Disusun untuk memenuhi syarat mata kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Dosen Pengampu:
Satriana Fitri Mustika Sari, ST., MT.
NIP 19800 813 200801 2 011
Heri Suryaman, S.Pd., M.Pd.
NIP 19871 226 201903 1 008
Disusun Oleh:
Devi Fitria Anggraini (19051417056)
➢ Proyek Konstruksi
Proyek konstruksi adalah suatu upaya untuk mencapai suatu hasil dalam bentuk bangunan atau
infrastruktur. Proses yang terjadi pada suatu proyek tidak akan berulang pada proyek lainnya.
Hal ini disebabkan oleh kondisi yang mempengaruhi proses suatu proyek konstruksi berbeda
satu sama lain.
Pekerjaan konstruksi dibagi atau dikelompokkan menjadi 3 (tiga) golongan besar, yaitu:
1. Konstruksi perteknikan yang dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:
a. Konstruksi jalan raya misalnya penggalian, pengerasan jalan, jembatan, dan
sebagainya.
b. Konstruksi berat misalnya pembuatan bendungan, saluran air, dan sebagainya.
2. Konstruksi industri, misalnya pembuatan kilang minyak, peleburan biji besar dan
sebagainya.
3. Konstruksi bangunan, misalnya bangunan pabrik, tempat tinggal, gedung, dan
sebagainya.
➢ Proyek Pengendalian Banjir
Proyek pengendalian banjir adalah salah satu proyek yang dilakukan di lokasi proyek dikenal
sebagai daerah yang rawan banjir, banjir akan menyulitkan akses untuk ke kota dikarenakan
jalan tergenang dan banjir juga memasuki rumah warga, oleh karena itu dilakukan
pembangunan tanggul agar bisa menahan tingginya permukaan air yang menyebabkan banjir.
Pekerjaaan yang termasuk pada proyek yaitu, pembangunan tanggul , pembuatan Shortcut
Slincing, pembuatan pintu pengendali dan pompa 1 buah, perbaikan alur dan proteksi jembatan,
pekerjaan jalan masuk, pekerjaan pembuatan rumah jaga dan rumah panel diesel engginer.
Pekerjaan yang dilakukan banyak menggunakan alat berat seperti escavator, bulldozer, water
tank, dump truck, vibratory roller, crawl crane.
MANUSIA
Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko pada Tahapan Pemancangan Concrete Sheet
Pile
1. Penggunaan Crawler Crane
Identifikasi Bahaya:
a. Terjungkir akibat kelebihan beban material dan kurangnya penopang. Hal ini
disebabkan karena tidak seimbangnya antara beban material yang terlalu berat dengan
berat penopang.
b. Longsor, berat crawler crane juga dapat menyebabkan tanah dipinggiran sungai
sebagai bantaran crawler crane longsor, sehingga berpotensi crawler crane terjungkir
kesungai dan menyebabkan pekerja sebagai operator crane cedera dan terjebak
didalamnya crawler crane.
c. Jatuhnya material akibat kegagalan gigi pengangkat. Hal ini disebabkan kerusakan pada
roda gigi pengangkat yang berfungsi sebagai penahan dan pengatur ketinggian material
yang di angkat dan pengoperasian alat berat oleh personil yang tidak berkompetan.
d. Kegagalan gigi dapat menyebabkan kecelakaan kerja seperti pekerja tertimpa material.
Tidak seimbangannya beban material dengan berat penopang dan kegagalan gigi
pengangkat yang dioperasikan oleh personil yang tidak berkompeten adalah bentuk dari
tindakan tidak aman (unsafe act) karena pekerja tidak memeriksa dengan benar
kelayakan roda gigi yang akan digunakan.
e. Bahaya kontak dengan saluran listrik di ketinggian. Hal ini disebabkan banyaknya
instalasi listrik karenalokasi proyek berada di daerah pemukiman warga. Selain itu
permukaaan crane yang kasar dan tajam dapat membuat kabel listrik menjadi
terkelupas ketika terkena gesekan dari crane sehingga pekerja operator yang berada
didalam crane berisiko tersengat listrik karena hampir semua bagian dari crane
merupakan konduktor listrik. arus kejut listrik yang mengenai tubuh dapat
menimbulkan berhentinya fungsi jantung serta menghambat pernapasan, panas yang
ditimbulkan dapat menyebabkan kulit atau tubuh terbakar, menimbulkan pendarahan
serta gangguan saraf dan gerakan spontan akibat terkena arus listrik, dapat
mengakibatkan cedera lain seperti terjatuh atau terkena/ tersandung benda
lain.
Pengendalian Risiko:
Melakukan pengendalian seperti personel diperingatkan mengenai bahaya terperangkap dan
bahaya benda jatuh, seperti personel yang tidak diijinkan di bawah beban dan beban kerja aman
ditandai di kabin dan indikator beban terpasang dan melakukan uji kepadatan tanah (soil
investigation) sebelum melakukan pekerjaan agar tanah yang digunakan sebagai bantaran alat
berat tidak longsordan mengakibatkan kecelakaan.
Penilaian Risiko:
Tingkat risiko penggunakan crawler crane dikategorikan Medium High yang berarti kategori
ini cukup berbahaya sehingga memerlukan pengendalian khusus. Nilai kemungkinan
terjadinya kecelakaan pada penggunaan crawler crane diberi nilai 2 yang berarti kecelakaan
kerja mungkin terjadi dalam 5 tahun sekali dan nilai keparahan akibat kecelakaan kerja diberi
niai 5 yang berarti fatal, kerugian sangat besar dan hingga memakan korban jiwa.
2. Pengadaan Standar Alat Pengangkatan dan Aksesoris Pengangkatan
Identifikasi Bahaya:
Pengadaan standar alat pengangkatan dan aksesoris pengangkatan menyebabkan potensi
bahaya kegagalan selama pekerjaan misalnya kerusakan selama pekerjaan mengangkat. Hal ini
bisa disebabkan karena penggunaan peralatan yang tidak standar seperti tali slingyang
digunakan untuk mengangkat material sudah lama atau palsuatau alat yang digunakan sudah
lama tetapi dijual sebagai baru, atau alat berat yang digunakan tidak memiliki sertifikat
kelayakan beroperasi. kondisi ini dapat mengakibatkan pekerja mengalami cedera fisik sepeti
terbentur material dan tertimpa material karena ada kerusakan peralatan selama
pekerjaan.
Pengendalian Risiko:
Melakukan pengendalian dengan memeriksa dengan benar item yang masuk untuk
mengkonfirmasi tidak ada barang yang palsu atau barang rekondisi telah dijual sebagai baru.
Dan memeriksa alat-alat yang digunakan dan memeriksa surat-surat kelayakan beroperasi
seperti KIR untuk kendaraan bermotor dan SIA (sertfikat izin alat) untuk alat berat.
Penilaian Risiko:
Tingkat risiko pengadaan standar alat pengangkatan dan aksesoris pengangkatan dikategorikan
Medium High, dengan nilai kemungkinan terjadinya kecelakaan diberi nilai 2 yang berarti
kecelakaan kerja mungkin terjadi dalam 5 tahun sekali dan nilai keparahan akibat kecelakaan
kerja diberi niai 5 yang berarti fatal, kerugian sangat besar dan hingga memakan korban jiwa.
3. Kurangnya Koordinasi Pekerjaan Pengangkatan
Identifikasi Bahaya:
Kurangnya koordinasi pekerjaan pengangkatan menyebabkan potensi bahaya tertabrak dan
terpukul alat berat serta material. Hal ini disebabkan kelalaian dan tidak fokus pekerja pada
saat bekerja. Pekerjaan pemancangan dilakukan diarea terbuka, oleh karena itu panas matahari
memmpercepat reaksi tubuh melemah, mengakibatkan kelelahan pada pekerja yang membuat
pekerja kurang fokus pada saat pekerja.Kurangnya koordinasi antara pekerja termasuk
tindakan yang tidak aman. Pekerja yang bertugas memegang langsung material yang berdiri
tepat dibawah material untuk mengarahkan material agar tepat masuk kelubang pressing dapat
mengakibatkankecelakaan kerja yang sangat fatal seperti tertabrak alat berat, terpukul karena
ayunan crane dan terpukul material. Dampak dari kecelakaan tersebut dapat mengakibatkan
pekerja mengalami kecacatan permanen, hingga kehilangan nyawa.
Pengendalian Risiko:
Melakukan pengendalian dengan memberikan instruksi rencana pengangkatan lengkap dengan
jadwal secara umum yang telah disiapkan dandiawasi oleh SHE agar pekerja tetap bekerja
sesuai SOP dan memberikan surat peringatan apabila ada pekerja yang bekerja tidak sesuai
dengan peraturan yang ada.
Penilaian Risiko:
Tingkat risiko kurangnya koordinasi pekerjaan pengngkatan dikategorikan High yang berarti
sangat berbahaya dan memerlukan pengendalian khusus, dengan nilai kemungkinan terjadinya
kecelakaan diberi nilai 3yang berarti kecelakaan kerja mungkin terjadi dalam 1 tahun sekali
dan nilai keparahan akibat kecelakaan kerja diberi niai 5 yang berarti fatal, kerugian sangat
besar dan hingga memakan korban jiwa serta berhentinya seluruh kegiatan.
4. Penggunaan Sling(Tali Baja) / Teknik Rigging yang Tidak Aman
Identiifkasi Bahaya:
Penggunaan sling / teknik rigging yang tidak aman menyebabkan potensi bahaya tertimpa
material. Hal ini disebabkan karena sling yang digunakan untuk mengangkat materialtidak
sengaja terputus dan penggunaan teknik rigging yang tidak aman dapat mengakibatkan sling
terlepas. Terputus dan terlepasnyasling dapat mengakibatkan pekerja tertimpa material.
Pengendalian Risiko:
Melakukan pengendalian dengan selalu menggunakan tali alat bantu setiap melakukan
pengangkatan.
Penilaian Risiko:
Tingkat risiko penggunaan sling dikategorikan Medium Low, dengan nilai kemungkinan
terjadinya kecelakaan diberi nilai 1 yang berarti kecelakaan kerja mungkin terjadi dalam 10
tahun sekali dan nilai keparahan akibat kecelakaan kerja diberi nilai 5 yang berarti fatal,
kerugian sangat besar dan hingga memakan korban jiwa serta berhentinya seluruh kegiatan.
5. Penggunaan Generator
Identifikasi Bahaya:
Penggunaan generator berada di area terbuka menyebabkan potensi bahaya tersetrum listrik
dan kebakaran. Hal ini disebabkan bahan bakar generator menggunakan solar yang mudah
tersambar oleh api, selain itu pekerja dapat tersetrum listrik apabila menghidupkan generator
dalam keadaan basah dan genangan air di sekitar generator akibat hujan dapat mengakibatkan
pekerja yang tidak sengaja melintas tersetrum.
Pengendalian Risiko:
Melakukan pengendalian dengan selalu menggunakan tali alat bantu setiap melakukan
pengangkatan.
Penilaian risiko
Tingkat risiko penggunaan sling dikategorikan Medium Low, dengan nilai kemungkinan
terjadinya kecelakaan diberi nilai 1 yang berarti kecelakaan kerja mungkin terjadi dalam 10
tahun sekali dan nilai keparahan akibat kecelakaan kerja diberi nilai 4 yang berarti cedera berat,
kerugian sangat besar dan cacat permanen.
Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko pada Tahapan Pekerjaan Timbunan
1. Penggunaan Excavator
a. Terpeleset/terjatuh ketika mendaki masuk atau keluar kabin. Hal ini disebabkan
tingginya kabin excavator dan pekerja sebagai operator tidak hati-hati saat mendaki
masuk, keadaan tanah yang basah setelah hujan juga dapat menjadi faktor pekerja
terpeleset karena alas kaki yang digunakan licin.
b. Excavator yang digunakan terjungkir. Hal ini disebabkan proses pengambilan tanah
dilakukan di permukaan tanah berbukit atau lereng.
c. Longsor, Berat excavator memperbesar kemungkinan terjadinya potensi bahaya
excavator terjungkir karena tanah yang dilalui tidak dapat menahan beban dan
menyebabkan longsor. Kondisi ini dapat menyebabkan pekerja sebagai pemberi aba-
aba (signaler) yang sedang berada disekitar excavator tertimbun atau terjebak karena
longsoran tanah.
d. Pekerja terpukul ayunan alat keruk (bucket). Hal ini disebabkan kurangnya koordinasi
antara signaller dengan operator pengoperasi excavator. Bucket yang digunakan untuk
menggali tanah juga dapat terlepas tidak sengaja, terlepasnya bucketmenyebabkan
potensi bahaya tertimpa bucket. Hal ini disebabkan kurangnya perawatan peralatan
setelah digunakan dan kesalahpahaman antara pekerja juga dapat mengakibatkan
pekerja signaller tertabrak, terutama saat excavator bergerak mundur.
Potensi-potensi bahayapada saat pengoperasian excavator, dari resiko paling ringan hingga
fatality, yaitu disaat:
1. Bergerak (moving). Pergerakan excavator berpotensi menabrak perja / pejalan kaki
(pedestrian) terutama saat bergerak mundur.
2. Berbelok/memutar (slewing). Excavator sering sekonyong-konyong bergerak memutar
yang berpotensi menjebak/menggencet seseorang antara excavatordan struktur atau
kendaraan / benda tetap lain.
3. Sedang bekerja (working). ketika bucket bergerak atau attachment lainnya dapat
berpotensi menabrak/membentur/menyerang seseorang atau pejalan kakiatau juga
ketika bucketsecara tidak sengaja jatuh terlepas dari excavator.
Pengendalian Risiko:
Melakukan pengendalian dengan semua pekerjaan harus diawasi dan diperiksa dan dimonitor
untuk memastikan memenuhi prosedur kerja yang aman baik oleh pekerja maupun operatif
proyek.
Penilaian Risiko:
Tingkat risiko pada penggunaan excavator dikategorikan Medium High, dengan tingkat
kemungkinan terjadinya kececelakan diberi nilai 2 yang berarti kecelakaan kerja mungkin
terjadi dalam 5 tahun sekali dan tingkat keparahan akibat kecelakaan kerja diberi nilai 4 yang
berarti cedera berat, kerugian besar dan gangguan pada pekerjaan
2. Mobil Damn Truck Melewati Jalan Umum
Identifikasi Bahaya:
Potensi kecelakaan lalu lintas. Hal ini disebabkan banyaknya kendaraan pada jalan dan jarak
tempuh yang cukup jauh menyebabkan potensi bahaya kecelakaan lalu lintas. Kondisi Pasokan
tanah yang harus dikirim terus-menerus agar sesuai dengan target tidak melewati batas waktu
yang sudah tertulis dalam kontrak mengakibatkan pekerja supir bekerja lebih ekstra, pekerja
supir bekerja 8 jam – 12 jam dalam 1 hari. Lembur kerja yang tidak terlelakkan mengakibatkan
kelelahan pada pekerja juga mengakibatkan pekerja kurang istirahat sehingga mengantuk saat
diperjalanan sangat berisko terjadinya kecelakaan.
Penilaian Risiko:
Tingkat risiko damntruckmelewati jalan umum dikategorikan Medium High, tingkat
kemungkinan terjadinya kecelakaan diberinilai 2 yang berarti kemungkinan terjadinya
kecelakaan dalam 5 tahun sekali dan tingkat keparahanakibat kecelakaan diberikan nilai 5 yaitu
fatal, kerugian sangat besar hingga memakan korban jiwa.
3. Badan Jalan Rusak
Identifikasi Bahaya:
Tanah yang terus-menerus dilalui oleh damn truck menjadi rusak dan tidak rata menyebabkan
potensi bahaya terbalik/terperosoknya damn truck yang mengangkut tanah ke lokasi
pembuangan dan pekerja supir damn truck berisiko mengalami cedera fisik akibat terbentur.
Pengendalian Risiko:
Melakukan pengendalian dengan meletakkan lempengan-lempengan baja pada permukaan
tanah yang tidak padat.
Penilaian Risiko:
Tingkat risiko pada kondisi ini dikategorikan Medium High. Akibat seringnya mobil damn
truck terperosok/terbalik, dalam penilaian tingkat kemungkinan terjadinya kecelakaan diberi
nilai 4 yang berarti kecelakaan kerja mungkin terjadi dalam sebulan sekali dan nilai keparahan
akibat kecelakaan kerja diberi nilai 2 yang berarti cidera ringan, kerugian financial sedikit.
4. Penggunaan Bulldozer dan Vibro Roller
Identifikasi Bahaya:
a. Potensi bahaya terpeleset saat mendaki masuk, tertabrak, dan terjungkir saat bekerja di
lereng. Hal ini disebabkan kurangnya kehati-hatian saaat pekerja.
b. Kurangnya koordinasi antara pekerja juga hal penyebab terjadinya kecelakaan kerja.
c. Tingginya badan alat berat membatasi penghilatan operator di sekitar alat berat
terutama saat bulldozer atau vibro roller bergerak mundur. Kondisi ini dapat
mengakibatkan pekerja tertabrak alat berat yang digunakan.
Penilaian Risiko:
Tingkat risiko penggunaan bulldozer dan vibro roller dikategorikan Medium Low, dengan
tingkat kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja diberi nilai 1 yang berarti kecelakaan kerja
mungkin terjadi dalam 10 tahun sekali, dan nilai keparahan diberi nilai 5 yang berarti fatal,
kerugian sangat besar dan sampai memakan korban.
DASAR HUKUM KOMPENSASI DAN PERISTIWA KOMPENSASI PEKERJAAN
KONTRUKSI
➢ Kompensasi
Dalam kontrak pengadaan barang jasa Pemerintah perlu juga ditampilkan klausula peristiwa
kompensasi. Peristiwa kompesasi tersebut merupakan peristiwa di luar kuasa dari penyedia.
Peristiwa kompensasi akan memberikan kompesasi kepada penyedia oleh Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK). Kompensasi yang dapat diberikan oleh PPK dapat berupa memperpanjang
jadwal kontrak atau memberikan ganti rugi. Jika memperpanjang kontrak, tentunya harus
diadakan adendum kontrak terlebih dahulu.
➢ Dasar Hukum Kompensasi
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 45 tahun 2013 dan Peraturan Presiden (Perpres)
Nomor 54 tahun 2010 menerangkan salah satu tugas Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
adalah merancang, menandatangani, dan mengendalikan kontrak pengadaan barang/jasa
Pemerintah. Agar dalam kontrak tidak terjadi banyak kesalahan, PPK membutuhkan sedikit
keahlian tentang penyusunan kontrak. Penyusunan kontrak tentunya dimulai dengan
perancangan kontrak. PPK dapat dibantu oleh ataupun tenaga ahli dalam menyusun rancangan
kontrak. Tentunya dalam rancangan kontrak syarat-syarat sah suatu kontrak seperti yang sudah
ditetapkan dalam pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) harus
sudah terakomodasi di dalamnya supaya kontrak tidak mempunyai celah untuk dibatalkan demi
hukum apabila syarat-syarat subyektif tidak dipenuhi atau batal demi hukum jika syarat-syarat
obyektif tidak dipenuhi.
➢ Peristiwa Kompensasi
Kontrak dalam Perpres 54 tahun 2010 adalah perjanjian tertulis antara PPK dengan
Penyedia Barang/Jasa atau pelaksana Swakelola. Dalam klausula kontrak juga di bunyikan
tentang sanksi jika para pihak melakukan cidera janji/wanprestasi. Sanksi pada kontrak
pengadaan barang/jasa Pemerintah secara umum dikenal dengan ganti rugi dan denda. Ganti
rugi dikenakan kepada PPK, sedangkan denda dikenakan kepada Penyedia. Denda merupakan
sanksi finansial yang dikenakan kepada penyedia karena terjadinya cidera janji/wanprestasi
dan ganti rugi merupakan sanksi finansial yang dikenakan kepada PPK karena terjadinya cidera
janji/wanprestasi.
Kepada penyedia dikenakan denda untuk keterlambatan penyelesaian pekerjaan untuk
setiap hari keterlambatan dengan pengaturan sebagai berikut :
a. 1/1000 (satu perseribu) dari sisa harga bagian kontrak yang belum dikerjakan, apabila
bagian pekerjaan yang sudah dilaksanakan dapat berfungsi,
b. 1/1000 (satu perseribu) dari harga kontrak, apabila bagian pekerjaan yang sudah
dilaksanakan belum berfungsi.
Akan tetapi, bagi PPK ganti rugi yang dibayar kepada penyedia atas keterlambatan pembayaran
adalah sebesar bunga dari nilai tagihan yang terlambat dibayar, berdasarkan tingkat suku bunga
yang berlaku pada saat itu menurut ketetapan Bank Indonesia.
Pasal 122 Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 menyebutkan bahwa PPK yang
melakukan cidera janji terhadap ketentuan yang termuat dalam Kontrak, dapat dimintakan
ganti rugi dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Besarnya ganti rugi yang dibayar oleh PPK atas keterlambatan pembayaran adalah
sebesar bunga terhadap nilai tagihan yang terlambat dibayar, berdasarkan tingkat suku
bunga yang berlaku pada saat itu menurut ketetapan Bank Indonesia.
b. Dapat diberikan kompensasi sesuai ketentuan dalam Kontrak
Pada penjelasan pasal 122 Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tidak diterangkan istilah
kompensasi yang dapat diberikan kepada penyedia jika PPK melakukan kesalahan dalam
pemenuhan Kontrak. Jadi istilah kompensasi yang dimaksud dalam Peraturan Presiden ini
mengikuti pengertian kompensasi dalam arti umum.
Namun, dalam syarat-syarat Umum Kontrak yang terdapat dalam Standard Bidding
Document yang diterbitkan oleh Lembaga Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP)
menyebutkan bahwa kompensasi diberikan jika memenuhi syarat adanya Peristiwa
Kompensasi. Peristiwa kompesasi ini menjadi dasar dapat diberikannya kompensasi bagi
penyedia. Peristiwa kompensasi untuk Pekerjaan Konstruksi dan Barang yang antara lain :
1. PPK mengubah jadwal yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan.
2. keterlambatan pembayaran kepada penyedia.
3. PPK tidak memberikan gambar-gambar, spesifikasi, dan/atau instruksi sesuai jadwal
yang dibutuhkan.
4. PPK menginstruksikan kepada pihak penyedia untuk melakukan pengujian tambahan
yang setelah dilaksanakan pengujian ternyata tidak ditemukan
kerusakan/kegagalan/penyimpangan.
5. PPK memerintahkan penundaaan pelaksanaan pekerjaan.
6. Ketentuan lain dalam SSKK.
Untuk pekerjaan Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya yang termasuk peristiwa kompensasi
selain enam point di atas, ditambahkan penyedia belum bisa masuk ke lokasi sesuai jadwal dan
PPK memerintahkan untuk mengatasi kondisi tertentu yang tidak dapat diduga sebelumnya dan
disebabkan oleh PPK.