Anda di halaman 1dari 14

A.

Hipotiroid
Hipotiroid adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan pada salah satu
tingkat dari aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid-“end organ”, dengan akibat terjadinya
defisiensi hormon tiroid, ataupun gangguan respon jaringan terhadap hormon tiroid.
Menurut onsetnya, hipotiroid pada anak dibedakan menjadi 2 :7
a. Hipotiroid kongenital.

Penyebab hipotiroid kongenital dapat sporadis/ familial, gondok atau non


gondok. Pada banyak kasus, defisiensi hormon tiroid berat, dan gejala-gejala
berkembang pada umur beberapa minggu awal. Pada kasus lain, tingkat defisiensi
yang lebih rendah terjadi dan manifestasi dapat terlambat selama beberapa bulan atau
beberapa tahun.4
Angka kejadian di beberapa negara sangat bervariasi dengan kisaran antara
4000-6000 kelahiran hidup. Hipotiroid kongenital merupakan salah satu penyebab
retardasi mental dan kegagalan pertumbuhan yang dapat dihindari bila ditemukan dan
diobati sebelum usia 1 bulan. Oleh karena itu banyak negara maju melakukan
screening saat kelahiran.8
b. Hipotiroid dapatan.
1. Hipotiroid Kongenital
a. Patofisiologi 

Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid atau


gangguan pada respon jaringan terhadap hormon tiroid.
Sintesis hormon tiroid diatur sebagai berikut :
1) Hipotalamus membuat “thyrotropin releasing hormone (TRH)” yang merangsang
hipofisis anterior.
2) Hipofisis anterior mensintesis thyrotropin (thyroid stimulating hormone = TSH)
yang merangsang kelenjar tiroid.
3) Kelenjar tiroid mensintesis hormone tiroid (triiodothyronin = T3 dan
tetraiodothyronin = T4 = thyroxin) yang merangsang metabolisme jaringan yang
meliputi : konsumsi oksigen, produksi panas tubuh, fungsi syaraf, metabolisme
protrein, karbohidrat, lemak, dan vitamin-vitamin, serta kerja daripada hormon-
hormon lain.
b. Etiologi
1) Disgenesis Tiroid
Defek perkembangan (disgenesis tiroid) merupakan 90% dari bayi yang
terdeteksi hipotiroidisme. Pada sekitar sepertiga bayi tidak ditemukan adanya sisa
jaringan tiroid (aplasia), sedangkan duapertiga lainnya jaringan tiroid yang tidak
sempurna ditemukan pada lokasi ektopik, dari dasar lidah (tiroid lidah) sampai
posisi normalnya di leher.
Kebanyakan bayi dengan hipotiroidisme kongenital pada saat lahir tidak
bergejala walaupun ada agenesis total kelenjar tiroid. Situasi ini dianggap berasal
dari perpindahan transplasenta sejumlah sedang tiroksin ibu (T4) yang memberikan
kadar janin 25-50% normal pada saat lahir. Kadar T4 serum yang rendah ini dan
secara bersamaan kadar TSH meningkat memungkinkan pendeteksian neonatus
dengan hipotiroid.
Jaringan tiroid ektopik (lidah, bawah lidah, subhioid)dapat memberikan
jumlah hormon tiroid yang cukup selama bertahun-tahun atau dapat gagal pada
masa anak-anak. Anak yang terkena biasanya datang karena tumbuh massa pada
dasar lidah atau pada linea mediana leher, biasanya setinggi hioid. Kadang-kadang
disertai dengan kista duktus tiroglossus. Pengambilan secara bedah jaringan tiroid
ektopik dari individu eutiroid dapat mengakibatkan hipotiroidisme karena tidak
memiliki jaringan tiroid yang lain.
2) Antibodi Penyekat-Reseptor Tirotropin (TRBAb)
TRBAb dahulu disebut penghambat imunoglobulin pengikat tiroid (TBII).
Penyebab hipotiroidisme kongenital sementara yang tidak biasa adalah antibodi ibu
yang lewat secara transplasenta yang menghambat pengikatan TSH pada
reseptornya pada neonatus. Frekuensinya adalah 1 dalam 50.000-100.000 bayi.
Harus dicurigai adanya riwayat penyakit tiroid autoimun ibu termasuk tiroiditis
Hashimoto, penyakit Graves, hipotiroidisme pada terapi penggantian, ng
hipotiroidisme kongenital berulang yang bersifat sementara pada saudara kandung
berikutnya. Diagnosis yang benar dalam kasus ini adalah mencegah pengobatan
berkepanjangan yang tidak perlu, waspada klinis terhadap kemungkinan berulang
pada kehamilan berikutnya, dan menawarkan prognosis yang baik pada orang tua.
3) Sintesis Tiroksin yang Kurang Sempurna
Berbagai defek pada biosintesis hormon tiroid dapat mengakibatkan
hipotiroidisme kongenital, dan bila defeknya tidak sempurna akan terjadi
kompensasi dan mulainya hipotiroidisme dapat terlambat selama beberapa tahun.
Defek ini ditentukan secara genetik dan dipindahkan dengan cara autosom resesif.
4) Radioyodium
Hipotiroidisme telah dilaporkan akibat dari pemberian radioyodium secara
tidak sengaja selama kehamilan untuk pengobatan kanker tiroid atau
hipertiroidism. Pemberian yodium radioaktif pada wanita yang sedang menyusui
juga terkontraindikasi karena dengan mudah dieksresikan dalam susu.
5) Defisiensi Tirotropin
Defisiensi TSH dan hipotiroidisme dapat terjadi pada keadaan apapun yang
terkait dengan defek perkembangan kelenjar pituitaria atau hipotalamus. Lebih
sering pada keadaan ini, defisiensi TSH akibat defisiensi hormon pelepas tiroropin
(TRH). Mayoritas bayi yang terkena memiliki defisiensi kelenjar pituitaria multipel
dan datang dengan hipoglikemi, ikterus persisten, dan mikropenis bersama dengan
displasia septo-optik, celah bibir linea mediana, hipoplasia wajah tengah, dan
anomali wajah linea mediana yang lain.
6) Ketidaktanggapan Hormon Tirotropin
Hipotiroidisme kongenital ringan telah dideteksi pada bayi baru lahir yang
selanjutnya terbukti menderita pseudohipoparatiroidisme tipe Ia. Penyebab
molekular resistensi terhadap TSH pada penderita ini adalah gangguan menyeluruh
aktivasi cAMP yang disebabkan oleh defisiensi genetik subunit α guanin nukleotid
pengatur protein. Keadaan ketidaktanggapan TSH murni yang telah dideteksi, yaitu
kadar T4 serum rendah, kadar TSH serum dengan radioimmunoassay dan bioassay
meningkat, dan tidak ada respon terhadap pemberian TSH eksogen.
7) Ketidaktanggapan Hormon Tiroid
Semakin bertambah jumlah penderita yang ditemukan yang menderita
resistensi terhadap kerja endogen dan eksogen T 4 dan T3. Kebanyakan penderita
menderita gondok, dan kadar T4, T3, T4 bebas, dan T3 bebas meningkat.
Ketidaktanggapan ini dapat bervariasi di antara jaringan. Mungkin ada tanda klinis
hipotiroidisme yang tidak terlihat, termasuk retardasi mental, retardasi
pertumbuhan, dan maturasi skeleton terlambat ringan serta satu manifestasi
neurologis yaitu peningkatan hubungan gangguan hiperaktivitas defisit perhatian.
8) Penyebab Lain Hipotiroid (Obat)
Hipotiroidisme kongenital dapat merupakan akibat dari paparan janin
terhadap yodium atau obat antitiroid yang berlebihan. Keadaan ini bersifat
sementara dan tidak boleh keliru dengan bentuk-bentuk hipotiroidisme lain. Pada
neonatus, penggunaan antiseptik mengandung yodium topikal pada kamar
perawatan anak dan oleh ahli bedah juga dapat menyebabkan hipotiroidisme
kongenital sementara, terutama pada bayi dengan BBLR. Sedangkan pada anak
yang lebih besar, sumber yodium biasanya dalam sediaan paten yang digunakan
untuk mengobati asthma.
c. Manifestasi Klinis
Hipotiroidisme kongenital lebih sering terjadi pada anak perempuan dibanding
anak laki-laki. Sebelum program skrining neonatus, hipotiroidisme kongenital jarang
dikenali pada bayi yang baru lahir karena tanda-tanda dan gejala-gejalanya biasanya
tidak cukup berkembang. Hipotiroidisme ini dapat dicurigai dan diagnosis ditegakkan
selama umur umur minggu-minggu awal jika terdapat manifestasi awal tetapi kurang
khas dikenali. Bayi dengan tampak tenang dan mempunyai badan yang relatif gemuk
biasanya lambat didiagnosa.4
Riwayat dan gejala pada neonatus dan bayi : 3.
1) Fontanella mayor yang lebar dan fontanella posterior yang terbuka.
2) Suhu rektal < 35,5˚C dalam 0-45 jam pasca lahir.
3) Berat badan lahir > 3500 gram; masa kehamilan > 40 minggu.
4) Suara besar dan parau, tidak belajar berbicara.
5) Hernia umbilikalis.
6) Riwayat ikterus lebih dari 3 hari, karotenemia
7) Miksedema (kulit kelopak mata, punggung tangan, dan genitalia eksterna)
8) Makroglosi.
9) Riwayat BAB pertama > 20 jam setelah lahir dan sembelit (< 1 kali/hari).
10) Kulit kering, dingin, dan “motling” (berbercak-bercak, terutama tungkai).
11) Letargi
12) Gangguan minum dan menghisap
13) Bradikardia (< 100/menit).
14) Penampilan fisik sekilas seperti sindrom Down, namun pada sindrom Down bayi
lebih aktif.
15) Hipotonia
16) Tidur yang berlebihan, sedikit menangis, tidak selera makan, biasanya lamban.
17) Mata terpisah lebar
18) Jembatan hidung sempit
Diagnosis dan pengobatan dini penting untuk mencegah mental yang permanen
pada penderita.Gejala pada anak besar :7
1) Dengan goiter maupun tanpa goiter.
2) Gangguan pertumbuhan (kerdil).
3) Gangguan perkembangan motorik, mental, gigi, tulang, dan pubertas.
4) Ganguan perkembangan mental permanen terutama bila onset terjadi sebelum
umur 3 th.
5) Aktivitas berkurang, lambat.
6) Kulit kering.
7) Miksedema.
8) Tekanan darah rendah, metabolisme rendah.
9) Intoleransi terhadap dingin.
d. Pemeriksaan dan Diagnosis
1) Anamnesis :
a) Apakah berasal dari daerah gondok endemik?
b) Struma pada ibu. Apakah ibu diberi KI, PTU waktu hamil?
c) Adakah keluarga yang struma?
d) Perkembangan anak.
2) Gejala klinis :
Dicurigai adanya hipotiroid bila skor Apgar hipotiroid kongenital > 5;
tetapi tidak adanya gejala atau tanda yang tampak, tidak menyingkirkan
kemungkinan hipotiroid kongenital.

Tabel : Skor Apgar pada hipotiroid kongenital

Gejala klinis Skore

Hernia umbilicalis 2
Kromosom Y tidak ada (wanita) 1
Pucat, dingin, hipotermi 1
Tipe wajah khas edematus 2
Makroglosi 1
Hipotoni 1
Ikterus lebih dari 3 hari 1
Kulit kasar, kering 1
Fontanella posterior terbuka (>3cm) 1
Konstipasi 1
Berat badan lahir > 3,5 kg 1
Kehamilan > 40 minggu 1
Total 15

e. Laboratorium :
1) Pemeriksaan fungsi tiroid T4 dan TSH dilakukan untuk memastikan diagnosis,
apabila ditemukan kadar T4 rendah disertai TSH meningkat maka diagnosis sudah
dapat ditegakkan.
2) Pemeriksaan darah perifer lengkap, air kemih, tinja, kolesterol serum (biasanya
meningkat pada anak > 2 tahun).
3) Apabila ibu dicurigai menderita hipotiroid maka bayi perlu diperiksa antibodi
antitiroid. Kadar TBG diperiksa bila ada dugaan defisiensi TBG yaitu bila dengan
pengobatan hormon tiroid tidak ada respon.

Results in Results in
Name Normal Value Hypothyroidis Hyperthyroid
m ism
0.3 – 5.0µU/mL or
Thyroid Stimulating
High Low
Hormone (TSH)
0.3 – 5.0 mU/L
Total T4 5 – 11µg/dL or
Low High
Immunoassay 64 – 142 nmol/L

Free T4 Index 6.5 – 12.5 Low High

Total T3 95 – 190 ng/dL or


Normal or Low High
Immunoassay 1.5 – 2.9 nmol/L
Free T3 Index 20 – 63 Normal or Low High

f. Radiologis :
1) USG atau CT scan tiroid.
2) Tiroid scintigrafi, membantu memperjelas penyebab yang
mendasari bayi dengan hipotiroidisme kongenital. Pasien meminum radioaktif
yodium atau technetium dan ditunggu hingga substansi tersebut ada pada
kelenjar tiroid. Jika tiroid berfungsi maka akan terlihat level penyerapan yang
sama pada seluruh kelenjar tiroid. Bila ada aktivitas berlebih akan terlihat
daerah berwarana putih. Sedangkan area yang kurang aktif akan terlihat lebih
gelap.
3) Umur tulang (bone age), adanya retardasi perkembangan tulang
misalnya disgenesis epifise atau deformitas veterbra.
4) X-foto tengkorak, menunjukkan adanya fontanella besar dan
sutura yang melebar, tulang antar sutura (wormian) biasanya ada, terlihatnya
sella tursika yang membesar dan bulat, dan mungkin terlihat adanya erosi dan
penipisan.
g. Diagnosis Banding
1) Mongolisme
Sering disertai hipotiroid kongenital, sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan faal tiroid secara rutin. Pada mongolisme terdapat: epikantus (+),
makroglosi (+), miksedema (-), retardasi motorik dan mental serta adanya
kariotyping dan trisomi 21.
2) Dysmorphogenetic chromosomal syndromes
3) Infeksi kongenital
4) Intrauterine drug exposure
5) Intestinal obstruction
6) Ikterus fisiologis
7) Miopatik kongenital

h. Tatalaksana
Hormon tiroid
Obat pilihan adalah Sodium L-Thyroxine, diberikan sedini mungkin.
1.   Bila fasilitas untuk mengukur faal tiroid ada, diberikan dosis seperti tabel
berikut :

Umur Dosis µg/kg BB/hari

0-3 bulan 10-15

3-6 bulan 8-10

6-12 bulan 6-8

1-5 tahun 5-6

2-12 tahun 4-5

> 12 tahun 2-3


  Kadar T4 dipertahankan di atas pertengahan nilai normal.
2. Bila fasilitas untuk mengukur faal tiroid tidak ada, dapat dilakukan therapeutic
trial sampai usia 3 tahun dimulai dengan dosis rendah dalam 2-3 minggu; bila
ada perbaikan klinis, dosis dapat ditingkatkan bertahap atau dengan dosis
pemberian + 100 μg/m2/hari. Penyesuaian dosis tiroksin berdasarkan respon
klinik dari uji fungsi tiroid T3, T4, dan TSH yang dapat berbeda tergantung dari
etiologi hipotiroid.
3. Penundaan atau keterlambatan pengobatan akan meningkatkan risiko
komplikasi
4. Monitoring pengobatan harus dilakukan setiap bulan pada tahun pertama dan
selanjutnya setiap 2-3 bulan
5. Pemantauan tumbuh kembang yang optimal namun hindari overtreatment
6. Kasus transien hipotiroid kongenital boleh tidak diobati, namun jika penurunan
T4 dan peningkatan TSH menetap harus segera diobati.
i. Pemantauan
1) Terapi
Kemungkinan terjadinya hipertiroidisme perlu diwaspadai. Dosis yang
berlebihan dapat mengakibatkan takikardia, kecemasan berlebihan, gangguan
tidur, dan gejala tirotoksikosis yang lain. Pemberian tiroksin berlebihan
jangka lama mengakibatkan kraniosinostosis. Anak yang sedang dalam
pengobatan hipotiroid kongenital harus dievaluasi secara teratur stiap beberapa
bulan sampai paling tidak hingga 3 tahun pertama kehidupan. Menurut American
academy of pediatric, serumT4 atau T4 bebas dan Tes darah TSH harus dilakukan
menurut jadwal:

a) 2-4 minggu setelah pengobatan T4


b) Setiap 1-2 bulan hingga 6 bulan pertama kehidupan
c) Setiap 3-4 bulan, mulai 6 bln hingga 3 tahun pertama kehidupan
d) Setiap 6 -12 bulan hingga pertumbuhan normal tercapai
e) Dua minggu setelah perubahan dosis
f) Evaluasi lebih sering bila ditemukan hasil yang abnormal

Apabila fase perkembangan otak sudah dilalui, pemantauan dapat


dilakukan 3 bulan sampai 6 bulan sekali dengan mengevaluasi pertumbuhan
linear, berat badan, perkembangan motorik dan bahasa serta kemampuan
akademis untuk yang sudah bersekolah. Umur tulang dipantau tiap tahun. Karena
levothyroxine identik dengan thyroxine yang dihasilkan badan, efek samping
jarang ditemukan. Namun bila dosis terlalu kecil atau terlalu besar akan terjadi
efek samping seperti tertulis di tabel berikut.6

Gejala dosis kurang atau berlebih dari Levothyroxine


Dosis Dosis berlebih
kurang
Lemas Gejala kardiovaskuler (detak jantung cepat, berkeringat, varian
denyut nadi yang luas, angina atau congestive heart failure)
Ketumpula Agitasi (tremor, nervousness, insomnia, keringat berlebih)
n mental
Merasa Sakit kepala dan nyeri otot
kedinginan
Kram otot Gejala intestinal dan metabolic (pperubahan nafsu makan, diare,
penurunan BB)
Demam dan intoleransi terhadap panas

2) Tumbuh Kembang
Hipotiroid kongenital sangat mengganggu tumbuh kembanganak apabila
tidak terdiagnosis secara dini ataupun bila pengobatan dilakukan tidak benar.
Apabila hipotiroid diobati dini dengan dosis adekuat, proses pertumbuhan linier
pada sebagian besar kasus mengalami kejar tumbuh yang optimal sehingga
mencapai tinggi badan normal. Pengobatan yang dilakukan setelah usia 3 bulan
akan mengakibatkan taraf IQ subnormal atau lebih rendah.
j. Prognosis
Dengan adanya program skrining neonatus untuk mendeteksi hipotiroidisme
kongenital, prognosis untuk bayi yang terkena telah baik secara dramatis. Diagnosis
awal dan pengobatan yang cukup sejak umur minggu-minggu pertama
memungkinkan pertumbuhan linier yang normal dan intelegensianya setingkat
dengan saudara kandung yang tidak terkena.
Tanpa pengobatan dini akan terjadi sekuale neurologis berupa
1) retardasi mental
2) koordinasi motorik yang lemah
3) hipotonia muskuler
4) ataxia
Dengan pengobatan dini retardasi mental dapat dihindari. Lebih dini
pengobatan prognosis akan lebih baik. Bahkan dengan pengobatan komplikasi
disfungsi psikomotor seperti gangguan belajar masih dapat dijumpai.

2. Hipotiroid Dapatan
a. Etiologi

1) Tiroiditis Limfositik
Tiroiditis limfositik merupakan penyebab paling lazim terjadinya
hipotiroidisme didapat. Meskipun secara khas ditemukan pada remaja, keadaan
ini terjadi seawal pada usia 2 tahun. Penyakit ini merupakan suatu penyakit
autoimun yang ditandai secara histologis infiltrasi tiroid dengan limfosit. Setiap
bentuk autoimun tiroiditis secara tipikal dimulai dengan sel T dan B:
a) Sel T dan B menginfiltrasi kelenjar tiroid dalam jumlah yang setara. Kedua sel
ini berperan dalam respon primer terhadap infeksi. Sel T mengidentifikasi
molekul invasive (cth: virus) dan membantu sel B untuk memproduksi
antibodi.
b) Pada kasus autoimunitas, sel T mengira molekul badan kita sebagai molekul
invasive. Sehingga sel B memproduksi antibodi yang disebut autoantibody.
c) Antibodi kemudian menyerang protein tiroid yang disebut thyroid peroxidase
yang menyebabkan kehancuran dari sel tiroid.

Ada beberapa teori yang menjelaskan mengapa sel T dan B


menghancurkan sel tiroid, antara lain:

a) Salah satu teori mengatakan selama infeksi sel T menginduksi sel B untuk
mengeluarkan antibodi guna melawan invasi virus. Namun tanpa diduga, sel T
juga menginduksi sel B untuk menghancurkan protein tiroid yang serupa.
b) Faktor genetic paling berperan pada autoimun tiroiditis. Sebagai contoh,
pasien dengan hashimoto’s tiroiditis memiliki gen yang disebut fas Gen, yang
berinteraksi dengan sel tiroid dan merangsang proses yang disebut apoptosis,
yang memulai terjadinya kehancuran sel.
c) Pada beberapa wanita, autoimunitas terjadi ketika sedang mengandung. Dalam
hal ini sel fetal terakumulasi di kelenjar tiroid ibu, merangsang respon imun.
d) Pada hashimoto’s tiroiditis antibodi memblok reseptor pada sel tiroid yang
mengikat TSH. Efek ini lebih menjelaskan perburukan dari kelainan ini, tapi
tidak menjelaskan sebab awal terjadinya kehancuran sel tiroid..
e) Beberapa penelitian membuktikan intake yodium yang berlebihan
berhubungan dengan terjadinya hashimoto’s tiroiditis

2) Tiroidektomi Subtotal
Tiroidektomi subtotal pada tirotoksikosis atau kanker dapat menyebabkan
hipotiroidisme, sama seperti halnya dengan pengambilan jaringan tiroid ektopik
misalnya tiroid lidah, tiroid subhioid media, atau jaringan tiroid pada kista duktus
tiroglossus merupakan satu-satunya sumber hormon tiroid, dan pemotongan
menyebabkan terjadinya hipotiroidisme.
3) Sistinosis Nefropati
Anak dengan keadaan seperti ini ditandai dengan penyimpanan sistin
intralisosom dalam jaringan tubuh, mengalami gangguan fungsi tiroid.
Hipotiroidisme dapat jelas, tetapi bentuk yang terkompensasi lebih lazim, dan
penilaian berkala kadar TSH terindikasi. Pada usia 13 tahun, duapertiga penderita
ini memerlukan penggantian tiroksin.
4) Infiltrasi Histiosit
Yaitu terjadi pada anak dengan histiositosis sel Langerhans dapat
menyebabkan hipotiroidisme.
5) Iradiasi
Iradiasi daerah tiroid yang merupakan kejadian pada pengobatan penyakit
Hodgkin atau malignansi lain atau yang diberikan sebelum transplantasi sumsum
tulang sering menyebabkan kerusakan tiroid. Pada sekitar sepertiga anak tersebut
terjadi kenaikkan kadar TSH dalam setahun setelah terapi, dan 15-20% menjadi
hipotiroidisme dalam 5-7 tahun.
6) Obat-obatan
Penelanan obat-obatan yang mengandung yodium yang lama dapat
menyebabkan hipotiroidisme, biasanya disertai dengan gondok. Amiodaron, obat
yang digunakan untuk aritmia jantung 37% beratnya terdiri dari yodium sehingga
menyebabkan hipotiroidisme pada sekitar 20% anak yang diobati. Ini
mempengaruhi fungsi tiroid secara langsung karena kandungan yodiumnya yang
tinggi juga karena hambatan 5’-deiodinase yang mengubah T4 menjadi T3, anak
yang mendapat pengobatan ini harus dilakukan pengukuran T4, T3, dan TSH seri.
7) Subklinis hipotiroid
Subklinis hipotoiroid terjadi ketika kadar TSH tinggi tetapi kadar T3 dan
T4 normal. Para ahli masih meragukan bagaimana subklinis hipotiroid
mempengaruhi metabolisme selular karena kadar dari hormone yang normal.
Cochrane collaboration menemukan bahwa tidak ada kegunaan dari terapi
penggantian hormone.
b. Manifestasi Klinis
Perlambatan pertumbuhan biasanya merupakan manifestasi klinis pertama,
tetapi tanda ini sering lewat tanpa diketahui. Perubahan miksedematosa kulit,
konstipasi, intoleransi dingin, energi menurun, bertambahnya kebutuhan untuk tidur
berkembang secara diam-diam. Namun, tugas sekolah dan nilai biasanya tidak
terpengaruh bahkan pada anak yang menderita hipotiroid berat sekalipun. Maturasi
tulang terlambat, sering secara mencolok yang merupakan petunjuk lamanya
hipotiroidisme.
Beberapa anak datang dengan nyeri kepala, masalah penglihatan, pubertas
prekoks, atau galaktorrea. Anak-anak ini biasanya mengalami pembesaran
hiperplastik kelenjar pituitaria, seringkali dengan perluasan suprasella, setelah
hipotiroidisme yang lama; keadaan ini dapat keliru dengan tumor kelenjar pituitaria.
c. Pemeriksaan Diagnosis dan Pengobatan

Pemeriksaan diagnostik dan pengobatan adalah sama seperti yang diuraikan


pada hipotiroidisme kongenital. Pengukuran antibodi antiroglobulin dan
antiperoksidase (dahulu antimikrosom) dapat mengarah pada tiroiditis autoimun
sebagai penyebab. Selama tahun pertama pengobatan, penjelekkan tugas sekolah,
kebiasaan tidur yang buruk, kegelisahan, waktu perhatian yang pendek, dan
masalah-masalah perilaku dapat terjadi, tetapi hal ini sementara.
d. Komplikasi
1) Kondisi Emergensi

a) Koma myxedema, merupakan komplikasi yang mengancam jiwa bila


hipotiroid tidak diobati. Gejalanya antara lain meliputi penurunan suhu tubuh
yang drastis (hypothermi), delirium, penurunan fungsi paru, perlambatan
denyut jantung, konstipasi, retensi urin, kejang, stupor dan akhirrnya koma.
Jarang terjadi, tetapi lebih sering ditemukan pada pasien yang mendapat
paparan stresss yang berat, seperti infeksi, operasi, atau cuaca yang terlalu
dingin. Obat-obatan tertentu ( seperti sedative, penghilang nyeri, amiodarone,
narkotik dan litium) dapat meningkatkan resiko.Tingkat mortalitas tinggi
(30-60%) terutama pada orang tua dan penderita hipoternia persisten atau
kelainan jantung.

b) Suppurative Thyroiditis. Biasanya diawali dengan infeksi saluaran nafas


atas. Gejala meliputi demam, nyeri leher, rash, dan kesulitan mengunyah dan
berbicara.

2) Efek hipotiroid pada anak dan balita


a) Anak yang dilahirkan dari ibu yang tidak mendapat pengobatan. Anak ini
memiliki resiko cacat mental termasuk gangguan konsentrasi dan verbal.

b) Efek hipotiroid selama masa balita. Walaupun sementara, pada kasus yang
berat dapat menyebabkan gangguan perkembangan neurologist dan mental.

c) Bayi yang dilahirkan dengan hipotiroid congenital. Harus segera mendapat


pengobatan untuk mencegah retardasi mental, pertumbuhan yang terhambat,
dan perkembanagan abnormal lainnya ( sindrom yang disebut kretinisme).
Sudah diperkirakan bahwa anak yang tidak diobati akan mengalami
penurunan IQ tiga hingga lima poin per bulan selama tahun pertama. Tetapi
walau bagaimanapun, bahakn dengan terapi awal, gangguan ringan dalam hal
memori, perhatian, dan perkembangan mental dapat tetap ada hingga dewasa.

d) Efek yang terjadi bila onset hipotiroid > 2 tahun. Ancaman mental retardasi
berkurang namun pertumbuhan fisik menjadi lebih pelan dan pertumbuhan
gigi jadi terlambat.

Anda mungkin juga menyukai