0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
15 tayangan5 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang reformasi pendidikan kejuruan di Indonesia. Reformasi dimaksudkan untuk meningkatkan relevansi pendidikan kejuruan dengan kebutuhan pasar kerja dan standarisasi kompetensi lulusan. Beberapa dimensi reformasi yang dibahas meliputi perubahan dari sistem penyediaan ke sistem permintaan, pengakuan kompetensi yang diperoleh sebelumnya, serta integrasi antara pendidikan dan pelatihan vokasi.
Dokumen tersebut membahas tentang reformasi pendidikan kejuruan di Indonesia. Reformasi dimaksudkan untuk meningkatkan relevansi pendidikan kejuruan dengan kebutuhan pasar kerja dan standarisasi kompetensi lulusan. Beberapa dimensi reformasi yang dibahas meliputi perubahan dari sistem penyediaan ke sistem permintaan, pengakuan kompetensi yang diperoleh sebelumnya, serta integrasi antara pendidikan dan pelatihan vokasi.
Dokumen tersebut membahas tentang reformasi pendidikan kejuruan di Indonesia. Reformasi dimaksudkan untuk meningkatkan relevansi pendidikan kejuruan dengan kebutuhan pasar kerja dan standarisasi kompetensi lulusan. Beberapa dimensi reformasi yang dibahas meliputi perubahan dari sistem penyediaan ke sistem permintaan, pengakuan kompetensi yang diperoleh sebelumnya, serta integrasi antara pendidikan dan pelatihan vokasi.
Reformasi Pendidikan Kejuruan A. Pendahuluan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), menyampaikan, gerakan perubahan pendidikan di Indonesia harus segera dilakukan guna mengejar ketertinggalan dari negara-negara maju khususnya ASEAN. Reformasi pendidikan dimaksudkan untuk membenahi mentalitas sekolah melalui program Penguatan Pendidikan Karakter (Muhadjir Effendy, 2017) Apa itu reformasi Pendidikan kejuruan? Pada kalimat ini kita pencah menjadi apa itu reformasi? Dan apa itu Pendidikan kejuruan? Reformasi perubahan secara drastis untuk perbaikan (bidang sosial, politik, atau agama) dalam suatu masyarakat atau negara (KBBI). Sedangkan Pendidikan kejuruan memiliki makna menurut penjelasan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 15, Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Pendidikan kejuruan terdiri dari Sekolah Menengah Kejuruan, dan Madrasah Aliyah Kejuruan. Dan Pendidikan kejuruan menurut para ahli adalah Vocational education atau istilah lainnya vocational education, technical education, professional education, dan occupational education, (pendidikan kejuruan) adalah pendidikan khusus yang program-programnya atau materi pelajarannya dipilih untuk siapapun yang tertarik untuk mempersiapkan diri bekerja sendiri, atau untuk bekerja sebagai bagian dari suatu grup kerja, dikutip dari Soeharto (1988:1). Byram & Wenrich (1956: 50) menyatakan bahwa dari sudut pandang sekolah, pendidikan kejuruan mengajarkan orang cara bekerja secara efektif. Dari pengertian-pengertian di atas dapat diartikan bahwa reformasi Pendidikan merupakan suatu perubahan atau pengembangan agar lebih efektif, guna mempersiapkan kompetensi para peserta didik supaya siap dan sesuai dengan kebutuhan industry. B. Pembahasan Berikut merupakan tabel dari dimensi-dimensi reformasi pendidikan dan pelatihan kejuruan yang akan kita bahas: MASA LALU MASA DEPAN Sistem “Suply driven” atas Demand driven yang dipicu kebutuhan sosial di masyarakat pasar kerja Sistem pendidikan dan Sistem berbasis sekolah dengan pelatihan yang memberi pemberian ijasah bagi yang lulus kompetensi sesuai standar nasional Sistem pendidikan dan Sistem berbasis sekolah melalui pelatihan yang lentur dengan alur yang kaku prinsip multy entry multi exit Sistem yang secara tegas mengakui kompetensi Tidak mengakui kemampuan dimanapun dan yang diperoleh sebelumnya bagaimanapun caranya diperoleh Sistem pendidikan pelatihan Sistem berbasis sekolah dengan yang mengacu pada profesi orientasi program studi dan ketrampilan kejuruan Pendidikan dan pelatihan Pendidikan dan pelatihan untuk sector formal dan in berfokus pada sektor formal formal Mengintegrasikan secara terpadu antara pendidikan Pemisahan antara pendidikan dan dan pelatihan yang bersifat pelatihan kognitif dan berdasarkan ilmu pengetahuan Sistem pengelolaan Sistem pengelolaan yang terpusat terdesentralisasi Lembaga/ organisasi yang Lembaga/organisasi yang mampu melakukan sepenuhnya dibiayai dan swakelola dan swadana dioperasikan oleh pemerintah dengan subsidi pemerintah pusat Tabel 1 Dimensi-Dimensi Reformasi Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan Dari butir-butir reformasi pada table di atas, pada pembahasan kali ini penulis akan membahas mengenai relevansi/ keterkaitan butir-butir reformasi Pendidikan dan pelatihan kejuruan. Dimulai dari butir pertama tertulis di sana bahwa Pendidikan di masa lampau menggunakan system Sistem “Suply driven” atas kebutuhan sosial di masyarakat dan di reformasi dengan system “Demand driven” yang dipicu pasar kerja. Pada butir pertama ini, penulis sepakat dengan hal ini karena jika dengan cara system “supply driven” (menyediakan kebutuhan) akan menimbulkan kurangnya keterserapan dari lulusan sekolah kejuruan, yang disebabkan oleh kurangnya informasi secara mendetail dari sisi kuantitas mengenai kebutuhan di masyarakat maupun pasar kerja. Dan sedangkan “Demand driven” akan lebih efektif dalam mempersiapkan kebutuhan sesuai dengan permintaan pasar kerja atau pun masyarakat. Pada butir kedua, pada system yang lama tertulis” Sistem berbasis sekolah dengan pemberian ijasah bagi yang lulus” dan di reformasi menjadi “Sistem pendidikan dan pelatihan yang memberi kompetensi sesuai standar nasional”. Pada butir kedua ini penulis setuju dengan system setelah di reformasi karena standarisasi itu sangat penting guna menyamakan presepsi setiap individu, dan dengan tujuan lulusan sekolah kejuruan adalah langsung kerja maka disini penting dengan adanya standar secara nasional atau bahkan lebih baik standar internasional, disini fresh graduated sekolah kejuruan tidak lagi memerlukan penyetaraan untuk bekerja di dunia industry. Dan selanjutnya dari butir ketiga, disini pada masa lalu tertulis “Sistem berbasis sekolah melalui alur yang kaku” dan di rubah menjadi “Sistem pendidikan dan pelatihan yang lentur dengan prinsip multy entry multi exit”. Pada poin ini pada setiap sitem memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dan yang diunggulkan dari system setelah diperharui ini yang akan terjadi adalah Pendidikan di negara kita akan lebih fleksibel, dengan contoh ada peserta didik yang sedang menempuh Pendidikan dan ketika dipertengahan dia memiliki kesibukan yang lain maka dia dapat menunda Pendidikan untuk jenjang selanjutnya. Pada butrir keempat, pada system lama tertulis “Tidak mengakui kemampuan yang diperoleh sebelumnya” dan pada pembaruan system tertulis “Sistem yang secara tegas mengakui kompetensi dimanapun dan bagaimanapun caranya diperoleh”. Pada butir reformasi ini penulis sangat setuju jika dilakukan reformasi, karena disini sangat berpengaruh kepada efisiensi peserta didik dan kepribadian peserta didik, dan pada poin ini terlihat jelas pentingnya dari standarisasi itu sendiri, dengan contoh, jika ada peserta didik yang telah menjalakan suatu pelatihan dan kemudian lulus dengan mendapatkan ijazah/ sertifikat sebagai bukti kelulusan ini patut di akuisisi munurut saya, dengan syarat lembaga pelatihan telah di standarisasi secara nasional dari seluruh sisinya. Selanjutnya, pada masa lalu tertulis “Sistem berbasis sekolah dengan orientasi program studi” dan di ganti menjadi “Sistem pendidikan pelatihan yang mengacu pada profesi dan ketrampilan kejuruan”. Dari sini kita bisa mengacu pada UU No 20 Thn 2003, dengan diadakannya sekolah kejuruan dengan tujuan lulusannya untuk bekerja dalam bidang tertentu. Dengan ini penulis sepakat apa bila poin ini di ganti karena disni sudah sangat jelas bahwa peserta didik di arahkan untuk kerjanya. Berbeda dengan lulusan perguruan tinggi disni yang ditekankan lebih menkankan kepada konsep teori dan pola berfikir. Pada poin yang keenam, tertulis “Pendidikan dan pelatihan berfokus pada sektor formal” dan di kembangkan menjadi “Pendidikan dan pelatihan untuk sector formal dan informal”. Pada pengembangan poin ini saya sepakat dengan adanya pengembangan ini, dengan didukungnya perkembangan teknologi seperti sekarang ini Pendidikan dapat dilaksanakan dimana pun dan kapan pun, dan dengan kesibukan di era sekarang maka ini akan sangat mempermudah bagi mereka yang tidak memiliki waktu luang yang banyak tetapi ingin tetap belajar, ini akan sangat membantu. Aini, Wirdatul (2006) pendidikan informal adalah “pendidikan yang tidak terorganisasi secara struktural, tidak memiliki jenjang bertingkat, tidak ada ijazah, dilakukan seumur hidup, hasil pengalaman individual, dan proses belajarnya tidak dilakukan di dalam kelas”. Dengan salah satu contoh seperti homeschooling ini Pendidikan formal tetapi dilaksanakan secara informal. Tertulis “Pemisahan antara pendidikan dan pelatihan” dan “Mengintegrasikan secara terpadu antara pendidikan dan pelatihan yang bersifat kognitif dan berdasarkan ilmu pengetahuan”. Pada butir ini penulis pribadi lebih sepakat dengan dengan system yang telah diperbaharui karena menrut penulis para peserta didik akan lebih mudah memahami jika suatu objek yang sesungguhnya dari pada berupa gambar. Dengan contoh peserta didik akan lebih mudah mengetahui proses dari mesin gerinda dan mengerti fungsinya dan bahkan dapat menggunaknnya. Pada butir selanjutnya, tertulis “Sistem pengelolaan yang terpusat” dan “Sistem pengelolaan terdesentralisasi”. Pada poin ini menurut penulis tepat sekali dikarenakan dari bergamanya suku dan budaya di Indonesia yang tentunya juga memilki karakteristik yang berbeda-beda dengan pengembangakn pada poin ini sekolah dapat lebih menyesuaikan bagaimana mengelola para peserta didik mereka, akan tetapi disini harus dilakukan pengontrolan seacara rutin oleh pemerintah pusat agar tidak terjadi penyimpangan di kemudian hari. Dan pada poin yang terakhir tertulis “Lembaga/organisasi yang sepenuhnya dibiayai dan dioperasikan oleh pemerintah” dan dikembangkan “Lembaga/ organisasi yang mampu melakukan swakelola dan swadana dengan subsidi pemerintah pusat” pada poin yang terakhir ini penulis cukup setuju dengan pengembangan system yang dilakukan karena pada system yang baru disini para Lembaga/organisasi dapan dengan leluasa melakukan swakelola dan swadana ini, dan dapat meningkatkan kualitas SDM dan dengan tentunya ada juga kekurangan seperti Lembaga/organisasi harus mencari pengelola yang tepat. Yang menjadi masukan pada poin terakhir ini harus ada control yang intens dari pemerintah terkait dari swakelola dan swadana ini pada setiap Lembaga/organisasi. Dari sini penulis menyimpulkan bahwa setiap sitem memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan saran buat reformasi Pendidikan kejuruan disini perlunya memperhatikan standar Pendidikan di negara kita demi kemajuan duna Pendidikan. Dan jika memungkinkan pengembangan standar menjadi standar internasional, supaya lulusan sekolah kejuruan dapat berperan di dunia industry tidak hanya di Indonesia