PENDAHULUAN
Dua langkah utama dalam analisis adalah identifikasi dan estimasi komponen-komponen
suatu senyawa. Langkah identifikasi dikenal sebagai analisis kualitatif, sedangkan langkah
estimasinya adalah langkah kuantitatif. Analisis kualitatif dapat dikatakan lebih sederhana,
sedangkan analisis kuantitatif sedikit lebih rumit. Analisis kualitatif bertujuan
mengidentifikasi penyusun-penyusun suatu zat, campuran-campuran zat, atau larutan-larutan
yang biasanya unsur-unsur penyusunnya bergabung antara yang satu dengan yang lain.
Sedangkan analisis kuantitatif bertujuan untuk menentukan banyaknya penyusun-penyusun
suatu zat atau persenyawaan. Biasanya identifikasi zat dilakukan dengan penambahan zat lain
yang susunannya telah diketahui, sehingga terjadi perubahan (reaksi kimia). Zat yang
susunannya telah diketahui dan yang menyebabkan terjadinya reaksi disebut pereaksi
(reagen).
Analisis kualitatif dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu reaksi kering dan
reaksi basah. Cara kering biasanya digunakan pada zat padat, sedangkan cara basah
digunakan pada zat cair (larutan) yang kebanyakan menggunakan pelarut air. Perubahan yang
terjadi pada cara basah adalah terjadinya endapan, perubahan warna larutan, dan timbulnya
gas.
Penambahan suatu elektrolit yang mengandung ion sejenis ke dalam larutan jenuh
suatu garam akan menurunkan kelarutan garam tersebut karena konsentrasi ion bertambah
dan kesetimbangan bergeser rsenic pembentukan garamnya. Untuk mempermudah dalam
reaksi identifikasi kation-anion, maka digunakan metode analisis kualitatif sistematik.metode
ini merupakan pengklasifikasian kation-kation ke dalam 5 golongan. Penggolongan kation-
kation ini didasarkan pada produk hasil reaksi dengan suatu reagensia. Reagen yang umum
digunakan adalah HCl, H2S, (NH4)2S, (NH4)2CO3. Kation biasanya bereaksi dengan reagen
tertentu yang ditandai dengan terbentuknya endapan atau tidak. Jadi, bisa dikatakan bahwa
klasifikasi kation yang paling umum didasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida, arsenic
dan karbonat dari kation tersebut. Maka dengan memperhatikan segala fenomena-fenomena
yang terungkap diatas, dimana menunjukkan pentingnya identifikasi suatu sampel dengan
menggunakan metode analisis yang tepat terutama dalam pengidentifikasian kation maka
1
penulis mempelajarinya lebih mendalam dalam sebuah makalah yang berjudul “Pemisahan
Kation Golongan III”.
1.2 Permasalahan
1. Apa itu analisis kation ?
2. Bagaimana sistem pengklasifikasian kation ?
3. Apa saja kation yang termasuk kation golongan III ?
4. Bagaimana sistem pemisahan kation golongan III?
5. Bagaimana identifikasi kation golongan III ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
sulfida, amonium sulfida, serta amonium karbonat. Klasifikasi diatas didasarkan pada
kelarutan kation-kation masing-masing golongan pada pereaksi-pereaksi yang digunakan.
Kelima golongan kation dan ciri-ciri khas golongan-golongan ini adalah sebagai berikut :
Golongan I
Kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion-ion golongan ini
adalah timbal, raksa (I), dan perak.
Golongan II
Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk endapan dengan
hidrogen sulfida dalam suasana asam encer. Ion-ion golongan ini :
Golongan III
Kation dari golongan ini tidak dapat bereaksi dengan asam klorida encer, ataupun dengan
hidrogen sulfida dalam suasana asam encer. Kation ini membentuk endapan dengan amonium
sulfida dalam suasana netral atau disebut amoniakal. Kation-kation golongan ini adalah
kobalt(II), nikel(II), besi(III), kromium(III), seng dan mangan(II).
Golongan IV
Kation golongan ini tidak bereaksi dengan pereaksi golongan I, II, dan III. Kation-kation ini
membentuk endapan dengan amonium karbonat dengan adanya amonium klorida, dalam
suasana netral atau sedikit asam. Kation-kation golongan ini adalah kalsium, stronsium,dan
barium.
Golongan V
4
2.3 Kation Golongan IIIA
Sebelum pengendapan golongan ini dilakukan terlebih dahulu diperiksa adanya ion-
ion pengganggu (fosfat, oksalat, dan borat).
Bila ion-ion tersebut ada maka harus dihilangkan dahulu. Kation golongan III (Co2+,
Ni2+, Fe2+, Zn3+, Mn2+, Cr3+, Al3+) membentuk endapan dengan amonium sulfida dalam
suasan netral atau aamoniakal. Endapan yang terbentuk adalah FeS (hitam) Al(OH)3 (hijau),
NiS (hitam), MnS (merah jambu) dan ZnS (putih).
Pada pengendapan kation golongan III ditambahkan buffer NH4OH dan NH4Cl (pH
basa lemah) misalnya pH 9 = maka [H+] =10-9 dan [OH] = 10-5. Pada konsentrasi ion
hidrogen basa lemah (± 10-9) maka
Ini menunjukkan bahwa hasil kali kelarutan semua sulfida golongan III sudah
dilampui. Dalam tabel hasil kali kelarutan beberapa endapan sulfida dan hidroksida dapat
dilihat bahwa Ksp [M] [S2-] < Ksp [M] [OH-]
Dengan demikian untuk kation yang sama akan mengendap sebagai sulfida dahulu.
Kation golongan III tak bereaksi dengan asam klorida encer atau membentuk
hydrogen sulfide dalam suasana asam mineral encer. Kation ini membentuk endapan dengan
amonium sulfida dalam suasana netral atau amoniakal. Kation golongan ini adalah kobalt
(muatan postif II), nikel (muatan postif II), besi (muatan postif II), besi (muatan postif III),
kromium, zink dan mangan (muatan postif II).
Kation golongan III : Al3+, Cr3+, Co2+, Fe2+, Ni2+, Mn2+, Zn2+
Kation golongan III membentuk sulfida yang lebih larut dibandingkan kation
golongan II. Karena itu untuk mengendapkan kation golongan III sebagai garam sulfida
konsentrasi ion H+ dikurangi menjadi sekitar 10 – 9 M atau pH 9.
5
Hal ini dapat dilakukan dengan penambahan amonium hidroksida dan amonium
klorida. Kemudian dijenuhkan dengan H2S.
akan bergeser ke kanan. Dengan demikian konsentrasi S2- akan meningkat dan cukup untuk
mengendapkan kation golongan III. H2S dapat juga diganti dengan (NH4)2S.
Penambahan kedua pereaksi ini menyebabkan mengendapnya kation Al3+, Fe3+ dan
Cr3+ sebagai hidroksidanya, Fe(OH)3 (merah), Al(OH)3 (putih) dan Cr(OH)3 (putih).
Hidroksida kation yang lain pada awalnya juga akan mengendap tetapi penambahan
amonium hidroksida berlebih menyebabkan hidroksida kation-kation tersebut menjadi
kompleks Zn(NH3)42+ , Ni(NH3)62+, Co(NH3)62+ yang larut. Ion sulfida dapat bereaksi
dengan Zn(NH3)42+, Ni(NH3)62+, Co(NH3)62+ membentuk endapan sulfida CoS (hitam),
NiS(hitam), dan ZnS (putih) dengan reaksi seperti berikut:
Secara umum, kation golongan III tak bereaksi dengan asam klorida encer ataupun
dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun, kation ini membentuk
endapan dengan ammonium sulfide dalam suasana netral atau amoniakal. Kation-kation
golongan ini adalah kobalt (II), nikel (II), besi (II), besi (III), kromium (III), aluminium, zink,
dan mangan (II).
Kation golongan III terbagi menjadi golongan IIIA dan IIIB. Logam-logam golongan ini
tidak diendapkan oleh reagensia golongan untuk golongan I dan II, tetapi semuanya
diendapkan, dengan adanya ammonium klorida, oleh hidrogen sulfida dari larutan yang telah
dijadikan basa dengan larutan ammonia. Logam-logam ini diendapkan sebagai sulfida,
kecuali aluminium dan kromium, yang diendapkan sebagai hidroksida, karena hidrolisis yang
6
sempurna dari sulfida dalam larutan air. Besi, aluminium, dan kromium (sering disertai
mangan) juga diendapkan sebagai hidroksida oleh larutan ammonia dengan adanya
ammonium klorida, sedang logam-logam lain dari golongan ini tetap berada dalam larutan
dan dapat diendapkan sebagai sulfida oleh hidrogen sulfida. Maka golongan ini biasa dibagi
menjadi golongan besi atau golongan IIIA (besi, aluminium, dan kromium) dan golongan
zink atau golongan IIIB (nikel, kobalt, mangan, dan zink). Akan tetapi, yang akan dibahas
disini hanyalah pemisahan kation golongan IIIA saja.
Jika ion-ion pengganggu ini larut dalam larutan, bergabung dengan berbagai logam
membentuk ion-ion kompleks yang stabil, hal ini dapat mengakibatkan logam-logam ini
gagal untuk mengendap dengan reagensia golongan yang biasa. Dalam golongan ini termasuk
asam-asam organik, seperti asam oksalat, sitrat, dan tartarat, dan juga senyawa-senyawa
hidroksi, seperti gula dan pati. Dengan adanya zat-zat itu, besi, kromium, dan aluminium
diendapkan tak sempurna atau tak diendapkan sama sekali oleh ammonium klorida dan
larutan ammonia.
Sedangkan jika ion-ion pengganggu ini membentuk senyawa yang tak larut dengan beberapa
logam dari golongan yang lebih belakangan dari pada golongan logam yang hendak
diendapkan. Maka jelaslah, bahwa pada kondisi-kondisi yang menghasilkan pengendapan
logam-logam golongan III A, logam-logam golongan yang berikutnya akan juga diendapkan,
sehingga terbentuk endapan yang tak larut atau sangat sedikit larut dengan adanya
ammonium klorida dan ammonia.
Selanjutnya borat, fluorida, fosfat, oksalat, tartrat dan sitrat dari logam-logam
golongan IIIA, IIIB, IV dan dari magnesium, tak larut dalam larutan basa, tetapi larut dalam
larutan asam. Jelaslah, bahwa dengan adanya asam-asam ini, logam-logam golongan IIIA tak
dapat dipisahkan dari logam golongan-golongan sisanya pada penambahan reagensia
agolongan yang biasa, yaitu NH4Cl dan larutan NH3, maka skema dari analisis sitematik
harus diubah bila salah satu atau semua anion-anion ini terdapat, sebelum memulai dengan
pengendapan golongan IIIA.
7
2.5 Identifikasi Kation Golonngan IIIA
Kation golongan 3 (Al3+, Cr3+, Fe2+, Mn2+) membentuk sulfida yang lebih larut
dibandingkan kationgolongan 2. Karena itu untuk mengendapkan kation golongan 3
sebagaigaram sulfida konsentrasi ion H+ dikurangi menjadi sekitar 10-9 M atau pH 9.Hal ini
dapat dilakukan dengan penambahan amonium hidroksida danamonium klorida.Kemudian
dijenuhkan dengan H2S. Dalam kondisi inikesetimbangan:
akan bergeser ke kanan. Dengan demikian konsentrasi S2-akan meningkan dan cukup
untuk mengendapkan kation golongan III. H2S dapat juga diganti dengan (NH4)2S.
Jika NaOH ditambahkan maka hidroksida ke empat kation tersebut akan terbentuk,
tetapi aluminium dan kromium yang bersifat amfoter akan larut membentuk kompleks
Al(OH)4-, Cr(OH) 4- , Zn(OH) 4- , sedangkan kation yang lain tidak larut. Mn(OH)2 akan
teroksidasi oleh udara menjadi MnO2yang berwarna hitam. Penambahan hidrogen peroksida
mempercepat oksidasi kedua zat tersebut, juga mengoksidasi Cr(OH)4- menjadi CrO42-.
Hidroksida besi cepat larut dalam asam sulfat menjadi Fe2+, tetapi MnO2lambat larut.
Hidrogen peroksida ditambahkan untuk mempercepat kelarutan endapan ini dengan cara
mereduksinya menjadi MnO. Reaksi yang berlangsung:
8
2. Identifikasi besi
a. Kaliumheksasianoferat(II), K4Fe(CN)6
Membentuk endapan biru Prussian
4Fe3+ + 3Fe(CN)64- → Fe4[Fe(CN)6]3
b. Kalium tiosianat, KSCN
Larutan berwarna merah
Fe3+ + SCN- → Fe(SCN)63-
c. dengan larutan natrium hidroksida terbentuk endapan putih bila tidak terdapat
udara sama sekali. Bila terkena udar akan teroksidasi menjadi besi (III) hidroksida
yang berupa endapan coklat kemerahan.
Fe2+ + 2OH- → Fe(OH)2↓
4Fe(OH)2↓ + 2H2O + O2→ 4Fe(OH)3↓
4Fe(OH)3↓ + H2O2 → 2Fe(OH)3↓
d. Dengan larutan amonia terjadi pengendapan besi (II) hidroksida.
Fe2+ + 2OH- → Fe(OH)2↓
e. Dengan hidrogen sulfida tidak terjadi pengendapan dalam larutan asam.
f.Dengan larutan amonium sulfida terbentuk endapan hitam besi (II) sulfida yang larut
dengan mudah dalam larutan asam.
3. Identifikasi Mn
9
b. Dengan larutan natrium hidroksida terbentuk endapan putih. Endapan dengan
cepat teroksidasi bila terkena udara menjadi coklat.
Mn2+ + 2OH- → Mn(OH)2↓
c. Dengan larutan amonia terbentuk endapan putih. Endapan dengan cepat
teroksidasi bila terkena udara menjadi coklat
Mn2+ + 2NH3 + 2H2O →Mn(OH)2↓ + 2NH4+
d. Dengan larutan amonium sulfida terbentuk endapan merah jambu dari mangan
sulfida.
Mn2+ + S2- → MnS↓
e. Dengan larutan natrium fosfat terbentuk endapan merah jambu dari mangan
amonium fosfat.
Mn2+ + 2NH3 + HPO42- →Mn(NH4) PO4 ↓
4. Pemisahan dan Identifikasi Sub golongan Al
Pada filtrat hasil pemisahan dengan sub golongan besi, penambahan asam nitrat akan
memberikan reaksi berikut:
Al(OH)4- + 4H+ _ Al3+ + 4 H2O
2CrO42- + 2H+ _ Cr2O72- + H2O
Jika terdapat kromat warna larutan berubah menjadi jingga dengan terbentuknya
dikromat. Penambahan amonium hidroksida lebih lanjut akan membentuk endapan
putih yang menunjukkan adanya Al. Sedangkan Cr2O72-akan menjadi
CrO42-.Identifikasi Cr dapat dilakukan dengan BaCl2memberikan endapan kuning
barium kromat.
CrO42- + Ba2+→ BaCrO4
a. Dengan larutan amonia terjadi endapan abu-abu hijau sampai abu-abu biru Seperti
gelatin dari kromium hidroksida yang larut sedikit dalam reagensia berlebihan.
10
c. Dengan larutan natrium karbonat terbentuk endapan abu-abu hijau dari kromium
hidroksida
2Cr3+ + 3CO32-+ 3H2O → 2Cr(OH)3↓ +3CO2↑
d. Dengan larutan amonium sulfida terbentuk endapan abu-abu hijau dari kromium
hidroksida
2Cr3+ + 3S2- + 6H2O → 2Cr(OH)3↓+3H2S↑
e. Dengan larutan natrium asetat tidak terbentuk endapan dalam larutan netral dingin
walaupun dengan mendidihkan.
11
b. Dengan larutan amonia terbentuk endapan putih.
Zn2+ + 2NH3 + 2H2O →Zn(OH)2↓ + 2NH4+
c. Dengan larutan amonium sulfida terbentuk endapan putih
Zn2+ + S2- → MnS↓
d. Dengan larutan dinatrium hidrogen fosfat terbentuk endapan putih
Zn2+ + HPO42- → Zn(PO4)2 ↓ + 2H+
12
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas disimpulkan bahwa :
3.2 Saran
Makalah ini masih meiliki banyak kekurangan informasi. Semoga pembaca dapat mengambil
manfaat dari makalah ini.
13
DAFTAR PUSTAKA
http://organiksmakma3a09.blogspot.com/2013/02/pemisahan-kation-golongan-iii-a.html?
m=1
http://repositori.kemendikbud.go.id/8959/
http://digilib.esaumggul.ac.id
14