DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
FAKHRUR ROZI
MIRA TANIA
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
BAB I 4
PENDAHULUAN 4
1.1. Latar Belakang 4
1.2. Rumusan Masalah 5
1.3. Tujuan Penulisan 5
BAB II 6
TINJAUAN TEORITIS 6
2.1. Definisi 6
2.2.Rentang Respon dan Proses Kehilangan dan Berduka 7
2.3. Sifat- sifat Kehilangan 9
2.4. Jenis Kehilangan 10
2.5. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Kehilangan dan Berduka. 11
2.5.1. Pengkajian 11
2.5.2. Diagnosa Keperawatan: Berduka Disfungsional 15
2.5.3. Kemungkinan Etiologi (“Yang Berhubungan Dengan”) 15
2.5.4. Batasan Karakteristik (“Dibuktikan Dengan”) 15
2.5.5. Sasaran/Tujuan Dan Intervensi Keperawatan 16
2.5.6.Prinsip Tindakan Keperawatan pada klien dengan respon kehilangan. 21
2.5.7. Evaluasi 23
BAB III 24
PENUTUP 24
3.1. Kesimpulan 24
3.2. Saran 24
DAFTAR PUSTAKA 25
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang universal dan
kejadian yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup
seseorang. Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam
pandangan umum berarti sesuatu kurang enak atau nyaman untuk
dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini lebih banyak
melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau disekitarnya. Dalam
perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan berduka
sedikit demi sedikit mulai maju.
Dimana individu yang mengalami proses ini ada keinginan untuk
mencari bentuan kepada orang lain. Pandangan-pandangan tersebut dapat
menjadi dasar bagi seorang perawat apabila menghadapi kondisi yang
demikian. Pemahaman dan persepsi diri tentang pandangan diperlukan
dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Kurang
memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada informasi yang salah,
sehingga intervensi perawatan yang tidak tetap (Suseno, 2004).
Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe
kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
menghadapi dan menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk
memahami dan menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka
sehingga kehidupan mereka dapat berlanjut. Dalam kultur Barat, ketika
klien tidak berupaya melewati duka cita setelah mengalami kehilangan yang
sangat besar artinya, maka akan terjadi masalah emosi, mental dan sosial
yang serius.
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam
lingkungan asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi
dengan klien dankeluarga yang mengalami kehilangan dan dukacita. Penting
bagi perawat memahami kehilangan dan dukacita. Ketika merawat klien dan
keluarga, parawat juga mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan
klien-kelurga-perawat berakhir karena perpindahan, pemulangan,
penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman
pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat mendukung klien dan
keluarganya selama kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2005).
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut rumusan makalah ini adalah
bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan kehilangan.
1.3. Tujuan Penulisan
Adapaun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui asuhan
keperawatan pada pasien dengan kehilangan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1. Definisi
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan
sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada , baik terjadi
sebagian atau keseluruhan (Lambert dan Lambert,1985,h.35). Kehilangan
merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu dalam
rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan
dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang
berbeda (Direja,2011).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
kehilangan adalah suatu keadaan yang dialami oleh individu yang berpisah
akan suatu hal yang mencakup kejadian nyata atau hanya khayalan (yang
diakibatkan persepsi seorang terhadap kejadian) dalam rentang
kehidupannya.
S. Sundeen (1995: 426) menyatakan :
Loss of attachment: the loss may be real or imagined and may
include the loss of love, a person, physical functioning, status or self
esteem. Many losses take on importance because of their symbolic
meanig. May involve the loss of old friend, warm memories, and
neighborhood association. The ability to sustain, integrate and rocover
from loss, however is a sign of personal maturity and growth.
Kehilangan pribadi adalah segala kehilangan signifikan yang
membutuhkan adaptasi melalui proses berduka. Kehilangan terjadi ketika
sesuatu atau seseorang tidak dapat lagi ditemui, diraba, didengar,
diketahui, atau dialami. Tipe dari kehilangan mempengaruhi tingkat
distress. Misalnya, kehilangan benda mungkin tidak dapat menimbulkan
distress yang sama ketika kehilangan seseorang yang dekat dengan kita.
Namun demikian, setiap individu berespon terhadap kehilangan secara
berbeda. Kematian seorang anggota keluarga mungkin menyebabkan
distress lebih besar dibandingkan hewan peliharaan, tetapi bagi
seseorang yang hidup sendiri kematian hewan peliharaan menyebabkan
distress emosional yang lebih besar dibanding dengan saudara yang
sudah tidak pernah bertemu selama bertahun-tahun. Tipe kehilangan
penting artinya untuk proses berduka; namun erawat harus mengenali
bahwa setiap interpretasi sesorang tentang kehilangan sangat bersifat
individualistis.
2.2.Rentang Respon dan Proses Kehilangan dan Berduka
Menurut Burgers dan Lazare tahun 1976, karakteristik berduka antara lain:
1. Berduka yang menunjukkan reaksi syok dan ketidakyakinan.
2. Berduka yang menunjukkan perasaan sedih dan hampa bila teringat
tentang kehilangan orang yang disayangi.
3. Berduka yang menunjukkan perasaan tidak nyaman dan sering disertai
dengan menangis, serta keluhan-keluhan sesak pada dada, rasa tercekik,
napas pendek.
4. Mengenang almarhum terus menerus.
5. Memperoleh pengalaman perasaan berduka.
6. Cenderung menjadi mudah tersinggung dan marah.
individu
2. Kehilangan yang terlalu berat (penumpukan rasa berduka dari
kehilangan multiple yang belum terselesaikan)
3. Menghalangi respon berduka terhadap suatu kehilangan
4. Tidak adanya antisipasi proses berduka
5. Perasaan bersalah yang disebabkan oleh hubungan ambivalen dengan
konsep kehilangan.
2.5.4. Batasan Karakteristik (“Dibuktikan Dengan”)
1. Idealisasi kehilangan (konsep)
2. Mengingkari kehilangan
3. Kemarahan yang berlebihan, diekspresikan secara tidak tepat
4. Obsesi-obsesi pengalaman-pengalaman masa lampau
5. Merenungkan perasaan nersalah secara berlebihan dan dibesar-
basarkan tidak sesuai dengan ukuran situasi.
6. Regresi perkembangan
7. Gangguan dalam konsentrasi
8. Kesulitan dalam mengekspresikan kehilangan
9. Afek yang labil
10. Kelainan dalam kebiasaan makan, pola tidur, pola mimpi, tingkat
aktivitas, libido.
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan data-data yang diperoleh, akhirnya dapat disimpulkan
bahwa kehilangan adalah suatu keadaan yang dialami oleh individu yang
berpisah akan suatu hal yang mencakup kejadian nyata atau hanya khayalan
(yang diakibatkan persepsi seorang terhadap kejadian) dalam rentang
kehidupannya. Gambaran rentang respon individu terhadap kehilangan dan
berduka menurut Kublier-rose (1969) dibagi mejadi 4 yaitu : Fase
Pengingkaran (denial), Fase Marah (anger), Fase Tawar Menawar
(bargaining), dan Fase Depresi (depression) Fase Penerimaan. Selain itu
terdapat dua sifat-sifat kehilangan secara umum yaitu Tiba – tiba (Tidak dapat
diramalkan) dan Berangsur – angsur (Dapat Diramalkan).
3.2. Saran
Makalah ini masih memiliki kekurangan, maka kritik dan saran demi
kesempurnaan makalah ini sangat dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
Budi, Anna Keliat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta :
EGC
Moorhedd, Sue dkk. 2016. Nursing Out Classification Edisi 5th. Singapore :
Elsevier
Yoseph, Iyus dan Titin Sutini.2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung : PT
Refika Aditama
Wong,Florence. 2014 .Helping a Child Cope with Loss by Using Grief Therapy.