Anda di halaman 1dari 3

Pentingnya Mengelola Sampah Saat Pandemi Pengelolaan

Sampah mulai dari rumah tangga dengan upaya mendaur ulang merupakan solusi
mengurangi timbunan sampah. Oleh Alfons Yoshio - Tim Riset dan Publikasi 17 Desember
2020, 12:35 123RF.COM Persoalan sampah masih menjadi salah satu tantangan bagi kota-kota
besar di dunia, termasuk Jakarta. Selama pandemi Covid-19 permasalahannya kian bertambah
yang tercermin dari meningkatnya timbunan sampah rumah tangga.  

Berdasarkan survei yang dilakukan Waste4Change pada masa pandemi di DKI Jakarta,
mayoritas rumah tangga mengaku terjadi peningkatan timbunan sampah. Ini tak lepas dari
perubahan pola produksi sampah karena aktivitas warga banyak dilakukan di rumah. Adapun
yang mengaku tidak mengalami perubahan timbunan sampah hanya sekitar 17 persen dari 132
rumah tangga yang disurvei. Dari jenisnya, timbunan sampah organik merupakan yang paling
banyak peningkatannya. Hal tersebut diakui oleh 35 persen responden. Rata-rata peningkatan
produksi sampah yang umumnya berupa sisa memasak ataupun sisa makanan ini mencapai dua
kali lipat. Hal itu sejalan dengan kebiasaan memasak di rumah yang meningkat. Selanjutnya ada
sampah plastik. Sebanyak 22,3 persen rumah tangga mengatakan, timbunan sampah plastik
mereka meningkat di awal masa pandemi. Peningkatan terjadi karena kebiasaan memesan
makanan ataupun belanja secara daring, konsumsi cemilan, dan upaya kebersihan. Menurut
survei Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), kegiatan belanja online masyarakat
memang mengalami lonjakan. Jumlahnya naik dari 1-5 kali dalam sebulan menjadi 1-10 kali per
bulan. Sampah-sampah medis juga menunjukkan kenaikan. Tambahan produksi sampah yang
didominasi masker sekali pakai ini sekitar 1,5 persen. Meski kecil, tapi berpotensi terus
meningkat dan menjadi klasifikasi baru yang akan terus ada selama pandemi. Produksi sampah
di wilayah DKI Jakarta terus meningkat dalam 10 tahun terakhir. Unit Pengelola Sampah
Terpadu Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta (UPST Dinas LH Jakarta) mencatat,
sampah yang masuk ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang sekitar 5,1
ribu ton/hari pada 2011. Pada 2019, angkanya naik menjadi sekitar 7,7 ribu ton/hari. Melihat
jenisnya, sampah oraganik –sisa makanan, kertas, kayu dan rumput, serta karet/kulit
berkontribusi sekitar 55 persen. Sementara sampah plastik mengambil persentase sekitar 31
persen dan 14 persen sisanya masuk kategori lain. Solusi Daur Ulang Sampah Berdasarkan
persoalan sampah yang terpotret selama pandemi, ada potensi peningkatan timbulan sampah
domestik di sekitar wilayah rumah tangga di Jakarta. Belum lagi dari sampah medis yang bisa
meningkatkan potensi penyebaran penyakit jika tidak dikelola dengan benar. “Solusi dari
permasalahan tersebut adalah melakukan pemilahan sampah mulai dari sumbernya seperti dari
rumah dan memastikan pengelolaan sampah setelah diambil dari rumah kita dilakukan secara
bertanggung jawab,” ujar Head of Communication and Engagement Waste4Change Hana Nur
Auliana. Bentuk pertanggungjawabannya, Hana menambahkan, pengangkut sampah tidak
mencampur aduk sampah. Mereka mengetahui kemana masing-masing sampah diolah dan
menaati peraturan pengelolaan sampah residu. Semangat pengelolaan sampah mulai dari rumah
setidaknya sudah dimiliki oleh warga Jakarta. Masih berdasarkan survei yang sama, sekitar 25
persen rumah tangga sudah melakukan pemilahan dan mengumpulkan sampah anorganik ke
pengepul, bank sampah, atau pemulung. Sedangkan sekitar 15 persen responden mengaku sudah
melakukan upaya pengkomposan. Sementara dalam upaya mengurangi sampah plastik,
kebiasaan ‘hijau’ saat belanja online juga bisa dilakukan. Mulai dari berbelanja di tempat yang
menjalankan konsep less plastic packaging dan meminimalisir pemakaian alat makan atau
kemasan sekali pakai. Selain itu, belanja di tempat dan waktu yang sama dalam jumlah besar
untuk menghindari pembelian produk satuan berulang.   Ada cara mudah untuk ambil bagian
dalam kegiatan daur ulang sampah anorganik. Waste4Change menawarkan jasa layanan personal
waste management. Cukup memilah sampah sesuai kategori dan nantinya akan ada tim
penjemputan yang secara rutin datang membawa sampah dari rumah tangga. Sampah yang
dibawa dari mitra angkut Waste4Change nantinya akan diolah kembali. Sampah yang bisa didaur
ulang akan diproses lebih lanjut oleh mitra daur ulang. Dengan pola seperti ini usia hidup
material akan semakin panjang dan timbunan sampah di TPA akan berkurang. “Keuntungan
lainnya dengan turut serta dalam program ini, para klien Waste4Change telah mendukung
terbentuknya green jobs untuk para pekerja sektor pengelolaan sampah informal,” ujar Hana.
Waste4Change berharap, dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat untuk mengelola
sampah dari rumah, terutama di masa pandemi ini, tingkat daur ulang dan pengelolaan sampah
akan naik. Selain demi menjaga kesehatan masyarakat, Waste4Change juga mengajak
masyarakat untuk lebih peduli pada kesejahteraan pekerja sektor informal pengelolaan sampah
seperti pemulung. Mereka berhak atas lingkungan kerja yang aman dan kehidupan yang layak.
Artikel ini telah tayang di Katadata.co.id dengan judul "Pentingnya Mengelola Sampah Saat
Pandemi" , https://katadata.co.id/anshar/berita/5fdaee386af0f/pentingnya-mengelola-sampah-
saat-pandemi Penulis: Alfons Yoshio Editor: Anshar Dwi Wibowo

Artikel ini telah tayang di Katadata.co.id dengan judul "Pentingnya Mengelola Sampah Saat
Pandemi" , https://katadata.co.id/anshar/berita/5fdaee386af0f/pentingnya-mengelola-sampah-
saat-pandemi
Penulis: Alfons Yoshio
Editor: Anshar Dwi Wibowo

Anda mungkin juga menyukai