Anda di halaman 1dari 2

Nama: sukmawati Salihun

Nim: 210002301029

Mata Kulia Filsafat Ilmu

Sertifikat Ganda

Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang Tuhan ciptakan. Manusia
tidak dapat terlepaskan diri dari tanah karena dimulai dari manusia lahir sampai dengan
manusia meninggal semua kegiatan manusia dilakukan diatas tanah. Seiring dengan
bertambahnya penduduk di Indonesia tanah dianggap penting sebagai salah satu investasi
yang bernilai tinggi serta memiliki keuntungan yang mendorong setiap orang untuk
mempunyai tanah.

Indonesia sebegai negara hukum semua berdasarkan pada sistem hukum nasional
demikian pula dengan tanah harus sejalan dengan konstitusi yang berlaku dinegara
Indonesia. Seperti didalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 pasal 33 ayat (3) yang menegaskan bahwa : “Bumi, air dan kekayaan alam yang
terkandung didalamnya, yang penguasaannya ditugaskan kepada Negara Republik
Indonesia, harus dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Bertambahnya masalah mengenai jual beli tanah, ataupun tanah sebagai jaminan
kredit dibank maka sertifikat tanah sering menjadi persengketaan yang bisa sampai
kerana persidangan. Dengan adanya persengketaan ini bisa menimbulkan konflik yang
berkepanjangan antara warga yang bersengketa, bahkan bisa sampai ke ahli waris yang
bersengketa.

Legalitas tanah sangat penting karena tanpa bukti kepemilikan atas tanah maka
tidak ada hak untuk memiliki, mengelolah, atau menjual tanah tersebut, sehingga
masyarat di himbau mendaftarkan tanah untuk memperoleh sertifikat hak atas tanah.
Sertifikat ini berfungsi untuk sebagai alat pembukti yang kuat atas kepemilikan tanah.

Namun seiring dengan bertambahnya harga tanah maka banyak orang yang
berupaya melakukan berbagai cara untuk mendapatkan bukti kepemilikan atas tanah
seperti sertifikat palsu. Sertifikat palsu yang dimaksud adalah data yang tidak sesuai
dengan yang ada pada buku tanah. Banyak hal yang menyebabkan pemalsual sertifikat
ini salah satunya adalah dengan pemalsuan stemple BPN dan pemalsuan data pertanahan
sehingga menimbulkan sertifikat ganda yang berakibat cacat hukum administrasi, tetapi
sengketa sertifikat ganda ini kekuatan hukum sertifikatnya tidak akan hilang.

Salah satu cara penyelesaian sengketa ganda ini ditempu dengan jalan
musyawarah, namun jika tidak ada kesepakatan dapat diselesaikan sepihak oleh kantor
badan pertanahan nasional, tapi jika pihak masih tidak menerima keputusan tersebut
maka bisa mengajukan gugatan pada putusan peradilan tata usaha negara.

Membahas mengenai sertifikat tanah, tidak sedikit orang yang masih


kebingungan dengan istilah sertifikat tanah dan akta/buku tanah. Seseorang harus
memiliki keduanya untuk menjamin legalitas dan menjadi bukti kuat atas penguasaan
lahan. Seperti yang tercantum didalam Peraturan Pemerintah (PP) nomor 24 tahun 1997
tentang Pendaftaran Tanah Pasal 11 ayat 19 yang menjelaskan: “Buku tanah adalah
dokumen dalam bentuk daftar yang memuat data yuridis dan data fisik suatu obyek
pendaftaran yang sudah ada haknya.” Sedangkan didalam Pasal 11 ayat 20 menjelaskan
bahwa: “Sertifikat adalah surat tanda bukti hak sebagaimana dimaksud dalam pasal 19
ayat (2) huruf c UUPA untuk hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik
atas satuan rumah susun dan hak tanggungan yang masing-masing sudah dibukukan
dalam buku tanah yang bersangkutan.”. dan dilihat dari tujuan penerbitannya sertifikat
tanah diterbitkan untuk kpentingan pemegang hak yang bersangkutan sesuai dengan data
fisik dan yuridis yang terdaftar dalam buku tanah. Sedangkan buku tanah, tak bisa
digunakan untuk kepentingan jual-beli tanah sebab, di dalamnya hanya berisi data-data
saja.

Anda mungkin juga menyukai