Anda di halaman 1dari 10

TUBERCULOSIS

A. Pengertian
Tuberculosis adalah jenis penyakit infeksius yang menyerang paru-paru,
ditandai dengan pembentukan granuloma dan timbulnya nekrosis jaringan. Penyakit
tuberculosis ini bersifat menahun dan bisa menular dari si penderita ke orang lainnya
(Santa ddk, 2009)
B. Klasifikasi
Klasifikasi Kesehatan Masyarakat (American Thoracic Society)
1. Kategori 0 : a. Tidak pernah terpapar / terinfeksi
b. Riwayat kontak negatif
c. Tes tuberculin
2. Kategori I : a. Terpapar TB tapi tidak terbukti ada infeksi
b. Riwayat / kontak negative
c. Tes tuberkulin negative
3. Kategori II : a. Terinfeksi TB tapi tidak sakit
b. Tes tuberkulin positif
c. Radiologis dan sputum negative
4. Kategori III : a. Terinfeksi dan sputum sakit
C. Etiologi
Penyebab dari penyakit tuberkolosis adalah kuman (bakteri) yang hanya dapat
dilihat dengan mikroskop, yaitu mycobacterium tuberkolosis.
Microbakteri adalah bakteri aerob, berbentuk batu yang membentuk spora.
(Danusantoso,2012)
D. Patofisiologi
Penyebab tuberkolosis terjadi karena kuman di batukkan atau dibersinkan
keluar menjadi drompet nudei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam
udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi
yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan
berhari-hari sampai berbulan-bulan. BCG, partikel infeksi ini terhisap oleh orang
sehat maka akan menempel pada jalan nafas atau paru-paru, kuman akan dihadapi
pertama kali oleh neutrofil, kemudian baru oleh makrofak. Kebanyakan partikel ini
akan mati atau dibersihkan oleh makrofak keluar dari cabang trakea bronchial
bersama gerakan silia dalam secretnya.
Bila kuman menetap di jaringan paru, maka akan berkembang biak dalam
sitoplasma makrofak. Disini kuman dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya.
Bila masuk ke arteri pulmonalis maka terjadi penjelaran ke seluruh bagian paru
menjadi TB miler. Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening
menuju hilis dan juga diikutii pembesaran kelenjar getah bening virus, semua proses
ini memakan waktu 3-8 minggu.
E. Manifestasi Klinis
Gejala umum Tb paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa
sputum , malaise , gejala flu , demam ringan , nyeri dada , batuk darah . ( Mansjoer ,
2011)
Gejala lain yaitu kelelahan, anorexia, penurunan Berat badan ( Luckman dkk, 93 )
- Demam : subfebril menyerupai influensa
- Batuk : - batuk kering (non produktif)  batuk produktif (sputum)
- hemaptoe
- Sesak Nafas : pada penyakit TB yang sudah lanjut dimana infiltrasinya
sudah ½ bagian paru-paru
- Nyeri dada
- Malaise : anoreksia, nafsu makan menurun, sakit kepala, nyeri otot,
keringat malam
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Kultur sputum : positif untuk mycrobacterium tuberkolosis. Mengidentifikasi
organisme spesifik untuk menegakkan diagnose definitif. Untuk keperluan
pemeriksaan ini, sputum harus dikumpulkan sebelum dilakukan terapi antibiotic
dan setelahnya untuk menentukan kemanjuran terapi.
2. Ziehl neelsen : positif untuk basil-basil asam cepat
3. Skin test (PPD, mantoux, potongan volumen) : menunjukkan infeksi masa lalu
dan adanya anti bodi, tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif.
4. Foto thoraks : menunjukkan ilfiltrasi lesi awal pada area paru atas
5. Histologi atau kultur jaringan : positif untuk mycobacterium tubercolosis
6. Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan kapasitas vital, peningkatan rasio udara
residu dan kapasitas paru total dan penurunan saturasi desigen sekunder terhadap
infeltansi perenkim atau fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural.
G. Penatalaksanaan
a. Kategori 1 : Paduan obat 2HRZE/4H3R3 atau 2HRZE/4HR atau 2HRZE/6HE
Obat tersebut diberikan pada penderita baru Y+TB Paru BTA Positif, penderita TB
Paru BTA Negatif Roentgen Positif yang “sakit berat” dan Penderita TB ekstra
Paru Berat.
b. Kategori II : paduan obat 2HRZES/HRZE/5H3R3E3Obat ini diberikan untuk :
penderita kambuh (relaps), pendrita gagal (failure) dan penderita dengan
pengobatan setelah lalai ( after default)
c. Kategori III : Paduan obat 2HRZ/4H3R3 Obat ini diberikan untuk penderita
BTA negatif fan roentgen positif sakit ringan, penderita ekstra paru ringan yaitu
TB Kelenjar Limfe (limfadenitis), pleuritis eksudativa uiteral, TB Kulit, TB tulang
(kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal.
Adapun tambahan dari pengobatan pasien TB obat sisipan yaitu diberikan bila
pada akhir tahab intensif dari suatu pengobatan dengan kategori 1 atua 2, hasil
pemeriksaan dahak masih BTA positif, diberikan obat sisipan ( HRZE ) setiap hari
selama satu bulan.
Jenis obat yang dipakai :
- Obat Primer - Obat Sekunder
1. Isoniazid (H) 1. Ekonamid
2. Rifampisin (R) 2. Protionamid
3. Pirazinamid (Z) 3. Sikloserin
4. Streptomisin (S) 4. Kanamisin
5. Etambutol (E) 5. PAS (Para Amino Saliciclyc Acid)
6. Tiasetazon
7. Viomisin
8. Kapreomisin
Pengobatan TB ada 2 tahap menurut DEPKES.2010 yaitu :
1. Tahap INTENSIF
Penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk
mencegah terjadinya kekebalan terhadap rifampisin. Bila saat tahab intensif
tersebut diberikan secara tepat, penderita menular menjadi tidak tidak menular
dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita TB BTA positif
menjadi negatif (konversi) pada akhir pengobatan intensif. Pengawasan ketat
dalam tahab intensif sangat penting untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.
2. Tahap lanjutan

Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat jangka waktu lebih


panjang dan jenis obat lebih sedikit untuk mencegah terjadinya kelembutan.
Tahab lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten (dormant) sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan.

Paduan obat kategori 1 :


Tahap Lama (H) / day R day Z day F day Jumlah
Hari X
Nelan Obat
Intensif 2 bulan 1 1 3 3 60
Lanjutan 4 bulan 2 1 - - 54

Paduan Obat kategori 2 :


Tahap Lama (H) R Z E E Strep. Jumlah
@30 @450 @500 @ @50 Injeks Hari X
0 mg mg 250 0 i Nelan
mg Mg mg Obat
Intensif 2 1 1 3 3 - 0,5 % 60
bulan 1 1 3 3 - 30
1
bulan
Lanjuta 5 2 1 3 2 - 66
n bulan

Paduan Obat kategori 3 :


Tahap Lama H @ 300 R@450mg P@500m Hari X Nelan
mg g Obat
Intensif 2 bulan 1 1 3 60
Lanjutan 4 bulan 2 1 1 54
3 x week

OAT sisipan (HRZE)


Tahap Lama H R Z E day Nelan X
@300mg @450m @500mg @250mg Hari
g
Intensif 1 bulan 1 1 3 3 30
(dosis
harian)

H. Kegagalan Pengobatan
Sebab-sebab kegagalan pengobataan :
a. Obat : - Paduan obat tidak adekuat
- Dosis obat tidak cukup
- Minum obat tidak teratur / tdk. Sesuai dengan
petunjuk yang diberikan.
- Jangka waktupengobatan kurang dari semestinya
- Terjadi resistensi obat.
b. Drop out : - Kekurangan biaya pengobatan
- Merasa sudah sembuh
- Malas berobat
c. Penyakit : - Lesi Paru yang sakit terlalu luas / sakit berat
- Ada penyakit lainyang menyertai contoh : Demam,
Alkoholisme dll
- Ada gangguan imunologis
I. Penanggulangan Khusus Pasien
a. Terhadap penderita yang sudah berobat secara teratur
- menilai kembali apakah paduan obat sudah adekuat mengenai dosis dan cara
pemberian.
- Pemeriksaan uji kepekaan / test resistensi kuman terhadap obat
b. Terhadap penderita yang riwayat pengobatan tidak teratur
- Teruskan pengobatan lama  3 bulan dengan evaluasi bakteriologis tiap-tiap
bulan.
- Nilai ulang test resistensi kuman terhadap obat
- Jangka resistensi terhadap obat, ganti dengan paduan obat yang masih sensitif.
c. Pada penderita kambuh (sudah menjalani pengobatan teratur dan adekuat sesuai
rencana tetapi dalam kontrol ulang BTA ( +) secara mikroskopik atau secara
biakan )
1. Berikan pengobatan yang sama dengan pengobatan pertama
2. Lakukan pemeriksaan BTA mikroskopik 3 kali, biakan dan resistensi
3. Roentgen paru sebagai evaluasi.
4. Identifikasi adanya penyakit yang menyertai (demam, alkoholisme / steroid
jangka lama)
5. Sesuatu obat dengan tes kepekaan / resistensi
6. Evaluasi ulang setiap bulannya : pengobatan, radiologis, bakteriologis.
J. Komplikasi
1. Batuk darah (perdarahan dari saluran nafas bawah)
2. Pneumothorax (adanya udara di dalam rongga pleura)
3. Luluh paru
4. Gagal nafas
5. Gagal jantung
6. Efusi pleura
7. Komplikasi pada penderita tubercolosis stadium lanjut
(Depkes RI, 2010)
K. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengumpulan data, dalam pengumpulan dataada urutan-urutannya kegiatan yang
dilakukan yaitu:
a. Identitas klien : nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin,
tempat tinggal (alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi menengah ke
bawah dan sanitasi kesehatan yang kurang di tunjang dengan padatnya penduduk
dan pernah punya riwayat kontak dengan penderita TB paru yang lain.
b. Riwayat penyakit sekarang : meliputi gangguan yang sehubungan dengan
penyakit yang dirasakan saat ini. Dengan adanya sesak nafas, batuk, nyeri dada,
keringat malam, nafsu makan menurun dan suhu badan meningkat, mendorong
penderita untuk mencari pengobatan.
c. Riwayat penyakit dahulu : keaadan atau penyakit-penyakit yang pernah di derita
oleh penderita yang mungkin sehubungan dengan tubercolosis paru antara lain
ISPA efusi pleura.
d. Riwayat penyakit keluarga : mencari diantara anggota keluarga pada tuberkolosis
paru yang menderita penyakit tersebut sehingga di teruskan penularannya.
e. Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan sanitasi
kesehatan yang kurang di tunjang dengan padatnya penduduk dan penah punya
riwayat kontak dengan penderita tuberkolosis paru yang lain.
f. Pola fungsi kesehatan
1. Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal di daerah yang berdesak-desakan,
kurang cahaya matahari, kurang ventilasi udara dan tinggal di rumah yang sumpek
2. Pola nutrisi dan metabolik : pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh
anaroksia, nafsu makan menurun
3. Pola eliminasi : klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan
dalam miksi maupun defekasi
4. Pola aktivitas dan latihan : dengan adanya batuk, sesak nafas dan nyeri dada
akan mengganggu aktivitas
5. Pola tidur dan istirahat : dengan adanya sesak nafas dan nyeri dada pada
penderita TB paru mengakibatkan terganggunya kenyamanan tidur dan
istirahat
6. Pola hubungan dan peran : klien dengan TB paru akan mengalami perasaan
asolasi karena penyakit menular
7. Pola reproduksi dan seksual : pada penderita paru pada pola reproduksi dan
seksual akan berupa karena kelemahan dan nyeri dada
8. Pola tata nilai dan kepercayaan : karena sesak nafas, nyeri dada dan batuk
penyebarannya terganggunya aktivitas ibadah klien
g. Pemeriksaan fisik
1. Sistem integumen : pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, turgor kulit
menurun
2. Sistem pernafasan : pada sistem pernfasan pada pemeriksaan fisik di jumpai :
I : adanya tanda-tanda penarikan paru diagragma
P : fremitus suara meningkat
P : suara terdengar redup
A : suara nafas brakial
3. Sistem pengindraan : pada klien TB paru pengindraan tidak ada kelainan
4. Sistem kardiovaskuler : adanya takipneu, takikardia, sianosis bunyi p2s yang
mengeras
5. Sistem gastrointestinal : adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan
menurun
6. Sistem muskuluskeletal : adanya keterlambatan aktivitas akibat kelemahan,
kurang tidur dan keadaan sehari-hari yang kurang menyenangkan
7. Sistem neurologis : kesadaran penderita yaitu komposmentis dengan GCS : 456
8. Sistem genetalia : biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genetalia
h. Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret kental
atau sekret darah
2. gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolar-
kapiler
3. Getidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
4. Nyeri akut berhubungan dengan nyeri dada pleuritis
5. Hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi
i. Rencana keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam di
harapkan jalan nafas efektif
KH : Sesak (-), batuk (-), sekret (-), suara nafas tambaha (-), pasien
tidak memakai O2, RR dalam batas normal 16-20x/m
Intervensi : a. Berikan HE kepada pasien dan keluarga mengenai proses
penyakit
R/ agar pasien dan keluarga tau mengenai proses penyakit
b. lakukan fisioterapi dada
R/ Untuk mengencerkan secret
c. Ajarkan batuk efektif
R/ Agar secret keluar dari jalan nafas
d. Observasi prefekuensi pernapasan
R/ mengetahui keadaan umum pasien
e. Kolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian O2
R/ agar nafas kembali efektif
2.Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan nafsu makan meningkat.
KH : mual (-), muntah (-), anaroksia (-), porsi makan dihabiskan,
berat badan meningkat
Intervensi : a. Berikan HE kepada pasien dan keluarga tentang kebutuhan
nutrisi
R/ dengan pemberian HE diharapkan kebutuhan nutrisi
dapat dipenuhi
b. anjurkan klien makan sedikit tapi sering
R/ untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
c. Monitoring perkembangan BB
R/ untuk mengetahui peningkatan BB klien
d. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diit yang
tepat
R/ untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang tepat bagi
klien
3. Hipertermi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan suhu tubuh menurun dengan kreteria hasil.
KH : suhu dalam batas normal (36,5-37,5°C)
Intervensi : a. Berikan HE tentang proses terjadinya demam
R/ agar pasien dan keluarga mengerti proses terjadinya
penyakit
b. observasi TTV
R/ untuk mengetahui keadaan umum pasien
c. Anjurkan pasien memakai pakaian yang tipis
R/ pakaian tipis sangat efektif dalam proses efaporasi
d. Beri kompres air biasa pada daerah aksila, lipatan paha,
dan temporal
R/ secara konduktif dan konfeksi pada tubuh akan berpindah
dari tubuh ke material dingin
e.Kolaborasi dengan tim medis lain dengan pemberian antipiretik
R/ untuk menurunkan suhu tubuh
DAFTAR PUSTAKA
Santa, dkk. 2009. Seri Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Pernafasan Akibat Infeksi.
Jakarta : TIM
Mansjoer, 2011. Asuhan keperawatan TB paru. Jakarta
http:11pustaka keperawatan,blogspot,com/2017/01/laporan pendahuluan-TBC(diakses
tanggal 14 oktober 2017 jam 15.00 wib)

Anda mungkin juga menyukai