Bag. Kreativitas 8-9
Bag. Kreativitas 8-9
Landasan teori
Pencitraa merek atau dalam bahasa asing disebut branding sering disebut sebagai ranah
bagian pemasaran dalam perusahan. Citra merek (brand image) merupakan representasi dari
keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu
terhadap merek itu. Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan
dan preferensi terhadap suatu merek. Konsumen yang memiliki citra yang positif terhadap
suatu merek, akan lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian (Setiadi, 2003). Ferinda
Dewi (2009) berpendapat citra merek adalah merupakan konsep yang diciptakan oleh
konsumen karena alasan subjektif dan emosi pribadinya. Dari beberapa pendapat para ahli
diatas dapat disimpulkan bahwa citra merek adalah persepsi konsumen dan preferensi
terhadap merek, sebagaimana yang direfleksikan oleh berbagai macam asosiasi
(presepsi) merek yang ada dalam ingatan konsumen. Sehingga membangun merek yang
handal dalam pemasaran baik melalui promosi, perkenalan produk, kelancaran distrusi, kerja
sama dengan berbagai pihak, serta penentuan harga pasar, yang dilakukan bagian pemasaran
diharapkan merk produk yang dijual oleh perusahaan bisa menjadi pilihan pertama bagi
setiap pelanggan (Faisal, 2014). Pencitraan merk yang bagus jika perusahaan menerbitkan
dalam kemasan apa saja akan diserbu oleh pelanggan.
Factor-faktor yang mempengaruhi kreativitas bisnis pada pelaku usaha kecil
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian pelaku adalah orang yang melakukan
suatu perbuatan atau merupakan pelaku utama dalam perubahan situasi tertentu, sedang
pengertian usaha adalah kegiatan dengan menggerakkan tenaga, pikiran, atau badan untuk
mencapai suatu maksud, pekerjaan (perbuatan, prakarsa, ikhtiar, daya upaya) untuk mencapai
sesuatu. Selanjutnya menurut pasal 1 ayat (3) No.8 Tahun 1999, tentang Perlindungan
Konsumen, menyatakan bahwa definisi pelaku usaha adalah: Pelaku usaha adalah setiap
orang perseorangan atau badan hukum, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan
badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah
hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersamasama melalui perjanjian
menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.
Menurut menurut Ariawati (2005) adapun factor yang menghambat kreatifitas pada pelaku
usaha kecil yaitu:
1. Pendidikan : pendidikan yang dimiliki oleh usaha UMK relative krang tinggi
2. Keterampilan dan keahlian : profesionalisme, kemampuan teknikal dan menejerial
yang rendah
3. Kemempuan penetrasi pasar : kemampuan penetrasi pasar yang rendah karena produk
yang inferior dan skala produksi yang kecil
4. Permodalan : modal usaha kecil dan sulit akses pada lembaga keuangan
5. Teknologi industry : lemah karena tidak ada akses pada lembaga keuangan
6. Jaringan usaha : terbatas pada produk inferior dan jumlahnya terbatas
7. Iklim usaha : kurang menunjang karena adanya persaingan
8. Saran dan prasarana : belum memiliki sarana dan prasarana
9. Usia : banyak pekerja yang usianya sudah melewati usia produktif.
Analisi jurnal:
Judul : The Impact of Covid-19 Pandemic Crisis on Micro Enterprises:
Entrepreneurs’ Perspective on Business Continuity and Recovery Strategy
Penulis : Noor Fzlinda Fabei, Khairul Hanim Pazim, Juliana Langgat,
Penerbit : journal of economics and businnes
Volume : 3 no.2, 2020: 837-844
Analisis jurnal:
Melalui wawancara dari telephone penelitian ini berfokus pada dua bidang utama dari
perspektif pengusaha, yaitu (i) untuk memahami strategi kelangsungan usaha dan (ii) rencana
pemulihan bisnis yang digunakan oleh mikro usaha dalam menghadapi dampak krisis..
Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada manajemen yang sistematis atau formal terhadap
krisis yang digunakan oleh usaha mikro; namun, tanggapan mereka terhadap krisis lebih
bersifat yakin untuk mengurangi dampaknya. Para pengusaha seolah menunjukkan
kemampuannya untuk bertahan dalam bisnisnya dengan melakukan beberapa pendekatan
kelangsungan bisnis dan strategi pemulihan, terutama dalam hal pengiriman produk dan
pemasaran. Pengetahuan bisnis seperti teknik pemasaran online, prosedur pengiriman produk,
pengembangan produk baru, penetapan biaya dan strategi penetapan harga selama krisis dan
manajemen basis data pelanggan dapat berfungsi sebagai dasar rencana manajemen krisis
untuk usaha mikro.
kesimpulan dalam penelitian ini, pentingnya untuk mengeksplorasi bagaimana pengusaha
mikro mengalami krisis dan keputusan apa yang mereka buat untuk kelangsungan hidup
bisnis. Studi ini merepresentasikan perspektif dua pengusaha mikro di pedesaan Sabah,
tentang strategi kelangsungan bisnis mereka selama perintah pengendalian pergerakan. Hasil
wawancara telepon tidak terstruktur memberikan wawasan tentang pendekatan kelangsungan
hidup bisnis dan rencana pemulihan usaha mikro selama dan setelah krisis yaitu dengan
strategi pemasaran online, pengembangan produk baru serta penetapan harga selama krisis.
Studi ini diharapkan akan memberikan kontribusi terhadap penciptaan mekanisme dukungan
yang efektif melalui organisasi pengembangan kewirausahaan terkait bagi pengusaha mikro
untuk berkembang selama dan setelah krisis.
Perbandingan jurnal:
Kesesuaian antara penelitian diatas tersebut dengan penelitian yang berjudul “studi
pemulihan dan pengembangan ekonomi kreatif sub-sektor kuliner pasca pandemic (covid-19)
dalam menunjang pertumbuhan ekonomi di provinsi Sulawesi Tenggara”oleh Arlita:2020,
sama-sama dalam kondisi pandemic yang mengakibatkan lumpuhnya usaha kecil akibat
larangan oleh pemerintah untuk membuka dan melakukan transaksi jual beli secara tatap
muka agar dapat terhindar dari penyebaran virus secara meluas. Dalam penelitian keduanya
juga mengandalkan ide, gagasan dan kreativitas dari sumber daya manusia tersebut.
Sedangkan yang tidak sesuai dalam penelitian keduanya, dimana penelitian yang dilakukan
oleh (Noor Fzlinda, dkk) mengunakan wawancara melalui telephone dengan 2 pelaku usaha
kecil yang hasilnya mereka merubah strategi penjualan secara onlie, mengembangka produk
terbaru serta menetapkan harga yang sesuai dengan jangkauan masyarakat tersebut.
Sedangkan dalam penelitian (Arlita) mengunakan metode survey (wawancara) dan pustaka,
hasilnya langkah-langkah yang bisa di ambil untuk pemulihan dan pengembangan ekonomi
tersebut yaitu pemerintah memberikan insentif untuk kelancaran usahanya (bantuan tunai),
potongan tagihan listrik dan tangguhan untuk pembayaran pinjaman yang diambil pemilik
usaha sebelum pandemi Coivd-19, menjaga pasokan kebutuhan bahan baku di pasaran, lebih
proaktif untuk mengukur dampak dari turunnya permintaan yang sangat signifikan melalui
alat moneter, keuangan dan fiscal serta kebijakan structural dan social, serta melakukan
pendampingan terhadap para pelaku UMKM dalam upayanya untuk bertransformasi ataupun
membangun usaha yang baru.