Anda di halaman 1dari 5

Rizki Iqbal Makmuri/ 17503244016

Fabrikasi (Y1) 2017


Reformasi Pendidikan Kejuruan
A. Pendahuluan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), menyampaikan, gerakan
perubahan pendidikan di Indonesia harus segera dilakukan guna mengejar
ketertinggalan dari negara-negara maju khususnya ASEAN. Reformasi pendidikan
dimaksudkan untuk membenahi mentalitas sekolah melalui program Penguatan
Pendidikan Karakter (Muhadjir Effendy, 2017)
Apa itu reformasi Pendidikan kejuruan? Pada kalimat ini kita pencah menjadi
apa itu reformasi? Dan apa itu Pendidikan kejuruan? Reformasi perubahan secara
drastis untuk perbaikan (bidang sosial, politik, atau agama) dalam suatu masyarakat
atau negara (KBBI). Sedangkan Pendidikan kejuruan memiliki makna menurut
penjelasan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 15, Pendidikan kejuruan
merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk
bekerja dalam bidang tertentu. Pendidikan kejuruan terdiri dari Sekolah Menengah
Kejuruan, dan Madrasah Aliyah Kejuruan. Dan Pendidikan kejuruan menurut para ahli
adalah Vocational education atau istilah lainnya vocational education, technical
education, professional education, dan occupational education, (pendidikan kejuruan)
adalah pendidikan khusus yang program-programnya atau materi pelajarannya dipilih
untuk siapapun yang tertarik untuk mempersiapkan diri bekerja sendiri, atau untuk
bekerja sebagai bagian dari suatu grup kerja, dikutip dari Soeharto (1988:1). Byram &
Wenrich (1956: 50) menyatakan bahwa dari sudut pandang sekolah, pendidikan
kejuruan mengajarkan orang cara bekerja secara efektif.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat diartikan bahwa reformasi Pendidikan
merupakan suatu perubahan atau pengembangan agar lebih efektif, guna
mempersiapkan kompetensi para peserta didik supaya siap dan sesuai dengan
kebutuhan industry.
B. Pembahasan
Berikut merupakan tabel dari dimensi-dimensi reformasi pendidikan dan
pelatihan kejuruan yang akan kita bahas:
MASA LALU MASA DEPAN
Sistem “Suply driven” atas Demand driven yang dipicu
kebutuhan sosial di masyarakat pasar kerja
Sistem pendidikan dan
Sistem berbasis sekolah dengan pelatihan yang memberi
pemberian ijasah bagi yang lulus kompetensi sesuai standar
nasional
Sistem pendidikan dan
Sistem berbasis sekolah melalui
pelatihan yang lentur dengan
alur yang kaku
prinsip multy entry multi exit
Sistem yang secara tegas
mengakui kompetensi
Tidak mengakui kemampuan
dimanapun dan
yang diperoleh sebelumnya
bagaimanapun caranya
diperoleh
Sistem pendidikan pelatihan
Sistem berbasis sekolah dengan
yang mengacu pada profesi
orientasi program studi
dan ketrampilan kejuruan
Pendidikan dan pelatihan
Pendidikan dan pelatihan
untuk sector formal dan in
berfokus pada sektor formal
formal
Mengintegrasikan secara
terpadu antara pendidikan
Pemisahan antara pendidikan dan
dan pelatihan yang bersifat
pelatihan
kognitif dan berdasarkan
ilmu pengetahuan
Sistem pengelolaan
Sistem pengelolaan yang terpusat
terdesentralisasi
Lembaga/ organisasi yang
Lembaga/organisasi yang mampu melakukan
sepenuhnya dibiayai dan swakelola dan swadana
dioperasikan oleh pemerintah dengan subsidi pemerintah
pusat
Tabel 1 Dimensi-Dimensi Reformasi Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan
Dari butir-butir reformasi pada table di atas, pada pembahasan kali ini penulis
akan membahas mengenai relevansi/ keterkaitan butir-butir reformasi Pendidikan dan
pelatihan kejuruan. Dimulai dari butir pertama tertulis di sana bahwa Pendidikan di
masa lampau menggunakan system Sistem “Suply driven” atas kebutuhan sosial di
masyarakat dan di reformasi dengan system “Demand driven” yang dipicu pasar kerja.
Pada butir pertama ini, penulis sepakat dengan hal ini karena jika dengan cara system
“supply driven” (menyediakan kebutuhan) akan menimbulkan kurangnya keterserapan
dari lulusan sekolah kejuruan, yang disebabkan oleh kurangnya informasi secara
mendetail dari sisi kuantitas mengenai kebutuhan di masyarakat maupun pasar kerja.
Dan sedangkan “Demand driven” akan lebih efektif dalam mempersiapkan kebutuhan
sesuai dengan permintaan pasar kerja atau pun masyarakat.
Pada butir kedua, pada system yang lama tertulis” Sistem berbasis sekolah
dengan pemberian ijasah bagi yang lulus” dan di reformasi menjadi “Sistem pendidikan
dan pelatihan yang memberi kompetensi sesuai standar nasional”. Pada butir kedua ini
penulis setuju dengan system setelah di reformasi karena standarisasi itu sangat penting
guna menyamakan presepsi setiap individu, dan dengan tujuan lulusan sekolah
kejuruan adalah langsung kerja maka disini penting dengan adanya standar secara
nasional atau bahkan lebih baik standar internasional, disini fresh graduated sekolah
kejuruan tidak lagi memerlukan penyetaraan untuk bekerja di dunia industry.
Dan selanjutnya dari butir ketiga, disini pada masa lalu tertulis “Sistem berbasis
sekolah melalui alur yang kaku” dan di rubah menjadi “Sistem pendidikan dan
pelatihan yang lentur dengan prinsip multy entry multi exit”. Pada poin ini pada setiap
sitem memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dan yang diunggulkan dari
system setelah diperharui ini yang akan terjadi adalah Pendidikan di negara kita akan
lebih fleksibel, dengan contoh ada peserta didik yang sedang menempuh Pendidikan
dan ketika dipertengahan dia memiliki kesibukan yang lain maka dia dapat menunda
Pendidikan untuk jenjang selanjutnya.
Pada butrir keempat, pada system lama tertulis “Tidak mengakui kemampuan
yang diperoleh sebelumnya” dan pada pembaruan system tertulis “Sistem yang secara
tegas mengakui kompetensi dimanapun dan bagaimanapun caranya diperoleh”. Pada
butir reformasi ini penulis sangat setuju jika dilakukan reformasi, karena disini sangat
berpengaruh kepada efisiensi peserta didik dan kepribadian peserta didik, dan pada poin
ini terlihat jelas pentingnya dari standarisasi itu sendiri, dengan contoh, jika ada peserta
didik yang telah menjalakan suatu pelatihan dan kemudian lulus dengan mendapatkan
ijazah/ sertifikat sebagai bukti kelulusan ini patut di akuisisi munurut saya, dengan
syarat lembaga pelatihan telah di standarisasi secara nasional dari seluruh sisinya.
Selanjutnya, pada masa lalu tertulis “Sistem berbasis sekolah dengan orientasi
program studi” dan di ganti menjadi “Sistem pendidikan pelatihan yang mengacu pada
profesi dan ketrampilan kejuruan”. Dari sini kita bisa mengacu pada UU No 20 Thn
2003, dengan diadakannya sekolah kejuruan dengan tujuan lulusannya untuk bekerja
dalam bidang tertentu. Dengan ini penulis sepakat apa bila poin ini di ganti karena disni
sudah sangat jelas bahwa peserta didik di arahkan untuk kerjanya. Berbeda dengan
lulusan perguruan tinggi disni yang ditekankan lebih menkankan kepada konsep teori
dan pola berfikir.
Pada poin yang keenam, tertulis “Pendidikan dan pelatihan berfokus pada sektor
formal” dan di kembangkan menjadi “Pendidikan dan pelatihan untuk sector formal
dan informal”. Pada pengembangan poin ini saya sepakat dengan adanya
pengembangan ini, dengan didukungnya perkembangan teknologi seperti sekarang ini
Pendidikan dapat dilaksanakan dimana pun dan kapan pun, dan dengan kesibukan di
era sekarang maka ini akan sangat mempermudah bagi mereka yang tidak memiliki
waktu luang yang banyak tetapi ingin tetap belajar, ini akan sangat membantu. Aini,
Wirdatul (2006) pendidikan informal adalah “pendidikan yang tidak terorganisasi
secara struktural, tidak memiliki jenjang bertingkat, tidak ada ijazah, dilakukan seumur
hidup, hasil pengalaman individual, dan proses belajarnya tidak dilakukan di dalam
kelas”. Dengan salah satu contoh seperti homeschooling ini Pendidikan formal tetapi
dilaksanakan secara informal.
Tertulis “Pemisahan antara pendidikan dan pelatihan” dan “Mengintegrasikan
secara terpadu antara pendidikan dan pelatihan yang bersifat kognitif dan berdasarkan
ilmu pengetahuan”. Pada butir ini penulis pribadi lebih sepakat dengan dengan system
yang telah diperbaharui karena menrut penulis para peserta didik akan lebih mudah
memahami jika suatu objek yang sesungguhnya dari pada berupa gambar. Dengan
contoh peserta didik akan lebih mudah mengetahui proses dari mesin gerinda dan
mengerti fungsinya dan bahkan dapat menggunaknnya.
Pada butir selanjutnya, tertulis “Sistem pengelolaan yang terpusat” dan “Sistem
pengelolaan terdesentralisasi”. Pada poin ini menurut penulis tepat sekali dikarenakan
dari bergamanya suku dan budaya di Indonesia yang tentunya juga memilki
karakteristik yang berbeda-beda dengan pengembangakn pada poin ini sekolah dapat
lebih menyesuaikan bagaimana mengelola para peserta didik mereka, akan tetapi disini
harus dilakukan pengontrolan seacara rutin oleh pemerintah pusat agar tidak terjadi
penyimpangan di kemudian hari.
Dan pada poin yang terakhir tertulis “Lembaga/organisasi yang sepenuhnya
dibiayai dan dioperasikan oleh pemerintah” dan dikembangkan “Lembaga/ organisasi
yang mampu melakukan swakelola dan swadana dengan subsidi pemerintah pusat”
pada poin yang terakhir ini penulis cukup setuju dengan pengembangan system yang
dilakukan karena pada system yang baru disini para Lembaga/organisasi dapan dengan
leluasa melakukan swakelola dan swadana ini, dan dapat meningkatkan kualitas SDM
dan dengan tentunya ada juga kekurangan seperti Lembaga/organisasi harus mencari
pengelola yang tepat. Yang menjadi masukan pada poin terakhir ini harus ada control
yang intens dari pemerintah terkait dari swakelola dan swadana ini pada setiap
Lembaga/organisasi.
Dari sini penulis menyimpulkan bahwa setiap sitem memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing, dan saran buat reformasi Pendidikan kejuruan disini
perlunya memperhatikan standar Pendidikan di negara kita demi kemajuan duna
Pendidikan. Dan jika memungkinkan pengembangan standar menjadi standar
internasional, supaya lulusan sekolah kejuruan dapat berperan di dunia industry tidak
hanya di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai