Menjelang akhir tahun 1944, bala tentara Jepang secara terus menerus
menderita kekalahan perang dari sekutu. Hal ini kemudian membawa
perubahan perang dari sekutu. Hal ini kemudian membawa perubahan baru
bagi pemerintah Jepang di Tokyo dengan janji kemerdekaan yang
diumumkan Perdana Menteri Koiso tanggal 7 September 1944 dalam sidang
istimewa Parlemen Jepang (Teikoku Gikai) ke-85. Janji tersebut kemudian
diumumkan oleh Jenderal Kumakhichi Harada tanggal 1 Maret 1945 yang
merencanakan pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
1. Peri Kebangsaan.
2. Peri Kemanusiaan.
3. Peri Ketuhanan.
4. Peri Kerakyatan.
5. Kesejahteraan Rakyat.
Catatan: konsep dasar yang diajukan oleh Ir. Soekarno tersebut dapat
diperas menjadi Tri Sila, yaitu: Sila mufakat dan Sila internasionalisme di
proses menjadi socionationalism; Sila mufakat atau demokrasi dan Sila
Ketuhanan yang berkebudayaan. Kemudian Tri Sila tersebut dapat diperas
lagi menjadi Eka Sila, yaitu Gotong Royong.
Selanjutnya, dalam sidang yang dihadiri oleh 38 orang tersebut dibentuk lagi
satu Panitia Kecil yang anggota-anggotanya terdiri dari Drs. Mohammas
Hatta, Mr. Muhammad Yamin, Mr. A. Subardjo, Mr. A. A. Maramis, Ir.
Soekarno, Kiai Abdul Kahar Moezakkir, K. H. A. Wachim Hasjim, Abikusno
Tjokrosujoso, dan H. Agus Salim Panitia Kecil inilah yang sering disebut
sebagai sebagai Panitia 9 (sembilan) yang pada akhirnya menghasilkan
Piagam Jakarta (Jakarta Charter).