TINJAUAN PUSTAKA
insulin tapi tidak bisa berfungsi dengan baik) dan kerja insulin yang terhambat
atau tubuh tidak bisa memproduksi insulin. Hal ini terjadi karena obesitas,
obesitas ini menurunkan jumlah reseptor insulin dari sel target yang ada di seluruh
tubuh hal ini menyebabkan kurang efektifnya insulin dalam meningkatkan efek
metabolik, selain itu Diabetes melitus tipe II bisa disebabkan karena gaya hidup
yang tidak sehat, kurangnya beraktifitas, dan bisa terjadi karena faktor usia seiring
Putri, 2013). Salah satu faktor risiko Diabetes Melitus Tipe II adalah pertambahan
usia. Umumnya di Eropa penderita Diabetes Melitus Tipe II berusia 50-60 tahun.
II berusia 45 tahun ke atas. Dalam penelitian Nur, Wilya, & Ramadhan, 2014
II. Diabetes Melitus Tipe II dapat terjadi pada umur yang lebih muda, yaitu 46
tahun ke bawah. Individu berumur 20-59 tahun berisiko DM 8,7%. (Nur et al.,
2014)
penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat menganggu metabolisme
tubuh (T. PPNI, 2016). Hal ini bisa terjadi karena peningkatan mobilisasi lemak
8
dari daerah penyimpanan lemak, hal ini menyebabkan terjadinya metabolisme
lemak yang abnormal disertai dengan adanya endapan kolesterol pada dinding
pembuluh darah. Endapan kolesterol pada dinding pembuluh darah ini dapat
Menurut PPNI (2016). Penyebab dari perfusi perifer tidak efektif yaitu :
a. Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah kadar gula darah gula darah lebih dari (Hasdianah,
2012). Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada sel dan
jaringan tertentu juga dapat mentransport glukosa tanpa insulin dan menyebabkan
cairan dalam tubuh tidak seimbang,aliran darah pada perifer bisa terganggu atau
(Manurung, 2018).
9
Informasi tentang faktor pemberat merupakan hal yang penting diketahui
dapat mengakibatkan terjadinya masalah baru. Jadi penting bagi penderita untuk
normal dalam tubuh dan membakar kalori yang berlebihan di dalam tubuh. Kalori
yang tertimbun di dalam tubuh dapat menyebabkan peredaran darah tidak lancar
latihan fisik bisa mengakibatkan pembuluh darah yang menyempit atau tersumbat,
jika hal ini terjadi dapat menyebabkan terjadinya perfusi perifer tidak efektif.
3. Proses Terjadinya Perfusi Perifer Tidak Efektif Pada Diabetes Melitus Tipe II
dengan insulin dan gangguan sekresi insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan
pada dinding pembuluh darah dan akibat dari berkurangnya protein dalam
10
Retensi insulin menyebabkan terjadinya hiperglikemia, hiperglikemia
tubulus renalis tidak mampu untuk menyerap glukosa maka terjadi glukosuria.
cairan dan elektrolit), adanya poliuri ini menyebabkan dehidrasi dan timbul
cepat lelah dan mengantuk hal ini disebabkan oleh berkurangnya protein dalam
pada saraf perifer hal ini akan mengakibatkan perfusi perifer tidak efektif. (Wijaya
4. Tanda Dan Gejala Perfusi Perifer Tidak Efektif Pada Diabetes Melitus Tipe II
Adapun tanda dan gejala perfusi perifer tidak efektif menurut PPNI
Tabel 1
Tanda dan Gejala Mayor
Subjektif Objektif
(tidak tersedia) 1. Pengisian kapiler >3 detik
2. Nadi perifer menurun atau tidak teraba
3. Akral teraba dingin
4. Warna kulit pucat
5. Turgor kulit menurun
Sumber : SDKI 2016
11
Tabel 2
Tanda dan Gejala Minor
Subjektif Objektif
1. Parastesia 1. Edema
2. Nyeri ekstremitas 2. Penyembuhan luka lambat
(klaudikasi intermiten) 3. Indeks ankle-brachial<0,90
4. Bruit femoral
Sumber : SDKI 2016
yang mengacu pada penyakit yang menyerang semua tipe saraf termasuk saraf
perifer, otonom dan spinal. Penebalan membran basalis kapiler dan penutupan
pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa yang mengakibatkan
kaki, sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan ulsetrasi pada kaki
b. Retinopati diabetik
perubahan pada pembuluh darah kecil disekitar retina. Retina merupakan bagian
tersebut ke otak. Bagian ini mengandung banyak sekali pembuluh darah arteri
12
6. Pencegahan Perfusi Perifer Tidak Efektif Pada Diabetes Melitus Tipe II
terjadinya perfusi perifer tidak efektif dan mencegah komplikasi lain yang bisa
terjadi yaitu pemberian edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu
dilakukan sebagai bagian dari upaya pencegahan (Rudijanto et al., 2015). Adapun
a. Senam Kaki
berbagai penyakit yang dilakukan dengan teknik tradisional, juga dikenal sebagai
pengobatan alternatif. Terapi ini tidak dilakukan dengan tindakan bedah dan obat
obat herbal (Widyatuti, 2008). Salah satu terapi komplementer yang bisa
dilakukan untuk penderita Diabetes Melitus Tipe II yaitu senam kaki (Herliawati,
2019)
sirkulasi darah terutama ke daerah kaki. Senam kaki dapat membantu sirkulasi
darah, memperkuat otot-otot kecil kaki, mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki
yang dapat meningkatkan potensi terjadinya luka diabetik pada kaki, selain itu
senam kaki juga dapat meningkatkan produksi insulin yang dipakai dalam
Senam kaki ini dilakukan dengan frekuensi 3 hari sekali dengan waktu 1
kali senam kaki dengan waktu antara 15-20 menit (Santosa & Rusmono, 2016).
Tujuan yang melakukan senam kaki ini adalah bisa memperbaiki sirkulasi darah
13
pada kaki penderita Diabetes Melitus Tipe II, sehingga nutrisi berjalan lancar
kejaringan tersebut. Senam kaki Diabetes Melitus Tipe II ini mampu melancarkan
sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot kecil kaki, selain itu dapat mencegah
Menurut penelitian Indri, Hanum & Haryani (2015) pelatihan senam kaki
bisa dilakukan 1 hari sekali dalam 4 hari yang bertujuan untuk memperlancar
sirkulasi darah perifer. Senam kaki selama 4 hari ini dipilih karena rata-rata pasien
diizinkan pulang setelah kadar gula darah menurun serta kondisi pasien
senam kaki secara mandiri di rumah. Selain hal tersebut senam kaki akan efektif
jika diberikan 3-4 kali seminggu. (Indri Margiyanti, Hanum Lavisa & Haryani,
2015)
a) Indikasi
b) Kontraindikasi
nyeri dada dan penderita yang depresi, khawatir atau cemas, penderita mengalami
14
edema pada kaki, penderita memiliki luka pada kaki, penderita mengalami nyeri
pada kaki.
2) Persiapan
a) Persiapan alat : kertas koran 2 lembar dan kursi (tindakan dilakukan dengan
duduk).
3) Pelaksanaan
a) Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisikan penderita duduk tegak di
b) Dengan meletakkan tumit di lantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan keatas
c) Dengan meletakkan tumit salah satu kaki di lantai, angkat telapak kaki ke atas.
Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit diangkat
keatas. Cara ini dilakukan bersamaan pada kaki kiri dan kaki kanan secara
d) Tumit diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas dan buat
sebanyak 10 kali.
f) Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakan jari-jari ke depan turunkan
kembali lakukan secara bergantian antara kaki kiri dan kaki kanan. Ulangi
sebanyak 10 kali.
15
g) Luruskan salah satu kaki di atas lantai kemudian angkat kaki tersebut dan
gerakkan ujung jari kaki ke arah wajah lalu turunkan kembali ke lantai, ulangi
sebanyak 10 kali.
h) Angkat kedua kaki lalu luruskan. Ulangi gerakan tersebut sebanyak 10 kali.
j) Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki,
tuliskan pada udara dengan kaki angka 0 hingga 10 lakukan secara bergantian.
Lalu letakkan selembar koran di lantai, bentuk kertas itu menjadi seperti bola
dengan kedua belah kaki. Kemudian, buka bola itu menjadi lembaran seperti
Gerakan ini dilakukan sekali saja, selanjutnya robek kertas menjadi 2 bagian,
kecil dengan kedua kaki. Pindahkan kumpulan sobekan kecil tersebut dengan
kedua kaki lalu letakkan sobekan kertas tersebut ke atas kertas yang utuh,
b. Perawatan kaki
penyembuhan luka pada ekstremitas, untuk menghindari timbulnya luka pada kaki
perlu dilakukan perawatan kaki yang tepat dan perubahan posisi yang sering
penderita dapat menjaga kesehatan kulit dengan mencegah penekanan di satu titik
penderita yaitu :
16
1) Melakukan pemeriksaan kaki Diabetes Melitus Tipe II
a) Kuku jari : periksa adanya kuku tumbuh di bawah kulit, robekan atau retakan
pada kuku.
b) Kulit : periksa kulit di sela-sela jari (dari ujung hingga pangkal jari), apakah
c) Telapak kaki : periksa kemungkinan adanya luka pada telapak kaki, apakah
terdapat kalus (kapalan), palantarwarts (mata ikan), atau kulit telapak kaki
d) Kelainan bentuk tulang pada kaki : periksa adanya kelainan pada kaki.
f) Bau : periksa kemungkinan adanya bau dari beberapa sumber daerah kaki.
3) Perawatan kaki
a) Menyiapkan air hangat : uji air hangat dengan siku untuk mencegah cedera.
b) Cuci kaki dengan sabun yang lembut (sabun bayi atau sabun cair) untuk
c) Keringkan kaki dengan handuk bersih, lembut. Keringkan sela-sela jari kaki,
d) Oleskan lotion pada semua permukaan kulit kaki untuk menghindari kulit
17
e) Jangan gunakan lotion di sela-sela jari kaki. Karena akan meningkatkan
mikroorganisme.
a) Potong dan rawat kuku secara teratur. Bersihkan kuku setiap hari pada waktu
b) Gunting kuku kaki lurus mengikuti bentuk normal jari kaki, tidak terlalu
pendek atau dekat dengan kulit kemudian kikir agar kuku tidak tajam.
c) Hindarkan terjadinya luka pada jaringan sekitar kuku. Bila kuku keras rendam
5) Hal-hal yang harus dihindari dalam perawatan kaki Diabetes Melitus Tipe II
c) Jaga agar kaki tidak kontak dengan air panas (jangan gunakan botol panas atau
c. Pemantauan
Upaya ini dilakukan untuk mencegah dampak yang lebih besar yang bisa
mengalami sakit. Adapun upaya yang dilakukan seperti pemberian insulin tepat
waktu, penanganan oleh tenaga ahli medis di rumah sakit, pengaturan diet
18
tinggi, pemeriksaan gula darah secara rutin minimal sebulan sekali (Manurung,
2018).
Risiko perfusi perifer tidak efektif yaitu kondisi dimana pasien berisiko
mengalami penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat mengganggu
a. Faktor risiko
1) Hiperglikemia
3) Kurang terpapar informasi tentang faktor pemberat (mis. Gaya hidup kurang
gerak).
Tipe II
1. Pengkajian Keperawatan
19
b. Analisis data, menganalisis data yang ada.
g. Memprioritaskan diagnosis
a. Data biografi
agama, pembiayaan layanan kesehatan, dan sumber perawatan medis yang biasa.
Berisi mengenai masalah utama klien dan alasan klien datang ke instalasi
kesehatan.
20
7) Gejala yang berhubungan dengan keluhan utama.
instalasi kesehatan, riwayat alergi, riwayat cedera, dan riwayat konsumsi obat.
f. Gaya hidup
3) Pola istirahat dan tidur dalam sehari (mis. Waktu bangun/tidur, kesulitan
6) Rekreasi/hobi (aktivitas latihan dan toleransi, hobi dan minat yang lain serta
liburan)
g. Data sosial
1) Hubungan keluarga/persahabatan
21
Sistem dukungan klien saat stres, apa pengaruh penyakit klien terhadap
2) Persatuan etnik
pengobatan.
3) Riwayat pendidikan
Data tentang riwayat pendidikan tertinggi dan kesulitan dalam belajar di masa
lalu.
4) Riwayat pekerjaan
Status pekerjaan saat ini, jumlah absen kerja karena sakit, riwayat kecelakaan
kerja, status pekerjaan keluarga atau pasangan, kepuasan klien terhadap pekerjaan.
5) Status ekonomi
yang mungkin diperlukan untuk membantu klien dalam menjalani aktivitas sehari-
kebutuhan klien.
7) Data psikologi
Stresor utama yang dialami dan persepsi klien terhadap stresor tersebut.
Pola koping yang biasa terhadap masalah serius atau stres tingkat tinggi. Gaya
22
h. Pemeriksaan fisik
i. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah terdapat GDS > 200 mg/dl. Gula darah puasa > 126
2) Pemeriksaan urine
dilakukan dengan cara Benedict (reduksi). Hasil dari pemeriksaan urine bisa
dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau (+), kuning (++), merah (+++),
3) Kultur pus
Berisi tentang mengetahui jenis kuman pada luka serta memberikan antibiotik
2. Diagnosa Keperawatan
a. Diagnosis negatif
sakit atau berisiko mengalami sakit sehingga penegakan diagnosa ini akan
23
kesehatan. Tanda gejala mayor dan minor bisa ditemukan dan divalidasi pada
dengan Tanda/Gejala
b. Diagnosis positif
Diagnosis ini menunjukkan bahwa klien dalam kondisi sehat dan dapat
mencapai kondisi yang lebih sehat atau optimal. Diagnosis ini terdiri dari :
Tanda/gejala
c. Diagnosa keperawatan pada masalah ini adalah perfusi perifer tidak efektif
Kurang aktivitas fisik ditandai dengan Pengisian kapiler >3 detik, Nadi
perifer menurun atau tidak teraba, Akral teraba dingin, Warna kulit pucat,
3. Perencanaan Keperawatan
24
Perencanaan keperawatan merupakan segala perilaku atau aktivitas yang
dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis
a. Label
b. Definisi
c. Tindakan
Berisi rangkaian perilaku atau aktivitas yang dilakukan oleh perawat untuk
Tabel 3
Rencana keperawatan Perfusi Perifer Tidak Efektif
Pada Diabetes Melitus Tipe II
25
1 2 3 4
Nadi perifer 4:Cukup Meningkat, Edukasi
menurun atau 5 : Meningkat). 1. Jelaskan manfaat kesehatan
tidak teraba, 2. Kecepatan penyembuhan dan efek fisiologis
Akral teraba luka meningkat. olahraga.Jelaskan jenis
dingin, Warna (1 : Menurun, latihan yang sesuai dengan
kulit pucat, 2 : Cukup Menurun, kondisi kesehatan.
Turgor kulit 3 : Sedang, 2. Jelaskan berapa kali dilakukan
menurun, 4:Cukup Meningkat, senam kaki, berapa lama
Parastesia, 5 : Meningkat). waktunya dan berapa kali latihan
Nyeri Warna kulit pucat menurun. yang dilakukan dalam program
ekstremitas (1 : Meningkat, pelatihan senam kaki yang
(klaudikasiinte 2:Cukup Meningkat, diinginkan.
rmiten), 3 : Sedang, 3. Ajarkan latihan pemanasan dan
Edema, 4 : Cukup Menurun,5 : pendinginan yang tepat.
Penyembuhan Menurun) 4. Ajarkan teknik pernapasan yang
luka lambat, 2. Edema perifer menurun. tepat untuk memaksimalkan
Indeks ankle- (1 : Meningkat, penyerapan oksigen selama
brachial<0,90, 2:Cukup Meningkat, latihan fisik.
Bruit femoral 3 : Sedang, Perawatan Sirkulasi
4 : Cukup Menurun, Observasi
5 : Menurun). 1. Periksa sirkulasi perifer (mis.
26
1 2 3 4
5. Kelemahan otot menurun. Terapeutik
(1 : Meningkat, 1. Hindari pengukuran tekanan
2:Cukup Meningkat, darah pada ekstremitas dengan
3 : Sedang, keterbatasan perfusi.
4 : Cukup Menurun, 2. Hindari penekanan dan
5 : Menurun) pemasangan tourniquet pada area
27
4. Tindakan Keperawatan
keperawatan yang telah disusun oleh perawat untuk mengatasi masalah pasien.
dengan teknik yang cermat dan efisien pada situasi yang tepat dan selalu
Tabel 4
Tindakan Keperawatan Perfusi Perifer Tidak Efektif
Pada Diabetes Melitus Tipe II
28
1 2 3 4 5 6
perifer 1. Ajarkan latihan pemanasan dan
menurun pendinginan yang tepat.
atau tidak 2. Ajarkan teknik menghindari
teraba, cedera saat berolahraga.
Akral teraba 3. Ajarkan teknik pernapasan yang
dingin, tepat untuk memaksimalkan
Warna kulit penyerapan oksigen selama
pucat, latihan fisik.
Turgor kulit 4. Periksa sirkulasi perifer (mis.
menurun, Nadi perifer, edema, pengisian
Parastesia, kapiler, warna, suhu, ankle-
Nyeri brachialindex).
ekstremitas 5. Identifikasi faktor risiko
(klaudikasii gangguan sirkulasi (mis. Diabetes
ntermiten), Melitus Tipe II, perokok, orang
Edema, tua, hipertensi dan kadar
Penyembuh kolesterol tinggi).
an luka 6. Monitor panas, kemerahan, nyeri/
lambat, kesemutan, atau bengkak pada
Indeks ekstremitas.
ankle- 7. Hindari pengukuran tekanan
brachial<0, darah pada ekstremitas dengan
90, keterbatasan perfusi.
Bruitfemora 8. Hindari penekanan dan
l. pemasangan tourniquet pada area
yang cedera.
9. Lakukan perawatan kaki dan
kuku.
10. Lakukan hidrasi.
11. Anjurkan berhenti merokok.
29
1 2 3 4 5 6
12. Anjurkan olahraga rutin.
13. Anjurkan mengecek air mandi
untuk menghindari kulit terbakar.
14. Anjurkan melakukan perawatan
kulit yang tepat (mis.
Melembabkan kulit kering pada
kaki).
15. Informasikan tanda dan gejala
darurat yang harus dilaporkan
(mis. Rasa sakit yang tidak hilang
saat istirahat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa).
Sumber :SIKI 2018
5. Evaluasi Keperawatan
Kegiatan evaluasi ini merupakan membandingkan hasil yang telah dicapai setelah
perencanaan dan kritetia hasil evaluasi yang telah diharapkan dapat tercapai.
Tabel 5
Evaluasi keperawatan
30