersebut,
subyek MA yaitu diruang rekreasi asrama bertanya kepada rekan yang menjadi kepala
puteri Jalan Bendungan Sigura-gura Malang pengurus asrama, dan dipertemukan dengan
tempat subyek tinggal. suster BP untuk mencari anak-anak yang
Penelitian selanjutnya dengan subyek sesuai dengan kriteria penelitian. Berdasarkan
ketiga yaitu VJ, wawancara dan observasi data yang diperoleh, peneliti menemukan
dilakukan sebanyak empat kali di tempat yang subyek penelitian tiga orang remaja putri yang
sama dengan subyek pertama FA dan kedua mengalami obesitas.
MA.
Sebelum penelitian dilaksanakan, perlu Faktor-Faktor yang Memengaruhi Konsep
adanya suatu persiapan yang dilakukan Diri
peneliti seperti membuat jadwal penelitian Konsep diri terbentuk karena dipenga
yang tepat untuk bertemu dengan subyek, dan ruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah
memilih tiga orang remaja putri yang mengalami penampilan fisik (Hurlock, 1973). Pada masa
obesitas untuk dijadikan obyek penelitian. remaja khususnya remaja putri, penampilan
Alasan utama pemilihan ketiga subyek fisik merupakan hal yang sangat penting karena
responden tersebut adalah adanya pada masa ini individu mulai banyak
keterbatasan dari peneliti sendiri baik itu berinteraksi dengan lingkungan sosialnya dan
waktu, biaya, maupun kemampuan peneliti juga lawan jenisnya.
sendiri, tetapi sebelum penelitian dimulai Konsep diri positif yang dimiliki subyek
terlebih dahulu minta ijin kesediaan subyek pertama (FA) didukung oleh faktor individu
untuk bahan penelitian. Kemudian peneliti yang dapat berhubungan dengan individu lain
melakukan pendekatan terhadap subyek yang berarti bagi individu tersebut. Faktor
penelitian yang disebut rapport, yaitu sosial juga turut mendukung, hal ini dapat
menjalin hubungan antara peneliti dengan dilihat dari pergaulan subjek yang luas dan
subyek penelitian dengan melebur sehingga senang berteman dengan siapa saja serta
seolah-olah tidak ada lagi dinding pemisah merasa orang lain bersikap baik terhadap
diantara keduanya. dirinya sehingga meskipun subyek (FA)
Proses pelaksanaan penelitian. memiliki keadaan fisik yang obesitas subyek
Proses penelitian diawali dengan melihat tidak merasa diperlakukan secara berbeda
fenomena yang terjadi dilingkungan asrama dan subyek (FA) juga tetap lincah dan aktif
124 PSIKOVIDYA VOLUME 18 NOMOR 2 DESEMBER 2014
Konsep Diri Remaja Putri yang Mengalami Obesitas

secara fisik. Subyek (FA) mudah beradaptasi untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan
dengan lingkungan dan orang-orang yang baru faktor genetik. Penelitian terbaru Vivi (2004)
dikenalnya serta percaya diri. menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik
Subyek kedua (MA) dan ketiga (VJ) memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap
memiliki konsep diri yang negatif karena berat badan seseorang. Sementara subjek
mendapat perlakukan dalam keluarga yang kedua dan ketiga sudah mengalami obesitas
kurang memberi bimbingan dan kurang sejak kecil dan obesitas yang dialami lebih
mendukung perkembangan subyek. Sehingga disebabkan faktor genetik.
kedua subyek (MA) dan (VJ) memiliki Pada subyek kedua (MA) adalah faktor
hubungan yang kurang baik dengan teman- genetik juga ditambah oleh kurangnya aktifitas
teman dekatnya. Keadaan fisik yang obesitas fisik subyek (MA). Penambahan ukuran atau
membuat kedua subyek (MA) dan (VJ) jumlah sel-sel lemak (atau keduanya)
merasa dirinya berbeda orang lain dan juga menyebabkan bertambahnya jumlah lemak
dengan teman-teman di asrama. Lingkungan yang disimpan dalam tubuh. Penderita
asrama subyek (MA) dan (VJ) yang berada obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada
pada jenjang mahasiswi, membuat kedua masa kanak-kanak, bisa memiliki sel lemak
subyek mulai merasakan tekanan dari peer sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan
group untuk berpenampilan sama seperti or- dengan orang yang berat badannya normal.
ang-orang lain di sekelilingnya. Papalia Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi
(1998), mengatakan bahwa sebagian besar karena itu penurunan berat badan hanya dapat
remaja putri lebih memperhatikan tentang dilakukan dengan cara mengurangi jumlah
penampilan mereka dibandingkan aspek lain lemak di dalam setiap sel.
dari diri mereka, dan banyak dari remaja yang Sementara pada subyek ketiga (VJ)
tidak menyukai apa yang mereka lihat di kaca. selain karena faktor genetik, subyek (VJ) juga
memiliki pola makan yang berlebihan dan juga
PEMBAHASAN kurangnya aktifitas fisik serta kebiasaan
Ketiga subyek penelitian merupakan subyek (VJ) yang sering mengalihkan diri
remaja putri yang mengalami obesitas. Subyek pada makanan jika sedang merasa kesal.
(FA) pertama mengalami obesitas sejak tiga Obesitas banyak terjadi pada diri
tahun terakhir sejak duduk di bangku SMP, remaja terutama remaja putri karena pada
dan lebih disebabkan karena faktor internal saat ini terjadi peningkatan hormon estrogen
yaitu pola makan yang berlebihan atau makan dan progesteron yang menyebabkan per
dalam jumlah sangat banyak (binge) dan kembangan dari sel lemak dan penyimpanan
makan di malam hari (sindroma makan pada lemak tubuh (Hoffman dkk, 1994).
malam hari). Selain faktor eksternal juga ada Penyebab terjadinya obesitas pada
pengaruh genetik Obesitas cenderung subyek I , II, III disebabkan oleh faktor inter-
diturunkan, sehingga diduga memiliki nal: pola makan yang berlebihan atau makan
penyebab genetik. Tetapi anggota keluarga dalam jumlah yang sangat banyak dan
tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan mengkonsumsi makanan/ ngemil pada malam
dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa hari seperti pisang goreng, roti goreng, es
mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit crime, coklat, mie instan, bakso; faktor
ISSN : 0853-8050 125
Sri Yohana Pandu

eksternal: pengaruh genetik ayah dan ibunya obesitasnya tidaklah menjadi halangan baginya
mengalami obesitas dan kebiasaan gaya hidup untuk bisa bekerja dan merasa nyaman hidup
dalam keluarga. Selain faktor genetik, subyek dalam lingkungan sosialnya. Dengan berpikir
kurang beraktifitas fisik seperti olahraga. positif subyek mampu menghadapi kehidupan
didepannya, memampukan dirinya hidup
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI bersama dengan lingkungan sosialnya, mampu
Kesimpulan menghargai dan berpikir realitis tentang diri
Berdasarkan hasil penelitian tentang sendiri, sesama dan lingkungan sosialnya tanpa
konsep diri remaja putri yang mengalami merasa bahwa obesitasnya membuat dirinya
obesitas, di asrama putri Jalan Bendungan dianggap berbeda diantara teman-teman.
Sigura-gura Barat Malang Jawa Timur, bahwa Subyek kedua (MA) menunjukkan
secara umum ketiga subyek penelitian bahwa subyek cenderung mempunyai konsep
mengalami obesitas, namun mempunyai konsep diri yang negatif, subyek merasa dirinya
diri yang berbeda dari antara ketiga subyek berbeda dibandingkan dengan teman-teman
penelitian tersebut. Ketiga subyek sama-sama sebaya, subyek melihat dirinya lemah dan
menyadari adanya kegemukan tubuhnya, tetapi tidak berdaya. Subyek cenderung menunjuk
ketiga subyek sama-sama tidak melakukan kan kepribadiannya yang pemalu dan
monitor dirinya dengan baik. Ketiga subyek pendiam, cenderung menarik diri dari
tersebut mempunyai konsep diri yang berbeda- lingkungan sosialnya bahkan merasa dirinya
beda: Subyek I bisa menerima diri apa adanya ditolak oleh lingkungannya. Subyek merasa
dan mempunyai konsep diri yang baik, terbebani dengan keadaan fisiknya yang
sedangkan subyek II dan III, merasa minder gemuk, dan kurang luwes untuk bergerak.
dengan keadaan dirinya dan mempunyai Subyek lebih nyaman bila berada dalam
konsep diri yang negatif. Kedua subyek lingkungan yang sudah di kenal, tetapi bila
tersebut berusaha dengan berbagai cara untuk berada dalam kelompok besar maupun
menurunkan berat badannya. dilingkungan yang baru, subyek sangat merasa
Berdasarkan hasil penelitian menunjuk terganggu dan kaku. Subyek masih
kan bahwa subjek I memiliki konsep diri yang dipengaruhi oleh pengalaman masa kecilnya
positif, subyek tidak merasakan terbebani yang kurang menyenangkan, pada saat subyek
dengan berat badan dan postur badannya yang masih duduk dibangku SD subyek sudah
gemuk, dan tidak merasa dibedakan dari mengalami obesitas dan subyek menjadi bahan
teman-temannya yang sebaya. Subyek tetap ejekan teman-temannya, dan membuat
percaya diri, dan menikmati badannya yang subyek menjadi pribadi yang tertutup. Subyek
gemuk, bagi subyek yang penting adalah dia merasa tidak nyaman ketika orang tuanya
selalu sehat. Dan hal itu terlihat nampak dari mulai menetapkan peraturan pada dirinya dan
cara subyek (FA) berintraksi dengan saudaranya, karena peraturan dalam keluarga
lingkungan sosialnya, ketika subyek berada tidak membantu subyek bisa terbuka, subyek
dalam kelompok sebayanya maupun berbagai juga kurang diarahkan pada upaya menerima
kalangan usia. dan menghargai diri secara baik, dan pada saat
Pandangan positif subyek membuatnya subyek mengalami masa remaja yang
tidak berpikir negatif sehingga keadaan membingungkan, orang tua subyek justru
126 PSIKOVIDYA VOLUME 18 NOMOR 2 DESEMBER 2014
Konsep Diri Remaja Putri yang Mengalami Obesitas

melarang subyek begaul dengan teman-teman untuk menurunkan berat badannya dengan
sebaya terlebih dengan teman lain jenis, berbagai cara agar kelihatannya ideal dan
akibatnya subyek semakin takut membuka diri cantik. Pengalaman dalam berinteraksi dengan
pada orang lain, sehingga subyek tumbuh keluarga yang kurang menyenangkan, kurang
menjadi anak yang tertutup, gampang putus mendapat bimbingan dan perhatian, dapat
asa, mudah tersinggung dan suka mennyendiri. mempengaruhi pembentukan konsep diri
Pengaruh kepribadiannya yang pen subyek yang negatif.
diam menyebabkan subyek sulit untuk Faktor yang paling mempengaruhi
bercerita pada orang lain, tentang masalah perkembangan konsep diri pada ketiga remaja
yang dialaminya, subyek cenderung memilih yang mengalami obesitas dapat berasal dari
diam, dan menyimpan permasalahannya teman dekat ataupun keluarga, lingkungan
sendiri. Bila berhadapan dengan orang yang sekolah, orang tua, lingkungan sosial,
belum subyek kenal, subyek mengalami pengalaman atau perubahan yang besar
kesulitan berkomunikasi. berupa keadaan fisik atau penampilan fisik
Konsep diri subyek III (VJ), sama yang merupakan hal yang sangat diperhatikan
dengan subyek kedua cenderung negatif, terutama ketiga remaja putri yang mengalami
subyek lebih menyalahkan lingkungan yang obesitas, dan menjadi faktor yang sangat
membesarkan dirinya, khususnya lingkungan berperan dalam pembentukan konsep diri
keluarga yang dianggapnya mengekang dan individu.
memberikan hukuman bila dirinya berbuat Penilaian negatif dari lingkungan sosial
salah. Subyek merasa dirinya kurang membuat subyek II dan III yang mengalami
diperhatikan oleh kedua orang tuanya, kasih obesitas memandang dirinya secara nagatif
sayang yang diberikan oleh orang tuanya atau dengan kata lain konsep dirinya negatif,
hanya uang, sehingga bila dirinya sedang kesal sedangkan lingkungan berbeda dan juga
konpensasinya lari ke makanan, subyek tidak adanya penerimaan dari lingkungan sosial telah
mampu mengontrol keinginannya untuk tidak membuat subyek I memiliki penghargaan diri
makan, kebiasaan masa kecil memilih yang positif atau konsep diri positif.
makanan yang enak dan lezat mengakibatkan Obesitas yang dialami oleh ketiga
tubuhnya menjadi gemuk. Walaupun dirinya subyek tersebut tidak hanya berkaitan dengan
anak tunggal semata wayang, orang tua konsep diri. Obesitas dapat juga berakibat
mendidik dirinya terlalu keras, sehingga subyek pada aspek-aspek kepribadian lainnya pada
menunjukan konsep dirinya yang negatif yang individu. Untuk itu peneliti berharap agar
mengarah pada ketidak puasan pada dirinya, peneliti selanjutnya dapat menggali lebih
berlaku seakan-akan dirinya tidak ada artinya, banyak lagi aspek-aspek kepribadian
apa bila keinginannya tidak terpenuhi tersebut. Dapat juga melihat konsep diri dari
terkadang subyek minta perhatian secara tahap perkembangan usia madya atau usia
berlebihan pada orang di lingkungannya, lanjut, dimana konsep diri yang negatif besar
subyek cenderung memberontak dan pengaruhnya bagi lingkungan dan orang
mengurung diri di kamar. Subyek kurang sekitarnya, dan konsep diri yang positif itu
menerima keadaan dirinya, dengan postur sangat diperlukan untuk kehidupan dimasa tua.
badannya yang gemuk, maka subyek berusaha
ISSN : 0853-8050 127
Sri Yohana Pandu

Rekomendasi melalui hubungan interaksi sosial, dan belajar


Berdasarkan hasil penelitian dan untuk beradaptasi dengan latar belakang dan
kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka budaya orang lain; tidak berkata kasar ketika
ada beberapa hambatan yang dialami oleh sedang marah; dan subyek diharapkan tidak
remaja yang mengalami obesitas yang belum memaksa orang lain untuk mengikuti apa yang
bisa menerima keadaan diri apa adanya. Maka subyek kehendaki.
disarankan untuk Orang tua, subyek sendiri, d. Saran untuk subyek II
pembina asrama dan teman-teman subyek Subyek diharapkan mampu me
sebagai berikut: mandang dirinya kearah yang lebih positif
a. Saran untuk keluarga subyek I sehingga rasa percaya diri dalam penyesuaian
Tingkatkan suasana harmonis, sehingga terhadap lingkungan subyek bisa me
subyek merasa nyaman dalam keluarganya, nempatkan dirinya sesuai dengan kemampuan
yang akan berdampak pada kehidupan di luar yg ada di dalam dirinya; dalam usia yang masih
rumah, dan tingkatkan komunikasi serta labil ini, hendaknya subyek dapat mengenali
diskusi untuk melatih subyek lebih terbuka dirinya dan potensi yang dimiliki dengan
akan masalahnya, agar subyek tetap bersosiali memanfaatkan waktu yang subyek miliki
sasi dalam pergaulannya yang lebih luas. dengan aktivitas-aktivitas yang lebih positif,
b. Saran untuk keluarga II, III sehingga dapat mengarahkan subyek pada
Berkomunikasi dengan anak merupa tujuan hidup dan masa depan yang cerah; dan
kan suatu cara yang paling efektif untuk mengurangi makanan yang mengandung lemak,
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, berusaha lebih terbuka dalam mengungungkap
berkomunikasi secara positif dengan anak kan masalah yang sedang di alami.
berarti memperhatikan, menghormati e. Saran untuk subyek III
perasaannya, doronglah anak anda untuk Jauhkan sifat pesimistis yang merugikan
berkomunikasi dengan baik dan berpendapat. diri sendiri dan mencoba untuk belajar
Komunikasi positif adalah jalan dua arah menerima diri dengan kekurangan dan
dimana kedua belah pihak bergiliran kelebihan bahwa kecantikan dari dalam lebih
mendengarkan dan berbicara, sehingga penting dari pada kecantikan lahiriah; setiap
membantu dia menumbuhkan konsep dirinya individu menginginkan tubuhnya yang kurus
yang positif; anak perlu diajak berdiskusi untuk dan langsing, ideal, maka diharapkan
melatih lebih terbuka akan masalahnya, agar mengubah pola makan yang buruk, dan lebih
tidak merasa minder bersosialisasi dalam banyak beraktivitas bersifat fisik seperti
pergaulannya yang lebih luas, namun harus berolahraga; dan lebih mendekatkan diri
tetap dalam bimbingan orang tua tentunya; dan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mengikuti
meningkatkan peranan kasih sayang serta kegiatan keagamaan yang ada.
mendorong subyek untuk bersosialisasi f. Saran untuk pembina asrama
secara terbuka. Mendampingi kaum remaja tidaklah
c. Saran untuk subyek I semudah membalik telapak tangan. Para
Subyek diharapkan untuk tetap ber pembina asrama adalah sosok penting dalam
semangat dalam mengembangkan potensi diri membantu menumbuh kembangkan pribadi
remaja yang tangguh dan handal di tengah
128 PSIKOVIDYA VOLUME 18 NOMOR 2 DESEMBER 2014
Konsep Diri Remaja Putri yang Mengalami Obesitas

masyarakat. Para Pembina bagaikan kompas Calhoun, J.F. Acocella, J.R. 1990. Psychology
yang memberikan petunjuk kepada remaja of Adjustment and Human Relation
untuk mengarahkan diri mereka. Oleh karena ship. New York: McGraw-Hill, Inc.
itu relasi maupun interaksi antara remaja
dengan pembina diharapkan terjalin dengan Coleman, J. C. 1984. Abnormal Psychology
baik, sehingga mereka mampu mengungkap and Modern Life. Illionis: Scott,
kan permasalahan yang mereka alami. Foresman and Company.
Situasi khusus yang menonjol dari
remaja adalah proses pematangan diri. Proses Creswell, J. W. 2010. Research design:
pematangan diri remaja bertumbuh menuju pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan
kepribadian dewasa secara integral mencakup mixed. Yogjakarta: PT Pustaka Pelajar.
fisik, mental, emosional, rohani dan intelektual. Dariyo, A. 2004. Psikologi perkembangan
Oleh karena itu, pembina asrama harus tahu Remaja. Jakarta: Ghalia Indonesia.
menempatkan diri, mengambil sikap kritis,
agar bisa mengajak remaja bertumbuh dan Dusek, J.B. 1996. Adolescence and Youth:
berkembang ke arah yang lebih baik. Psychological Development in A
Para pembina hendaknya mengarahkan Changing. NewYork: Harpercollins
para remaja yang tinggal di asrama khususnya Publisher. Inc.
remaja yang memiliki konsep diri yang
negatif, agar mereka dapat berkembang Erikson, E. H. 1968. Identity: Youth and
dengan baik sesuai harapan dan cita-cita Crisis. New York: Norton & Company.
mereka. Gunarsa, Singgih D dan Singgih D
Gunarsa.1989.Psikologi Remaja.
Jakarta: PT.Gunung Mulia.
DAFTAR RUJUKAN
Hasan. 2000. Metodologi penelitian
Ade. 2006. Gambaran Harga Diri Remaja kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Obesitas. Dibuka pada website.http:/ Rosdakarya.
www.tutorialkuliah.com. akses 5
oktober 2012. Hoffman, L., Paris,S. & Hall, E. 1994.
Developmental psychology today (6th
Albert, J. 2003. Obesitas, Tubuh Kelebihan ed). New York: Mc Graw-Hill,Inc.
Lemak,(online),(www.suaramerdeka.
com/harian/0307/28/ragam 1.htm œ Hurlock E. B. 1997.Psikologi Perkemba
7k. diakses 11 oktober 2012. ngan: Suatu Pendekatan Sepan
jang Rentang Kehidupan. Jakarta:
Burns, R.B.1993. Konsep Diri Teori, Erlangga.
Pengukuran,Perkembangan
dan Perilaku. Alih Bahasa: Eddy. Hurlock, B.E. 1999. Psikologi Perkemba
Jakarta: Penerbit Arcan. ngan: Suatu Pendekatan Sepan

ISSN : 0853-8050 129


Sri Yohana Pandu

jang Rentang Kehidupan. Ed. 5. Notoatmodjo, Soekidjo, 2002. Metodologi


Jakarta: Erlangga. Penelitian. Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta.
Hurlock, E.B. 1973. Adolecent Develop
ment. Tokyo: McGraw-Hill, Kogakusha, Papalia, D.E, Olds, S. W., & Feldman, D.
Ltd. (2001). Human development (8th ed).
Boston: McGraw-Hill.
Hurlock, E.B. 1991. Psikologi Perkemba
ngan Suatu Pendekatan Sepanjang Papalia, D.E. 1998. Human development (7
Rentang Kehidupan (Terjemahan oleh th ed). New York:McGraw-Hill.
Istiwida yanti dan Soedjarwo). Jakarta:
Penerbit Erlangga. Poerwandari, E. K. (1998). Pendekatan
Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi.
Kaplan, R. M., Sallis, J. F., Patterson, T. L. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana
1993. Health and Human Behavior. Pengukuran dan Pendidikan Psikologi,
New York: McGrow-Hill. Fakultas Psikologi UI.

Marlina . 1997. Hubungan Kesenjangan Diri Pudjijogyanti, C. 1988.Konsep Diri dalam


dengan Kepuasan Citra Tubuh pada Pendidikan. Cetakan III. Jakarta: Arcan.
Wanita. Skripsi (tidak diterbitkan). Rahayu, Iin Tri dan Tristiadi Ardi Aardani.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas 2004. Observasi dan Wawancara.
Gunadarma. Malang: Bayumedia.

Moersintowarti B., Narendra, dkk. 2002. Retnaningsih & Ritandiyono. (1996).


Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Aktualisasi diri. Jakarta: Universitas
IKAPI: Jakarta. Gunadarma Press.

Moleong, Lexy.J. 2005. Metodologi Safaria, T. 2005 . Interpersonal Intelligence.


Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Yogyakarta : Amara Books.
Rosdakarya.
Sarwono, Sarlito Wirawan. (1989). Psikologi
Mukhtar & Sulistianingsih. 2001.Konsep Remaja. Jakarta: Penerbit CV. Rajawali.
Diri Remaja. Jakarta: PT Rakasta
Semesta. Sheridan, C. L., dan Radmacher, S. A. 1992.
Health Psychology: Challenging The
Narendra, M.B, et al. 2002. Tumbuh Biomedical Model. Canada: John Wiley
Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: dan Sons, Inc.
Sagung Seto.
Singgih D. Gunarsa. 1991. Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja.
Jakarta : BPK Gunung Mulia.
130 PSIKOVIDYA VOLUME 18 NOMOR 2 DESEMBER 2014
Konsep Diri Remaja Putri yang Mengalami Obesitas

Siswono. 2007. Obesitas Ajang Reuni


Berbagai Penyakit. http://www.gizi.net/
cgi-bin/berita/fullnews.cgi?new
sid1170144608,41573. Diakses pada
Maret 2012.

Vivi, J. 2004. Obesitas pada Anak. http://


www.sinarharapan.co.id/. diakses pada
Maret 2012.

WHO. World Health Organization. 2005.


Body Mass Indeks (BMI) = Indeks
Massa Tubuh.http://apps.who.int/bmi/
index.jsp?introPage=intro_3.html 3
akses 2 oktober 2012.

ISSN : 0853-8050 131

Anda mungkin juga menyukai