A. Deskripsi Kasus
Tn.S berumur 68 tahun datang ke RSUD Tasikmalaya dengan
keluhan kejang-kejang, kaku kuduk dan rahang. Klien masuk IGD tanggal
05 September 2020 dengan diagnosis observasi tetanus. Istrinya
mengatakan ± 2 minggu SMRS, klien tertusuk bambu di telapak kaki kiri
saat bekerja di sawah. Sesaat setelah tertusuk, klien membersihkan
kakinya dengan air lalu membalutnya dengan sobekan kain. Selang
beberapa hari, klien masih merasakan nyeri pada luka tersebut dan pasien
merasakan panas dingin. Hingga akhirnya 2 hari SMRS klien mengeluh
kaku pada leher belakang sampai ke mulut dan pernah kejang seluruh
tubuh, selain itu klien mulai berbicara pelo. Sesampainya di IGD klien
mendapat penanganan dan didapatkan hasil dari pemeriksaan TTV: TD
180/100 mmHg, Nadi (N) 88 x/menit, Suhu 38,3oC, RR 22x/menit dan
hasil inspeksi luka bersih tidak ada pus. Selanjutnya klien mendapat terapi;
O2 3 liter/menit, infus Ringer Laktat (RL) 20 tetes/menit, injeksi ekstra
Pirasetam 1 amp dan neurosanbe 1 amp. Satu jam kemudian klien
mendapat terapi; injeksi Ceftriaxone 2 gram/12 jam, Injeksi Ranitidin 50
mg/12 jam, Drip Stesolid 40 mg/8 jam, dan injeksi Amlodipine 10 mg
(ekstra). Saat pengkajian diruangan didapatkan data: Batuk (-), sesak nafas
(-), PCH (-), frekuensi pernafasan stabil 24 x/menit. Untuk palpasi taktil
premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi bunyi nafas vesikuler. Klien
tidak didapati syok hipofolemik. TD klien 140/100 mmHg dan nadi 82
x/menit. Tingkat kesadaran adalah Composmentis (CM). Fungsi serebri
klien mengalami pelo pada gaya bicara, ekspresi wajah tampak kaku dan
aktivitas motorik lemah. Hasil pemeriksaan saraf cranial didapat sebagai
berikut;
saraf I (olfaktorius) tidak ada kelainan, fungsi penciuman normal.
Saraf II (optikus) ketajaman penglihatan normal, klien mengatakan
pandangan tidak kabur. Saraf III (okulomotorius), IV (troklearis), dan VI
(abdusens) klien sudah tidak mengalami fotofobia atau sensitif berlebih
pada cahaya. Saraf V (trigeminus) tidak ditemukan mulut ikan (gejala khas
tetanus), namun kekakuan rahang masih di rasakan. Saraf VII (fasialis)
ekspresi wajah simetris dan pengecapan normal, klien mengatakan dapat
merasakan diet dari rumah sakit. Saraf VIII (cabang vestibularis
vestibulokoklearis) tidak ditemukan pengurangan dalam pendengaran.
Saraf IX (glosofaringeus) dan X (vagus) kemampuan menelan kurang
baik, kesukaran membuka mulut (trismus) pada klien masih ada. Saraf XI
(asesorius) didapatkan kaku kuduk klien masih dirasakan, ketegangan otot
rahang juga leher. Saraf XII (hipoglosus) terlihat lidah simetris. selama
sakit klien buang air kecil (BAK) 5-6 x/sehari dengan volume ± 2000 cc;
Klien belum BAB sejak dirawat di rumah sakit. Peristaltik usus 7 x/menit.
Pemeriksaan palpasi juga didapati kaku pada dinding perut, klien masih
membutuhkan bantuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
seperti makan, BAK atau merubah posisi tidur.
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS II
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Tn.S
Umur : 68 tahun
Alamat : Dusun Gunung Tandala, Cianjur Kulon,
Kawalu
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SMA
Status : Sudah Menikah
Agama : Islam
Suku : Sunda
No. CM : 16470364
Diagnosis Medis : Tetanus
Tanggal Masuk : 05 September 2020
Tanggal Pengkajian : 05 September 2020
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluarga klien mengatakan klien kejang-kejang
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tn.S berumur 68 tahun datang ke RSUD Tasikmalaya dengan
keluhan kejang-kejang, kaku kuduk dan rahang. Klien masuk IGD
tanggal 05 September 2020 dengan diagnosis observasi tetanus.
Istrinya mengatakan ± 2 minggu SMRS, klien tertusuk bambu di
telapak kaki kiri saat bekerja di sawah. Sesaat setelah tertusuk,
klien membersihkan kakinya dengan air lalu membalutnya dengan
sobekan kain. Selang beberapa hari, klien masih merasakan nyeri
pada luka tersebut dan pasien merasakan panas dingin. Hingga
akhirnya 2 hari SMRS klien mengeluh kaku pada leher belakang
sampai ke mulut dan pernah kejang seluruh tubuh, selain itu klien
mulai berbicara pelo.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan pasien baru pertama kali di rawat di RS,
sebelumnya pasien belum pernah di rawat di RS apabila sakit
pasien cukup di obati di puskesmas.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengtakan tidak ada anggota kelurga yang mempunyai
penyakit seperti hipertensi, epilepsi dan vertigo
e. Riwayat Psikososial
Pasien tampak tenang dan memahami keadaan nya.
f. Riwayat Spiritual
Pasien beragama islam, pasien mengatakan cukup taat saat beribadah
4. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
a. Kesadaran : Composmentis
GCS : 15
b. Tanda-tanda vital
Saat datang ke IGD Saat Pengkajian
TD : 180/100mmHg TD : 140/100mmHg
N : 88x/menit N : 82x/menit
S : 38,3°C S : 38,3°C
R : 22 x/menit R : 24 x/menit
b. Sistem persarafan
Orientasi terhadap orang, waktu dan tempat baik,memori segara, baru
dan jangka panjang baik, kaku kuduk.
Hasil pemeriksaan saraf cranial didapat sebagai berikut :
- Saraf I (olfaktorius) tidak ada kelainan, fungsi penciuman normal.
- Saraf II (optikus) ketajaman penglihatan normal, klien
mengatakan pandangan tidak kabur.
- Saraf III (okulomotorius), IV (troklearis), dan VI (abdusens)
klien sudah tidak mengalami fotofobia atau sensitif berlebih pada
cahaya.
- Saraf V (trigeminus) tidak ditemukan mulut ikan (gejala khas
tetanus), namun kekakuan rahang masih di rasakan.
- Saraf VII (fasialis) ekspresi wajah simetris dan pengecapan
normal, klien mengatakan dapat merasakan diet dari rumah sakit.
- Saraf VIII (cabang vestibularis vestibulokoklearis) tidak
ditemukan pengurangan dalam pendengaran.
- Saraf IX (glosofaringeus) dan X (vagus) kemampuan menelan
kurang baik, kesukaran membuka mulut (trismus) pada klien masih
ada.
- Saraf XI (asesorius) didapatkan kaku kuduk klien masih
dirasakan, ketegangan otot rahang juga leher.
- Saraf XII (hipoglosus) terlihat lidah simetris.
c. Sistem Pencernaan
Kemampuan menelan kurang baik, kesukaran membuka mulut
(trismus), tidak ada pembesaran tonsil, warna kulit pada abdomen rata,
bentuk abdomen datar, teraba perut papan, dan didapati kaku pada
dinding perut.
d. Sistem Kardiovaskular
Konjungtiva anemis, bunyi jantung normal dan tidak terdapat bunyi
jantung tambahan .
e. Sistem pernafasan
Pergerakan dada simetris, tidak terdapat ronchi atau wheezing, tidak
ada pernafasan cuping hidung, hidung bersih, tidak terdapatsekret.
Terpasang O2 3liter/menit.
f. Sistem Perkemihan
Tidak ada pembesaran kandung kemih, tidak ada nyeri tekan pada
daerah genetalia, tidak terpasang kateter.
g. Sistem Intragumen
Warna kulit sawo matang, tidak terdapat edema, penyebaran rambut
maerata, agak kotor dan tidak mudah dicabut. Turgor kulit baik, kulit
dan kuku tampak bersih.
h. Sistem Muskuloskeletal
Klien mengatakan masih lemas dan dan aktivitas dibantu keluarga.
a. Ekstermitas Atas
Bentuk simetris, terdapat sensasi halus, kasar, panas, dan dingin,
tidak ada pembengkakan dan lesi, akral hangat.
b. Ekstermitas Bawah
Bentuk simetris , terdapat sensasi halus, kasar, panas dan dingin.
Terdapat luka di bagian ekstermitas bawah sebelah kiri, klien
mengalami nyeri saat ada pergerakan.
Kekuatan Otot :
5 5
4 5
i. Sistem Pengindraan
Mata : Lapang pandang baik, penglihatan masih jelas, konjungtiva
anemis, gerakan bola mata baik.
Hidung : Bisa membedakan bau, tidak ada pembengkakan, tidak ada
pernafasan cuping hidung.
j. Sistem Endokrin
Tidak ada pembesarankelenjar getah bening.
5. Pola Aktivitas
2 Cairan
Peroral
- Jenis - Air putih - Air putih
- Frekuensi - ±2000 ml/hari - ± 1000ml/ hari
- intravena - Tidak ada - Infus RL /20
tetes/jam
3 Eliminasi
BAB
- Frekuensi - Pagi/sore hari - Belum BAB
selama di rawat
- Warna - Kuning - -
- Bentuk - Lembek - -
BAK
6. Terapi Farmakologi:
Saat di palpasi
otot rahang dan
leher klien
teraba tegang
Ekspresi wajah
klien tampak
kaku
DS : Infeksi Gangguan menelan
Klien tampak
sukar membuka Kesulitan dalam
mulut menelan
Ketegangan
pada otor rahang
Gangguan menelan
juga leher
Saraf kranialis
nerveos V, IX,
X terganggu.
DS : Konstipasi b.d spasme
Infeksi bakteri otot abdomen
Klien clostridium tetani
mengatakan
belum BAB
Motilitas peristaltik
sejak dirawat di
kanan
RS
Klien
mengatakan Penurunan pengeluaran
cairan di dalam usus
sulit bergerak
DO :
Penaikan penyerapan
Saat dipalpasi air dari tinja di dalam
perut klien usus
teraba kaku
Tinja keras
Konstipasi
Intervensi
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Tindakan Rasional
1 DS : Setelah dilakukan tindakan 1. Monitoring TTV 1. Untuk
keperawatan selama 1x24
(seperti :Suhu, Tekanan mengetahui
Klien mengatakan jam diharapkan panas klien
menurun dengan kriteria Darah, Nadi, Respirasi) keadaan umum
panas dingin pada
hasil:
klien
seluruh tubuh Klien tidak
merasakan panas
DO : dingin 2. Monitoring intake dan 2. Untuk
Panas klien turun
Klien kejang-kejang menjadi normal output cairan mengetahui
Kulit klien terasa (36,5°C) kebutuhan cairan
Klien tidak ada
hangat kejang klien dan agar
TTV Klien : terhindar dari
TD: 140/100 mmHg dehidrasi
N: 82x/menit
3. Untuk
RR:24x/menit 3. Monitoring komplikasi
mempersiapkan
akibat demam (seperti :
S :38,3°C
tindak lanjut nya
kejang-kejang,
penurunan kesadaran)
4. Untuk
4. Berikan kompres
menurunkan
hangat basah
demam
5. Untuk
5. Kolaborasikan dengan
menurunkan
dokter dalam
demam, dan
pemberian obat
mencegah
demam,anti kejang
komplikasi
demam
8. untuk melunakan
8. Berikan cairan jika tidak eliminasi feses
kontraindikator 2-3 liter
per hari
9. untuk melunakan
9. Kolaborasikan dengan feses
dokter dalam pemberian
Obat pencahar : Dulcolax