Hakikat Manusia Dan Pengembangannya PP
Hakikat Manusia Dan Pengembangannya PP
PENGANTAR PENDIDIKAN
DISUSUN OLEH :
2017
KATA PENGANTAR
Makalah ini dapat terselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari semua
pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang ikut
membantu dalam penyelesaian makalah ini, terutama kepada :
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….i
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………...…...1
1.1. Latar Belakang......…....…………………..
…………………………1
1.2. Rumusan Permasalahan……....……………………………….……3
1.3. Tujuan Penulisan Makalah...…….……………………………...….3
1.4. Metode Penulisan…….………………………….…………..
………3
1.5. Manfaat Penulisan…….………………………………….….
………3
BAB II PEMBAHASAN…...…………………………….……………………4
2.1. Pengertian Hakikat Manusia…………………………….….....…...4
2.2. Sifat Hakikat Manusia…………..………………………….…….....7
2.2.1. Pengertian Sifat Hakikat Manusia……………………………..7
2.2.2. Hakikat Manusia dan Wujud dan Sifatnya…………………....8
2.2.3. Dimensi-Dimensi Hakikat Manusia serta Potensi, Keunikan,
dan Dinamikanya………………………………………….…10
2.3. Hubungan Antara Sifat Hakikat Manusia dengan Kebutuhan
Akan Pendidikan………..………………………….……..………..13
2.3.1. Hubungan Hakikat Manusia Dan Pendidikan…………….…..15
BAB II PENUTUP…….…...…………………………….……………….….17
3.1. Kesimpulan…….…...…………………………….………………...17
3.2. Saran….…...…………………………….……………….…...….…17
DAFTAR PUSTAKA….…...…………………………….………………….18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap manusia
dimuka bumi ini. Pendidikan tidak terlepas dari segala kegiatan manusia. Dalam kondisi
apapun manusia tidak dapat menolak efek dari penerapan pendidikan. Pendidikan diambil
dari kata dasar didik, yang ditambah imbuhan menjadi mendidik. Mendidik berarti
memelihara atau memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Dari
pengertian ini didapat beberapa hal yang berhubungan dengan Pendidikan. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah suatu usaha manusia untuk mengubah
sikap dan tata laku seseorang atau sekolompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Pada hakikatnya pendidikan adalah usaha
manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri. Dalam penididkan terdapat dua subjek
pokok yang saling berinteraksi. Kedua subjek itu adalah pendidik dan subjek didik.
Subjek-subjek itu tidak harus selalu manusia, tetapi dapat berupa media atau alat-alat
pendidikan. Sehingga pada pendidikan terjadi interaksi antara pendidik dengan subjek
didik guna mencapai tujuan pendidikan.
Menurut wadah yang menyelenggarakan pendidikan, pendidikan dapat dibedakan
menjadi pendidikan formal, informal dan nonformal. Pendidikan formal adalah segala
bentuk pendidikan atau pelatihan yang diberikan secara terorganisasi dan berjenjang, baik
bersifat umum maupun bersifat khusus. Contohnya adalah pendidikan SD, SMP, SMA
dan perguruan tinggi negeri ataupun swasta. Pendidikan Informal dalah jenis pendidikan
atau pelatihan yang terdapat di dalam keluarga atau masyarkat yang diselenggarakan
tanpa ada organisasi tertentu (bukan organisasi). Pendidkan nonformal adalah segala
bentuk pendidikan yang diberikan secara terorganisasi tetapi diluar wadah pendidikan
formal.
Pada makalah ini, akan dikaji hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan
formal yang diselenggarakan di Indonesia. Pada dasarnya setiap kegiatan yang dilakukan
akan menimbulkan dua macam dampak yang saling bertentangan. Kedua dampak itu
adalah dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif adalah segala sesuatu yang
merupakan harapan dari pelaksanaan kegiatan tersebut, dengan kata lain dapat disebut
sebagai ’Tujuan’. Sedangkan dampak negatif adalah segala sesuatu yang bukan
merupakan harapan dalam pelaksanaan kegitan tersebut, sehingga dapat disebut sebagai
1
hambatan atau masalah yang ditimbulkan. Jika peristiwa di atas dihubungkan dengan
pendidikan, maka pelaksanaan pendidikan akan menimbulkan dampak negatif yang
disebut sebagai masalah dan hambatan yang akan dihadapi. Hal ini akan lebih tepat bila
disebut sebagai permasalahan Pendidikan. Istilah permasalahan pendidikan diterjemahkan
dari bahasa inggris yaitu “problem“. Masalah adalah segala sesuatu yang harus
diselesaikan atau dipecahkan. Sedangkan kata permasalahan berarti sesuatu yang
dimasalahkan atau hal yang dimasalahkan. Jadi Permasalahan pendidikan adalah segala-
sesuatu hal yang merupakan masalah dalam pelaksanaaan kegiatan pendidikan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Permasalahan Pendidikan Indonesia
adalah segala macam bentuk masalah yang dihadapi oleh program-program pendidikan di
negara Indonesia. Seperti yang diketahui dalam TAP MPR RI No. II/MPR/1993
dijelaskan bahwa program utama pengembangan pendidikan di Indonesia adalah sebagai
berikut:
a. Perluasan dan pemerataan kesempatan mengikuti pendidikan
b. Peningkatan mutu pendidikan
c. Peningkatan relevansi pendidikan
d. Peningkatan Efisiensi dan efektifitas pendidikan
e. Pengembangan kebudayaan
f. Pembinaan generasi muda
Adapun masalah yang dipandang sangat rumit dalam dunia pendidikan adalah
sebagai berikut.:
a. Pemerataan
b. Mutu dan Relevansi
c. Efisiensi dan efektivitas
Setiap masalah yang dihadapi disebabkan oleh faktor-faktor pendukungnya
adapun faktor-faktor yang menyebabkan berkembangnya 4 masalah di atas adalah
sebagai berikut:
a. Ilmu Pengeahuan dan Teknologi (IPTEK)
b. Laju Pertumbuhan penduduk
c. Kelemahan guru/dosen (tenaga pengajar) dalam menangani tugas yang
dihadapinya
d. Ketidakfokusan peserta didik dalam menjalani proses pendidikan
(Permasalahan Pembelajaran)
2
1.2. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan diajukan penulis pada makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Pengertian hakikat manusia
2. Sifat hakikat manusia
3. Hubungan antara sifat hakikat manusia dengan kebutuhan akan
pendidikan
3
b. Secara praktis
Melalui pembuatan makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan
berfikir dan kemampuan menganalisis suatu hal yang terkait dan juga
sebagai salah satu syarat penilaian mata kuliah pengantar pendidikan.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Hakikat manusia adalah pembentukan kebudayaan dikarenakan manusia
dihadapkan pada persoalan yang meminta pemecahan dan penyelesaian. Dalam
hakikatnya manusia mampu memenuhi apa yang menjadi kebutuhannya sehingga
manusia melakukan berbagai cara. Dimana memiliki peran ataupun fungsi yang
harus dijalankan oleh setiap manusia. Sesungguhnya hakikat manusia adalah
makhluk yang bertanggung jawab atas tindakannya dan manusia diberi naluri.
Naluri adalah semacam dorongan alamiah dari dalam diri manusia untuk
memikirkan serta menyatakan suatu tindakan. Setiap makluk hidup memiliki
dorongan yang dapat diekspresikan secara spontan sebagai tanggapannya kepada
stimulus yang muncul dari dalam diri atau dari luar dirinya. Naluri ini tidak setiap
waktu muncul yang baik tetapi kadang muncul naluri kejahata. Namun pada
hakikatnya atas tindakan kebaikan maupun kejahatan manusia memiliki tanggung
jawab.
Hakikat manusia adalah sebagai berikut:
a. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan
hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
b. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas
tingkah laku intelektual dan sosial yang mampu mengarahkan
dirinya ke tujuan yang positif sehingga mampu mengatur dan
mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
c. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus
berkembang tidak pernah selesai selama hidupnya.
d. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam
usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan
membuat dunia lebih baik untuk ditempati
e. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan
ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas
f. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung
kemungkinan baik dan jahat.
g. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama
lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan
martabat kemanusiaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.
6
2.2. Sifat Hakikat Manusia
Menurut ahli psikologi menyatakan bahwa hakikat manusia adalah rohani,
jiwa. Jasmani dan nafsu merupakan alat atau bagian dari rohani. Sifat hakikat
manusia adalah ciri-ciri karakteristik yang secara prinsipil membedakan
manusia dari hewan, meskipun antara manusia dengan hewan banyak
kemiripan terutama dilihat dari segi biologisnya.
Bentuknya (misalnya orang hutan), bertulang belakang seperti manusia,
berjalan tegak dengan menggunakan kedua kakinya, melahirkan, menyusui
anaknya dan pemakan segala. Bahkan carles darwin dengan teori evolusinya
telah berjuang menemukan bahwa manusia berasal dari primata atau kera tapi
ternyata gagal karena tidak ditemukan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa
manusia muncul sebagai bentuk ubah dari primata atau kera.
Disebut sifat hakikat manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya
dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. Karena manusia
mempunyai hati yang halus dan dua pasukannya. Pertama, pasukan yang
tampak yang meliputi tangan, kaki, mata dan seluruh anggota tubuh, yang
mengabdi dan tunduk kepada perintah hati. Inilah yang disebut pengetahuan.
Kedua, pasukan yang mempunyai dasar yang lebih halus seperti syaraf dan
otak. Inilah yang disebut kemauan. Pengetahuan dan kemauan inilah yang
membedakan antara manusia dengan binatang.
7
gradual, yaitu suatu perbedaan yang melalui rekayasa dapat dibuat
menjadi sama keadaannya, misalnya air karena perubahan temperatur
lalu menjadi es batu. Seolah-olah dengan kemahiran rekayasa
pendidikan orang utan dapat dijadikan manusia. Padahal kita tahu
bahwa manusia mempunyai akal dan pikiran yang dapat dijadikan
sebagai perbedaan manusia dengan hewan.
3. Kata Hati
Sering disebut hati nurani, pelita hati menunjukan bahwa
hati itu adalah kemampuan pada diri manusia yang memberi
penerangan tentang baik buruknya perbuatan sebagai manusia.
8
4. Moral
Moral juga disebut sebagai etika adalah perbuatan sendiri.
Moral yang singkron dengan kata hati yang tajam yaitu benar-benar
baik manusia sebagai manusia merupakan moral yang baik atau
moral yang tinggi (luhur)
5. Tanggung Jawab
Yaitu keberanian untuk menentukan bahwa sesuatu
perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia. Dengan demikian
tanggung jawab dapat diartikan sebagai keberanian untuk
menentukan bahwa suatu perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat
manusia.
6. Rasa Kebebasan
Merdeka adalah rasa bebas (tidak terikat oleh sesuatu) yang
sesuai dengan kodrat manusia. Kemerdekaan berkait erat dengan
kata hati dan moral. Yaitu kata hati yang sesuai dengan kodrat
manusia dan moral yang sesuai dengan kodrat manusia.
7. Kewajiban dan Hak
Kewajiban merupakan sesuatu yang harus dipenuhi oleh
manusia. Sedangkan hak adalah merupakan sesuatu yang patut
dituntut setelah memenuhi kewajiban.
8. Kemampuan Menghayati Kebahagian
Kebahagiaan adalah suatu istilah yang lahir dari kehidupan
manusia. Kebahagiaan tidak cukup digambarkan hanya sebagai
himpunan saja, tetapi merupakan integrasi dari segenap kesenangan,
kepuasan dan sejenisnya dengan pengalaman pahit dan penderitaan.
Manusia adalah mahluk yang serba terhubung, dengan masyarakat,
lingkungan, diri sendiri dan Tuhan. Dalam krisis total manusia
mengalami krisis hubungan dengan masyarakat dengan
lingkungannya, dengan diri sendiri dan dengan Tuhan. Kebahagiaan
hanya dapat dicapai apabila manusia meningkatkan kualitas
hubungannya sebagai mahluk yang memiliki kondisi serba
9
terhubung dan dengan memahami kelebihan dan kekurangan diri
sendiri.
Kebahagian itu rupanya tidak terletak pada keadaan diri
secara faktual tetapi terletak pada kesanggupan menghayati semua
itu dengan keheningan jiwa, dan mendudukan hal-hal tersebut
didalam rangkaian tiga hal yaitu: usaha, norma-norma, dan takdir.
Manusia yang menghayati kebahagiaan adalah pribadi manusia
dengan segenap keadaan dan kemampuannya.
2. Dimensi Kesosialan
Setiap bayi yang lahir dikaruniai potensi sosialitas. Demikian kata
M.J. Langeveld. Pernyataan tersebut diartikan bahwa setiap anak
dikaruniai benih kemungkinan untuk bergaul. Artinya, setiap orang
10
dapat saling berkomunikasi yang pada hakekatnya didalamnya
terkandung unsur saling memberi dan menerima. Bahkan menurut
Langeveld, adanya kesediaan untuk saling memberi dan menerima itu
dipandang sebagai kunci sukse pergaulan. Adanyta dorongan untuk
menerima dan memberi itu sudah menggejala mulai pada masa bayi.
Seorang bayi sudah dapat menyambut atau menerima belaian ibunya
dengan rasa senang kemudian sebagia balasan ia dapat memberikan
senyuman kepada lingkungannya, khususnya pada ibunya.
Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampak lebih jelas
dorongan untuk bergaul. Dengan adanya dorongan untuk bergaul,
setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya. Betapa kuatnya
dorongan tersebut sehingga bila dipenjarakan merupakan hukuman
yang paling berat dirasakan oleh manusia. Karena dengan diasingkan
di dalam penjara berarti diputuskannya dorongan bergaul tersebut
secara mutlak. Immanuel Kant seorang filosofis tersohor bangsa
jerman menyataknan: Manusia hanya menjadi manusia jika berada di
sekitar manusia. Kiranya tidak ada seorang pun yang bisa hidup sendiri
tanpa bantuan orang lain.
3. Dimensi Kesusilaan
Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang
lebih tinggi. Akan tetapi di dalam kehidupan bermasyarakat orang
tidak cukup hanya berbuat yang pantas jika di dalam yang pantas atau
sopan itu misalnya terkandung kejahatan terselubung. Karena itu
pengertian susila berkembangsehingga memiliki perluasan arti menjadi
kebaikan yang lebih. Dalam bahasa ilmiah sering digunakan dua
macam istilah yang mempunyai konotasi berbeda yaitu etiket
(persoalan kepantasan dan kesopanan) dan etika (persoalan kebaikan).
Kedua hal tersebut biasanya dikaitkan dengan persoalan hak dan
kewajiban. Sehubungan dengan hal tersebut ada dua pendapat yaitu:
a. Golongan yang menganggap bahwa kesusilaan mencakup
kedua-duanya. Etiket tidak bisa dibedakan dari etika karena
sama-sama dibutuhkan dalam kehidupan.
11
b. Golongan yang memandang bahwa etiket dan etika perlu
dibedakan, karena masing-masing mengandung kondisi
yang tidak selamanya selalu berjalan. Kesopanan
merupakan minyak pelincir dalam pergaulan hidup,
sedangkan etika merupakan isinya.
Di dalam uraian ini kesusialaan diartikan mencakup etika dan
etiket. Persoalan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai.
Pada hakikatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil
keputusan susila, serta melaksanakannya sehingga dikatakan manusia itu
adalah makhluk susila. Drijarkara mengartikan manusia susila sebagai
manusia yang memiliki nilai-nilai, menghayati, dan melaksanakn nilai-
nilai tersebit dalam perbuatan. Nilai-nilai merupakan sesuatu yang
dijunjung tinggi oleh manusia karena mengandung makna kebaikan,
keluhuran, kemuliaan, dan sebagainya, sehingg adapat diyakini dan
dijadikan pedoman dalam kehidupan.
4. Dimensi Keberagamaan
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk religius. Sejak dahulu
kala, sebelum manusia mengenal agama mereka telah percaya bahwa
di luar alam yang dapat dijangkau dengan perantara alat indranya,
diyakini akan adanya kekuatan supranatural yang menguasai hidup
alam semesta ini. Untuk dapat berkomunikasi dan mendekatkan diri
kepada kekuatan tersebut diciptakanlah mitos-mitos.
Kemudian setelah ada agama manusia mulai menganutnya.
beragama merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah
makhluk yang lemah sehingga memerlukan tempat bertopang. Manusia
memerlukan agama demi keselamatan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa
agama menjadi sandaran vertikal manusia. Ph. Khonstam berpendapat
bahwa pendidikan agama seyogyanya menjadi tugas orang tua dalam
lingkungan keluaraga, karena pendidikan agama adalah persoalan afektif
dan kata hati.
Pemerintah dengan berlandaskan GBHN memasukkan
pendidikan agama ke dalam kurikulum di sekolah mulai dari SD sampai
12
dengan perguruan tinggi. Di sini perlu ditekankan bahwa meskipun
pengkajian agama melalui mata pelajaran agama ditingkatkan, namun
harus tetap disadari bahwa pendidikan agama bukan semata-mata
pelajaran agama yang hanya memberikan pengetahuan tentang agama.
Jadi dari segi-segi afektif harus diutamakan.
13
pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu manusia
untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Oleh
karena keberadaan manusia yang tidak dapat terlepas dari lingkungannya
maka berlangsungnya proses pendidikan itu selamanya akan berkaitan erat
dengan lingkungan dan akan saling mempengaruhi secara timbal balik.
Potensi-potensi manusia dapat dikembangkan melalui pengalaman.
Pengalaman itu terjadi karena adanya interaksi secara efektif dan efisien
antara manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial manusia. Interaksi manusia dengan lingkungannya secara
efektif dan efisien yang memberikan pengalaman yang dapat
mengembangkan potensi-petensi kemanusiaan itulah yang disebut
pendidikan.
Pendidikan akan dapat dilaksanakan secara mantap, jelas arah
tujuannya, relevan isi kurikulumnya, serta efektif dan efisien metode atau
caracara pelaksanaannya hanya apabila dilaksanakan dengan mengacu pada
suatu landasan yang kokoh. Sebab itu, sebelum melaksanakan pendidikan,
para pendidik perlu terlebih dahulu memperkokoh landasan pendidikannya.
Mengingat hakikat pendidikan adalah humanisasi, yaitu upaya
memanusiakan manusia, maka para pendidik perlu memahami hakikat
manusia sebagai salah satu landasannya.
Konsep hakikat manusia yang dianut pendidik akan berimplikasi
terhadap konsep dan praktek pendidikannya. Sasaran pendidikan adalah
manusia. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk
menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Wujud sifat
hakikat manusia mencakup: kemampuan menyadari diri, kemampuan
bereksistensi, pemilikan kata hati, moral, kemampuan bertanggung jawab,
rasa kebebasan (kemerdekaan), kesediaan melaksanakan kewajiban dan
menyadari hak, kemampuan menghayati kebahagiaan. Sedangkan dimensi-
dimensinya meliputi: dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan
keberagamaan.
Sifat hakikat manusia dan segenap dimensinya hanya dimiliki
manusia dan tidak terdapat pada hewan. Ciri-ciri yang khas tersebut
14
membedakan secara prinsipil dunia hewan dari dunia manusia. Adanya sifat
hakikat tersebut memberikan tempat kedudukan pada manusia sedemikian
rupa sehingga derajatnya lebih tinggi daripada hewan dan sekaligus
menguasai hewan, terutama kemampuan menghayati kebahagiaan pada
manusia.
Korelasi antara manusia dan pendidikan dapat terlihat pada
pernyataan: semua sifat hakikat manusia dapat dan harus
ditumbuhkembangkan melalui pendidikan dan berkat pendidikan, maka sifat
hakikat dapat ditumbuhkembangkan secara selaras dan berimbang sehingga
menjadi manusia yang utuh.
15
a. Azas Potensial, yaitu manusia akan dapat didik karena memiliki potensi
untuk dapat menjadi manusia.
b. Azas Dinamika, yaitu manusia selalu menginginkan dan mengejar segala
yang lebih dari apa yang telah dicapainya.
c. Azas Individualitas, yaitu manusia sebagai mahluk individu tidak akan
pasif, melainkan bebas dan aktif berupaya untuk mewujudkan dirinya.
d. Azas Sosialitas, yaitu manusia butuh bergaul dengan orang lain.
e. Azas Moralitas, yaitu manusia memiliki kemampuan untuk membedakan
yang baik dan tidak
16
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
Manusia sebagai makhluk yang derajatnya lebih tinggi dari makhluk hidup
lainnya seharusnya memanfaatkan potensi dirinya demi keberlangsungan
umat di dunia. Hakikat manusia sebagai makhluk pribadi, manusia sebagai
makhluk sosial, manusia sebagai makhluk susila dan manusia sebagai
makhluk religius hanya dapat dijalankan oleh manusia itu sendiri sebagai
andil dari kehidupan di dunia. Akhir kata hakikat yang dimiliki oleh manusia
harus sejalan dengan tujuan hidupnya dan membedakan dirinya dari makhluk
hidup lainnya.
17
DAFTAR PUSTAKA
18