PENDAHULUAN
Indonesia secara geografis dan geologis terletak di daerah yang bahaya akan
terjadinya bencana alam. Berbagai bencana alam, seperti: gempa bumi, tsunami,
banjir, tanah longsor, topan, dan angin puting beliung melanda hampir di seluruh
Pulau Sulawesi yang terletak pada zona pertemuan di antara tiga pergerakan
lempeng besar yang bertemu secara konvergen, pertemuan yang memusat ini
ditemukan tunjaman aktif. Keberadaan tunjaman aktif ini dapat memicu terjadinya
sesar aktif yang merupakan zone sumber gempa tersebut antara lain adalah Sesar
Palu-Koro dan Sesar Walanae di Sulawesi bagian barat, Sesar Matano dan Sesar
utara. Secara keseluruhan sesar-sesar yang merupakan zone sumber gempa bumi
gempa dan tsunami di palu dan donggala tanggal 28 September 2018 telah
mengakibatkan luka yang mendalam bagi warga Indonesia. Gempa yang sangat
kuat diikuti gelombang pasang yang maha dahsyat telah menimbulkan dampak
sosial ekonomi yang luar biasa. Bencana ini telah mengakibatkan 4.300 korban
jiwa, 1.300 orang hilang, dan 223.700 orang kehilangan tempat tinggal. Bencana
terkena bencana alam dan masih sangat minimnya bangunan mitigasi di kawasan
ini. Bahkan Gorontalo masih belum menjadi kota yang siap menghadapi bencana.
Sekalipun kota gorontalo belum pernah terkena bencana alam yang cukup
besar, ancaman bencana alam seperti gempa dan tsunami bisa saja terjadi
lempeng besar yang bertemu dan dapat mengakibatkan ancaman bencana alam
pada kondisi wilayah pantai di Indonesia menjangkau 951 ribuan kilometer, dan
ketersediaan shelter tsunami di Indonesia baru ada sekitar 50 unit. Sementara itu
bangunan yang di butuhkan sekitar 2.500 unit. Seperti yang kita ketahui Indonesia
yang berada di jalur lempeng tektonik dan rentan akan terjadinya bencana gempa
dan tsunami, harus lebih siap siaga akan terjadinya bencana dan dapat
Shelter Mitigasi Bencana adalah sebuah bangunan yang didirikan dalam upaya
setempat pada saat terjadinya bencan alam seperti sunami dan bencana yang
lainnya. Sebuah bangunan shelter seharusnya mempunyai sarana umum lain yang
dapat di gunakan pada saat tidak terjadi bencana alam, hal ini agar dapat menjaga
adalah masalah tempat evakuas seperti halnya yang terjadi saat terjadi saat
bencana gempa di palu dan donggala, dimana pada kondisi tersebut sangat di
butuhkan tempat evakuasi yang dapat berupa shelter. Syarat bangunan shelter
ialah bangunan bertingkat yang tahan akan gempa, tahan akan sunami dan dapat
menampung orang dalam skala besar. Menurut yadzan sipta di perlukan konsep
dan desain bangunan shelter selain untuk menanggulangi bencana, juga untuk
memiliki fleksibilitas ruang yang di gunakan saat tidak terjadi bencana seperti
tempat pementasan seni,, atau pertunjukan konser dan sebagai tempat untuk
kota gorontalo.
kawasan kota Gorontalo, akan membuat setiap penduduk yang bertempat tinggal
kegiatan lain sehingga bangunan tersebut tetap ramai dikunjungi. Hal tersebut
tentunya akan mengurangi tingkat korban jiwa dan diharapkan dapat mengatasi
permasalahan kemacetan lalu lintas yang terjadi ketika bencana datang serta dapat
mengatasi masalah shelter yang terbengkalai dan tidak terurus pada saat tidak
terjadinya bencana.
struktur yang termasuk dalam kelompok Soft Shell Structure yang memiliki ciri
khas semua gaya yang terjadi pada membran-nya berupa gaya tarik. Pada
Pneumatic, gaya tarik terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara di dalam
struktur pneumatic dengan tekanan udara diluar struktur ini. Pneumatic Structure
dibagi dalam dua kelompok besar yaitu Air Inslated Structure dan Air Supported
Structure. Dari kedua kelompok ini masing-masing dikembangkan dari sisi; olah
dikembangkan sebagai bidang penutup atap dan untuk bangunan berbentang lebar,
sekarang mulai dipikirkan untuk memikul beban lantai pada bangunan bertingkat
sebagai sistem struktur yang memiliki bentuk dan sistem kerja yang khas ini,
yang lebih sederhana, namun sistem struktur ini ternyata menarik perhatian untuk
Arsitektur Pneumatik”.
diambil dalam bentuk rancangan fisik sebagai hasil dari studi yang telah
Indonesia pada beberapa tahun yang lalu. Terjadi macet lalu lintas yang
diakibatkan oleh para pengungsi yang panik dan setiap orang yang menggunakan
kemacetan lalu lintas masih saja terjadi di jalan hingga 1-3km dari pantai.
Bahas masalah
menggunakan kendaraan pada waktu evakuasi jadi sia-sia. Rasa takut tak
bencana, orang tua mncari anak atau mencari anggota keluarga yang
lebih cepat.
permukiman penduduk. Segala hal yang bersangkutan dengan ini harus lebih di
berkepanjangan.
Kota Gorontalo sendiri merupakan salah satu Kota yang ada di Propinsi
kota selatan, kecamatan kota utara, kecamatan kota barat, kecamatan kota timur,
79,59 Km². Dengan Jumlah penduduk sebanyak 223.703 orang, dengan kepadatan
penduduk mencapai 2.689 jiwa/km2. Kota Gorontalo pada posisi geologis terletak
pada pertemuan dua lempeng besar yang mengakibatkan rawan bencana gempa