Anda di halaman 1dari 5

Nama:Trianisa Denta

NIM:1911604016

A1

Evaluasi Pengkajian Resiko Bencana

1. Apa definisi dari pengkajian resiko bencana?


Pengkajian risiko bencana merupakan sebuah pendekatan untuk memperlihatkan potensi
dampak negatif yang mungkin timbul akibat suatu potensi bencana yang melanda. Potensi
dampak negatif dapat timbul dihitung berdasarkan tingkat kerentanan dan kapasitas
kawasan tersebut. Potensi dampak negatif ini dilihat dari potensi jumlah jiwa yang
terpapar kerugian harta, benda dan kerusakan lingkungan

2. Apa saja yang menjadi parameter perhitungan resiko bencana? Sebutkan dan jelaskan?

Pengkajian risiko terdiri dari tiga komponen, yaitu penilaian atau pengkajian ancaman,
kerentanan dan kapasitas atau kemampuan. Ada beberapa perangkat yang bisa digunakan
untuk melakukan pengkajian risiko, seperti menggunakan HVCA (Hazard, Vulnerability,
and Capacity Assessment)

Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) dihitung berdasarkan rumus berikut :

R =H.V/C

A. Pengenalan Bahaya/Ancaman (Hazard)

Hazards atau dalam bahasa Indonesia sering diartikan sebagai ancaman atau bahaya
yaitu diartikan sebagai fenomena atau kejadian alam atau ulah manusia yang dapat
menimbulkan kerusakan, kerugian dan/atau korban manusia Hazard (bahaya) dihitung
berdasarkan probabilitas spasial, frekuensi dan kekuatan (magnitude) dari suatu
fenomena alam seperti gempabumi, banjir, letusan gunungapi, dan lainnya

B. Kerentanan (vulnerability)

Kerentanan merupakan suatu kondisi ketidakmampuan masyarakat dalam menghadapi


ancaman. Kerentanan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adalah fisik,
sosial, ekonomi dan lingkungan. Kerentanan fisik merupakan kerentanan yang paling
mudah teridentifikasi karena jelas terlihat seperti ketidak mampuan fisik (cacat,
kondisi sakit, tua, kerusakan jalan dan sebagainya), sedangkan kerentanan lainnya
sering agak sulit diidentifikasi secara jelas. Vulnerability (kerentanan) dihitung
berdasarkan parameter sosial budaya, ekonomi, fisik dan lingkungan.

C. Kapasitas (Capacity)

Kapasitas atau kemampuan merupakan kombinasi dari semua kekuatan dan sumber
daya yang ada dalam masyarakat, kelompok, atau organisasi yang dapat mengurangi
tingkat risiko atau dampak bencana. Penilaian kapasitas mengidentifikasi kekuatan dan
sumber daya yang ada pada setiap individu, rumah tangga, dan masyarakat untuk
mengatasi, bertahan, mencegah, menyiapkan, mengurangi risiko, atau segera pulih dari
bencana. Komponen Capacity (kapasitas) dinilai dengan menggunakan pendekatan
tingkat ketahanan daerah berdasarkan tujuh prioritas yaitu: (1) Perkuatan kebijakan dan
kelembagaan; (2) Pengkajian risiko dan perencanaan terpadu; (3) Pengembangan
sistem informasi, diklat dan logistik; (4) Penanganan tematik kawasan rawan bencana;
(5) Peningkatan efektivitas pencegahan dan mitigasi bencana; (6) Perkuatan
kesiapsiagaan dan penanganan darurat bencana; dan (7) Pengembangan sistem
pemulihan bencana.

3. Apa saja upaya yang bisa dilakukan untuk menurunkan nilai dari resiko bencana?

a. Memastikan bahwa pengurangan risiko bencana menjadi sebuah prioritas nasional dan
lokal dengan dasar kelembagaan yang kuat untuk pelaksanaannya

b. Menyediakan Kajian Risiko Bencana Daerah berdasarkan data bahaya dan kerentanan
untuk meliputi risiko untuk sektor-sektor utama daerah

c. Mewujudkan penggunaan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun


ketahanan dan budaya aman dari bencana di semua tingkat

d. Mengurangi faktor-faktor risiko dasar

e. Memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana demi respon yang efektif di semua


tingkat

f. Melakukan pemantauan bahaya bencana dengan cara menjalin komunikasi yang efektif
antar masyarakat
g. Memberikan informasi peringatan bencana koordinasi dan peran serta dari masyarakat
terutama berkaitan dengan sistem informasi dan titik pantau masing-masing desa

h. menyediakan lokasi pengungsian

i. memberikan rute evakuasi

j. kesiapan sarana dan prasarana evakuasi(mobilitas)

4. SCENARIO

Berapa tahun kebelakang ini telah terjadi fenomena lumpur Lapindo di kota sidoarjo jawa
timur dimana saat kejadian tersebut banyak sekali memakan kerugian bagi masyarakat,
sebenarnya fenomena alam lumpur Lapindo bukan merupakan hal yang baru bagi dunia
geologi.

Saat itu gunung Lapindo mengeluarkan semburan gas dan air juga material material
lainnya, suhu saat kejadian Lapindo mencapai 100 derajat, pada saat itu terjadi juga
pergerakan tanah, luaran gas, dan retakan akibat semburan lapindo tersebut.

Desa Siring

Desa siring berada disisi barat tanggul yang dipisahkan oleh jalan arteri potong rel kereta
api..berikut ini adalah aspek aspek yang di hitung :

Aliran lumpur mengarah ke barat, pergerakan tanah mengalami pergerakan intensif dan
retakan banyak dijumpai desa siring ., bulanan gas juga banyak dijumpai. Disis barat
gunung lumpur juga terdapat tanggul sedangkan disisi barat tanggul terdapat rel kereta api.
Rumah penduduk di sekitar tanggul sangat ramai dan padat dan fasilitas umum dan social
sering ditemui di sekitar area gunung Lapindo.

Desa Mindi

Desa mindi berada disisi selatan tanggul dan berbatasan langsung dengan tanggul penahan
lumpur. Berikut aspek aspek yang dihitung :

Aliran lumpur mengalir mengarah kebarat dan tidak ada indikasi mengalir aliran mengalir
kea rah desa mindi. Pergerakan tanah tidak mengalami pergerakan, ditemui tidak banyak
terjadinya keretakan di desa mindi , disisi selatan gunung lummpur cukup stabil untuk
terjadinya longsor selain itu disisi selatan juga terdapat akses jalan aspal dan rel kereta
api.rumah penduduk di desa mindi sangat padat dan ramai dan ditemukan akses social dan
umum didesa mindi.
a. Desa siring
 Hazard: 3
 Kerentanan: 3
 Kapasitas: 1
 R= H.V/C= 3.3/1= 9 (resiko tinggi)
b. Desa mindi
 Hazard: 2
 Kerentanan: 2
 Kapasitas: 1
 R= H.V/C= 2.2/1= 4 (resiko sedang)

DAFTAR PUSTAKA
X

B. N. (2020). IRBI 2020. BNPB.

Han, L., Ma, Q., Zhang, F., Zhang, Y., Zhang, J., Bao, Y., & Zhao, J. (2019). Risk Assessment
of An Earthquake-Collapse-Landslide Disaster Chain by Bayesian Network and Newmark
Models. https://doi.org/10.3390/ijerph16183330

Anda mungkin juga menyukai