Anda di halaman 1dari 2

Di era yang serba kompetitif seperti sekarang, kehilangan karyawan terbaik telah menjadi sesatu yang

tak hanya harus dibayar mahal menggunakan uang, tapi juga menggunakan waktu maupun tenaga.

Salah satu contohnya adalah kasus yang menimpa GrabGas, startup penyedia jasa pengiriman gas on
demand asal Malaysia ini sempat mengalami keterpurukan, saat ditinggal oleh sang CPO karena satu dan
lain hal. Kasus barusan merupakan salah satu alasan penting yang menaruh perhatian lebih pada
masalah loyalitas karyawan. Sebuah perusahaan sudah sepatutnya mendalami alasan umum, yang
mendorong karyawan terbaik meninggalkan pekerjaan mereka.

Hal ini diperlukan untuk mempertimbangkan strategi manajemen SDM perusahaan dengan harapan
meminimalkan kemungkinan perginya karyawan terbaik. Terlepas dari factor di luar kendali, seperti
tawaran kerja baru, pertimbangan personal karyawan atau lainnya.

Ada 5 Alasan yang menyebabkan karyawan terbaik mengundurkan diri, meski tampak menyukai
pekerjaannya. Berikut 5 alasan tersebut :

1. Situasi yang stagnan


Ada kalanya seorang pekerja terjebak dalam rutinitas yang menjemukan selama bertahun-
tahun, hal ini bisa menyebabkan rasa jenuh yang perlahan-lahan membuat orang tak lagi
menyukai pekerjaan mereka. Kondisi stagnan ini umum nya mengakibatkan karyawan
meninggalkan pekerjaan mereka, untuk mencari hal baru di luar perusahaan.
Cara yang bisa ditempuh perusahaan untuk menghindari situasi stagnan adalah menciptakan
jenjang jalur karir yang jelas, agar karyawan bisa melihat kemana arah mereka di masa
mendatang.
Selain itu memberikan karyawan ruang untuk berimprovisasi dapat menghindarkan mereka dari
situasi stagnan
2. Kerja yang terlalu diforsir
Tidak ada situasi lain yang membuat orang cepat membenci pekerjaan mereka, selain beban
kerja yang berlebihan atau overwork bahkan dapat menimbulkan tingkat stress yang tinggi.
Ada baiknya perusahaan memberikan beban kerja yang optimal bagi karyawannya. Jangan
sampai beban kerja yang berlebih ditimpakan hanya pada individu terbaik perusahaan meski
kemampuan yang dimilikinya sangat dibutuhkan.
Jika terpaksa melakukannya, perusahaan bisa memberikan apresiasi lebih berupa insentif,
bonus, tambahan masa cuti atau hal lainnya
3. Perusahaan yang kurang apresiatif
Kurang nya apresiasi bisa mendorong karyawan, melirik tawaran kerja lain yang ada diluar
perusahaan. Ketika manajemen kurang menghargai jerih payah seorang karyawan, mereka tidak
hanya gagal memotivasi kinerja nya, tetapi juga gagal memberikan efek positif terhadap culture
pekerjaan yang sudah susah payah dibangun.
Pemberian apresiasi sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja karyawan, sehingga
karyawan tidak merasa diperas dalam tenaga dan waktu.
4. Culture perusahaan yang kompetitif
Culture perusahaan yang positif cenderung menciptakan pengalaman kerja yang atraktif untuk
dijalani semua karyawan. Sebaliknya, ketika culture tersebut mementingkan pencapaian
individual, kurang bersahabat atau apatis nuansa bekerja tidak akan lagi disenangi.
Kenapa?
Karena dalam lingkup pekerjaan model hokum rimba semacam ini, drama kantor yang menguras
energy akan lebih sering terjadi. Bagi sebagian besar orang, hal seperti ini lah yang
menyebabkan mereka mengundurkan diri dari perusahaan.
5. Arah perusahaan yang tidak jelas

Anda mungkin juga menyukai