2. Tekanan
Gas bergerak ke dalam dan keluar paru karena ada perubahan tekanan.Tekanan
intrapleura bersifat negative atau kurang dari tekanan atmosfer yakni 760 mmHg
pada permukaan laut. Supaya udara mengalir ke dalam paru-paru, maka tekanan
intrapleura harus lebih negative dengan gradient tekanan antara atmosfer dan
alveoli
b. Perfusi
Perfusi paru adalah gerakan darah yang melewati sirkulasi paru untuk
dioksigenasi, di mana pada sirkulasi paru adalah darah dioksigenasi yang mengalir
dalam arteri pulmonaris dri ventrikel kanan jantung. Darah ini memperfusi paru
bagian respirasi dan ikut serta dalam proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida
di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru merupakan 8-9% dari curah jantung.Sirkulasi
paru bersifat fleksibel dan dapat mengakodasi variasi volume darah yang besar
sehingga dapat dipergunakan jika sewaktu-waktu terjadi penurunan volume atau
tekanan darah sistemik.
c. Difusi
Difusi merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi yang lebih
tinggi kedaerah degan konsentrasi yang lebih rendah. Difusi gas pernafasan terjadi di
membrane kapiler alveolar dan kecepatan difusi dapat dipegaruhi oleh ketebalan
membrane(Potter & Perry, 2006).
2. Obesitas
Klien yang obese mengalami penurunan volume paru.Hal ini dikarenakan thorak
dan abdomen bagian bawah yang berat.
3. Kelainan musculoskeletal
Kerusakan muskulosetal di region thorak menyebabkan penurunan oksigenasi.
4. Konfigurasi structural yang abnormal
5. Trauma
6. Penyakit otot
7. Penyakit system persarafan
8. Perubahan system saraf pusat
9. Pengaruh penyakit kronis.
10. Faktor Perkembangan
1. Bayi Prematur
Bayi premature : berisiko terkena penyakit membrane hialin, yang diduga
disebabkan defisiensi surfaktan.
5. Lansia
Kompliansi dinding dada menurun pada klien lansia yang berhubungan
dengan osteoporosis dan kalsifikasi tulang rawan kosta.Otot – otot
pernapasan melemah dan sirkulsi pemubuluh darah pulmonar menurun.
b. Faktor Perilaku
1. Nutrisi
Nutrisi mempengaruhi fungsi kardiopulmonar dalam beberapa cara. Klien yang
mengalami kekurangan gizi mengalami kelemahan otot pernafasan.Kondisi ini
menyebabkan kekekuatan otot dan kerja pernapasan menurun.
2. Latihan Fisik
Latihan fisik meningkatkan aktivitas metabolism tubuh dan kebutuhan
oksigen.Frekuensi dan kedalaman pernapasan meningkat, memampukan individu
untuk mengatasi lebih banyak oksigen dan mengeluarkan kelebihan
karbondoksida.
3. Merokok
Dikaitkan dengan sejumlah penyakit termasuk penyakit jantung, penyakit paru
obstrukti kronis, dan kanker paru.
4. Penyalahgunaan Substansi
Penggunaan alcohol dan obat-obatan secara berlebihan akan menggganggu
oksigenasi jaringan. Kondisi ini sering kali memiliki asupan nutrisi yang
buruk.Kondisi ini menyebabkan penurunan asupan makanan kaya gizi yang
kemudian menyebabkan penurunan prosuksi hemoglobin.
c. Faktor Lingkungan
Abestosis merupakan penyakit paru yang memperoleh di tempat kerja dan
berkembang setelah individu terpapar asbestosis.
a. Ansietas
Keadaan yang terus-menerus pada insietas beat akan meningkatkan laju
metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen akan meningkat(Potter & Perry,
2006).
5. Patofisologi
Spora C. tetani masuk ke dalam tubuh melalui luka.Spora yang masuk ke dalam
tubuh tidak berbahaya sampai dirangsang oleh beberapa faktor (kondisi anaerob),
sehingga berubah menjadi bentuk vegetatif dan berbiak dengan cepat tetapi hal ini tidak
mencetuskan reaksi inflamasi.Gejala klinis sepenuhnya disebabkan oleh toksin yang
dihasilkan oleh sel vegetatif yang sedang tumbuh.C. tetani menghasilkan dua eksotoksin,
yaitu tetanospasmin dan tetanolisin.Tetanolisin menyebabkan hemolisis tetapi tidak
berperan dalam penyakit ini.Gejala klinis tetanus disebabkan oleh tetanospasmin.
Tetanospasmin melepaskan pengaruhnya di keempat sistem saraf: (1) motor end plate di
otot rangka, (2) medula spinalis, (3) otak, dan (4) pada beberapa kasus, pada sistem saraf
simpatis. Setalah pelapasan toksik yang mengakibatkan regitasi otot rangka, sehingga
menurunkan ekspansi dada yang mengakibatkan peningkatan RR sehingga terjadi
gangguan oksigenasi.
Trauma pada tulang rangka yang multiple yang menyebabkan hail chest sehingga
menyebabkan pernapsan paradoksal terjadi gangguan oksigenasi jika tidak terasai maka
akan terjadi hipoksia tubuh mengonpensasi dengan perpasan yang dalam dan freakuensi
yang cepat serta dipnea
Invasi Clostridium
Tetani Trauma
Gangguan Oksigenasi
Penurunan ekspansi
dada Penurunan kadar oksigen
yang diinspirasi, penurunan
kadar hemoglobin dan
ketidakmampuan jaringan
untuk mengambiloksigen
RR meningkat, , Hipoksia
penggunaan otot bantu
pernafasan
Peningkatan Frekuensi
Dipsnea
dan kedalaman
pernapasan
Ketidakefektipan
pola nafas
f. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda asing yang
menghambat jalan nafas.
6. Tindakan Penanganan
a. Penatalaksanaan medis
1. Pemantauan Hemodinamika
2. Pengobatan bronkodilator
3. Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian medikasi oleh dokter, misal:
nebulizer, kanula nasal, masker untuk membantu pemberian oksigen jika
diperlukan.
4. Penggunaan ventilator mekanik
5. Fisoterapi dada
b. Penatalaksanaan keperawatan
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
a. Pembersihan jalan nafas
b. Latihan batuk efektif
c. Pengisafan lender
d. Jalan nafas buatan
2. Pola Nafas Tidak Efektif
a. Atur posisi pasien ( semi fowler )
b. Pemberian oksigen
c. Teknik bernafas dan relaksasi
3. Gangguan Pertukaran Gas
a. Atur posisi pasien ( posisi fowler )
b. Pemberian oksigen
c. Pengisapan lender
7. Komplikasi
a. Penurunan Kesadaran
b. Hipoksia
c. Cemas dan gelisah
8. Diagnosa Keperawatan
a. Diagnosa keperawatan yang muncul
b. Pola napas tidak efektif
c. Gangguan pertukaran gas
d. Bersihan jalan napas tidak efektif
DAFTAR PUSTAKA