3
ASPEK PEMASARAN
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Kelayakan Bisnis
Disusun oleh :
Tumpal Stevanus S. 011323008
Maulana Yusuf 011323013
Annisa Rijki S. 011323028
Fadhl Lulu 011323039
PENGANTAR
Setelah pemilihan ciri-ciri pasar bagi rencana produk, seperti yang dipaparkan pada bab sebelum ini,
selanjutnya perusahaan melakukan studi atas tiga kegiatan besar, yaitu:
1. Penentuan segmen, target, dan posisi produk pada pasarnya.
2. Kajian untuk mengetahui hal-hal utama dari konsumen potensial, seperti perihai sikap, perilaku, serta
kepuasan mereka atas produk-produk sejenis.
3. Menentukan strategi, kebijakan, dan program pemasaran.
Ketiga kegiatan besar ini terkait satu sama lain dalam rangka mensukseskan studi atas aspek pemasaran. Oleh
karena itu, keseluruhan analisis untuk ketiga kegiatan ini hendaknya dilakukan secara cermat, sehingga dapat
diketahui apakah bisnis untuk barang/ jasa yang akan digeluti adalah layak atau tidak ditinjau dari aspek
pemasaran. Jika, ide bisnis ternyata dinilai tidak layak, perlu dicari apakah misalnya ada usaha-usaha yang
dapat dilakukan untuk menjadikan ide bisnis menjadi layak. Jika memang tidak ada jalan lain, maka lebih tepat
mengambil keputusan untuk mundur dari rencana bisnis tersebut.
1. Segmentasi Pasar
Pasar terdiri dari banyak sekali pembeli yang berbeda dalam beberapa hal, misalnya keinginan, kemampuan
keuangan, lokasi, sikap pembelian dan praktek-praktek pembeliannya. Dari perbedaanperbedaan ini dapat
dilakukan segmentasi pasar. Tidak ada cara tunggal dalam melakukan segmentasi pasar. Manajemen dapat
melakukan pengkombinasian dari beberapa variabel untuk mendapatkan suatu cara yang paling pas dalam
segmentasi pasarnya. Beberapa aspek utama untuk mensegmentasikan pasar adalah aspek geografis,
demografis, psikografis, dan perilaku. Kompo - nen-komponen utama dari tiap aspek antara lain adalah: Aspe k
Geografis, komponen-komponennya adalah seperti bangsa, negara, propinsi dan kabupaten/kotamadya. Aspek
Demografis, komponen-komponennya adalah seperti usia dan tahap daur hidup, jenis kelamin, dan pendapatan.
Aspek Psikografis, kom - ponen-komponennya adalah seperti kelas sosial, gaya hidup, dan kepribadian. Aspek
Perilaku, komponen-komponennya adalah seperti kesempatan, tingkat penggunaan, status kesetiaan, tahap
kesiapan pembeli, dan sikap. Agar segmentasi pasar dapat berguna, harus diperhatikan karakteristik berikut:
Dapat diukur, maksudnya besar pasar dan daya beli di segmen ini dapat diukur walaupun ada beberapa
komponen yang sulit diukur. Dapat terjangkau, maksudnya sejauh mana segmen ini dapat secara efektif dicapai
dan dilayani oleh produsen, walaupun ada kelompok pasar potensial yang sulit dijangkau. Besar segmen,
maksudnya berapa besar segmen yang harus dijangkau agar penjualan produk dapat menguntungkan secara
signiflkan. Dapat dilaksanakan, maksudnya sejauh mana program yang efektif itu dapat dilaksanakan untuk
mengelola segmen ini.
Mengidentifikasi Keunggulan Kompetitif. Jika perusahaan dapat menentukan posisinya sendiri sebagai yang
memberikan nilai superior kepada sasaran terpilih, maka ia memperoleh keunggulan komparatif. Misalnya
apabila perusahaan menawarkan suatu produk yang bermutu, ia harus menyerahkan produk yang bermutu pula.
Jadi posisi berawal dengan mengadakan pembedaan (diferensiasi) atas tawaran pemasaran perusahaan sehingga
ia akan memberikan nilai lebih besar daripada tawaran pesaing. Sebuah perusahaan dapat mendiferensiasikan
tawarannya sehingga berbeda dari tawaran pesaing, misalnya dibedakan menurut produk, layanan, personil, dan
citra (image).
Memilih Keunggulan Kompetitif. Jika perusahaan telah menemukan beberapa keunggulan kompetitif yang
potensial, selanjutnya harus dipilih satu keunggulan kompetitif sebagai dasar bagi kebijakan penentuan
posisinya. Ia harus menetapkan: berapa banyak perbedaan dan perbedaan mana yang akan dipromosikan.
Perusahaan sebaiknya menentukan posisinya dengan lebih dari satu pembeda tetapi jangan pula terlalu banyak,
misalnya Volvo menentukan posisinya sebagai produk yang paling aman dan paling tahan lama. Tidak setiap
pembedaan dapat dijadikan faktor pembeda. Masing-masing perbedaan berpotensi menimbulkan biaya bagi
perusahaan dan manfaat bagi pelanggan, oleh karenanya perusahaan harus dengan cermat menyeleksi cara-cara
yang akan diterapkannya untuk membedakan dirinya dari yang lain sehingga hasilnya dapat dirasakan dan
dimanfaatkan oleh pelanggan. Sebagai contoh, misalnya hotel Westin Stamford di Singapore yang
mengiklankan dirinya sebagai hotel tertinggi di dunia, tetapi ternyata kekhasan ini tidak penting bagi pelancong,
sehingga hotel ini oleh manajemen dianggap sebagai bisnis yang gagal. Contoh kasus hotel ini merupakan salah
satu contoh dari pembedaan yang tidak dapat dijadikan faktor pembeda tersebut.
C. MANAJEMEN PEMASARAN
Beberapa ahli memberikan bermacam-macam definisi tentang pemasaran, di antaranya adalah Stanton (1995).
Ia mengatakan bahwa pemasaran meliputi keseluruhan system yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan
usaha, yang bertujuan merencanakan, menentukan harga, hingga mempromosikan dan mendistribusikan barang-
barang atau jasa yang akan memuaskan kebutuhan pembeli, baik yang actual maupun yang potensial. Jangkauan
pemasaran sangat luas, berbagai tahap kegiatan harus dilalui oleh barang dan jasa sebelum sampai ke tangan
konsumen, sehingga ruang lingkup kegiatan yang luas itu akan disederhanakan.
Sebagaimana diketahui dalam ilmu strategi manajemen, bahwa manajemen strategi perusahaan memiliki
tahapan-tahapan. Sebelum sampai pada manajemen fungsional, seperti manajemen keuangan, SDM,
produksi/operasi, dan pemasaran, terlebih dahulu manajemen strategi dimulai dengan visi, misi, tujuan-tujuan,
strategi generic, dan strategi utamanya. Berikutnya, setelah strategi pemasaran diketahui, maka akan
ditindaklanjui dengan penentuan bauran pemasarannya.
1. Analisis Persaingan
Agar dapat menetapkan strategi pemasaran kompetitif yang efektif, studi kelayakan bisnis perlu juga
mencermati produk, harga, saluran distribusi maupun promosi yang dilakukan oleh para pesaing yang
terdekat. Dengan cara ini perusahaan dapat menemukan bidang-bidang yang berpotensi untuk dijadikan
keunggulan sekaligus mengetahui pula yang menjadi titik-titik kelemahan kompetitifnya sehingga dapat
disusun suatu strategi menyerang maupun bertahan terhadap pesaing-pesaingnya. Berikut ini disajikan
langkah-lagkah dalam menganalisis pesaing yang dikemukakan oleh Kotler.
a. Mengidentifikasi Pesaing. Perusahaan dapat mendefinisikan para pesaingnya sebagai suatu perusahaan
lain yang mempunyai salah satu atau lebih ciri-ciri sebagai berikut:
Perusahaan yang menawarkan produk dan harga yang sama di pasar
Perusahaan yang membuat produk atau kelas produk yang sama
Perusahaan lain yang membuat produk dan memasok yang sama
Perusahaan yang bersaing merebut uang dari konsumen yang sama
Dengan Menggunakan hasil identifikasi ini, perusahaan dapat menindaklanjuti dengan tahapan
berikutnya, yaitu bagaimaa menentukan sasaran pesaing.
b. Menentukan Sasaran Pesaing. Memang pada dasarnya semua pesaing akan berusaha
memaksimalkan laba mereka, tetapi kenyataannya pesaing berbeda dalam penekanan pada laba
mereka, tetapi kenyataannya pesaing berbeda dalam penekanan pada laba, baik untuk laba jangka
pendek maupun jangka panjang, apalagi orientasi pesaing yang bukan untuk memaksimalkan laba
melainkan memuaskan pelanggan yang sudah tentu kesemuanya itu memiliki sasaran yang relative
berbeda seperti dalam hal komponen pangsa pasar, arus kas, pemakaian teknologi, dan pelayanan.
Jadi dengan mengetahui sasaran pesaing beserta penekanan-penekanannya dapat menunjukan
apakah mereka puas dengan situasinya sekarang serta bagaimana kemungkinan reaksi atas berbagai
tindakan kompetitif.
b. Mengidentifikasi Sasaran Pesaing. Semakin mirip strategi suatu perusahaan dengan perusahaan lain
maka semakin ketat persaingan di antara mereka. Pesaing pada umumnya dapat digolongkan menjadi
beberapa kelompok yang tiap kelompok memiliki strategi yang serupa. Kelopok ini disebut dengan
kelompok strategic. Persaingan terjadi di antara tiap kelompok strategic tetapi yang lebih ketat terjadi di
dalam kelompok strategic yang sama. Perusahaan perlu menelaah semua dimensi yang mengidentifikasi
kelompok-kelompok strategic yang bersangkutan, seperti mutu, ciri, ragam produk dari masing-masing
pesaing, juga layanan, kebijakan harga, distribusi, program promosi, dan lain-lain.
b. Menilai Kekuatan dan Kelemahan Pesaing. Untuk mengetahui apakah pesaing menjalankan
strategi dan mencapai tujuan mereka? Hal ini tergantung pada kemampuan masing-masing pesaing.
Jadi perusahaan harus mengidentifikasi secara tepat kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan
mereka. Biasanya perusahaan mengetahui kekuatan dan kelemahan pesaing melalui data sekunder,
pengalaman pribadi, dan desas-desus. Tetapi sebaiknya perusahaan melakukan riset pemasaran
terhadap pelanggan, pemasok maupun dealer, selanjutnya data itu dianalisis untuk menghasilkan
informasi yang dibutuhkan untuk menilai pesaing.
b. Mengestimasi Pola Reaksi Pesaing. Perusahaan perlu tahu tentang mentalitas pesaing tertentu
kalau ingin mengantisipasi bagaimana pesaing akan bertindak atau berrekasi terhadap tindakan
pesaing lainnya. Strategi, sasaran, program, kekuatan dan kelemahan pesaing dapat dijadikan
sebagai indicator mentalitas itu. Masing-masing pesaing bereaksi secara berbeda, ada yang bereaksi
dengan cepat ada pula yang lamban atau bahkan tidak bereaksi sama sekali. Beberapa pesaing akan
bereaksi terhadap serangan tertentu saja dan tidak untuk serangan lainnya, sehingga beberapa
pesaing menunjukan pola reaksi yang dapat diramalkan sebelumnya.
b. Memilih Pesaing. Setelah perusahaan dapat menentukan pesaing utamanya melalui keputusan
sebelumnya mengenai sasaran pelanggan, saluran distribusi, dan bauran pemasaran, selanjutnya harus
diputuskan pesaing mana yang harus diserang.
Model ini digunakan dengan maksud agar diperoleh konsistensi antara sikap dan perilakunya, sehingga model
Fishbein ini memi-liki dua komponen, yaitu komponen sikap dan komponen norma subyektif yang
penjelasannya disajikan berikut ini.
a. Komponen sikap. Komponen ini bersifat internal individu, berkaitan langsung dengan obyek penelitian
dan atribut-atri-but langsungnya yang memiliki peranan yang penting dalam pengukuran perilaku,
karena akan menentukan tindakan apa yang akan dilakukan, dengan tidak dipengaruhi oleh faktor
eksternal.
b. Komponen norma subyektif. Komponen ini bersifat eksternal individu yang mempunyai pengaruh
terhadap perilaku individu. Komponen ini dapat dihitung dengan cara mengali-kan antara nilai
kepercayaan normatif individu terhadap atri-but dengan motivasi bersetuju terhadap atribut tersebut.
Kepercayaan normatif mempunyai arti sebagai kuatnya keyakin-an normatif seseorang terhadap atribut
yang ditawarkan da-lam mempengaruhi perilakunya terhadap obyek. Sedangkan motivasi bersetuju
merupakan motivasi seseorang untuk bersetuju dengan atribut yang ditawarkan sebagai faktor yang
berpengaruh terhadap perilakunya.
MODEL SIKAP
Dimana
AB = Sikap total individu terhadap objek tertentu
bi = Kekuatan keyakinan konsumen bahwa objek memiliki atribut i
ei = Evaluasi kepercayaan individu mengenai atribut i
n = Jumlah kriteria atribut yang relevan
Dimana
B = Perilaku
BI = Maksud perilaku
AB = Sikap terhadap pelaksanaan perilaku B
SN = Norma Subjektif
W1W2 = Bobot yang ditentukan secara empiris yang menggambarkan pengaruh relatif dari komponen.
Dimana
SN : Norma subjektif
NBj : Keyakinan normatif individu
MCj : Motivasi konsumen
M : Banyaknya referan yang relevan
Selanjutnya, data yang dibutuhkan untuk menganalisis permasalahan di atas adalah data tentang :
Keyakinan
Evaluasi
Keyakinan Normatif
Motivasi
Data
Selanjutnya, data yang dibutuhkan untuk menganalisis permasalahan di atas adalah:
1. Variabel Keyakinan Membeli
(merupakan tanggapan sebelum membeli)
Komponen-konponen dari variable ini, misalnya:
Desain botol yang menarik
Ukuran botol yang besar
Warna cairan yang menarik
Kemasan yang menarik
Rasa yang cocok dengan selera
Manffat sebagai minuman ringan
Tidak mengandung zat-zat berbahaya
Minuman bergengsi
2. Variabel Evaluasi
(merupakan tanggapan setelah mengkonsumsi)
Komponen-konponen harus sama dengan komponen-konponen diatas.
Desain botol yang menarik
Ukuran botol yang besar
Warna cairan yang menarik
Kemasan yang menarik
Rasa yang cocok dengan selera
Manffat sebagai minuman ringan
Tidak mengandung zat-zat berbahaya
Minuman bergengsi
4. Variabel Motivasi
(motivasi membeli atas pengaruh orang lain)
Komponen-komponen harus sama dengan komponen di atas.
Anggota keluarga
Orang lain
Teman saya
Tenaga penjual
Analisis
1. Data
Data yang dibutuhkan akan ditampung pada lembar kuisioner yang berisis empat variable di atas untuk
sejumlah responden yang disurvei, misalnya 400 orang
Tiap komponen pertannyaan/pernyataan akan diberi skala, misalnya dengan skor +3 sampai -3.
0 = ragu-ragu
+3 = sangat setuju -1 = agak tidak setuju
+2 = setuju -2 = tidak setuju
+1 = agak setuju -3 = sangat tidak setuju
Untuk mengetahui sikap konsumen 21, 0140 itu berada pada skala penilaian yang mana, hitung dulu skor
maksimum untuk sikap sebagai berikut:
Oleh karena rentang skor +3 sebagai sangat baik dan -3 sebagai sangat tidak baik, maka rentang nilai sikap
maksimum adalah 40,5675 dan minimum adalah – 40,5675
-3 -2 -1 0 1 2 3
X x x x x x x
Berdasarkan skala diatas maka nilai sikap hasil penelitian yang nilainya +21,0140 pada kategori mendekati
baik.
Menurut Della Bitta et. Al pembobotan untuk W1 dan W2 hendaknya diketahui dari data empiris atau dari
penelitian awal. Nilai W1 + W2 = 100%. Jika pengambilan keputusan cenderung dilakukan oleh konsumen
sendiri, maka nilai W1 > W2
Penentuan bobot w1 dan w2 dijabarkan sebagai berikut :
W1 = GM AB
GM AB + GM SN
W2 = GM SN
GM AB + GM SN
Dimana
GM AB = Total bi + Total ei
2 X jumlah atributnya
GM SN = Total NB1 + Total MC 1
2 X jumlah atributnya
Catatan Penting :
Penggunaan model ini dalam kenyataannya memerlukan kehatihatian yang tinggi, karena konsumen diminta
untuk mengisi data pengalaman sebelum menggunakan produk yang akan diteliti. Hal ini tidak mudah.
KASUS
Profil XL
PT XL Axiata Tbk (dahulu PT Excelcomindo Pratama Tbk), atau disingkat XL, adalah sebuah perusahaan
operator telekomunikasi seluler di Indonesia. XL mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 8 Oktober
1996, dan merupakan perusahaan swasta pertama yang menyediakan layanan telepon seluler di Indonesia. XL
menyediakan layanan korporasi yang termasuk Internet Service Provider (ISP) dan VoIP. XL memiliki dua lini
produk GSM, yaitu XL Prabayar dan XL Pascabayar.
XL Prabayar merupakan peleburan dari 3 produk prabayar XL sebelumnya, yaitu Bebas, Jempol, dan Jimat.
Peleburan menjadi satu lini produk ini merupakan upaya XL untuk memangkas biaya pemasaran Jempol yang
memiliki perkembangan kurang siginifikan jika dibandingkan dengan Bebas. Peleburan ini diawali pada 1
Agustus 2007dengan menyatukan voucher isi ulang untuk kedua produk dan diresmikan pada 1 Januari 2008
dengan peluncuran merek XL Prabayar. Pelanggan XL Prabayar mendapat nomor dengan awalan 0817, 0818,
0819, 0859, 0878, dan 0877. Bebas diluncurkan pertama kali pada tanggal 1 Juni 2004. Produk ini merupakan
kelanjutan produk XL sebelumnya, XL Pascabayar sebelumnya dikenal dengan nama Xplor. Perubahan ini
seiring dengan restrukturisasi lini produk XL dimana hanya ada 1 lini produk masing-masing untuk prabayar
dan pascabayar.
Profil Telkomsel
Telkomsel merupakan operator selular terkemuka di Indonesia yang dimiliki PT Telkom dengan kepemilikan
saham sebesar 65 persen dan SingTel sebesar 35 persen.Telkomsel didirikan pada tahun 1995 sebagai wujud
semangat inovasi untuk mengembangkan telekomunikasi Indonesia yang terdepan. Untuk mencapai visi
tersebut, Telkomsel terus memacu pertumbuhan jaringan telekomunikasi di seluruh penjuru Indonesia secara
pesat sekaligus memberdayakan masyarakat. Telkomsel menjadi pelopor untuk berbagai teknologi
telekomunikasi selular di Indonesia, termasuk yang pertama meluncurkan layanan roaming internasional dan
layanan 3G di Indonesia.
Hingga Juni 2010, Telkomsel dipercaya melayani 88,3 juta pelanggan, menjadikan Telkomsel sebagai
pemimpin pasar di industri telekomunikasi selular dengan pangsa pasar sekitar 50 persen. Sebagai operator
selular yang memiliki visi “Best and Leading Mobile Lifestyle and Solutions Provider in the Region”,
Telkomsel menyediakan ragam pilihan layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan melalui produk
paskabayar kartuHALO maupun prabayar simPATI dan Kartu As.
Komitmen kuat Telkomsel dalam menghadirkan layanan mobile lifestyle yang semakin berkualitas sangat jelas
terlihat dengan secara konsisten mengimplementasikan roadmap teknologi selular terkini, yakni 3G, HSDPA,
HSPA, HSPA+, serta Long Term Evolution. Tahun ini Telkomsel mengembangkan jaringan mobile broadband
dengan mencanangkan 24 kota besar sebagai broadband city.
Sebagai pemimpin di industri telekomunikasi selular, Telkomsel telah menggelar 34.000 Base Transceiver
Station termasuk lebih dari 6.000 Node B yang menjangkau 95 persen wilayah populasi Indonesia. Seiring
diselesaikannya program Universal Service Obligation yang diamanahkan pemerintah untuk menggelar jaringan
di 25.000 desa, maka layanan Telkomsel menjangkau hampir 100 persen wilayah populasi Indonesia.
Bahkan kenyamanan berkomunikasi pelanggan Telkomsel yang sedang berada di luar negeri tetap terjamin
berkat dukungan 403 mitra operator international roaming dan 300 mitra operator data roaming di lebih dari 200
negara di seluruh belahan dunia.
Husein Umar (2000). Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
http://www.slideshare.net/ChafidaSchmeling/analisa-persaingan-telkomsel-vs-xl
http://ahlimanajemenpemasaran.com/2013/09/kasus-strategi-pemasaran-telkomsel-vs-xl/
http://pustakabakul.blogspot.com/2012/02/model-sikap-fishbein.html