Anda di halaman 1dari 21

Cover

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 DEFINISI
 Vektor adalah salah satu mata rantai dari rantai penularan penyakit, yaitu arthropoda
atau invertebrata lain yang memindahkan infectious agents baik secara mekanis
maupun secara biologis kepada pejamu (host).
 Arthropodborne diseases (vectorborn diseases) adalah penularan penyakit pada
manusia yang disebabkan oleh serangga. Dan biasanya penyakit tersebut bersifat
endemis maupun epidemis.
2.2 MACAM MACAM BINATANG VEKTOR PENYAKIT

1. ORDO ANOPLURA
A. Morfologi
Anoplura mempunyai 3 pasang kaki yang ujungnya berkait untuk melekatkan
diri pada rambut hospes. Di belakang antena yang terdiri dari 5 segmen terdapat
satu pasang mata yang kecil ukurannya. Telur parasit yang berwarna putih dan
berbentuk lonjong ini mempunyai penutup telur (operculum). Telur juga
berperekat sehingga telur mampu melekat erat pada rambut. Dalam satu hari
seekor betina bertelur sebanyak 6 sampai 9 butir. Telurnya diletakkan pada
batang rambut yang melekat erat. Nimfa menetas dalam waktu kira-kira 5 hari
dan menjadi dewasa dalam waktu kurang lebih 16 hari.

B. Siklus hidup

Siklus hidup ordo Anoplura dimulai dengan adanya peletakan telur yang
ditempelkan pada rambut kepala. Sesudah 3-4 hari, telur menetas menjadi nimfa,
nimfa mengalami tiga kali pengupasan kulit, dan menjadi kutu dewasa. Dua
puluh empat jam sesudah terjadi perkawinan kutu jantan dan betina, serangga
betina akan meletakkan telur sebanyak 7–10 telur (nits) setiap hari. Lama hidup
Anoplura dapat mencapai 30 hari dan hidup dengan mengisap darah manusia.
Anoplura tidak dapat hidup tanpa darah dalam waktu 15-20 jam. Kaki Anoplura
didesain untuk mengcengkeram rambut dan dapat berjalan 2–3 cm permenit.
Anuplura biasanya hanya dapat hidup 1–2 hari diluar kepala sedangkan telurnya
dapat bertahan hingga 10 hari.
C. Penyakit yang ditularkan
Hanya Pediculus humanus corporis yang dapat menjadi vector penular penyakit:
1. Epidemic typhus (thypus fever)
Infeksi Rickettsia prowazekii ini ditularkan melalui kontaminasi luka gigitan
ektoparasit yang tercemar tinja atau koyakan badan ektoparasit yang infektif.
Pada penularan epidemic thypus ini, manusia merupakan sumber penularan
dalam bentuk asymptomatic carrier.
2. Epidemic relapsing fever
Penyakit yang disebabkan oleh Borrelia recurrentis ini dapat menular dengan
cara seperti penularan thypus fever. Pediculus humanus corporis yang terinfeksi
Borrelia akan tetap infektif selama hidupnya.
3. Trench fever
Riketsiosis oleh Rickettsia Quintana ini ditularkan melalui gigitan ektoparasit
yang infektif atau melalui luka lecet yang tercemar tinja ektoparasit yang
infektif. Satu kali Anoplura terinfeksi riketsia, ektoparasit ini akan tetap infektif
seumur hidupnya.

D. Cara penularan

Ektoparasit ini tersebar luas di seluruh dunia, terutama di daerah beriklim


dingin yang penduduknya sering berpakaian tebal, jarang mandi dan kurang
menjaga kebersihan badannya. Penyakit pedikulosis yang ditimbulkannya mudah
ditularkan melalui hubungan langsung antar individu, atau melalui benda-benda
pribadi yang digunakan bersama-sama, misalnya topi, pakaian dalam dan sisir.
Phthirus pubis sering ditularkan melalui hubungan kelamin. Pada suhu 5oCelcius
Phthirus pubis mampu hidup dua hari tanpa makan, sedangkan Pediculus
humanus dapat bertahan hidup sepuluh hari. Pada suhu 40oC, semua parasit
dewasa spesies tersebut akan mati, tetapi telurnya masih hidup selama 15 menit
pada suhu 60oC.

E. Makanan kesukaan

Anoplura adalah ektoparasit yang memberi makan darah


pada mamalia . Mereka hanya terjadi pada sekitar 20% dari semua spesies mamalia
plasental, dan tidak diketahui dari beberapa ordo mamalia (Monotremata, Edentata,
Pholidota, Chiroptera, Cetacea, Sirenia dan Proboscidea). Mereka dapat
menyebabkan iritasi kulit lokal dan merupakanvektor beberapa penyakit yang
ditularkan melalui darah. Anak-anak tampak sangat rentan terhadap kutu, mungkin
karena rambut mereka yang halus.

2. LALAT
a. Siklus hidup lalat
Lalat berkembang biak dengan bertelur denga ukuran <1 mm panjangnya.
Setiap kali bertelur akan menghasilkan 120-130 telur dan menentas dalam waktu 8-
16 jam. Pada suhu rendah telur ini tidak aka mennetas (dibawah12-13 derajat
celcius)
Telur yang menentas akan menjadi kempompong fase ini berlangsung selama
37 hari pada temperatur 30-35 derajat kemudian akan keluar lalat muda dan sudah
dapat terbang antara 450-900 meter, siklus hidup dari telur hingga menjadi lalat
dewasa 6-20 hari lalat dewasa panjangnya ¼ inci dan mempunyai 4 garis yang
agak gelap hitam dipunggungnya. Beberapa hari kemudian sudah siap untuk
bereproduksi, pada kondisi ini normal lalat dewasa betina dapat bertelur sampai 5
kali. Umur lalat pada umumnya sekitar 23 minggu tetapi pada kondisi yang lebih
sejuk bisa sampai 3 bulan.
b. Tata hidup/kebiasaan hidup lalat
Lalat pada umumnya tidak menggigit, karena mempunyai tipe alat, mulut
penjilat dan menghisap, sedangkan lalat kandang mempunyai tipe mulut
penggigit. Lalat musca domestica paling dominan banyak ditemukan di timbunan
sampah dan kandang ternak. Dan lebih banyak mengerumuni bahan-bahan
sampah beupa sayuran dan yang mengandung karbohidrat dan kurang menyukai
bahan yang mengandung protein.
c. Penyakit yang ditukarkan dan cara penularan
1. Disentri
Penyebaran bibit penyakit yang dibawa lalat rumah yang berasal dari
sampah, kotoran manusia, hewan terutama melalui bulu badannya. Cara
penularan lalat hinggap ke makanan yang akan dimakan oleh manusia
akhirnya timbul gejala sakit pada bagian perut, lemas karena terlambat
peredaran darah dan pada kotoran terdapat mucus dan pus.
2. Diare
Cara penyebarannya sama dengan disentri dengan gejala sakit pada bagian
perut, lemas dan pencernaan terganggu.
3. Typhoid
Cara penyebarannya sama dengan disentri, gangguan pada usus, sakit
pada perut, sakit kepala, berak darah dan demam tinggi.
4. Cholera
Penyebarannya sama dengan disentri dengan gejala muntah-muntah,
demam, dehidrasi.

d. Makanan kesukaan lalat


Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari, dan makanan satu ke makanan
lainnya. Lalat sangat tertarik dengan makanan yang di makan oleh manusia
(susu,gula) pada tinja dan darah juga disukai lalat, pada protein lebih suka
digunakan untuk bertelur. Sehubungan dengan bentuk mulutnya, lalat hanya ,akan
dalam bentuk cair atau makanan basah, sedangkan makanan yang kering dibasahi
dahulu oleh ludahnya baru kemudian dihisap. Lalat mempunyai kebiasaan
memuntahkan maknan yang telah dihisapnya. Hal ini dapat berpotensi
menularkan bibit penyakit pada manusia.

e. Tanda-tanda ada binatang vektor penyakit lalat


Muncul dan hinggap pada kotorn hewan, sampah dan sisa makanan dari hasil
olahan, kotoran organik, air kotor .

3. TIKUS
1. Siklus hidup Tikus
Tikus berkembang biak dengan sangat cepat, tikus menjadi dewasa dalam arti
dapat kawin mulai umur 3 bulan, masa bunting tikus betina sangat singkat, kira-
kira
3 minggu. Jumlah anak yang dihasilkan setiap kelahiran berkisar antara 4 – 12 ekor
(rata-rata 6 ekor) tergantung dari jenis dan keadaan makanan di lapangan. Dan
setelah 2-3 hari setelah melahirkan tikus-tikus tersebut sudah siap kawin lagi.
2. Kebiasaan hidup / tata hidup tikus
Tikus dikenal sebagai binatang kosmopolitan yaitu menempati hampir
disemua habitat. Habitat dan kebiasaan jenis tikus yang dekat hubungannya dengan
manusia adalah sebagai berikut:

 R. Norvegicus
Menggali lubang, berenang dan menyelam, menggigit benda-benda
keras seperti kayu bangunan, alumunium dsb. Hidup dalam rumah, toko
makanan dan gudang, diluar rumah, gudang bawah tanah dan saluran dalam
tananh/got.
 R. Ratus diardi
Sangat pandai memanjat, biasanya disebut sebagai pemanjat yang
ulung, menggigit benda-benda yang keras. Hidup dilobang pohon, tanaman
yang menjalar. Hidup dalam rumah tergantung pada cuaca.
 M. Musculus
Termasuk rodensia pemanjat, kadang-kadang menggali lobang,
menggigit hidup di dalam dan diluar rumah.
3. Penyakit yang Disebabkan Oleh Tikus dan cara penularannya
1. Leptospirosis
Leptospirosis merupakan infeksi akut disebabkan oleh bakteri leptospira
berbentuk spiral yang menyerang mamalia dan dapat hidup di air tawar selama
lebih kurang 1 bulan. Tetapi dalam air laut, selokan dan air kemih yang tidak
diencerkan akan cepat mati. Bakteri ini dapat menyerang siapapun yang
memiliki kontak dengan berbagai benda maupun hewan lain yang mengalami
infeksi leptospirosis. Bakteri ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui selaput
lendir (mukosa) mata, hidung, kulit yang lecet atau makanan yang
terkontaminasi oleh urine hewan terinfeksi leptospira.Masa inkubasi selama 4 -
19 hari.
2. Rat-Bit Fever atau demam gigitan tikus
Rat-gigitan demam (RBF) adalah penyakit sistemik yang disebabkan oleh
bakteri Moniliformis Streptobacillus yang dapat diperoleh melalui
gigitan atau goresan dari binatang pengerat atau menelan makanan atau air
yang terkontaminasi dengan kotoran tikus dan biasanya dialami anak-anak di
bawah 12 tahun dan penyakit ini memiliki masa inkubasi selama 1 hingga 22
hari. Gejala-gejala yang disebabkan oleh penyakit ini adalah demam, mual,
muntah, sakit kepala, nyeri punggung dan sendi.
3. Sindrom hantavirus paru (PS)
Hantavirus sindrom paru (HPS) adalah penyakit mematikan yang
ditularkan oleh tikus yang terinfeksi melalui urine, kotoran, atau air liur.
Manusia bisa terkena penyakit ini ketika mereka menghirup virus aerosol.
HPS pertama kali diakui pada tahun 1993 dan sejak itu telah diidentifikasi di
seluruh Amerika Serikat. Meskipun jarang, HPS berpotensi mematikan.
Rodent control di dalam dan sekitar rumah tetap menjadi strategi utama untuk
mencegah infeksi hantavirus. maka gejala yang dapat diamati adalah diare,
muntah, mual, dan kram perut.
4. Salmonellisis
Salmonellisis merupakan penyaklit yang disebabkan bakteri
salmonella yang dapat menginfeksi hewan dan juga manusia. Tikus yang
terinfeksi bakteri ini akan dapat menyebabkan kematian pada manusia dan
salmonellisis dapat tersebar dengan melalui kontaminasi feses. Gejalanya
antara lain adalah gastroenteritis, diare, mual, muntah dan juga demam yang
diikuti oleh dehidrasi.
5. Murine typhus
Murine typhus adalah penyakit yang disebabkan oleh Rickettsian
typhi atau R. mooseri yang dapat ditularkan melalui gigitan pinjal tikus.
Gejalanya antara lain adalah kedinginan, sakit kepala, demam, prostration dan
nyeri di seluruh tubuh. Ada juga bintil-bintil merah yang timbul di hari kelima
hingga keenam.
6. Rabies
Rabies merupakan penyakit yang menyerang sistem saraf pusat dan
memiliki gejala khas yaitu penderita jadi takut terhadap air dan karena inilah
rabies juga sering disebut hidrofobia. Tikus menyebarkan penyakit ini melalui
gigitan. Gejala awal dari rabies tidaklah jelas, umumnya pasien merasa gelisah
dan tidak nyaman. Gejala lanjut yang dapat diidentifikasi antara lain adalah
rasa gatal di area sekitar luka, panas dan juga nyeri yang lalu bisa saja diikuti
dengan sakit kepala, kesulitan menelan, demam dan juga kejang.
4. Makanan kesukaan tikus
Tikus merupakan hewan yang mempunyai preferensi makanan yang banyak,
baik yang berasal dari tumbuhan maupun dari hewan. Walaupun demikian biji-
bijian seperti gabah, beras dan jagung tampaknya lebih disukai daripada yang lain.
Seekor tikus dapat merusak 283 bibit padi per hariatau 103 batang padi bunting per
hari. Setelah itu, tikus juga menyukai umbi-umbian serperti ubi jalar dan ubi kayu.
Makanan yang berasal dari hewan terutama adalah serangga dan hewan-hewan
kecil

lainnya. Makanan dari hewan ini merupakan sumber untuk pertumbuhan dan untuk
memperbaiki bagian-bagian tubuh yang rusak, sedangkan makanan yang berasal
dari tumbuhan dimanfaatkan sebagai sumber tenaga. Hasil penelitian di
laboratorium menunjukkan bahwa kebutuhan makanan seekor tikus setiap hari
kira-kira 10% dari bobot tubuhnya, tergantung dari kandungan air dan gizi dalam
makanannya.Tikus merupakan hewan yang aktif pada malam hari sehingga
sebagian besar aktivitas makannya dilakukan pada malam hari.Tikus memiliki sifat
“neo-fobia”, yaitu takut atau mudah curiga terhadap benda-benda yang baru
ditemuinya. Dengan adanya sifat tikus yang demikian, maka makanan akan
dimakan adalah makanan yang sudah biasa ditemui. Dia akan mencicipi dulu
makanan yang baru ditemuinya.

5. Tanda-tanda keberadaan ada binatang vektor penyakit (tikus)


1. Droping
Adanya kotoran tikus yang ditemukan di tempat/ruangan yang diperiksa.
Tinja tikus mudah dikenal dari bentuk dan warna yang khas, tanpa disertai bau
yang mencolok, tinja tikus yang masih baru lebih terang dan mengkilap serta
lebih lembut (agak lunak), makin lama maka tinja akan semakin keras.
2. Run ways
Jalan yang biasa dilalui tikus dari waktu ke waktu disuatu tempat disebut run
ways. Tikus mempunyai kebiasaan melalui jalan yang sama, bila melalui lubang
diantara eternit rumah, maka jalan yang dilaluinya lambat laun menjadi hitam.
3. Grawing
Grawing merupakan bekas gigitan yang dapat ditemukan, tikus dalam
aktivitasnya akan melakukan gigitan baik untuk makan maupun membuat jalan
misalnya lubang dinding.
4. Borrow
Borrow adalah lubang yang terdapat pada sekitar beradanya tikus seperti
dinding, lantai, perabotan dan lain-lain.
5. Bau
Tikus akan mengeluarkan bau yang disebabkan oleh tubuh tikus atau urinnya.
6. Tikus hidup
Tikus hidup akan berkeliaran walaupun hanya sebentar.
7. Ditemukannya bangkai tikus baru atau lama di tempat yang diamati
4. NYAMUK
A. Nyamuk Anhopeles sp

Anopheles (nyamuk malaria) merupakan salah satu genus nyamuk. Terdapat 400
spesies nyamuk Anopheles, namun hanya 30-40 menyebarkan malaria (contoh,
merupakan "vektor") secara alami. Anopheles gambiae adalah paling terkenal akibat
peranannya sebagai penyebar parasit malaria (contoh. Plasmodium falciparum) dalam
kawasan endemik di Afrika, sedangkan Anopheles sundaicus adalah penyebar malaria di
Asia. Anopheles juga merupakan vektor bagi cacing jantung anjing Dirofilaria immitis.

 Morfologi Nyamuk Anopheles sp


Panjang telur kurang-lebih 1mm dan memiliki pelampung di kedua sisinya. Dalam
keadaan diam (istirahat), jentik nyamuk Anopheles sejajar dengan permukaan air dan
ciri khasnya yaitu spirakel pada bagian posterior abdomen, tergal plate pada bagian
tengah sebelah dorsal abdomen dan bulu palma pada bagian lateral abdomen. Larva
beristirahat secara paralel dengan permukaan air. Pupa, Mempunyai tabung
pernapasan (respiratory trumpet) yang berbentuk lebar dan pendek yang digunakan
untuk pengambilan oksigen dari udara.
Dewasa, bercak pucat dan gelap pada sayapnya dan beristirahat di kemiringan 45
derajat suatu permukaan. Warnanya bermacam-macam, ada yang hitam, ada pula
yang kakinya berbercak- bercak putih.
 Siklus Hidup Nyamuk Anopheles
Semua serangga termasuk nyamuk, dalam siklus hidupnya mempunyai tingkatan-
tingkatan yang kadang-kadang antara tingkatan yang sama dengan tingkatan yang
berikutnya terlihat sangat berbeda. Berdasarkan tempat hidupnya dikenal dua
tingkatan kehidupan yaitu :
 Tingkatan di dalam air.
 Tingkatan di luar tempat berair (darat/udara).
Untuk kelangsungan kehidupan nyamuk diperlukan air, siklus hidup nyamuk
akan terputus. Tingkatan kehidupan yang berada di dalam air ialah: telur.
jentik, kepompong. Setelah satu atau dua hari telur berada didalam air, maka
telur akan menetas dan keluar jentik. Jentik yang baru keluar dari telur masih
sangat halus seperti jarum.Dalam pertumbuhannya jentik Anopheles
mengalami pelepasan kulit sebanyak empat kali.
Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan jentik antara 8-10 hari tergantung
pada suhu, keadaan makanan serta species nyamuk. Dari jentik akan tumbuh
menjadi kepompong (pupa) yang merupakan tingkatan atau stadium istirahat
dan tidak makan. Pada tingkatan kepompong ini memakan waktu satu sampai
dua hari. Setelah cukup waktunya, dari kepompong akan keluar nyamuk
dewasa yang telah dapat dibedakan jenis kelaminnya. Setelah nyamuk
bersentuhan dengan udara, tidak lama kemudian nyamuk tersebut telah
mampu terbang, yang berarti meninggalkan lingkungan berair untuk
meneruskan hidupnya didarat atau udara, dalam meneruskan keturunannya.
Nyamuk betina kebanyakan hanya kawin satu kali selama hidupnya. Biasanya
perkawinan terjadi setelah 24 -48 jam dari saat keluarnya dari kepompong.
 Perilaku Mencari Darah
Perilaku mencari darah nyamuk dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu:
1. Perilaku mencari darah dikaitkan dengan waktu.
Nyamuk Anopheles pada umumnya aktif mencari darah pada waktu malarn
hari.apabila dipelajari dengan teliti ternyata tiap spesies mempunyai sifat yang
tertentu, ada spesies yang aktif mulai senja hingga menjelang tengah malam dan
sampai pagi hari.
2. Perilaku mencari darah dikaitkan dengan tempat.
Apabila dengan metode yang sama kita adakan. Penangkapan nyarnuk didalam dan
diluar rumah maka dari hasil penangkapan tersebut dapat diketahui ada dua
golongan nyamuk, yaitu: eksofagik yang lebih senang mencari darah diluar rumah
dan endofagik yang lebih senang mencari darah didalam rumah.
3. Perilaku mencari darah dikaitkan dengan sumber darah.
Berdasarkan macam darah yang disenangi, kita dapat membedakan atas:
antropofilik apabila lebih senang darah manusia, dan zoofilik apabila nyamuk lebih
senang menghisap darah binatang dan golongan yang tidak mempunyai pilihan
tertentu.
4. Frekuensi menusuk
Telah diketahui bahwa nyamuk betina biasanya hanya kawin satu kali selama
hidupnya Untuk mempertahankan dan memperbanyak keturunannya, nyamuk
betina hanya memerlukan darah untuk proses pertumbuhan telurnya. Tiap sekian
hari sekali nyamuk akan mencari darah. Interval tersebut tergantung pada species,
dan dipengaruhi oleh temperatur dan kelembaban, dan disebut siklus
gonotrofik.Untuk iklim Indonesia memerlukan waktu antara 48-96 jam.
5. Perilaku Istirahat
Istirahat bagi nyamuk mempunyai 2 macam artinya: istirahat yang sebenarnya
selama waktu menunggu proses perkembangan telur dan istirahat sementara yaitu
pada waktu nyamuk sedang aktif mencari darah. Meskipun pada umumnya nyamuk
memilih tempat yang teduh, lembab dan aman untuk beristirahat tetapi apabila
diteliti lebih lanjut tiap species ternyata mempunyai perilaku yang berbeda-
beda.Ada spesies yang halnya hinggap tempat-tempat dekat dengan tanah
(AnAconitus) tetapi ada pula species yang hinggap di tempat-tempat yang cukup
tinggi (An.Sundaicus). Pada waktu malam ada nyamuk yang masuk kedalam rumah
hanya untuk menghisap darah orang dan kemudian langsung keluar. Ada pula yang
baik sebelum maupun sesudah menghisap darah orang akan hinggap pada dinding
untuk beristirahat.
6. Perilaku Berkembang Biak
Nyamuk Anopheles betina mempunyai kemampuan memilih tempat perindukan
atau tempat untuk berkembang biak yang sesuai dengan kesenangan dan
kebutuhannya Ada species yang senang pada tempat-tempat yang kena sinar
matahari langsung (an. Sundaicus), ada pula yang senang pada tempat-tempat teduh
(An. Umrosus). Species yang satu berkembang dengan baik di air payau (campuran
tawar dan air laut) misalnya (An. Aconitus) dan seterusnya Oleh karena perilaku
berkembang biak ini sangat bervariasi, maka diperlukan suatu survai yang intensif
untuk inventarisasi tempat perindukan, yang sangat diperlukan dalam program
pemberantasan.
 Penyebarannya anopheles
Nyamuk anopheles terutama hidup di daerah tropik dan subtropik, namun bisa juga di
daerah beriklim sedang dan bahkan di daerah afrika, anopheles jarang ditemukan
pada ketinggian lebih dari 2600m, sebagian besar nyamuk anopheles ditemukan pada
daerah rendah.
 Penyakit yang Disebabkan Oleh Nyamuk
Nyamuk Anopheles bisa menyebabkan penyakit malaria.Nyamuk ini suka menusuk
dalam posisi menungging alias posisi badan, mulut, dan jarum yang dibenamkan ke
kulit manusia dalam keadaan segaris.Malaria adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh parasit jenis plasmodium ditandai demam berkala, menggigil dan
berkeringat.Penyakit ini dapat mengakibatkan kematian bagi penderitanya.Pada saat
ini nyamuk vektor malaria di Indonesia yang ditemukan sebanyak20 spesies dari genus
Anopheles.Empat di antaranya adalah Anopheles Aconitus, AnophelesSundaicus,
Anapheles Maculatus dan Anopheles Barbirostris.

2.3 PENGENDALIAN BINATANG VEKTOR PENYAKIT


1. Ordo Anoplura

a. Cara pengendalian
Pengendalian kutu secara fisik adalah tindakan pengendalian kutu dengan
menggunakan faktor fisik seperti menaikkan suhu dengan cara pembakaran,
menurunkan suhu dengan penggenangan, solarisasi tanah, lampu perangkap,
pengaturan cahaya dan suara.
Pengendalian kutu secara biologis adalah pemanfaatan makhluk hidup
(bioefektor) untuk mengendalikan kutu  dan penyakit tanaman. Pengendalian kutu
secara biologis amat bergantung kepada konsep yang ada di dalam ekologi, yaitu
predasi, parasitisme, herbivori, dan sebagainya yang menjadi musuh alami kutu di
alam.
Pengendalian kutu secara kimiawi adalah upaya pengendalian pertumbuhan
kutu menggunakan zat kimia pembasmi organisme pengganggu tanaman yaitu
pestisida.
b. Pemberantasan
Pemberantasan kutu dapat dilakukan dengan metode fisik dan kimiawi.
Metode fisik dapat dilakukan dengan cara menghindari kontak langsung ,
melakukan desinfesi barang-barang yang terkontaminasi dengan kutu dengan cara
merendam barang tersebut selama 5-10 menit pada air panas suhu 130 derajat F.
Metode kimiawi dengan menggunakan insektisida ,tetapi insektisida tersebut
memiliki efek samping yang potensial dan dapat menyebabkan terjadinya resistensi
kutu terhadap insektisida.
2. Lalat
a. Cara Pengendalian Fisik, Biologi, Kimia, Elektrik Dan Lingkungan
 Pengendalian fisik
Cara pengendalian fisik adalah cara yang mudah namun tidak efektif apabila
lalat dalam kepadatan yang sangat tinggi. Cara ini hanya cocok untuk
digunakan pada skala kecil. Contohnya perangkap lalat, umpan kertas yang
lengket, perangkap dan pembunuh elektronik.

 Pengendalian kimia
Pemberantasan lalat dengan menggunakan insektisida harus dilakukan hanya
periode yang singkat apabila sangat diperlukan karena menjadi resisten yang
cepat.
 Pengendalian biologi
Dengan memanfaatkan semut kecil berwarna hitam untuk mengurangi
populasi lalat rumah ditempat-tempat sampah.
 Pengendalian elektrik
Dengan menggunakan metode ini dapat dilakukan dengan alat perangkap atau
jebakan elektronik.
 Pengendalian lingkungan
Dengan mengurangi atau menghilangkan tempat perkembangbiakan lalat.

b. Kapan Dilakukan Pemberantasan Lalat


Dapat dilakukan pemberantasan apabila melihat jumlah kasus penyakit yang
dicurigai ditransmisikan oleh lalat, berkurang atau tidak.

3. Tikus
a. Cara Pengendalian Kimia, Fisik, Biologi, Dan Lingkungan
1. Pengendalian Kimia
Pengendalian secara kimiawi dilakukan semata-mata atas pertimbangan bahwa
pengendalian secara mekanis tidak memberikan hasil yang optimal atau tidak
memberikan hasil yang sesuai dengan harapan pelanggan atau untuk aplikasi
diluar bangunan. Pengendalian secara kimiawi tidak digunakan pada lokasi yang
terdapat aktifitas pengolahan/produksi makanan / farmasi/ area sensitif lainnya.
Penempatan racun pada industri makanan hanya dilakukan di luar ruangan yang
tidak berhubungan dengan produksi dan dilakukan untuk jangka waktu terbatas
dan dibawah pengawasan yang ketat. Pengendalian dengan cara kimiawi
dilakukan dengan menggunakan umpan yang mengandung rodentisida (racun
tikus).
2. Pengendalian Lingkungan
Bila ditemukan tempat yang sanitasinya kurang baik dan bisa menjadi faktor
penarik tikus atau bahkan sumber makanan tikus atau menjadi tempat sarang
tikus, maka akan merekomendasikan diadakan perbaikan oleh klien. Tikus akan
berkembang biak dan hidup dengan baik pada situasi dimana mereka dengan
mudah mendapatkan makanan, air, tempat berlindung dan tempat tinggal yang
tidak terganggu.
3. Pengendalian Biologis
Memelihara binatang pemangsa tikus (predator), seperti kucing.
4. Pengendalian Elektrik
Dengan cara memasang perangkap elektrik contohnya perangkap pengusir tikus
elektik
5. Pengendalian Fisik dan mekanik
1. Proofing Infestation
Memastikan bahwa seluruh konstruksi rumah tidak adanya celah yang
memungkinkan tikus masuk, baik dari bawah pintu, lubang pembuangan air,
atau dari bawah saluran air, mengeliminasi sarang atau tempat
persembunyian tikus serta memangkas ranting pohon yang menjulur
kebangunan, tidak membuat taman terlalu dekat dengan struktur bangunan,
contohnya dengan memasang plat besi pada pohon. Pengendalian lainnya
juga dapat dilakukan dengan menggunakan perangkap, antara lain perangkap
lem, perangkap jepit, perangkap massal dan perangkap elektrik. Perangkap
merupakan cara yang paling disukai untuk membunuh atau menangkap tikus
pada keadaan dimana tikus yang mati disembarang tempat sulit dijangkau dan
dapat menimbulkan bau yang tidak sedap serta sulit.
2. Treatment Tikus (Rodent Control)
Pengendalian tikus menggunakan Rat Baiting. Penggunaan trap untuk
jangka panjang menimbulkan tikus jera umpan dan neophobia terhadap trap.
Penggunaan trap hanya untuk tempat-tempat yang sangat khusus dengan
populasi tikus yang rendah.
Penempatan Rodent Bait dilaksanakan pada area tertentu yang akan
menarik tikus dari dalam sarang ke luar, atau ketempat yang tidak sensitive,
seperti area parkir/garden, setelah itu baru difokuskan untuk tikus yang
aktifitasnya dengan radius pendek yakni tikus nyingnying (mice/Mus
musculus), umpan ditempatkan di dalam.
Keraguan akan adanya resiko bau bangkai dapat diatasi dengan
konfigurasi penempatan umpan untuk setiap kategori jenis tikus, jadi dengan
penempatan umpan pada suatu lokasi dapat dideteksi sampai sejauh mana
lokasi tempat tikus tersebut mati, ditambah tenaga serviceman cukup.
b. Kapan Dilakukan Pemberantasan
Dapat dilakukan pemberantasan ketika ada tanda-tanda keberadaan tikus untuk
mencegah meledaknya populasi tikus
4. Nyamuk

 Anhopeles
Untuk pemberantasan malaria ini dapat dilakukan berbagai cara, antara lain:
a. Mengobati penderita sampai sembuh hingga tidak ada sumber penularan.
b. Mengusahakan agar tidak terjadi kontak antara manusia dengan nyamuk
anophelini dengan cara:
i. Memasang kawat kasa di bagian-bagian rumah yang terbuka seperti
jendela, pintu dan ventilasi lainnya.
ii. Penggunaan kelambu.
iii. Melindungi dari gigitan nyamuk dengan repellent.
iv. Memberikan penyuluhan tentang kesehatan lingkungan yang
berkaitan dengan pemusnahan tempat perindukan nyamuk.
 Aedes Aegypti
Cara yang hingga saat ini masih dianggap paling tepat untuk mengendalikan
penyebaran penyakit demam berdarah adalah dengan mengendalikan populasi dan
penyebaran vektor. Program yang sering dikampanyekan di Indonesia adalah 3M,
yaitu menguras, menutup, dan mengubur.
a. Menguras bak mandi, untuk memastikan tidak adanya larva nyamuk yang
berkembang di dalam air dan tidak ada telur yang melekat pada dinding bak
mandi.
b. Menutup tempat penampungan air sehingga tidak ada nyamuk yang
memiliki akses ke tempat itu untuk bertelur.
c. Mengubur barang bekas sehingga tidak dapat menampung air hujan dan
dijadikan tempat nyamuk bertelur.
Beberapa cara alternatif pernah dicoba untuk mengendalikan vektor dengue ini,
antara lain mengintroduksi musuh alamiahnya yaitu larva nyamuk Toxorhyncites sp.
Predator larva Aedes sp. Ini ternyata kurang efektif dalam mengurangi penyebaran
virus dengue. Penggunaan insektisida yang berlebihan tidak dianjurkan, karena
sifatnya yang tidak spesifik sehingga akan membunuh berbagai jenis serangga lain
yang bermanfaat secara ekologis. Penggunaan insektisida juga akhirnya
memunculkan masalah resistensi serangga sehingga mempersulit penanganan di
kemudian hari.
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai