Anda di halaman 1dari 13

Nama : Ni Luh Putu Indah Artika Dewi

NIM : 1802561063

Judul : Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK) Puskesmas Di Kabupaten


Jember

Sumber : Jurnal Bisnis dan Manajemen (Bisma), ISSN 1978-3108 (Print) ISSN 2623-0879
(Online) Vol. 13 No. 3, November 2019, pp. 181 – 188.

Resume :

Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK) merupakan salah satu bagian dari
penyelenggaraan Sistem Kesehatan Nasional (SKN), yang memiliki peran dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat Indonesia. Peran SDMK dalam
pelayanan kesehatan juga penting dikarenakan SDKM merupakan hal penting dalam pelayanan
kesehatan di lapangan baik dalam upaya kesehatan preventif, promotive,kuratif, dan
rehabilitative. SDKM sebagai sumber utama dalam meningkatan daya saing dalam pelayanan
kesehatan serta sebagai upaya pelayanan kesehatan dalam menghadapi jumlah penduduk yang
terus bertambah. Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan perseorang
pada tingkat pertama, yang mengutamakan upaya promotive dan preventif untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat. Penyelenggaraan pelayanan kesehataan di puskesmas tidak lepas
dari peran tenaga kesehatan yang memadai agar fungsi puskesmas berjalan dengan baik. Pada
tahun 2017 masih kekurangan tenaga kesehatan masih dialami oleh beberapa puskesmas.

Kabupaten Jember, salah satu kabupaten dengan jumlah tenaga kesehatan tenaga
preventif dan promotive yang belum mencapai target. Hal ini dikarenakan perencanaan SDMK
di Kabupaten Jember masih terfokuskan dalam meemnuhi kebutuhan tenaga kesehatan seperti
dokter, perawat, dan bidan, sedangkan untuk tenaga preventif dan promotif kurang mendapat
perhatian. Puskesmas di Kabupaten Jember masih kekurangan tenaga kesehatan seperti tenaga
kesehatan gizi, sanitasi, kesehatan masyarakat, dan analis laboratorium. Hal ini terjadi
dikarenakan SDMK tidak terdistribusi merata di wilayah Jember sehingga berpengaruh
terhadap layanan yang diberikan kepada masyarakat menjadi tidak optimal. Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses perencanaan tenaga promotif dan preventif
puskesmas dengan peramalan kebutuhan menggunakan metode ABK Kesehatan sesuai
Permenkes No 33 tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Kebutuhan Sumber
Daya Manusia Kesehatan.
Jenis penelitian yang digunakan adalah mix method yaitu pada tahap pertama
menggunakan penelitian kuantitatif menggunakan metode Analisis Beban Kerja (ABK)
Kesehatan dan pada tahap kedua menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomologi untuk mengetahui gambaran dari proses analisis kebutuhan dan perencanaan
SDMK puskesmas di Kabupaten Jember. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret hingga
April 2019 yang dilakukan pada hari kerja. Lokasi penelitiaan ini yaitu 3 puskesmas yang
berada pada wilayah yang berbeda yaitu Puskesmas Silo 2 (pedesaan), Puskesmas Puger
(pesisir), dan Puskesmas Sumbersari (perkotaan). Sumber data primer pada penelitian ini
diperoleh dari responden penelitian meliputi data jumlah SDMK dilokasi penelitian, job desk,
waktu kerja tersedia, data ini digunakan untuk menghitung kebutuhan SDMK menggunakan
metode ABK Kesehatan. Sumber data sekunder berasal dari Dinas Kesehatan yaitu data jumlah
SDMK di seluruh Puskesmas Kabupaten Jember. Data dianalisis menggunkana metode ABK.
Tahap kedua yaitu penelitian kualitatif dengan melakukan indepth interview dengan informan
utama yaitu kepala tata usaha puskesmas selaku bagian kepegawaian tentang proses
perencanaan pemenuhan kebutuhan SDMK puskesmas dan kendala yang terjadi.

Hasil analisis kebutuhan SDMK dengan Metode ABK Kesehatan yang dilakukan pada
3 puskesmas di Kabupaten Jember menunjukkan bahwa setiap puskesmas mempunyai beban
kerja yang berbeda, berikut analisis kebutuhan SDMK pada ketiga puskesmas. Pada Puskesmas
Silo 2 yang terletak di wilayah pedesaan dengan jumlah penduduk yang padat serta merupakan
Puskesmas dengan fasilitas rawat inap. Hasil analisis kebutuhan SDMK dengan metode ABK
kesehatan menunjukkan hasil puskesmas membutuhkan 1 tambahan tenaga analis tambahan,
serta tenaga sanitasi jumlahnya terbatas yang menyebabkan pelayanan sanitasi tidak berjalan
maksimal dan beban kerja ganda pada tenaga kesehatan dikarenakan tanggung jawab sebagai
tenaga sanitasi diemban oleh seorang perawat wilayah. Pada Puskesmas Puger yang terletak
diwilayah pesisir hasil analisis menunjukkan hasil yang sama yaitu memerlukan tambahan
tenaga analis dan sanitasi.Hal ini menyebabkan terjadinya beban kerja ganda yang dapat
berpengaruh terhadap kinerja tenaga kesehatan dan pelayanan yang diberikan ke masyarakat
menjadi kurang maksimal. Pada Puskesmas Sumbersari di wilayah perkotaan dengan fasilitas
rawat inap masih mengalami hal yang sama yaitu kekurangan tenaga analis dan gizi. Menurut
peraturan Permenkes No. 75 tentang puskesmas menyatakan bahwa idealnya puskesmas rawat
inap memiliki dua tenaga gizi, yaitu gizi klinik dan gizi masyarakat. Jumlah penduduk yang
padat, menyebabkan pelayanan gizi juga harus dilaksanakan oleh bidan karena keterbatasan
tenaga gizi.
Dari analisis ketiga Puskesmas tersebut didapatkan hasil bahwa perencanaan SDMK
Puskesmas sangat penting karena tidak bisa digantikan oleh sumber daya lain dan sangat
mempengaruhi pembangunan kesehatan. Kekurangan tenaga kesehatan khususnya pada bidang
promotive dan preventif mengakibatkan pemberian pelayanan dalam bidang tersebut tidak
maksimal dan tenaga kesehatan yang bertugas menanggung beban kerja yang tinggi. Dalam
wawancara dengan informan dijelaskan bahwa seluruh puskesmas tidak memiliki petugas
ataupun tim khusus untuk melakukan perencanaan SDMK. Fungsi tersebut selama ini
dilaksanakan oleh kepala TU yang berkoordinasi dengan kepala puskesmas, padahal petugas
atau tim manajemen SDM memiliki andil yang besar dalam menyukseskan sebuah organisasi.
Pada tahap perencanaan SDMK Puskesmas di Kabupaten Jember memiliki alur yang sama
yaitu puskesmas yang bersangkutan melakukan analisa kebutuhan SDMK dengan metode kira-
kira kemudian diajukan ke Dinas Kesehatan. Dinas kesehatan akan memenuhi kebutuhan
tenaga kerja yang diperlukan puskesmas tetapi menurut informasi yang diterima bahwa
pemenuhan tenaga kerja puskesmas oleh Dinas Kesehatan memerlukan waktu yang sangat
lama dan tidak tentu. Dalam Permenkes No 33 tahun 2015 menyebutkan tentang alur
penyusunan kebtuhan SDMK yang dilakukan secara berjenjang dengan pendekatan
perencanaan dari bawah (bottom up planning). Tetapi, pengadaan tenaga kesehatan di
Kabupaten Jember tidak terlaksana sesuai aturan yang berlaku, hal tersebut disebabkan oleh
terbatasnya anggaran yang dimiliki Dinas Kesehatan untuk pengadaan tenaga kesehatan
ditambah dengan puskesmas tersendiri tidak memiliki anggaran khusus untuk melakukan
pengadaan tenaga kesehatan. Hal lainnya yang berpengaruh adalah terdapat kendala dalam
proses perencanaan, kendala yang pertama adalah keterbatasan kapasitas puskesmas dalam
perencanaan SDMK, kendala kedua proses implementasi dari Dinas Kesehataan yang
memerlukan waktu lama, kendala ketiga yaitu anggaran untuk proses perencanaan dan gaji
karyawan atau tenaga kesehatan serta kendala keempat adalah metode peramalan atau metode
dalam menganalisis kebutuhan SDMK puskesmas yang belum baku atau belum menyesuaikan
dengan metode terbaru.

Dengan adanya keempat kendala tersebut ditambah dengan kurangnya komunikasi


antara manajemen puskesmas dengan manajemen Dinas Kesehatan dalam melakukan
perencanaan SDMK akan menghambat proses perencanaan dan pemenuhan kebutuhan SDMK
di Puskesmas yang akan berakibat pada pelayanan yang diberikan kepada masyarakat menjadi
kurang maksimal.Peneliti juga memberikan saran dalam perencanaan kebutuhan SDMK di
Puskesmas yaitu saran bagi puskesmas dalam melakukan analisis kebutuhan tenaga kerja
hendaknya menggunakan metode yang ttelah diatur dalam Permenkes No 33 tahun 2015. Saran
bagi Dinas Kesehatan yaitu implementasi pemenuhan kebutuhan SDMK puskesmas untuk
kelancaran proses pelayanan kesehatan harus dilaksanakan. Kedua, perlu dilakukan pelatihan
manajemen puskesmas agar sistem manajemen SDMK lebih baik, dan agar tercipta koordinasi
yang baik antara pihak puskesmas dan bagian SDK Dinas Kesehatan. Ketiga,
mempertimbangkan tenaga kesehatan yang telah diajukan oleh puskesmas dan memberi surat
keputusan supaya tenaga tersebut bisa mendapatkan haknya berupa jasa pelayanan dari JKN.

Hal yang dapat dipelajari sebagai seorang calon SKM :

1. Dalam menjalankan sebuah organisasi khususnya yang berkaitan dengan organisasi


kesehatan seperti puskesmas, perencanaan sumber daya manusia kesehatan (SDMK)
sangat penting karena SDMK sebagai ujung tombak dalam pelayanan kesehatan di
lapangan baik dalam upaya kesehatan preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.
Sebagai seorang calon sarjana kesehatan masyarakat (SKM) diharapkan mampu
melakukan perencanaan SDMK untuk fasilitas kesehatan yang akan berdampak pada
pemberian pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat.
2. Pemerintah telah berusaha meningkatkan tenaga kesehatan khususnya pada bidang
preventif dan promotif seperti melimpahkan kebijakan kepada pemerintah daerah, tetapi
pelimpahan kebijakan tersebut malah menyebabkan distribusi tenaga kesehatan menjadi
tidak merata didukung dengan keadaan puskesmas yang tidak memiliki petugas atau tim
khusus untuk melakukan perencanaan SDMK serta pengelolaan anggaran untuk
pengadaan pegawai yang kurang fleksibel. Hal ini menyebabkan pemenuhan SDMK
khususnya preventif dan promotif menjadi terhambat sehingga berpengaruh terhadap
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat menjadi kurang maksimal. Sebagai seorang
calon sarjana kesehatan masyarakat (SKM) hal yang dapat dipelajari adalah saat
melakukan perencanaan SDMK bagi pelayanan kesehatan terkait harus dilakukan dengan
sebaik mungkin, seperti menentukan keterampilan serta jumlah SDMK yang diperlukan,
agar dapat memenuhi kebutuhan dan dapat melaksanakan tugas dengan baik. Hal ini
dikarenakan kesempatan pemenuhan perencanaan SDMK yang telah diajukan ke Dinas
Kesehatan merupakan hal yang sulit ditemui, oleh karena itu kesempatan harus
dimanfaatkan dengan sebaik mungkin.
3. Rendahnya jumlah tenaga preventif dan promotive di Puskesmas menyebabkan beban
kerja ganda bagi tenaga kesehatan yang melakukan tugas yang tidak sesuai dengan
spesialisasinya. Beban kerja tersebut dapat menyebabkan pemberian pelayanan kepada
masyarakat menjadi tidak maksimal. Hal yang dapat dipelajari sebagai calon sarjana
kesehatan masyarakat (SKM) yaitu dalam melakukan perencanaan SDMK harus
memperhatikan jumlah beban kerja yang akan ditanggung saat bekerja, sehingga dapat
memperkirakan jumlah dan keterampilan SDMK yang diperlukan dengan baik. Dengan
perencanaan SDMK yang baik akan meningkatkan pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat.
Jurnal Bisnis dan Manajemen (Bisma)
ISSN 1978-3108 (Print) ISSN 2623-0879 (Online)
Vol. 13 No. 3, November 2019, pp. 181 – 188.
Jurnal Bisnis dan Manajemen
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/BISMA
Jurnal Bisma, Vol. 13 No. 3, November 2019, pp 181 – 188.

PERENCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN (SDMK)


PUSKESMAS DI KABUPATEN JEMBER

Rizkiy Shofiah1, Dewi Prihatini2, Sebastiana Viphindrartin3


Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat1, Fakultas Ekonomi dan Bisnis2,3,
Universitas Jember, Jember

Abstrak Puskesmas merupakan ujung tombak dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan di Indonesia.
Puskesmas merupakan fasilitas tingkat pertama yang mengupayakan pelayanan promotif dan preventif
untuk mencapai derajat kesehatan. Puskesmas wajib memiliki minimal 5 tenaga promotif dan preventif
yaitu analis laboratorium, farmasi, gizi, kesehatan masyarakat, dan sanitasi. Ketersediaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan (SDMK) khususnya tenaga analis laboratorium, gizi, kesehatan masyarakat, dan
sanitasi masih belum merata di Puskesmas Kabupaten Jember Propinsi Jawa Timur. Perencanaan SDMK
hanya fokus pada tenaga medis. Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif kualitatif yang bertujuan
untuk menganalisis proses perencanaan SDMK, khususnya tenaga promotif dan preventif, di Puskesmas
di Jember. Informan penelitian adalah kepala tata usaha (bagian kepegawaian) dan analis laboratorium,
gizi, kesehatan masyarakat, dan sanitasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Puskesmas tidak
memiliki tim khusus perencanaan SDMK dan masih membutuhkan tenaga analis, gizi, dan sanitasi.
Puskesmas hanya melakukan analisis kebutuhan SDMK dan selanjutnya diajukan ke Dinas Kesehatan.
Puskesmas tidak bisa melakukan perekrutan sendiri karena keterbatasan anggaran. Hal tersebut
merupakan salah satu kendala yang menghambat dalam perencanaan SDMK. Kendala lainnya adalah
Puskesmas haru menunggu keputusan dari Dinas Kesehatan dalam pemenuhan kebutuhan SDMK
dengan penggunaan metode peramalan kebutuhan yang belum jelas sehingga akan menyebabkan
adanya perbedaan persepsi diantara pengambil kebijakan.

Kata Kunci : perencanaan SDMK, preventif, promotif, Puskesmas.

Abstract The public health center in Indonesia or known as Puskesmas has an important role in
delivering health services. Puskesmas is a first-level facility delivering promotive and
preventive health services. It must at least have 5 promotive and preventive personnel
namely analysts of laboratory, pharmacy, nutrition, public health, and sanitation. The
Health Human Resources/HRH, especially analysts of laboratory, nutrition, public health,
and sanitation, distributed unequally in Puskesmas in Jember. Current HRH planning
focuses only on medical personnel. Therefore, this study aims to analyze the HRH planning
process, especially for the promotive and preventive personnel, in the Puskesmas in Jember.
This is an exploratory study with a qualitative approach. The informants are head of the
administration (HR department) and analysts of nutrition, public health, and sanitation.
Results showed that Puskesmas did not have a special team for HRH planning. Some
analysts, such as for nutrition and sanitation, are in urgent need. Puskesmas only analyzes
HRH needs and then submits the results to the Health Department. They cannot do
recruitment themselves due to budget constraints. This condition inhibits the HRH planning
process as the Puskesmas must follow all decisions from the Health Department while the
HR forecasting method used is still unclear.

Keywords : HRH planning, preventive, promotive, public health centre.

Universitas Jember
Jl. Kalimantan No. 37 Tegal Boto Jember
E-mail: rizkiyshofiah704@gmail.com
Shofiah, Prihatini, dan Viphindrartin. Jurnal Bisma
Vol. 13 No. 3, 2019

Pendahuluan sanitasi, dan kefarmasian (Peraturan Menteri


Kesehatan No 75 tahun 2014).
Penyelenggaraan Sistem Kesehatan Nasional
(SKN) menyataka bahwa sub sistem Sumber Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di
Daya Manusia Kesehatan (SDMK) sebagai Puskesmas harus didukung oleh tenaga
pelaksana dalam upaya kesehatan perlu kesehatan yang memadai guna menunjang
mencukupi jumlah, jenis, dan kualitas, serta fungsi puskesmas. Tahun 2017, masih
distribusi secara adil dan merata sesuai terdapat banyak puskesmas yang mengalami
kebutuhan dari pembangunan kesehatan kekurangan tenaga kesehatan, yaitu 25,14%
(Perpres RI, 2012). SDMK salah satu bagian puskesmas kekurangan dokter umum, 42,78%
penting dalam upaya peningkatan kekurangan dokter gigi, 20,30% kekurangan
kesejahteraan dan kesehatan masyarakat di perawat dan 13,92% puskesmas kekurangan
Indonesia. SDMK merupakan ujung tombak bidan (Kemenkes, 2018). Dalam rencana aksi
pelayanan kesehatan di lapangan, baik secara program badan pengembangan dan
preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. pemberdayaan sumber daya manusia
SDMK juga merupakan salah satu unsur utama kesehatan 2015 – 2019, menyebutkan untuk
peningkatan daya saing pelayanan kesehatan, diadakan peningkatan sosialisasi dan advokasi
serta tulang punggung upaya pelayanan dari Kementerian Kesehatan pada Pemerintah
kesehatan menghadapi peningkatan jumlah Daerah untuk menambah formasi dan
dan proporsi penduduk usia produktif dan rekrutmen tenaga kesehatan khususnya
lanjut usia di masa mendatang (Putri, 2017). tenaga kesehatan masyarakat, sanitasi, analis
Menurut Undang – Undang nomor 36 tahun kesehatan, dan tenaga gizi (PPSDM Kesehatan,
2014 tentang tenaga kesehatan menyatakan 2015).
bahwa tenaga kesehatan merupakan bagian
dari SDMK. Tenaga tersebut terdiri dari tenaga Kabupaten Jember merupakan salah satu
medis, tenaga psikologi klinis, tenaga kabupaten di Jawa Timur yang memiliki
keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga Puskesmas sejumlah 50 unit. Data Dinas
kefarmasiaan, tenaga kesehatan masyarakat, Kesehatan tahun 2016 menunjukkan total
tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, SDMK Kabupaten Jember sebesar 2.937 yang
tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian terdistribusi sebanyak 54,31% atau sebanyak
medis, tenaga biomedika, tenaga kesehatan 1.595 orang tersebar di Puskesmas dan
tradisional dan tenaga kesehatan lainnya sebanyak 45,69% atau sebanyak 1.342 orang
(Permenkes, 2014). tersebar di rumah sakit yang ada di Kabupaten
Jember. Rasio tenaga kesehatan terutama
Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) preventif dan promotif puskesmas belum
merupakan ujung tombak penyelenggaraan mencapai target seperti tertuang dalam
pelayanan kesehatan di Indonesia. Puskesmas Kemenko Kesra No. 54 tahun 2013. Distribusi
merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang tenaga kesehatan yang belum merata akan
menyelenggarakan upaya kesehatan berdampak pada pelayanan kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan menjadi tidak optimal. Perencanaan SDMK di
perseorangan pada tingkat pertama, dengan Kabupaten Jember masih fokus untuk
lebih mengutamakan upaya promotif dan pemenuhan pada tenaga dokter, perawat, dan
preventif untuk mencapai derajat kesehatan bidan, sedangkan untuk tenaga preventif dan
masyarakat di wilayah kerjanya (Permenkes promotif kurang mendapat perhatian. Dari 50
No. 75, 2014). Rencana Pembangunan Jangka puskesmas di Kabupaten Jember 28
Menengah Nasional (RPJMN) 2015 – 2019 puskesmas belum memiliki tenaga gizi, 36
dalam mendukung terwujudnya program puskesmas belum memiliki tenaga sanitasi, 37
Indonesia Sehat dan Germas, serta merupakan puskesmas belum memiliki tenaga kesehatan
gambaran terpenuhinya tenaga kesehatan masyarakat, dan 30 puskesmas belum
khususnya tenaga kesehatan promotive dan memiliki tenaga analis laboratorium (Dinas
preventif dalam rangka memperkuat Kesehatan Jember, 2018).
pelayanan kesehatan. Tenaga tersebut yaitu
analis kesehatan, gizi, kesehatan masyarakat, Fenomena atau permasalahan yang terjadi
yaitu peningkatan beban kerja di puskesmas

182
Shofiah, Prihatini, dan Viphindrartin. Jurnal Bisma
Vol. 13 No. 3, 2019

semakin tinggi akan tetapi kebutuhan kesehatan masyarakat, dan sanitasi di ketiga
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan puskesmas tersebut. Data sekunder berupa
juga meningkat. Keterbatasan SDMK karena jumlah SDMK di seluruh Puskesmas
tidak terdistribusi secara merata ini akan Kabupaten Jember yang diperoleh dari Dinas
mempengaruhi pelayanan yang diberikan Kesehatan.
kepada masyarakat (Maria, 2017). Hal
tersebut tentu berakibat kepada masyarakat Teknik analisis data yang digunakan pada
yang menerima pelayanan kesehatan tidak metode ABK yaitu dengan menetapkan
maksimal karena keterbatas SDMK (Lestari, fasilitas kesehatan (puskesmas) dan jenis
2014). Penelitian ini bertujuan untuk SDMK, menetapkan waktu kerja tersedia,
mengetahui proses perencanaan tenaga menetapkan komponen beban kerja dan
promotif dan preventif puskesmas dengan norma waktu yang dibutuhkan, menghitung
peramalan kebutuhan menggunakan metode standar beban kerja, menghitung standar
ABK Kesehatan sesuai Permenkes No 33 tahun tugas penunjang dan faktor tugas penunjang,
2015 tentang Pedoman Penyusunan dan menghitung total kebutuhan SDMK.
Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya
Manusia Kesehatan. Tahap kedua dengan pendekatan kualitatif
dengan melakukan indepth interview dengan
Metodologi informan utama yaitu kepala tata usaha
puskesmas selaku bagian kepegawaian
Jenis Penelitian tentang bagaimana proses atau tahapan
perencanaan pemenuhan kebutuhan SDMK
Penelitian ini merupakan jenis penelitian puskesmas dan kendala yang mungkin terjadi.
kuantitatif dan kualitatif (mix method). Tahap Informan tambahan dalam penelitian ini yaitu
pertama merupakan penelitian kuantitatif tenaga analis, gizi, kesehatan masyarakat, dan
menggunakan metode Analisis Beban Kerja sanitasi untuk mengetahui penyebab
(ABK) Kesehatan. Tahap kedua merupakan keterbatasan tenaga promotif dan preventif di
penelitian kualitatif dengan pendekatan Puskesmas Kabupaten Jember.
fenomenologi. Pendekatan ini digunakan
untuk mengkaji dan membahas gambaran Hasil dan Pembahasan
proses analisis kebutuhan dan perencanaan
SDMK Puskesmas di Kabupaten Jember. Dalam melakukan analisis beban kerja
kesehatan langkah pertama yang harus
Lokasi penelitian dilakukan yaitu menentukan jenis fasilitas
kesehatan yaitu puskesmas. Selanjutnya
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret – waktu tersedia dalam satu tahun yaitu selama
April 2019 pada hari kerja. Lokasi penelitian 1.200 jam/tahun atau 72.000 menit/tahun,
yaitu tiga kategori puskesmas di Kabupaten dengan jumlah hari selama 312 hari/tahun
Jember berdasarkan Permenkes No. 75 tahun karena puskesmas 6 hari kerja.
2014. Puskesmas tersebut yaitu Puskesmas
Silo 2 (pedesaan), Puskesmas Puger (pesisir), Hasil analisis kebutuhan SDMK dengan
dan Puskesmas Sumbersari (perkotaan). metode ABK Kesehatan yang dilakukan pada
tiga puskesmas di Kabupaten Jember dengan
Sumber dan analisis data karakteristik wilayah yang berbeda, yaitu
pedesaa, pesisir, dan perkotaan. Hasil analisis
Pada tahap pertama penelitian sumber data
tersebut menunjukkan bahwa setiap wilayah
primer dalam penelitian ini diperoleh dari
puskesmas mempunyai beban kerja yang
responden penelitian berupa data jumlah
berbeda. Berikut ini merupakan kebutuhan
SDMK dilokasi penelitian, job desk, waktu
SDMK (Tenaga analis, gizi, kesehatan
kerja tersedia. Data primer digunakan untuk
masyarakat, dan sanitasi) pada ketiga
menghitung kebutuhan SDMK menggunakan
puskesmas tersebut.
metode ABK kesehatan melalui kegiatan
pokok dan kegiatan penunjang yang dilakukan
oleh masing – masing tenaga analis, gizi,

183
Shofiah, Prihatini, dan Viphindrartin. Jurnal Bisma
Vol. 13 No. 3, 2019

Puskesmas Silo 2 (Pedesaan) menyesuaikan dengan karakteristik wilayah


Tabel 1. Kebutuhan SDMK Promotif dan dan masalah kesehatan yang ada di
Preventif Puskesmas Silo 2 masyarakat.
Jumlah Kebutuhan
Jenis tenaga tenaga yang sesuai ABK Hasil wawancara dengan informan juga
ada Kes menyatakan bahwa tugas tenaga analis di
Analis 1 2 Puskesmas Puger idealnya dilaksanakan oleh
Gizi 1 1 tiga orang. Namun, karena keterbatasan
Kesehatan tenaga analis, kurangnya minat untuk bekerja
1 1
masyarakat
Sanitasi - 0,30
di puskesmas, dan belum adanya tambahan
tenaga dari Dinas Kesehatan menjadi
Sumber : Puskesmas Silo 2, 2019
penghambat dalam pemenuhan kebutuhan
SDMK tersebut. Ketersediaan tenaga analis
Tabel 1 merupakan gambaran hasil analisis
sangat dibutuhkan di puskesmas, mengingat
kebutuhan SDMK promotif dan preventif
puskesmas merupakan fasilitas tingkat
dengan metode ABK Kes di puskesmas Silo 2.
pertama untuk pelayanan kesehatan di
Puskesmas Silo 2 merupakan puskesmas
masyarakat. Hal tersebut dijelaskan dalam
rawat inap di daerah pedesaan dengan jumlah
Permenkes No 37 tahun 2012 bahwa
penduduk yang padat dibandingkan
puskesmas perlu dilengkapi dengan
puskesmas pedesaan lainnya. Hasil analisis
laboratorium. Ada beberapa jenis pelayanan
kebutuhan SDMK dengan metode ABK Kes
kesehatan di Puskesmas Puger yang
menunjukkan puskesmas membutuhkan satu
membutuhkan kolaborasi dengan tenaga
tambahan tenaga analis tambahan.
analis seperti pelayanan kehamilan, rawat
Keterbatasan tenaga sanitasi menyebabkan
jalan, rawat inap, pemeriksaan IMS rutin, dan
adanya kerja ganda pada tenaga kesehatan.
saat melakukan pemeriksaan keliling.
Hal tersebut karena tanggung jawab sebagai
pelaksana sanitasi dilakukan oleh seorang
Kebutuhan tenaga promotif dan preventif
perawat wilayah, sehingga pelayanan klinik
puskesmas tidak hanya pada tenaga analis,
sanitasi tidak berjalan maksimal.
tapi juga tenaga gizi. Keterbatasan tenaga
sanitasi menyebabkan terjadinya kerja ganda
Puskesmas Puger (Pesisir)
pada tenaga kesehatan. Hal tersebut karena
Tabel 2. Kebutuhan SDMK Promotif dan
tanggung jawab sebagai pelaksana gizi
Preventif Puskesmas Puger
Jumlah Kebutuhan
dilakukan oleh seorang bidan. Penelitian
Jenis tenaga tenaga yang sesuai ABK terkait beban kerja dan kinerja menjelaskan
ada Kes bahwa beban kerja memiliki dampak yang
Analis 2 3 signifikan terhadap kinerja (Shah et al., 2014),
Gizi - 0,24 artinya beban kerja pada pegawai harus sesuai
Kesehatan 1 0,19 kemampuan dan potensi yang dimiliki.
masyarakat Menurut Prasista et al (2017) rangkap jabatan
Sanitasi 1 2 dapat menimbulkan hambatan dalam kinerja
Sumber : Puskesmas Puger, 2019 karyawan. Kerja ganda sering terjadi pada
tenaga kesehatan puskesmas yang diakibatkan
Tabel 2 merupakan gambaran hasil analisis oleh terbatasnya petugas yang ada. Hal
kebutuhan SDMK promotif dan preventif tersebut akan berdampak pada pelayanan
dengan metode ABK Kes di Puskesmas Puger. yang tidak maksimal, namun pengalaman
Hasil analisis dengan metode ABK Kes kerja mempengaruhi signifikan terhadap
menunjukkan puskesmas Puger kinerja pegawai. Hal tersebut dijelaskan oleh
membutuhkan satu tenaga analis dan sanitasi. Rahmawati (2016) bahwa masa kerja
Puskesmas Puger merupakan puskesmas di membuat tugas yang berat menjadi lebih
daerah pesisir yang memiliki karakter berbeda ringan dalam pelaksanaannya walau tidak
dengan wilayah pedesaan dan perkotaan. Data maksimal seperti yang diharapkan.
terkait beban kerja menunjukkan bahwa jenis
pelayanan analis yang dilakukan di puskesmas
puger lebih kompleks. Hal tersebut

184
Shofiah, Prihatini, dan Viphindrartin. Jurnal Bisma
Vol. 13 No. 3, 2019

Puskesmas Sumbersari (perkotaan) dalam hal promotif dan preventif tidak


Tabel 3. Kebutuhan SDMK Promotif dan maksimal. Selain itu, juga menyebabkan beban
Preventif Puskesmas Sumbersari kerja meningkat bagi sebagian besar tenaga
Jenis tenaga
Jumlah tenaga Kebutuhan kesehatan lainnya dengan adanya kerja ganda.
yang ada sesuai ABK Kes
Analis - 2
Dalam sesi wawancara dengan informan
Gizi 1 1
Kesehatan 2 0,0225 dijelaskan bahwa seluruh puskesmas tidak
masyarakat memiliki petugas atau tim khusus untuk
Sanitasi 1 0,26 perencanaan SDMK. Selama ini kepegawaian
Sumber: Puskesmas Sumbersari, 2019 puskesmas dilaksanakan oleh kepala TU yang
berkoordinasi dengan kepala puskesmas.
Tabel 3 merupakan gambaran hasil analisis Sebagai pelaksana dalam pelayanan kesehatan
kebutuhan SDMK promotif dan preventif tingkat pertama, puskesmas tidak hanya
dengan metode ABK Kes di puskesmas mengalami keterbatasan tenaga kesehatan,
Sumbersari. Hasil analisis tersebut tapi juga untuk tenaga non kesehatan seperti
menunjukkan bahwa Puskesmas Sumbersari staf TU atau staf administrasi lainnya.
membutuhkan tenaga analis dan gizi seperti Keterbatasan tersebut menyebabkan tenaga
kedua puskesmas sebelumnya. Sebagai kesehatan juga harus melaksanakan tugas
puskesmas di daerah perkotaan dimana sebagai staf administrasi. puskesmas ditengah
pelayanan analis di Puskesmas Sumbersari keterbatasan SDMK. Setiap karyawan
tidak bervariasi seperti Puskesmas Puger diharapkan mempunyai rencana kerja untuk
karena di wilayah kota ada pelayanan masing – masing program (Benhard et al,
laboratorium swasta. Namun, karena 2015). Petugas atau tim bagian manajemen
kepadatan jumlah penduduk atau sasaran SDM memiliki konstribusi untuk suksesnya
puskesmas menyebabkan kebutuhan tenaga organisasi. Hal tersebut karena manajemen
analis berdasarkan beban kerja juga SDM menjadi kunci untuk meningkatnya
meningkat. kinerja organisasi dalam memastikan aktivitas
SDM (Grace et al, 2014).
Puskesmas Sumbersari merupakan puskesmas
rawat inap yang memiliki satu petugas gizi. Tahap Perencanaan SDMK Puskesmas
Menurut standar dalam Permenkes No 75
tentang puskesmas menyatakan bahwa Desentralisasi mulai diterapkan pada tahun
idealnya puskesmas rawat inap memiliki dua 2001 di Indonesia dan membawa perubahan
tenaga gizi, yaitu gizi klinik dan gizi pada semua pembangunan termasuk sektor
masyarakat. Jumlah penduduk yang padat, kesehatan. Peran dalam perencanaan SDMK
menyebabkan pelayanan gizi juga harus dialihkan pada pemerintah daerah guna
dilaksanakan oleh bidan karena keterbatasan mencapai tujuan pembangunan
tenaga gizi. kesehatanyang menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan. Namun, dengan adanya
Perencanaan SDMK Puskesmas kebijakan tersebut justru menyebabkan tidak
meratanya distribusi tenaga kesehatan di
SDMK merupakan aset yang cukup vital, hal daerah. Hal tersebut seperti yang terjadi di
tersebut disebabkan oleh keberadaannya Kabupaten Jember yang memiliki 50
dalam organisasi tidak bisa digantikan oleh puskesmas baik rawat inap dan non rawat
sumber daya lainnya. Walaupun teknologi inap, dengan keterbatasan tenaga yang
modern sudah banyak digunakan, tanpa dimiliki masing – masing puskesmas.
dukungan dari SDMK yang memiliki
kemampuan profesional hal tersebut tidak Perencanaan SDMK puskesmas di Kabupaten
akan bermakna (Yuniarsih dan Suwatno, Jember secara umum memiliki alur atau
2011). Ketersediaan SDMK sangat proses yang sama. Puskesmas hanya
mempengaruhi pembangunan kesehatan. melakukan analisa kebutuhan SDMK dengan
Keterbatasan tenaga promotif dan preventif metode kira – kira dan selanjutnya diajukan ke
puskesmas di Kabupaten Jember tentu Dinas Kesehatan. Proses implementasi untuk
menyebabkan pelayanan kesehatan terutama memenuhi kebutuhan tenaga tersebut hanya

185
Shofiah, Prihatini, dan Viphindrartin. Jurnal Bisma
Vol. 13 No. 3, 2019

bisa dilakukan oleh Dinas Kesehatan, dan dipakai langsung untuk kebutuhan
puskesmas hanya bisa menunggu untuk operasional karena harus disetorkan terlebih
pemenuhan tenaga yang dibutuhkan. Selama dahulu ke kas daerah.
Dinas Kesehatan belum bisa memenuhi
kebutuhan tenaga tersebut, maka puskesmas Pengelolaan anggaran yang dirasa kurang
memaksimal dengan tenaga yang ada flesibel juga berdampak terhadap
walaupun akan menyebabkan kerja ganda. perencanaan pemenuhan kebutuhan SDMK
puskesmas. Berdasarkan hasil wawancara
Hasil wawancara dengan informan juga dengan informan menyatakan bahwa seluruh
menyatakan bahwa adanya kebijakan dari puskesmas tidak memiliki anggaran untuk
pemerintah daerah yang menyatakan jika melakukan perencanaan ataupun untuk
puskesmas tidak diperkenankan melakukan melakukan rekrutan guna memenuhi
rekrutan tenaga apapun di puskesmas kebutuhan tenaga. Keterbatasan anggaran ini
semakin menghambat pemenuhan kebutuhan merupakan salah satu penghambat bagi
tenaga yang dibutuhkan puskesmas tersebut. puskesmas untuk memberdayakan diri.

Secara garis besar dalam penyusunan Kendala dalam Proses Perencanaan


kebutuhan SDMK, untuk pengadaan dilakukan
berdasarkan usulan dari pihak puskesmas Terdapat beberapa kendala yang dialami
yang dikoordinasikan dengan Dinas puskesmas dalam proses perencanaan SDMK.
Kesehatan. Selanjutnya Dinas Kesehatan Kendala tersebut tidak hanya saat proses
mengusulkan ke Badan Kepegawaian Daerah. perencanaan, tapi hingga proses implementasi
Hal tersebut seperti yang tercantum dalam dalam memenuhi kebutuhan SDMK. Dari hasil
Permenkes No 33 tahun 2015 tentang wawancara dengan informan menyatakan ada
penyusunan perencanaan SDMK menyebutkan beberapa hal yang menjadi kendala, yang
acuan dalam penyusunan perencanaan pertama keterbatasan kapasitas puskesmas
kebutuhan SDMK di tingkat institusi dilakukan dalam perencanaan SDMK. Posisi puskesmas
secara berjenjang dengan pendekatan sebagai pelaksana hanya bisa menerima dan
perencanaan dari bawah (bottom up planning). melaksanakan kebijakan dari Dinkes atau
Guspianto (2011) menyatakan bahwa pemerintah daerah, dalam hal ini termasuk
penyusunan rencana kebutuhan SDMK kebijakan terbaru bahwa puskesmas dilarang
merupakan bagian dalam dokumen laporan melakukan rekrutan tenaga apapun.
dari kegiatan rutin tahunan Dinas Kesehatan.
Perencanaan dan pengadaan pegawai Kendala kedua yaitu proses implementasi dari
dilakukan apabila ada posisi yang kosong atau Dinas Kesehatan cukup lama. Setelah pihak
pegawai yang berhenti (Rivai, 2009). Namun, puskesmas mengajukan kebutuhan SDMK,
di lingkungan puskesmas Kabupaten Jember puskesmas hanya bisa menunggu hingga
proses untuk pengadaan pegawai tidak waktu yang tidak bisa ditentukan. Hal tersebut
terlaksana sebagaimana seharusnya untuk menyebabkan kekosongan pada tenaga
memenuhi kebutuhan petugas promotif dan promotif dan preventif atau tenaga lainnya
preventif puskesmas yang keberadaannya kosong dalam waktu cukup lama. Kekosongan
terbatas. tersebut pada akhirnya dilaksanakan oleh
tenaga yang ada dan menyebabkan kerja
Anggaran dalam Perencanaan ganda. Kendala ketiga, anggaran untuk proses
perencanaan dan untuk gaji karyawan atau
Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknik tenaga kesehatan. Puskesmas tidak memiliki
Dinas (UPTD) yang berada dibawah naungan anggaran khusus untuk pelaksanaan rekrutan
Dinas Kesehatan. Hal tersebut menyebabkan tenaga baru. Kendala keempat, metode untuk
pengelolaan keuangan puskesmas mengikuti peramalan atau menganalisis kebutuhan
rencana ketentuan pengelolaan negara pada SDMK puskesmas yang belum baku atau
umumnya. Dalam Peraturan Pemerintah (PP) belum menyesuaikan dengan metode terbaru.
RI Nomor 58 Tahun 2005 disebutkan bahwa Berdasarkan hasil wawancara dengan
dana yang ditarik dari masyarakat atas informan menyatakan jika metode yang
pelayanan yang telah diberikan tidak dapat digunakan seperti metode perkiraan. Dalam

186
Shofiah, Prihatini, dan Viphindrartin. Jurnal Bisma
Vol. 13 No. 3, 2019

praktiknya puskesmas menggunakan metode Kesimpulan


perkiraan atau menunggu ada posisi kosong
akan mengajukan kebutuhan pada Dinas Hasil analisis kebutuhan SDMK pada
Kesehatan. Selain itu, adanya posisi yang tidak puskesmas dengan metode ABK kes
terisi karena SDMK yang ada menunjukkan bahwa seluruh puskesmas
mempertimbangkan gaji yang akan diperoleh. masih kekurangan tenaga promotif dan
Penelitian ini juga diperkuat oleh pendapat preventif. Tenaga gizi dibutuhkan di
Notoatmodjo (2009) menjelaskan terkait puskesmas pesisir dan perkotaan. Sedangkan
pengadaan SDM dalam organisasi dimana tenaga sanitasi masih dibutuhkan di
organisasi tersebut membuat proyeksi puskesmas pedesaan dan pesisir. Hasil analisis
kebutuhan SDM dalam waktu tertentu dan dengan metode ABK kes juga menunjukkan
dilanjutkan dengan memenuhi lowongan atau adanya perbedaan beban kerja antara
posisi yang dibutuhkan. puskesmas wilayah pedesaan, pesisir, dan
perkotaan.
Kurang komunikasi antara manajemen
puskesmas dan manajemen Dinas Kesehatan Demikian halnya dengan proses perencanaan
dalam perencanaan SDMK akan menghambat puskesmas tidak memiliki tenaga atau tim
proses pemenuhan kebutuhan SDMK di khusus sebagai perencana dalam pemenuhan
puskesmas. Hal tersebut tentu akan kebutuhan SDMK. Tahap – tahap dalam
menimbulkan tidak adanya kesamaan perencanaan SDMK puskesmas hanya
persepsi antara pihak puskesmas, Dinas menganalisis kebutuhan SDMK dan
Kesehatan atau pihak pengambil kebijakan. selanjutnya diajukan pada Dinas Kesehatan
Hasil penelitian Marlinda (2017) untuk menindak lanjutkan proses
mengemukakan bahwa sistem perencanaan implementasi dari kebutuhan SDMK tersebut.
tidak berjalanan dengan baik karena kurang Ada beberapa kendala yang menghambat
lengkapnya data yang tersedia atau metode proses perencanaan untuk memenuhi
yang kurang tepat, kurangnya sosialisasi dan kebutuhan SDMK. Pertama, puskesmas tidak
informasi tentang kebijakan yang digunakan memiliki anggaran untuk mengadakan
dalam perencanaan tenaga kesehatan, serta perencanaan pemenuhan kebutuhan SDMK di
konsultasi dan koordinasi yang kurang baik. lingkup organisasinya. Kedua, puskesmas
Tanpa manajemen SDM yang handal, tidak memiliki kapasitas untuk melakukan
pengelolaan, penggunaan, serta pemanfaatan rekrutan karena terikat oleh kebijakan yang
sumber – sumber lainnya menjadi tidak ada. Ketiga, proses implementasi dari Dinas
berguna (Siagian, 2010). Kesehatan perlu waktu cukup lama, sehingga
menyebabkan posisi tenaga kesehatan yang
Puskesmas masih belum mampu untuk kosong harus dilaksanakan oleh tenaga
memberdayakan lingkup organisasinya secara lainnya. Keempat, metode yang digunakan
maksimal. Hal tersebut karena segala sesuatu dalam peramalan kebutuhan SDMK masih
termasuk perencanaan pemenuhan kebutuhan belum sesuai dengan metode yang berlaku
SDMK harus bergantung pada Dinas saat ini.
Kesehatan. Posisi puskesmas sebagai
pelaksana tentu hanya bisa menerima
advokasi dan kebijakan yang berlaku Saran
walaupun dengan kondisi SDMK yang terbatas
atau cenderung kurang di sebagian besar Dari hasil penelitian yang dilaksanakan pada
puskesmas Kabupaten jember. Puskesmas tiga puskesmas di Kabupaten Jember terkait
akan mampu memberdayakan diri sendiri perencanaan kebutuhan SDMK dengan metode
atau lingkup organisasinya hanya ketika ABK kesehatan, saran yang dapat diberikan
menjadi puskesmas BLUD atau Badan Layanan kepada pihak puskesmas dan Dinas
Umum Daerah. Puskesmas sebagai pelaksana Kesehatan. Saran untuk puskesmas, yaitu
pelayanan kesehatan seharusnya ditempatkan melakukan analisis kebutuhan tenaga dengan
SDMK dengan latar belakang pendidikan dan metode yang telah tercantum dalam
keterampilan yang sesuai untuk menunjang Permenkes No 33 tahun 2015. Saran untuk
fungsi puskesmas (Handayani et al, 2010). Dinas Kesehatan, pertama untuk

187
Shofiah, Prihatini, dan Viphindrartin. Jurnal Bisma
Vol. 13 No. 3, 2019

melaksanakan implementasi pemenuhan tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan


kebutuhan SDMK puskesmas untuk Daerah. Jakarta: Menteri Hukum dan HAM RI
kelancaran proses pelayanan kesehatan. Pemerintah Republik Indonesia. 2012. Peraturan
Kedua, perlu dilakukan pelatihan manajemen Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72
puskesmas agar sistem manajemen SDMK tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan
lebih baik, dan agar tercipta koordinasi yang Nasional. Jakarta: Menteri Hukum dan HAM RI
baik antara pihak puskesmas dan bagian SDK Peraturan Presiden Nomor 72. 2012. Sistem
Dinas Kesehatan. Ketiga, mempertimbangkan Kesehatan Nasional (LembaranNegara Nomor
tenaga kesehatan yang telah diajukan oleh 193 Tahun 2012). Jakarta: Presiden RI.
puskesmas dan memberi surat keputusan
Permenkes RI No 37. 2012. Penyelenggaraan
supaya tenaga tersebut bisa mendapatkan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat.
haknya berupa jasa pelayanan dari JKN. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Daftar Referensi Permenkes RI No 75. 2014. Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 75 tahun 2014 tentang
Benhard R. L. Paruntu A. J. M. Rattu C. R. Tilaar. Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
2015. Human Resource Requirements Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Planning in Health Center Minahasa District.
JIKMU. Vol. 5, No. 1, Januari 2015. Permenkes RI No 33. 2015. Penyusunan
Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya
Grace A. Salamate, A.J.M. Rattu, J.N. Pangemanan. Manusia Kesehatan. Jakarta: Kementerian
2014. Analisis Perencanaan Sumber Daya Kesehatan Republik Indonesia.
Manusia Kesehatan di Dinas Kesehatan
Kabupaten Minahasa Tenggara. JIKMU, Prasista., B., A. Yuniarta G., A., dan Wahyuni, M., A.
Suplemen Vol. 4, No. 4, Oktober 2014. 2017. Analisis Efektifitas dan dampak rangkap
jabatan dalam peningkatan kinerja organisasi
Guspianto. 2011. Analisis Penyusunan Rencana PT. Harta Ajeg Lestari, di Kelurahan
Kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) Banyuning Kecamatan Buleleng. Jurnal S1 Ak,
Kesehatan di Kabupaten Muaro Jambi. Universitas Pendidikan Ganesha, 8(2):1-10.
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan,
Jurusan Kesmas FKIK Unsoed. Putri, Aragar. 2017. Kesiapan Sumber Daya
Manusia Kesehatan dalam Menghadapi
Handayani L, Ma’ruf N, dan Sopacua E. 2010. Peran Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Jurnal
Tenaga Kesehatan sebagai Pelaksana Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah
Pelayanan Kesehatan Puskesmas. Buletin Sakit, 6 (1): 55-60, Januari 2017
Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 13 No. 1
Januari 2010: 12–20. Rahmawati, N. 2016. Pengaruh Kompensasi dan
Pengalaman Kerja Terhadap Kinerja
Kementerian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Karyawan. Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen,
Indonesia Tahun 2017. 5(4):1-15
Lestari, AB. 2014. Pelaksanaan JKN oleh BPJS Rivai, V dan Sagala, E.J. 2009. Manajemen Sumber
Kesehatan Bulan Januari 2014 Kesehatan. Daya Manusia Untuk Perusahaan: Dari Teori
Semarang: Divisi Regional VI BPJS Kesehatan. ke Praktik. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Maria. A. X. Egam, Adisti A. Rumayar, Chreisye K.F. Shah S. S. H. H., Jaffari A., Aziz J., Ejaz W., UlHaq I., &
Mandagi.2017. Analisis Penempatan Sumber Raza S.2014. Workload and Performance of
Daya Manusia Kesehatan di Puskesmas employes. Interdisciplinary Journal of
Kolongan Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Contemporary Research in Business, 3. 256-
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas 267.
Sam Ratulangi.
Siagian P Sondang. 2010. Manajemen Sumber Daya
Marlinda, Pebriana. 2017. Analisis Perencanaan Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara cetakan ke
Kebutuhan Tenaga Dokter oleh Dinas 18
Kesehatan Kota Pekanbaru. Jurnal Niara Vol 9
No 2 Januari 2017. Yuniarsih, Tjuju, dan Suwatno. 2011. Manajemen
Sumber Daya Manusia. Bandung: Alfabeta
Notoatmojo, S. 2009. Pengembangan Sumber Daya
Manusia. Jakarta: Rineka Cipta
Pemerintah Republik Indonesia. 2005. Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58

188

Anda mungkin juga menyukai