NIM : 1802561063
Sumber : Jurnal Bisnis dan Manajemen (Bisma), ISSN 1978-3108 (Print) ISSN 2623-0879
(Online) Vol. 13 No. 3, November 2019, pp. 181 – 188.
Resume :
Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK) merupakan salah satu bagian dari
penyelenggaraan Sistem Kesehatan Nasional (SKN), yang memiliki peran dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat Indonesia. Peran SDMK dalam
pelayanan kesehatan juga penting dikarenakan SDKM merupakan hal penting dalam pelayanan
kesehatan di lapangan baik dalam upaya kesehatan preventif, promotive,kuratif, dan
rehabilitative. SDKM sebagai sumber utama dalam meningkatan daya saing dalam pelayanan
kesehatan serta sebagai upaya pelayanan kesehatan dalam menghadapi jumlah penduduk yang
terus bertambah. Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan perseorang
pada tingkat pertama, yang mengutamakan upaya promotive dan preventif untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat. Penyelenggaraan pelayanan kesehataan di puskesmas tidak lepas
dari peran tenaga kesehatan yang memadai agar fungsi puskesmas berjalan dengan baik. Pada
tahun 2017 masih kekurangan tenaga kesehatan masih dialami oleh beberapa puskesmas.
Kabupaten Jember, salah satu kabupaten dengan jumlah tenaga kesehatan tenaga
preventif dan promotive yang belum mencapai target. Hal ini dikarenakan perencanaan SDMK
di Kabupaten Jember masih terfokuskan dalam meemnuhi kebutuhan tenaga kesehatan seperti
dokter, perawat, dan bidan, sedangkan untuk tenaga preventif dan promotif kurang mendapat
perhatian. Puskesmas di Kabupaten Jember masih kekurangan tenaga kesehatan seperti tenaga
kesehatan gizi, sanitasi, kesehatan masyarakat, dan analis laboratorium. Hal ini terjadi
dikarenakan SDMK tidak terdistribusi merata di wilayah Jember sehingga berpengaruh
terhadap layanan yang diberikan kepada masyarakat menjadi tidak optimal. Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses perencanaan tenaga promotif dan preventif
puskesmas dengan peramalan kebutuhan menggunakan metode ABK Kesehatan sesuai
Permenkes No 33 tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Kebutuhan Sumber
Daya Manusia Kesehatan.
Jenis penelitian yang digunakan adalah mix method yaitu pada tahap pertama
menggunakan penelitian kuantitatif menggunakan metode Analisis Beban Kerja (ABK)
Kesehatan dan pada tahap kedua menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomologi untuk mengetahui gambaran dari proses analisis kebutuhan dan perencanaan
SDMK puskesmas di Kabupaten Jember. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret hingga
April 2019 yang dilakukan pada hari kerja. Lokasi penelitiaan ini yaitu 3 puskesmas yang
berada pada wilayah yang berbeda yaitu Puskesmas Silo 2 (pedesaan), Puskesmas Puger
(pesisir), dan Puskesmas Sumbersari (perkotaan). Sumber data primer pada penelitian ini
diperoleh dari responden penelitian meliputi data jumlah SDMK dilokasi penelitian, job desk,
waktu kerja tersedia, data ini digunakan untuk menghitung kebutuhan SDMK menggunakan
metode ABK Kesehatan. Sumber data sekunder berasal dari Dinas Kesehatan yaitu data jumlah
SDMK di seluruh Puskesmas Kabupaten Jember. Data dianalisis menggunkana metode ABK.
Tahap kedua yaitu penelitian kualitatif dengan melakukan indepth interview dengan informan
utama yaitu kepala tata usaha puskesmas selaku bagian kepegawaian tentang proses
perencanaan pemenuhan kebutuhan SDMK puskesmas dan kendala yang terjadi.
Hasil analisis kebutuhan SDMK dengan Metode ABK Kesehatan yang dilakukan pada
3 puskesmas di Kabupaten Jember menunjukkan bahwa setiap puskesmas mempunyai beban
kerja yang berbeda, berikut analisis kebutuhan SDMK pada ketiga puskesmas. Pada Puskesmas
Silo 2 yang terletak di wilayah pedesaan dengan jumlah penduduk yang padat serta merupakan
Puskesmas dengan fasilitas rawat inap. Hasil analisis kebutuhan SDMK dengan metode ABK
kesehatan menunjukkan hasil puskesmas membutuhkan 1 tambahan tenaga analis tambahan,
serta tenaga sanitasi jumlahnya terbatas yang menyebabkan pelayanan sanitasi tidak berjalan
maksimal dan beban kerja ganda pada tenaga kesehatan dikarenakan tanggung jawab sebagai
tenaga sanitasi diemban oleh seorang perawat wilayah. Pada Puskesmas Puger yang terletak
diwilayah pesisir hasil analisis menunjukkan hasil yang sama yaitu memerlukan tambahan
tenaga analis dan sanitasi.Hal ini menyebabkan terjadinya beban kerja ganda yang dapat
berpengaruh terhadap kinerja tenaga kesehatan dan pelayanan yang diberikan ke masyarakat
menjadi kurang maksimal. Pada Puskesmas Sumbersari di wilayah perkotaan dengan fasilitas
rawat inap masih mengalami hal yang sama yaitu kekurangan tenaga analis dan gizi. Menurut
peraturan Permenkes No. 75 tentang puskesmas menyatakan bahwa idealnya puskesmas rawat
inap memiliki dua tenaga gizi, yaitu gizi klinik dan gizi masyarakat. Jumlah penduduk yang
padat, menyebabkan pelayanan gizi juga harus dilaksanakan oleh bidan karena keterbatasan
tenaga gizi.
Dari analisis ketiga Puskesmas tersebut didapatkan hasil bahwa perencanaan SDMK
Puskesmas sangat penting karena tidak bisa digantikan oleh sumber daya lain dan sangat
mempengaruhi pembangunan kesehatan. Kekurangan tenaga kesehatan khususnya pada bidang
promotive dan preventif mengakibatkan pemberian pelayanan dalam bidang tersebut tidak
maksimal dan tenaga kesehatan yang bertugas menanggung beban kerja yang tinggi. Dalam
wawancara dengan informan dijelaskan bahwa seluruh puskesmas tidak memiliki petugas
ataupun tim khusus untuk melakukan perencanaan SDMK. Fungsi tersebut selama ini
dilaksanakan oleh kepala TU yang berkoordinasi dengan kepala puskesmas, padahal petugas
atau tim manajemen SDM memiliki andil yang besar dalam menyukseskan sebuah organisasi.
Pada tahap perencanaan SDMK Puskesmas di Kabupaten Jember memiliki alur yang sama
yaitu puskesmas yang bersangkutan melakukan analisa kebutuhan SDMK dengan metode kira-
kira kemudian diajukan ke Dinas Kesehatan. Dinas kesehatan akan memenuhi kebutuhan
tenaga kerja yang diperlukan puskesmas tetapi menurut informasi yang diterima bahwa
pemenuhan tenaga kerja puskesmas oleh Dinas Kesehatan memerlukan waktu yang sangat
lama dan tidak tentu. Dalam Permenkes No 33 tahun 2015 menyebutkan tentang alur
penyusunan kebtuhan SDMK yang dilakukan secara berjenjang dengan pendekatan
perencanaan dari bawah (bottom up planning). Tetapi, pengadaan tenaga kesehatan di
Kabupaten Jember tidak terlaksana sesuai aturan yang berlaku, hal tersebut disebabkan oleh
terbatasnya anggaran yang dimiliki Dinas Kesehatan untuk pengadaan tenaga kesehatan
ditambah dengan puskesmas tersendiri tidak memiliki anggaran khusus untuk melakukan
pengadaan tenaga kesehatan. Hal lainnya yang berpengaruh adalah terdapat kendala dalam
proses perencanaan, kendala yang pertama adalah keterbatasan kapasitas puskesmas dalam
perencanaan SDMK, kendala kedua proses implementasi dari Dinas Kesehataan yang
memerlukan waktu lama, kendala ketiga yaitu anggaran untuk proses perencanaan dan gaji
karyawan atau tenaga kesehatan serta kendala keempat adalah metode peramalan atau metode
dalam menganalisis kebutuhan SDMK puskesmas yang belum baku atau belum menyesuaikan
dengan metode terbaru.
Abstrak Puskesmas merupakan ujung tombak dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan di Indonesia.
Puskesmas merupakan fasilitas tingkat pertama yang mengupayakan pelayanan promotif dan preventif
untuk mencapai derajat kesehatan. Puskesmas wajib memiliki minimal 5 tenaga promotif dan preventif
yaitu analis laboratorium, farmasi, gizi, kesehatan masyarakat, dan sanitasi. Ketersediaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan (SDMK) khususnya tenaga analis laboratorium, gizi, kesehatan masyarakat, dan
sanitasi masih belum merata di Puskesmas Kabupaten Jember Propinsi Jawa Timur. Perencanaan SDMK
hanya fokus pada tenaga medis. Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif kualitatif yang bertujuan
untuk menganalisis proses perencanaan SDMK, khususnya tenaga promotif dan preventif, di Puskesmas
di Jember. Informan penelitian adalah kepala tata usaha (bagian kepegawaian) dan analis laboratorium,
gizi, kesehatan masyarakat, dan sanitasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Puskesmas tidak
memiliki tim khusus perencanaan SDMK dan masih membutuhkan tenaga analis, gizi, dan sanitasi.
Puskesmas hanya melakukan analisis kebutuhan SDMK dan selanjutnya diajukan ke Dinas Kesehatan.
Puskesmas tidak bisa melakukan perekrutan sendiri karena keterbatasan anggaran. Hal tersebut
merupakan salah satu kendala yang menghambat dalam perencanaan SDMK. Kendala lainnya adalah
Puskesmas haru menunggu keputusan dari Dinas Kesehatan dalam pemenuhan kebutuhan SDMK
dengan penggunaan metode peramalan kebutuhan yang belum jelas sehingga akan menyebabkan
adanya perbedaan persepsi diantara pengambil kebijakan.
Abstract The public health center in Indonesia or known as Puskesmas has an important role in
delivering health services. Puskesmas is a first-level facility delivering promotive and
preventive health services. It must at least have 5 promotive and preventive personnel
namely analysts of laboratory, pharmacy, nutrition, public health, and sanitation. The
Health Human Resources/HRH, especially analysts of laboratory, nutrition, public health,
and sanitation, distributed unequally in Puskesmas in Jember. Current HRH planning
focuses only on medical personnel. Therefore, this study aims to analyze the HRH planning
process, especially for the promotive and preventive personnel, in the Puskesmas in Jember.
This is an exploratory study with a qualitative approach. The informants are head of the
administration (HR department) and analysts of nutrition, public health, and sanitation.
Results showed that Puskesmas did not have a special team for HRH planning. Some
analysts, such as for nutrition and sanitation, are in urgent need. Puskesmas only analyzes
HRH needs and then submits the results to the Health Department. They cannot do
recruitment themselves due to budget constraints. This condition inhibits the HRH planning
process as the Puskesmas must follow all decisions from the Health Department while the
HR forecasting method used is still unclear.
Universitas Jember
Jl. Kalimantan No. 37 Tegal Boto Jember
E-mail: rizkiyshofiah704@gmail.com
Shofiah, Prihatini, dan Viphindrartin. Jurnal Bisma
Vol. 13 No. 3, 2019
182
Shofiah, Prihatini, dan Viphindrartin. Jurnal Bisma
Vol. 13 No. 3, 2019
semakin tinggi akan tetapi kebutuhan kesehatan masyarakat, dan sanitasi di ketiga
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan puskesmas tersebut. Data sekunder berupa
juga meningkat. Keterbatasan SDMK karena jumlah SDMK di seluruh Puskesmas
tidak terdistribusi secara merata ini akan Kabupaten Jember yang diperoleh dari Dinas
mempengaruhi pelayanan yang diberikan Kesehatan.
kepada masyarakat (Maria, 2017). Hal
tersebut tentu berakibat kepada masyarakat Teknik analisis data yang digunakan pada
yang menerima pelayanan kesehatan tidak metode ABK yaitu dengan menetapkan
maksimal karena keterbatas SDMK (Lestari, fasilitas kesehatan (puskesmas) dan jenis
2014). Penelitian ini bertujuan untuk SDMK, menetapkan waktu kerja tersedia,
mengetahui proses perencanaan tenaga menetapkan komponen beban kerja dan
promotif dan preventif puskesmas dengan norma waktu yang dibutuhkan, menghitung
peramalan kebutuhan menggunakan metode standar beban kerja, menghitung standar
ABK Kesehatan sesuai Permenkes No 33 tahun tugas penunjang dan faktor tugas penunjang,
2015 tentang Pedoman Penyusunan dan menghitung total kebutuhan SDMK.
Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya
Manusia Kesehatan. Tahap kedua dengan pendekatan kualitatif
dengan melakukan indepth interview dengan
Metodologi informan utama yaitu kepala tata usaha
puskesmas selaku bagian kepegawaian
Jenis Penelitian tentang bagaimana proses atau tahapan
perencanaan pemenuhan kebutuhan SDMK
Penelitian ini merupakan jenis penelitian puskesmas dan kendala yang mungkin terjadi.
kuantitatif dan kualitatif (mix method). Tahap Informan tambahan dalam penelitian ini yaitu
pertama merupakan penelitian kuantitatif tenaga analis, gizi, kesehatan masyarakat, dan
menggunakan metode Analisis Beban Kerja sanitasi untuk mengetahui penyebab
(ABK) Kesehatan. Tahap kedua merupakan keterbatasan tenaga promotif dan preventif di
penelitian kualitatif dengan pendekatan Puskesmas Kabupaten Jember.
fenomenologi. Pendekatan ini digunakan
untuk mengkaji dan membahas gambaran Hasil dan Pembahasan
proses analisis kebutuhan dan perencanaan
SDMK Puskesmas di Kabupaten Jember. Dalam melakukan analisis beban kerja
kesehatan langkah pertama yang harus
Lokasi penelitian dilakukan yaitu menentukan jenis fasilitas
kesehatan yaitu puskesmas. Selanjutnya
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret – waktu tersedia dalam satu tahun yaitu selama
April 2019 pada hari kerja. Lokasi penelitian 1.200 jam/tahun atau 72.000 menit/tahun,
yaitu tiga kategori puskesmas di Kabupaten dengan jumlah hari selama 312 hari/tahun
Jember berdasarkan Permenkes No. 75 tahun karena puskesmas 6 hari kerja.
2014. Puskesmas tersebut yaitu Puskesmas
Silo 2 (pedesaan), Puskesmas Puger (pesisir), Hasil analisis kebutuhan SDMK dengan
dan Puskesmas Sumbersari (perkotaan). metode ABK Kesehatan yang dilakukan pada
tiga puskesmas di Kabupaten Jember dengan
Sumber dan analisis data karakteristik wilayah yang berbeda, yaitu
pedesaa, pesisir, dan perkotaan. Hasil analisis
Pada tahap pertama penelitian sumber data
tersebut menunjukkan bahwa setiap wilayah
primer dalam penelitian ini diperoleh dari
puskesmas mempunyai beban kerja yang
responden penelitian berupa data jumlah
berbeda. Berikut ini merupakan kebutuhan
SDMK dilokasi penelitian, job desk, waktu
SDMK (Tenaga analis, gizi, kesehatan
kerja tersedia. Data primer digunakan untuk
masyarakat, dan sanitasi) pada ketiga
menghitung kebutuhan SDMK menggunakan
puskesmas tersebut.
metode ABK kesehatan melalui kegiatan
pokok dan kegiatan penunjang yang dilakukan
oleh masing – masing tenaga analis, gizi,
183
Shofiah, Prihatini, dan Viphindrartin. Jurnal Bisma
Vol. 13 No. 3, 2019
184
Shofiah, Prihatini, dan Viphindrartin. Jurnal Bisma
Vol. 13 No. 3, 2019
185
Shofiah, Prihatini, dan Viphindrartin. Jurnal Bisma
Vol. 13 No. 3, 2019
bisa dilakukan oleh Dinas Kesehatan, dan dipakai langsung untuk kebutuhan
puskesmas hanya bisa menunggu untuk operasional karena harus disetorkan terlebih
pemenuhan tenaga yang dibutuhkan. Selama dahulu ke kas daerah.
Dinas Kesehatan belum bisa memenuhi
kebutuhan tenaga tersebut, maka puskesmas Pengelolaan anggaran yang dirasa kurang
memaksimal dengan tenaga yang ada flesibel juga berdampak terhadap
walaupun akan menyebabkan kerja ganda. perencanaan pemenuhan kebutuhan SDMK
puskesmas. Berdasarkan hasil wawancara
Hasil wawancara dengan informan juga dengan informan menyatakan bahwa seluruh
menyatakan bahwa adanya kebijakan dari puskesmas tidak memiliki anggaran untuk
pemerintah daerah yang menyatakan jika melakukan perencanaan ataupun untuk
puskesmas tidak diperkenankan melakukan melakukan rekrutan guna memenuhi
rekrutan tenaga apapun di puskesmas kebutuhan tenaga. Keterbatasan anggaran ini
semakin menghambat pemenuhan kebutuhan merupakan salah satu penghambat bagi
tenaga yang dibutuhkan puskesmas tersebut. puskesmas untuk memberdayakan diri.
186
Shofiah, Prihatini, dan Viphindrartin. Jurnal Bisma
Vol. 13 No. 3, 2019
187
Shofiah, Prihatini, dan Viphindrartin. Jurnal Bisma
Vol. 13 No. 3, 2019
188