Anda di halaman 1dari 16

P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA

FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN CHRONIK


KIDNEY DISEASE (CKD) PENDERITA YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT
DAERAH LIUNKENDAGE TAHUNA

Detty J. Kalengkongan, Yenny B. Makahaghi, Yeanneke L. Tinungki


Jurusan Kesehatan Prodi Keperawatan Politeknik Negeri Nusa Utara

Abstrak: Chronik Kidney Disease (CKD)adalah kerusakan pada bagian ginjal yang menyebabkan fungsi
ginjal mulai menurun secara bertahap. Penyakit CKD biasanya disertai dengan komplikasi seperti
penyakit cardiovaskuler, penyakit saluran nafas, penyakit saluran cerna, kelainan pada otot dan tulang,
kulit serta anemia. Pengelolaan CKD lebih mengutamakan diagnosis dan pengobatan terhadap penyakit
ginjal spesifik yaitu hemodialisis atau cuci darah dan transplantasi ginjal. Rumusan Masalah “Apakah
faktor–faktor risiko yang berhubungandengan kejadian Chronik KidneyDisease (CKD) penderita yang
dirawat di Rumah Sakit Daerah Liukendage Tahuna”?Tujuan Penellitian Untuk mengetahui faktor –
faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian ChonikKidny Disease (CKD) penderita yang di rawat di
Rumah Sakit Daerah Liun-Kendage Tahuna.Jenis Penelitian ini adalah penelitian analitik korelasi dengan
pendekatan croossectional. Sampel semua penderita CKD yang dirawat selama penelitian berlangsung
yang memenuhi kriteria sebanyak 50 responden. Hasil Penelitian.Dari hasil uji analisis Bivariat faktor-
faktor risiko yang berhubungan dengan CKD, ditemukan bahwa tidak terdapat hubungan antara
hypertensi dengan kejadian CKD, dilihat dari nilai p<0,05 (p=0,895),dan nilai OR=2,924, CI= 1,284-
3,004. Terdapat hubungan penyakit DM, dengan kejadian CKD, nilai signifikan p<0,009 lebih kecil dari
0,05 (0,009 p>0,05), Nilai (OR=3,063, CI=1,323-3,478). Terdapat hubungan antara Pyelonefritis/infksi
ginjal dengan kejadian CKD, dengan nilai p= 0,000 (0,000 <0,05). Nilai OR=5,063 (95%; CI=2,144-
4,861). Tidak terdapat hubungan perokok dengan kejadian CKD. Nilai p=0,812 (0,812 <0,05). Nilai
OR=1,868 (95%; CI=0,272-2,778). Tidak terdapat hubungan kebiasaan minum alkohol dengan kejadian
CKD. Nilai P=0,991 <p0,05). Dari Nilai OR 0,993 (95%; CI=0,312-3,158).

Kata kunci: Faktor Risiko, Berhubungan, Penderita CKD

Chronik Kidney Disease (CKD)adalah Insiden penyakit gagal ginjal kronik di


kerusakan pada bagian ginjal yang berbagai negara dengan jumlah antara 100-150
menyebabkan fungsi ginjal mulai menurun per satu juta populasi pertahun. Di Eropa 300 per
secara bertahap. Pada penyakit CKD terjadi satu juta populasi per tahun (Thaha, 2012).
penurunan fungsi ginjal yang memerlukan Fakrudin (2013), mengatakan bahwa penyakit
terapi pengganti yang membutuhkan biaya CKD merupakan salah satu masalah utama
yang cukup mahal. Penyakit CKD biasanya kesehatan di dunia yang mengakibatkan
disertai dengan komplikasi seperti penyakit kematian. Prevalensi penyakit CKD selama 10
cardiovaskuler, penyakit saluran nafas, tahun terakhir mengalami peningkatan secara
penyakit saluran cerna, kelainan pada otot dan global, yaitu sekitar 500 juta, dan sebanyak 1,5
tulang, kulit serta anemia. Pengelolaan CKD juta orang yang harus menjalani hidup dengan
lebih mengutamakan diagnosis dan bergantung pada hemodialisis atau cuci darah.
pengobatan terhadap penyakit ginjal spesifik Persatuan Nefrologi Indonesia
yaitu hemodialisis atau cuci darah dan (PENETRI) mengatakan bahwa Indonesia
transplantasi ginjal. Bukti ilmiah menunjukkan termasuk tertinggi penyakit ginjal kronik,
bahwa komplikasi dari penyakit CKD tidak dimana sampai dengan bulan Januari 2011
tergantung pada etiologi, namun dapat dicegah sekitar 70 ribu penderita GGK yang
apabila dilakukan penanganan secara dini. membutuhkan cangkok ginjal. (WHO, 2010).
Oleh sebab itu, upaya yang dilakukan adalah Berdasarkan data dari Riset Kesehatan
diagnosa dini dan pencegahan yang efektif. Dasar (RISKESDAS, 2013).Prevalensi gagal
Hal ini dimungkinkan karena berbagai faktor ginjal kronik di Indonesia sebanyak 0,2% dari
risiko pada penyakit CKD dapat dikendalikan. jumlah penduduk, dan terbanyak berada di
(Norris& Nissenson, 2008).

100

P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA


P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA
Kalengkongan, Makahanghi, Tinungki, Faktor-faktor Risiko Yang … 101

Propinsi Sulawesi Tengah yaitu 0,5% dari total menjadi keras sehingga menyebabkan
jumlah penduduk Propinsi tersebut. hypertensi
National Kidney Foundation (NKF), 2015 Menurut (Krol, 2011). Prevalensi penderita
mengemukakan bahwa penyebab tersering dari hypertensi sebanyak 74,5 juta orang, dan
CKD adalah diabetes militus dan tekanan penderita diabetus militus sebanyak 23,6 juta
darah tinggi dari seluruh kasus. Hal ini sama orang mengalami CKD. Kedua penyakit ini
dengan pernyataan Price, 2006, yaitu salah adalah penyebab terbanyak CKD (72%),
satu faktor penyebab CKD adalah hypertensi, sedangkan penyebab lainnya adalah resistensi
sehingga dapat terjadi penyempitan pembuluh insulin, obesitas dan sindrome metabolik
darah pada ginjal, dan akibatnya ginjal akan lainnya. Data awal yang diperoleh peneliti saat
terjadi kerusakan yang berakibat penyakit melakukan survey dibagian rawat inap Rumah
gagal ginjal kronik. Hypertensi pada dasarnya Sakit Daerah Liun-Kendage Tahuna,
akan merusak pembuluh darah, jika pembuluh didapatkan bahwa sebayak 82 penderita CKD
darahnya pada ginjal, maka ginjal akan yang dirawat sejak tiga bulan terakhit
mengalami kerusakan. Ginjal yang berfungsi tahun2018. Tujuan PenelitianyaituUntuk
memproduksi enzim angio tension, selanjutnya mengetahui faktor – faktor risiko yang
diubah menjadi angio tension II yang berhubungan dengan kejadian ChonikKidny
menyebabkan pembuluh darah mengkerut atau Disease (CKD) penderita yang di rawat di
Rumah Sakit Daerah Liun-Kendage Tahuna

KAJIAN PUSTAKA. guidelines on CKD menyebutkan bahwa


1. Pengertian seseorang dikatakan CKD bila terdapat salah
CKD adalah penyakit ginjal yang satu dari kriteria:
progresif dan tidak dapat kembali a. Kerusakan ginjal ≥ 3 bulan yang
sembuh secara total seperti sediakala didefenisikan sebagai abdominalis
(ireversibel) dengan laju filtrasi struktur atau fungsi ginjal dengan
glomerulus (LFG) <60 ml/menit tanpapenurunanglomerulus
dalam waktu 3 bulan atau lebih, filtration rate (GFR) yang
sehingga kemampuan tubuh gagal bermanefestasi sebagai satu atau
untuk mempertahankan metabolisme lebih gejala:
dan keseimbangan cairan elektrolit, 1). Abnominalitas komposisi urin
yang menyebabkan uremia. (Suwitra, 2).Abnormalitas pemeriksaan
2014). pencitraan
3). Abnormalitas biopsi ginjal
b. GFR <60 ml/menit/1,73 m² selama
≥ 3 bulan dengan atau tanpa gejala
kerusakan ginjal lain.
2. Klasifikasi
CKD diklasifikasikan menjadi
beberapa stadium untuk pencegahan,
identifikasi awal kerusakan ginjal dan
penatalaksanaan, serta untuk
Gambar 2. Chronik Kkidney Disease mencegah komplikasi CKD. (Krol,
2011). Pada tabel 1 Menunjukan
Menurut National Kidney Foundation stadium CKD dapat dari glomerulus
(Suwitra, 2014) dalam clinical practice filtration rate (GFR)
.

P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA


P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA
102 JURNAL ILMIAH SESEBANUA, Volume 2, Nomor 2, Nopember 2018, hlm. 100 - 114

Tabel 1. Klasifikasi Stadium CKD

Stadium GFR Keterangan


(ml/73menit/1,73²
1 <90 Kerusakan ginjal dengan GFR normal atau
meningkat, disertai protein urea
2 60-89 Kerusakan ginjal dengan penurunan GFR

ringan (berkaitan dengan usia), disertai


protein urea
3A 45-59 Kerusakan ginjal dengan penurunan GFR

3B sedang berisko rendah mengalami gagal


ginjal
4 15-25 Kerusakan ginjal dengan penuruna GFR

berat berisiko tinggi mengalami gagal ginjal


5D <15 Gagal ginjal yang memerlukan terapi dialisis

5T Gagal ginjal yang memerlukan transplantasi

Sumber: Suwitra dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2014)

Tahap perkembangan gagal ginjal 6) Oliguria


kronik menurutBaradero, terdiri dari:
a. Penurunan cadangan ginjal 3. Epidemiologi
1) Sekitar 40-75% normal nefron Data dari World Health Organisation
tidak berfungsi (WHO, 2003). (dalam Widyastuti). Secara
2) Laju filtrasi glomerulus 40-50% global lebih dari 500 juta orang mengalami
normal CKD di dunia. Di Amerika Serikat CKD
3) BUN dan kreatinin serum masih meningkat 50% di tahun 2014, dan setiap
normal tahun ada sekitar 200.000 penderita menjalani
4) Pasien asimtomatik. Hemodialisis atau cuci darah. (Widyastuti,
b. Gagal Ginjal 2014). Insiden penyakit gagal ginjal kronik di
1) 75-80% nefron tidak berfungsi berbagai negara dengan jumlah antara 100-150
2) Laju filtrasi glomerulus 20-40% per satu juta populasi pertahun. Di Eropa 300
normal per satu juta populasi per tahun (Thaha, 2012).
3) BUN dan kreatinin serum mulai Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
meningkat (RISKESDAS, 2013). Prevalensi CKD dari
4) Anemia ringan dan azetemia total jumlah penduduk Indonesia, sebanyak
ringan 0,2% mengalami CKD, dan terbanyak berada
5) Nokturia dan poliuria di Propinsi Sulawesi Tengah yaitu 0,5% dari
c. End-stage renal disease (ESRD) total jumlah penduduk Propinsi tersebut.
1) Lebih dari 85% nefron tidak Jumlah pasien dengan diagnosa medik di
berfungsi RS. Primer Surabaya, mengalami peningkatan
2) Laju filtrasi glomerulus kurang dalam 4 tahun terakhir dimana 332 penderita
dari 10% pada tahun 2008 menjadi 4.535 penderita
3) BUN dan kreatinin tinggi tahun 2012. Jumlah kunjungan di Instalasi
4) Anemia azotemia, dan asidosis hemodialisi meningkat dari 7.590 penderita
metabolik tahun 2008, menjadi 23,811 penderita pada
5) Berat jenis urine tetap 1,010 tahun 2012. Morbiditas dan mortalitas

P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA


P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA
Kalengkongan, Makahanghi, Tinungki, Faktor-faktor Risiko Yang … 103

penderita gagal ginjal kronik mengalami setelah beberapa lama ginjal tidak mampu
peningkatan yang nyata sebagai konsekuensi menyaring semua bagian limbah dari darah
tingginya risiko penyakit kardiovaskular. dan menyebabkan kebocoran. Akibatnya maka
(Thaha, 2012). urin mengandung protein yang seharusnya
Menurut Krol, 2011. Prevalensi penderita tinggal dalam tubuh. Ginjal akan kehilangan
hypertensi sebanyak 74,5% juta orang dan DM fungsinya dengan ditandai penemuan protein
sebanyak 23,6 juta orang adalah kelompok tinggi dalam urin. (Sletzer, 2007).
yang berisiko sangat tinggi mengalami CKD. Menurut Price, (dalam Suyono,
Kedua penyakit ini adalah penyebab terbanyak 2011 ). Penyakit DM adalah penyebab tunggal
CKD (72%), sedangkan penyebab lainnya ESRD, sekitar 30%-40% dari semua kasus.
yaitu resisten insulin, obesitas, dan sindrom DM menyerang struktur dan fungsi ginjal
metebolik lainnya. dalam bentuk nefropati diabitic. Riwayat
4. Etiologi perjalanan nefropati diabetikum dari awitan
a. Hipertensi hingga terjadi ESRD dapat dibagi:
Tekanan darah tinggi membuat 1) Stadium 1: Perubahan
pembuluh darah bekerja terlalu keras karena fungsional dini, ditandai dengan hipertrofi dan
aliran darah yang terlalu kuat. Kondisi ini hiperfentilasi ginjal, yang mengakibatkan
dapat menyebabkan pembuluh darah rusak terjadi peningkatan GFR yang disebabkan oleh
termasuk pembuluh darah yang ada pada banyak faktor seperti kadar gula dalam darah
bagian ginjal. Arteri besar dan pembuluh darah tinggi, glucagon yang abnormal pada
kecil menuju ginjal dapat rusak. Kemudian pertumbuhan, efek renin, angiotension II dan
secara perlahan ginjal mengalami penurunan prostaglandin
fungsi dan menyebabkan banyak cairan limbah 2) Stadium 2: Perubahan struktur
yang menumpuk pada ginjal. (Harianto, 2015). dini, ditandai dengan penebalan membrane
Price, 2006. Hypertesi yang basalis kapiler glomerulus.
berlangsung lama dapat mengakibatkan 3) Stadium 3: Nefropati insipient
perubahan-perubahan struktur pada arteriol 4) Stadium 4: Nefropati klinis
diseluruh tubuh, ditandai dengan fibrosis dan atau menetap
sklerosis dinding pembuluh darah. Sasaran 5) Stadium 5: Insufisiensi atau
utama adalah organ jantung, otak, ginjal, dan gagal ginjal progresif.
mata. Arterosklerosis pada ginjal akibat c. Serangan Jantung
hypertensi lama dapat menyebabkan Ketika penderita mengalami
nefrosklerosis benigna. Penyumbatan arteri serangan jantung maka aliran darah yang
dan srteriol akan menyebabkan kerusakan menuju jantung akan mengalami masalah atau
glomerulus dan atrofi tubulus, sehingga bahkan ginjal tidak menerima darah dari
mengakibatkan seluruh nefron rusak. jantung. Jika kondisi ini terus terjadi maka
Hypertensi merupakan salah satu ginjal tidak dapat berfungsi dan terjadi
faktor risiko meningkatkan kematian pada penumpukan aliran limbah pada jantung
pasien CKD yang mengalami hemodialise. (Pagunsan, 2013)
Naiknya tekanan darah diambang batas normal d. Penyakit Ginjal Polikistik
bisa merupakan salah satu gejala munculnya Penyakit ginjal polikistik dapat
penyakit pada ginjal. Beberapa gejala-gejala menyebabkan kerusakan kemampuan ginjal
lain seperti berkurangnya produksi urin, sulit karena banyaknya zat racun yang harus
berkemih, edema (penimbunan cairan) dan disaring oleh ginjal. Penyakit ini secara
peningkatan frekuensi berkemih. (Pagunsan, perlahan akan menyebabkan ginjal tidak
2013). berfungsi sehingga pada tahap akhir dapat
b. Diabetus Militus (DM) menyebabkan gagal ginjal. Penyakit ini sering
Ketika tubuh memiliki kadar gula ditemukan pada usia lanjut sekitar umur 55
yang terlalu tinggi atau lebih sering disebut tahun.
dengan kondisi diabetus militus (DM), maka Menurut Price, 2006. Penyakit
akan menyebabkan ginjal bekerja terlalu keras. ginjal polikistik ditandai dengan kista-kista
Ginjal akan menyerap darah dalam jumlah multiple, bilateral dan berekspansi yang
yang lebih tinggi sehingga menyebabkan lambat laun mengganggu dan menghancurkan
pembuluh darah yang bertugas menyaring parekrin ginjal normal sehingga ginjal akan
darah bisa bekerja terlalu banyak. Kemudian menjadi rusak.

P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA


P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA
104 JURNAL ILMIAH SESEBANUA, Volume 2, Nomor 2, Nopember 2018, hlm. 100 - 114

e. Glomerulonefritis tubuh dan mengakibatkan terganggunya fungsi


Penyakit ini menyebabkan peradangan dan organ-organ tubuh lain. ( Wilson, 2006).
pada bagian penyaringan di ginjal yang Fungsi renal menurun karena produk
menyerang bagian nfron. Peradangan ini akhir metabolisme protein tertimbun dalam
menyebabkan banyak kotoran dari sisa darah, sehingga mengakibatkan terjadinya
metabolisme yang seharusnya keluar tapi uremia dan mempengaruhi seluruh sitem
hanya menumpuk di bagian ginjal. Penyakit tubuh (Nursalam, 2008)
ini bisa menjadi faktor penyebab gagal ginjal Secara umum mekanisme
dalam waktu yang sangat cepat. terjadinya CKD yaitu: glomerulosklerosis,
f. Pielonefritis parut pada tubulo interstisial dan sclerosis
Piolonefritis adalah infeksi yang vaskuler. (Rahmadi et al (2010)
terjadi pada ginjal. Pielonefritis dapat a. Glomerulosklerosis
berakibat akut atau kronik. Pielonefritis ini Proses intrinsik glomeruli yang progresif
bisa juga terjadi melalui infeksi hematogen. dipengaruhi oleh sel intraglomerular dan
Bila infeksi sudah terjadi berulang-ulang maka sel ekstra-glomerular. Kerusakan sel intra-
akan terjadi kerusakan pada ginjal yang glomerular dapat terjadi pada sel
mengakibatkan GGK. Penyakit ini biasanya glomerulus intrinsik seperti endotel, sel
terjadi oleh karena adanya batu pada ginjal, mesangium, sel epitel, maupun sel
obstruksi atau refluks vesiko ureter. (Sibue, ekstrinsik seperti trombosit, limfosit,
2005). monosit/makrofag.
g. Obat-obatan b. Parut Tubulo-intestisial
Kebiasaan mengkomsumsi yang berlebih.Derajat keparahan tubulu-
berbagai jenis obat-obatan yang mengandung intestisial fibrosis (TIF) lebih berkorelasi
bahan lithium dan siklosporin dapat memicu dengan fungsi ginjal dibandingkan dengan
terjadinya gagal ginjal. Hal ini desebabkan glomerulosklerosis. Proses ini termasuk
karena ginjal bekerja terlalu keras untuk inflamasi, proliferasi dan deposisi ECM
menyaring semua limbah yang dihasilkan dari c. Sklerosis vaskular
sisa-sisa obat dalam tubuh (Hidayat, 2008). Perubahan pada arteriol dan kerusakan
h. Pola hidup kapiler peritubular oleh berbagai sebab (DM,
Berbagai penelitian Hypertensi, Glomerulonefritis kronis) akan
mengemukakan bahwa merokok, minuman menimbulkan terjadinya ekstraserbasi iskemi
beralkohol, sering mengkonsumsi daging interstisial dan fibrosis. Iskemi serta hipoksia
merupakan salah satu faktor risiko terjadinya akan menyebabkan sel tubulus dan fibroblas
gagal ginjal kronik. Dimana berbagai bahan untuk memproduksi ECM dan mengurangi
kimia yang terdapat dalam rokok dan diserap aktifitas kolagenolitik. Kapiiler peritubular
tubuh dapat menyebabkan penurunan laju yang rusak akan menurunkan
GFR.(Hidayat, 2008). produksi proangiogenic
5. Patofisiologi vascularetiangiogenic sehingga terjadi
Gagal ginjal kronik delesi mikrovaskular dan
disebabkan karena adanya penyakit yang endothelialgrowth factor (VEGF) dan
terdapat pada ginjal, sehingga mengakibatkan ginjal yang mengalami parut akan
kegagalan ginjal. Maka lama kelamaan jumlah mengekspresikan thrombospondin yang
nefron yang mengalami kerusakan bertambah bersifat antiangiogenic sehingga terjadi
(Stuart, 2007). Dengan adanya peran dan delesi mikrovaskular dan iskemik.
fungsi ginjal, maka hasil metabolisme protein
berkumpul didalam tubuh (Harianto). 6. Manefestasi Klinik
Penurunan fungsi ginjal mengakibatkan Pada penderita CKD setiap sistem tubuh
pembuangan hasil sisa metabolisme terhambat, sudah dipengaruhi oleh kondisi ureum,
dimana dimulai pada pertukaran di dalam sehingga penderita akan menunjukan
pembuluh darahtidak adekuat, karena bermacam-macam tanda dan gejala.
ketidakmampuan ginjal sebagai penyaring. Keparahan tanda dan gejala tergantung pada
Akibatnya ginjal tidak dapat melakukan bagian dan tingkat kerusakan ginjal, dan
fungsiny, sehingga menyebabkan peningkatan kondisi lain yang mendasar. Manefestasi yang
kadar serum dan kadar nitrogen ureum, terjadi pada CKD antara lain yaitu pada sistem
kreatinin, asam urat, fosfor meningkat dalam cardiovaskuler, gastrointestinal, neurologis,

P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA


P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA
Kalengkongan, Makahanghi, Tinungki, Faktor-faktor Risiko Yang … 105

integumen, pulmoner, muskuloskletal dan ansietas pada penyakit dan merasa ingin
psikologis (Rachmadi, 2010) yaitu: mati.
a. Kardiovaskuler:
1) Hypertensi, diakibatkan oleh retensi 7. Pemeriksaan Penunjang
cairan dan natrium dari aktifitas sistem Pemeriksaan yang dilakukan pada
renin angiotension aldosteron penderita CKD (KDIGO), yaitu:
2) Gagal jantung kongestif a. Pemeriksaan laboratoriun:
3) Edema pulmoner, akibat dari carian
yang berlebihan 1) Darah:
b. Gastrointestinal: Anoreksia, mual dan Hematologi: 1). Hb, HT, Eritrosit,
muntah, perdarahan GI, ulserase, Leucosit. Trombosit. 2). Renal Fungsi
perdarahan mulut, nafas bau amonia Test (RFT): Ureum dan kreatinin. c).
c. Neurologis: Perubahan tingkat kesadaran, Liver Fungsi Test (LFT). d). Elektrolit:
tidak mampu berkonsentrasi, kedutan otot klorida, kalium, kalsium. e). Koagulasi
sampai kejang studi: PPT, PTTK. f) BGA.
d. Integumen: Pruritis atau penumpukan urea 2) Urine: a). Urine rutin. b). Urine
pada lapisan kulit, perubahan warna kulit khusus: benda keton, analisa kristal batu
seperti keabu-abuan, kulit kering dan b. Pemeriksaan Kardiovaskuler: a). ECG. b).
berisik, kuku tipis dan rapuh ECO
e. Pulmoner: Adanya sputum kental dan liat, c. pemeriksaan Radiognostik: a). USG
pernafasan dangkal, kusmaul sampai abdominal. b). CT Scan abdominal 3).
terjadinya edema pulmonal BNO/IVP, FPA. 4). Renogram. 5). Retio
f. Muskuloskletal: Dapat tejadi fraktur karena pielografi.
kekurangan kalsium dan pengeroposan 8. Penatalaksanaan
tulang akibat terganggunya hormon Penatalaksanaan yang diberikan pada
dihidroksi kolekalsiferon, kram otot, dan penderita CKD disesuaikan dengan stadium
kehilangan kekuatan otot penyakit pada penderta tersebut (National
g. Psikologis: Penurunan tingkat kepercayaan Kidney Fondation, 2010).
diri sampai pada harga dirirendah (HDR), Perencanaan tatalaksana penderita CKD
seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel 2. Rencana Tatalaksana CKD sesuai stadium

Stadium GFR Rencana Tatalaksana


(ml/menit/1,73m
1 ≥ 90 Observasi, kontrol tekanan darah

2 60-89 Observasi, kontrol tekanan darah,

dan faktor risiko


3a 45-59 Observasi, kontrol tekanan darah

3b 30-44 dan faktor risiko


4 15-29 Persiapan untuk PRT

5 < 15 RRT

Sumber Suwitra, 2009

Penatalaksaan gagal ginjal kronik


menurut (Sudoyo, 2015). yaitu:

P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA


P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA
106 JURNAL ILMIAH SESEBANUA, Volume 2, Nomor 2, Nopember 2018, hlm. 100 - 114

a. Konservatif Variabek Bebas (Independent) yaitu; Faktor


risiko: Hipertensi, diabetes militus,
1) Pemeriksaan laboratorium: pielonefritis, Faktor pola hidup: kebiasaan
darah dan urin merokok dan minum alkohol.Untuk
2) Observasi balance cairan mengetahui hubungan antara variabel bebas
3) Observasi adanya odema dan terikat digunakan Uji KorelasiSpearman
4) Batasi cairan yang masuk yang diolah dengan program Statistical
Package for the Sosial Scinence (SPSS),
b. Dialisysis dengan 2 tahapan yaitu: analisa Univariat dan
1) Peritoneal dialysis, biasanya analisa Bivariat
dilakukan pada kasus-kasus 1. Analisa Univariat
emergency Menjelaskan gambaran karakteristik
2) Hemodialisis, dilakukan masing-masing variabel yang diteliti pada
melalui tindakan infasif pendetia CKD. Hasil uji univariat
c. Opesari disajikan dalam bentuk tabel distribusi
1) Pengambilan batu frekuensi, diagram maupun grafik.
2) Transplantasi ginjal 2. Analisa Bivariat
d. Obat-obat: Anti hipertensi, Mengetahui ada tidaknya hubungan dan
suplemen besi, agen pengikat kekuatan hubungan antara dua
fosfat, suplemen kalsium, variablepenelitian, yaitu variabel bebas
furosemide dan terikat dengan menggunakan
a) Uji Chi-Square, dimana untuk
METODE PENELITIAN mengetahui hubungan signifikan
Jenis penelitian ini adalah penelitian antara masing-masingvariabel
analitik korelasi dengan pendekatan dengan nilai p<0,05.
croossectional, dengan tujuan mencari b) Perhitungan Odds ratio dengan
hubungan antara variabel bebas dengan confidence Interval (CI) 95%, yaitu
variabel terikat yaitu pengukuran variabelnya untuk mengetahui ukuran kekuatan
hanya dilakukan satu kali pada suatu saat hubungan masing-masing variabel
(Sastroasmoro, 2001).Tempat penelitian penelitian. Penilaian OR sebagai
dilaksanakan di RSUD Liun Kendage Tahuna. berikut:
Pada bulan Agustus sampai dengan September 1) OR > 1 berarti faktor yang diteliti
2018.Populasi Semua penderia yang dirawat di merupakan faktor risiko
ruang rawat Inap RSUD Liun Kendage 2) OR = 1 berarti faktor yang diteliti
Tahuna, berdasarkan diagnosa medis dengan bukan merupakan faktor risiko
CKD. Sampel yaitu semua penderita CKD 3) OR < 1 berarti faktor yang diteliti
yang dirawat selama penelitian berlangsung merupakan faktor protektif.
yang memenuhi kriteria inklusi yaitu: Bersedia
menjadi responden dengan menandatangani HASIL PENELITIAN
informed consent, Penderita CKD yang berusia DAN PEMBAHASAN
>25 tahun, Penderita CKD mengerti berbicara Hasil Penelitian
bahasa Indonesia dengan baik. Teknik 1. Hasil uji statistik Univarit berdasarkan
pengambilan sampel yang digunakan adalah karakteristik responden.
purposif sampling yaitu pengambilan sampel Pada penelitian ini terdapat 50
dengan pertimbangan kriteria yang telah responden yang memenuhi kriteria
ditentukan sampai kurun waktu sehingga inklusi.Gambaran karakteristik responden
jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi berdasarkan uji statistik univariat dapat
(Riyanto, 2011). dikelompokkan menurut umur, jenis
Jumlah sampelpada penelitian ini,sebanyak 50 kelamin, pendidikan dan pekerjaan seperti
orang.Variabel Penelitian yaitu Variabel pada tabel dibawah ini.
Terikat (Dependent) yaitu: Penderita CKD.

P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA


P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA
Kalengkongan, Makahanghi, Tinungki, Faktor-faktor Risiko Yang … 107

Tabel 3.Distribusi Karakteristik Subjek Penelitian di Ruang Perawatan


Bougenvile dan Eldeweis RSUD Liunkendage Tahuna

Karakteristik Responden (n) Persentase (%)


1. Umur
26–40 17 34
41–55 24 48
56–70 9 18
Jumlah 50 100
2. Jenis Kelamin

Laki – laki 19 38

Perempuan 31 62
Jumlah 50 100
3. Pendidikan

SD 13 26
SMP 22 44
SMA 13 26
S1 2 4
Jumlah 50 100
4. Pekerjaan

PNS/Pensiunan 6 12
Tani 15 30
Nelayan 3 6
IRT 26 52
Jumlah 50 100

Pada Tabel3 ditemui bahwakarakteristik umur (62%), dan laki-laki sebanyak 19


responden terbanyak yaitu diantara umur responden (38%).Pendidikan terbanyak
41-55 tahun sebanyak 24 responden yaitu SMP 22 responden (44%), terendah
(48%), dan terendah umur 56-70 tahun yaitu S1 sebanyak 2 responden
(18%).Jenis kelamin terbanyak yaitu (4%).Karakteristik pekerjaan terbanyak
perempuan sebanyak 31 responden yaitu IRT, dan terendah yaitu nelayan.

2. Faktor risiko kejadian Chronik Kidney Disease (CKD).


Berdasarkan faktor risiko kejadian CKD dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.Distribusi Faktor Risiko Kejadian CKD


Faktor Risiko Responden (n) Persentase (%) 1. Hypertensi

Ya 31 62
Tidak 19 38
Jumlah 50 100
2. Diabetes Melitus

Ya 32 64
Tidak 18 36
Jumlah 50 100
3. Pyelonefritis/Infeksi Ginjal

P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA


P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA
108 JURNAL ILMIAH SESEBANUA, Volume 2, Nomor 2, Nopember 2018, hlm. 100 - 114

Ya 40 80
Tidak 10 2
Jumlah 50 100
4. Kebiasaan Merokok

Ya 20 40
Tidak 30 60
Jumlah 50 100
5. Kebiasaan Minum Alkohol

Ya 21 42
Tidak 29 58
Jumlah 50 100

Pada tabel 4, faktor risiko kejadian probabilitas (“p”) kurang dari 0,05.
CKD, dimana responden yang Hasil analisis akan mendiskripsikan
menderita hypertensi sebanyak 31 besar risiko hubungan terhadap
(62%), DM sebanyak 32 (64%), yang terjadinya CKD.
menderita pyelonephritis/infeksi ginjal Analisis Bivariat dilakukan dengan
sebanyak 40 (80%) responden , perokok membuat tabel silang (crostab) dua kali
ada 20 (40%) dan yang mengkonsumsi duakemudian dilanjutkan dengan
alkohol sebanyak 21 (42%). menghitung crude OR (ord ratio) dari
Untuk mengetahui Faktor-faktor karakteristik variabel yang berhubungan
yang berhubungan dengan kejadian dengan terjadinya CKD.
CKD, maka dilakukan uji Bivariat pada Adapun hasil analisis Bivariat
masing-masing variabel bebas dan Faktor-faktor yang berhubungan
variabel terikat dengan menggunakan dengan Kejadian
uji Chi-Square. Analisis Bivariat CKD dapat diuraikan sebagai berikut:
dilakukan untuk mengetahui hubungan 1. Hubungan penyakit Hypertensi
antara variabel independen dan variabel dengankejadian CKD dapat
dependen yang mempunyai nilai diuraikan pada tabel 5 dibawah ini.
Tabel 5. Hubungan penyakit Hypertensi dengan Kejadian CKD

CKD
Hypertensi Ya Tidak Total % P OR 95% (CI)
n % n % value
ya 19 61,2 12 63,2 31 62
Tidak 12 38,8 7 36,8 19 38 0,895 2,924 1,284-3,004
Total 31 100 19 100 50 100

Berdasarkan tabel 5, diketahui penyakit Hypertensi dengan kejadian CKD


responden yang Hypertensi berjumlah 19 dilihat dari nilai p lebih besar (p=0,895;
responden (61,2%) yang mengalami kejadian p<0,05), maka H1 ditolak. Nilai dari
CKD, dan responden yang tidak hypertensi (OR=2,924;95% CI =1,284-3.004).Artinya
ada 12 respoden (38,8%) yang mengalami penderita hypertensi berisiko 3 kali lebih besar
CKD. Pada hasil Bivariat diketahui bahwa untuk kejadian CKD dibandingkan dengan
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tidak hypertensi.

P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA


P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA
Kalengkongan, Makahanghi, Tinungki, Faktor-faktor Risiko Yang … 109

2. Hubungan Diabetes Militus dengan kejadian CKD dapat diuraikan pada tabel 6.

Tabel 6. Hubungan DM dengan kejadian CKD


CKD
DM Ya Tidak Total % P OR 95% (CI)
n % n % value
ya 20 64,5 12 63,1 32 64
Tidak 11 35,5 7 36,9 18 36 0,009 3,063 1,323-3,478
Total 31 100 19 100 50 100

Pada tabel 6, diketahui pada DM antara penyakit DM dengan dengan kejadian


terdapat 20 responden (64,5%) yang CKD. Berdasarkan perhitungan OR antara
mengalami penyakit DM dan CKD. Dilihar dari nilai
kejadian CK. Sedangkan respondenyang tidak (OR=3,063;95% CI =1,323-3,478),
DM ada 11 (35,5%) yang mengalami CKD. menunjukkan bahwa penderita penyakit DM
Dari hasil uji analisis Chi-Square berisiko 3 kali lebih besar terkena CKD
diperoleh nilai signifikan p valuesebesar dibandingkan dengan yang tidak menderita
0.009lebih kecil dari 0,05 (p=0,009;<p 0,05), DM.
maka H1 diterima atau terdapat hubungan

3. Hubungan Pyelonefritis (Infeksi ginjal) dengan Kejadian CKD diuraikan pada tabel 7.

Tabel 7. Hubungan Pyelonefritis dengan Kejadian CKD


Pyelonefritis CKD
(Inf. Ginjal) Ya Tidak Total % P OR 95% (CI)
n % n % value
ya 24 77,4 16 84,2 31 62
Tidak 7 22,6 3 15,8 19 38 0,005 0,563 2,144-4,861
Total 31 100 19 100 50 100

Dari tabel 7, diketahui bahwa responden diterima atau terdapat hubungan antara
yang mengalami penyakit Pyelonefritis/infeksi Pyelonefritis/infeksi ginjal dengan kejadian
ginjal terdapat 24 responden (77,4%), yang CKD. Nilai (OR= 5, 063; 95% C I =2,144-
mengalami penyakit CKD, dan responden 4,861),artinya orang menderit
yang tidak pyelonephritis sebanyak 7 pyelonefritis/infeksi ginjal berisiko 5 kali lebih
responden (22,6%) mengalami kejadian CKD. besar menderita CKD dibandingkan dengan
Dari hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p<0, yang tidak menderita pyelonephritis/infeksi
005 lebih kecil dari p<0,05, artinya H1 ginjal.

4. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian CKD

Tabel 8. Hubungan Merokok dengan Kejadian CKD


CKD
MEROKOK Ya Tidak Total % P OR 95% (CI)
n % n % value
ya 12 38,7 8 42,1 31 62
Tidak 19 61,3 11 57,9 19 38 0,812 1,868 0,272 -2,778
Total 31 100 19 100 50 100

P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA


P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA
110 JURNAL ILMIAH SESEBANUA, Volume 2, Nomor 2, Nopember 2018, hlm. 100 - 114

Datapada tabel 8 diketahuibahwa besar dari p<0,05 (0,812 p> 0,05),


responden yang merokok ada 12 maka H1 ditolak atau tidak ada
orang (38,7%) yang mengalami hubungan antara perokok dan
kejadian CKD, dan sebanyak 19 kejadian CKD. Nilai (OR=1,868;
(61,3%) responden yang tidak 95% CI=0,272-2,778),
merokok mengalami CKD. menunjukkan bahwa perokok
Berdasarkan hasil uji Chi-Square berisiko terhadap kejadian CKD
diperoleh nilai p value 0,812 lebih
.
5. Hubungan Kebiasaan Minum Alkohol dengan Kejadian CKDdapat diuraikan pada
tabel 5
Tabel 9. Hubungan Kebiasaan Minum Alkohol dengan Kejadian CKD
KEBIASAAN CKD
MINUM Ya Tidak Total % P OR 95% (CI)
ALKOHOL n % n % value
ya 13 42 8 42,1 31 62
Tidak 18 58 11 57,9 19 38 0,991 1,993 0,312 -3,158
Total 31 100 19 100 50 100

Berdasarkan tabel 9 diketahui bahwa terbanyak yaitu berpendidikan SMP


responden yang mengkonsumsi sebanyak 22 (44%).
alkohol terdapat 13 orang (42%) 2. Faktor risiko yang berhubungan dengan
yang mengalami kejadian CKD, kejadian CKD.
dan responden yang tidak Pada penelitian ini ditemukan bahwa
mengkonsumsi alkohol sebanyak responden yang menderita hypertensi
18 (58%) yang mengalami CKD. sebanyak 31 (62%), dan sebanyak 19
Berdasarkan hasil uji Chi-Square responden hypertensi mengalami kejadian
diperoleh nilai p> 0,991 lebih besar CKD, dan yang tidak mengalami
dari 0,05 (0,991< 0,05), maka H1 hypertensi sebanyak 12 responden yang
ditolak atau tidak ada hubungan mengalami CKD.
antara mengkonsumsi alkohol dan Dari hasil uji analisis Bivariat
kejadian CKD. Nilai (OR=1,993 ditemukan bahwa tidak terdapat hubungan
95% CI=0,312-3,158), antara hypertensi dengan kejadian CKD,
menunjukkan bahwa responden dilihat dari nilai p<0,05 (p=0,895),dan nilai
yang mengkonsumsi alkohol OR=2,924, CI= 1,284-3,004. Artinya orang
berisiko terhadap kejadian CKD. yang menderita hypertensi berisiko untuk
terjadinya CKD. Penelitian ini tidak sama
PEMBAHASAN dengan penelitian yang dilakukan oleh
Berdasarkan hasil uji statistik secara Titiek, dkk dengan Judul penelitian
Univariat dan Bivariat dari jumlah responden Hubungan antara hypertensi, merokok dan
yang memenuhi kriteria inklusi yang di minuman suplemen energy dengan
wawancarai dan diamati untuk mengetahui kejadian Gagal Ginjal Kronik (CKD) di
faktor-faktor yang berhubungan dengan RSU PKU Muhamadiyah Yogyakarta,
kejadian Chronic Kidney Disease (CKD) dengan hasil terdapat hubungan antara
berjumlah 50 responden. hypertensi dengan kejadian GGK (CKD).
1. Karakteritik Responden Faktor risiko Diabetes Militus pada
Dari hasil penelitian ditemukan penelitian ini ditemukan bahwa penderita
bahwaresponden yang berumur diantara yang DM, sebanyak 20 (64%) responden
41-55 tahun terbanyak yaitu 24 responden yang menderita CKD, dan yang tidak DM
(48%). Berdasarkan jenis kelamin sebanyak 11 (35,5%) yang menderita CKD.
terbanyak yaitu yang berjenis kelamin Sesuai hasil wawancara dan observasi yang
perempuan yaitu sebanyak 31 ditemui pada saat melakukan penelitian,
(62%).Sedangkan pendidikan yang sebagian besar respondenmengatakan
bahwa riwayat penyakit yang pernah

P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA


P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA Kalengkongan, Makahanghi, Tinungki, Faktor-faktor Risiko Yang
… 111

dialami bahkan sampai saat penelitian ini hasil p=0,004 lebih kecil dari p=0,05. Nilai
berlangsung yaitu mengalami penyakit R 1,045, 95%; CI=0,20-0,394. Berdasarkan
Diabetes Militus. Hal ini diperkuat bahwa data dari Puslitbang
pada hasil pemeriksaan laboratorium Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan
didapatkan BSN/gula darah dari penderita Indonesia dengan Judul penelitian Faktor
yag mengalami penyakit DM hasilnya Risiko gagal Ginjal Kronik Studi Kasus
menunjukkan diatas normal (>150 mg/dl). kontrol di 4 (empat) RS Jakarta tahun
Hasil uji analisis Bivariat nilai 2014, didapatkan hasil hubungan antara
signifikan p<0,009 lebih kecil dari 0,05 DM dengan kejadian CKD dengan nilai
(0,009 p> 0,05) artinya terdapat hubungan p=0,0001 lebih kecil dari <0.05. Nilai OR-
penyakit DM dengan kejadian CKD. 2,45 (95%; CI=1,76-3,41).
Dilihat dari nilai (OR=3,063, CI=1,323- Faktor risiko Pyelonefritis/Infeksi
3,478). ginjal.Pada penelitian ini ditemukan
Stelzer, 2007 mengatakan bahwa responden yang pernah mengalami
ketika tubuh memiliki kadar gula yang penyakit pyelonefritis/infeksi ginjal
terlalutinggi atau lebih sering disebut sebanyak 24 (77,4%) yang menderita
dengan kondisi diabetus militus (DM), kejadian CKD.
maka akan menyebabkan ginjal bekerja Pyolonefritis adalah infeksi yang terjadi
terlalu keras. Ginjal akan menyerap darah pada ginjal. Pyelonefritis dapat berakibat
dalam jumlah yang lebih tinggi sehingga akut atau kronik. Pyelonefritis ini bisa juga
menyebabkan pembuluh darah yang terjadi melalui infeksi hematogen. Bila
bertugas menyaring darah bisa bekerja infeksi sudah terjadi berulang-ulang maka
terlalu banyak. Kemudian setelah beberapa akan terjadi kerusakan pada ginjal yang
lama ginjal tidak mampu menyaring semua mengakibatkan GGK(CKD). Penyakit ini
bagian limbah dari darah dan menyebabkan biasanya terjadi oleh karena adanya batu
kebocoran. Sehingga ginjal akan pada ginjal, obstruksi atau refluks vesiko
kehilangan fungsinya dengan ditandai ureter.(Sibue, 2005).
penemuan protein tinggi dalam urin.Hasil Dari hasil uji analisis Bivariat nilai
penelitian ini sama dengan penelitian yang signifikan p=0,009 lebih kecil dari 0,05
dilakukan oleh Sanya Iima Arifa, dkk, (0,009 <p 0,05) artinya terdapat hubungan
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas penyakit Pyelonefritis/infeksi ginjal dengan
Semarang dengan judul penelitian Faktor kejadian CKD. Dilihat darinilai OR=5,063,
yang Berhubungan dengan Kejadian CKD 095%; CI=2,144-4,861), artinya orang
pada penderita DM dan Hypertensi di yang menderita infeksi ginjal yang
Indonesia dengan hasil nilai p=0, 002 lebih berulang-ulang berisiko 5kali lebih besar,
kecil dari niali p<0,05, artinya terdapat dibandingkan dengan yang tidak
hubungan antara DM dan CKD. mengalami infeksi pada ginjal. Hasil
Penelitian yang dilakukan oleh Dwita penelitian ini sama dengan penelitian yang
Putri, Novtiara dengan Judul Penelitian dilakukan oleh Saniya Iima Arifa, dkk
Hubungan DM dengan Gagal Ginjal Kronik dengan judul faktor yang berhubungan
pada Pasien Hemodialisis di RSUD DR. dengan kejadian CKD pada penderita DM
Yunus Bengkulu. Ditemui hasil yaitu nilai dan Hypertensi di Indonesia dengan hasil
p=0,004 lebih kecil dari nilai p<0,05. Nilai penelitian diperoleh nilai p= 0,000 artinya
R=1,09 (95%; CI=0,09-19,95). Artinya terdapat hubungan antara penyakit infeksi
terdapat hubungan yang bermakna antara ginjal dengan kejadian CKD.
DM dan kejadian CKD. Hasil penelitian ini Berdasarkan data dari Puslitbang
juga sama dengan penelitian dari Qholfi Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan
Anggi Uraini Sahid dengan judul penelitian Indonesia dengan hasil adanya hubungan
Lama DM dengan terjadinya Gagal Ginjal antara infeksi ginjal/batu ginjaldengan nilai
Terminal pada RS Dr. Moewardi di p=0,001, OR=5,60 (95%; CI=2,86-10-98).
Surakarta dengan hasil terdapat hubungan Faktor Pola Hidup, Berdasarkan
yang bermakna antara lama DM dengan dari hasil penelitian bahwa faktor pola
terjadinya Gagal Ginjal Terminal dengan hidup seperti perokok dan mengkonsumsi
uji statistik didapatkan alkohol pada responden yang dirawat di
RSUD LiunKendage Tahuna, ditemui

P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA


P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA
112 JURNAL ILMIAH SESEBANUA, Volume 2, Nomor 2, Nopember 2018, hlm. 100 - 114

bahwa responden yang perokok sebanyak tidak perokok.Retnakaran (2006),


12 (38,7% yang mengalami kejadian CKD, berpendapat bahwa merokok cenderung
dan yang bukan perokok sebanyak 19 memiliki albuminuria daripada yang tidak
(61,3%) yang mengalami kejadian CKD. merokok.Albuminuria suatu protein yang
Dari hasil uji analisis Bivariat nilai terdapat pada urin yang menunjukkan
signifikan p=0,812 lebih besar dari 0,05 penurunan fungsi ginjal. Dari hasil
(0,812 <p 0,05) artinya tidak terdapat penelitian Hadayati (2008) menunjukkan
hubungan perokok dengan kejadian CKD., bahwa risiko untuk mengalami gagal ginjal
nilai (OR=1,868, CI=0,2,72-2,778), artinya kronik (CKD)terminal, akan menurun
orang yang perokok berisiko terhadap sejalan dengan terbebas dari kebiasaan
kejadian CKD dibandingkan dengan yang merokok.
tidak perokok. Dan responden dengan Santoso (2009) mengemukakan
kebiasaan mengkonsumsi akohol, dari hasil alkohol adalah zat diuretik, dimana dapat
uji analisis Bivariat nilai p value= 0,991 menyebabkan sering buang air kecil dan
lebih besar darp 0,05 (0,991 >p,0,05), mencegah eksresi zat lain seperti asam urat
artinya tidak ada hubungan responden yang dapat menyebabkan batu ginjal.
dengan kebiasaan mengkonsumsi alkohol Mengkonsumsi alcohol yang berlebihan
dengan kejadian CKD.; nilai (OR=0,993, dapat meningkatkan tekanan darah, dan
CI=0,312-3,158) artinya orang dengan dapat berisiko gangguan pada ginjal.
kebiasaan mengkonsumsi alkohol berisiko
terjadinya CKD dibandingkan dengan yang KESIMPULAN DAN SARAN
tidak merokok. A. KESIMPULAN
Berbagai penelitian mengemukakan Sesuai dengan latar belakang
bahwa merokok, minuman beralkohol, permasalahan, tujuan serta hasil penelitian
sering mengkonsumsi daging merupakan dengan judul Faktor-faktor Risiko yang
salah satu faktor risiko terjadinya gagal Berhubungan dengan Kejadian Chronik
ginjal kronik. Dimana berbagai bahan Kidney Disease (CKD) Penderita yang di
kimia yang terdapat dalam Rawat RSUD Liunkendage Tahuna, selama
rokok dan diserap tubuh dapat periode bulan Agustus sampai September
menyebabkan penurunan laju GFR. 2018 dengan jumlah responden sebanyak 50
(Hidayat, 2008). orang, dapat disimpulkan:
Australian Intitute of Health and 1. Karakteristik responden berdasarkan
welfare mengemukakan bahwa faktor risiko umur, terbanyak yaitu berumur diantara
kejadian gagal ginjal kronik (CKD) yang 41-55 tahun sebanyak 24 (48%)
menjalani Hemodialis (ESRD) di Australia responden, Jenis kelamin terbanyak yaitu
dimana faktor risiko prilaku seperti berjenis kelamin perempuan yaitu 31
perokok atau pengguna tembakau tinggi, (62%) responden, dan pendidikan yaitu
dan kebiasaan untuk mengkonsumsi berpendidikan SMP yaitu 22 (44%).
alkohol berisiko terjadinya CKD. 2. Faktor risiko kejadian CKD
Menurut Shanker, bahwa mantan Responden hypertensi sebanyak 31
perokok memiliki peluang untuk (62%), Diabetes Militus (DM) sebanyak
mengalami gagal ginjal lebih tinggi 32 (64%), pyelonephritis/infeksi ginjak
dibandingkan dengan tidak perokok sebanyak 40 (80%) responden, prilaku
(OR=1,97; 95%; CI=1,15-3,36). Shanker kebiasaan merokok sebanyak 20 (40%)
juga melaporkan bahwa perokok kalau dan kebiasaan minum alcohol sebanyak
diiringi dengan kebiasaan mengkonsumsi 21 (42%) resonden
alkohol akan lebih berisiko tinggi untuk 3. Faktor risiko yang berhubungan dengan
terjadinya gagal ginjal kronik (CKD). kejadian CKD
Penelitian yang dilakukan Hidayati a. Tidak terdapat hubungan antara
(2008), mengemukakan bahwa perokok pasif hypertensi dengan kejadian CKD pada
memiliki peluang lebih besar terjadinya pasien yang dirawat di RSUD
CKD, dibandingkan dengan tidak merokok Liunkendage Tahuna. Dengan hasil
sama sekali. Sedangkan bagi perokok aktif statistik analisis Bivariat yaitu nilai p=
berpeluang 7 kali lebih besar mengalami 0,895 lebih besar dari p<0,05.
CKD dibandingkan dengan Sedangkan Nilai OR= 2,924 (95%; CI

P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA


P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA
Kalengkongan, Makahanghi, Tinungki, Faktor-faktor Risiko Yang … 113

1,284-3,004)., artinya orang yang penderita untuk menghindari faktor


menderita hypertensi berisiko dengan risiko yang memperberat penyakit
kejadian CKD dibandingkan dengan 2. Institusi Pendidikan
yang tidak menderita hypertensi Agar dapat memfasilitasi serta
b. Terdapat hubungan antara DM dengan menyediakan anggaran yang
kejadian CKD, dengan nilai p= 0,009, memadai untuk meningkatkan
lebih kecil dari p< 0,05 (0,009 penelitian tenaga dosen
<p0,05). Sedangkan Nilai OR=3,63 3. Institusi Rumah sakit
(95%; CI=1,323-3,478). Artinya orang Untuk menfasilitasi serta
yang mebderita DM berisiko lebih menyediakan sarana dan prasarana
besar menderita CKD dibandingkan dalam penanganan penyakit CKD
dengan yang tidak menderita DM 4. Masyarakat
c. Terdapat hubungan antara Diharapkan agar memperhatikan
Pyelonefritis/infksi ginjal dengan pola hidup yang sehat dengan
kejadian CKD, dengan nilai p= 0,000 menghindari faktor risiko untuk
(0,000 <0,05). Nilai OR=5,063 (95%; mencegah terjadinya CKD
CI=2,144-4,861). Artinya orang yang
menderita pyelonephritis/infeksi ginjal
berisiko 5 kali lebih besar DAFTAR PUSTAKA
dibandingkan dengan yang tidak Australia Institute of Health and Welfare
menderita pyelonephritis/infeksi ginjal (AIHW), 2005. Chronic Kidney
d. Tidak terdapat hubungan perokok Disease in Australia, 2005, AIHW
dengan kejadian CKD. Nilai p=0,812 Cat No PHE, Canbera, 2005
(0,812 <0,05). Dilihat dari Nilai
OR=1,868 (95%; CI=0,272-2,778). Brunner & Suddart, 2006. Buku Ajar
Artinya perokok berpeluang besar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi
terkena CKD dibandingkan dengan 8. Volume 2. Jakarta. EGC
tidak perokok
e. Tidak terdapat hubungan kebiasaan Fakrudin, 2013. Gagal Gnjal Kronik. Penyakit
minum alkohol dengan kejadian CKD. kedua penyebab kematian.
Nilai P=0,991 <p0,05). Dari Nilai OR Harianto. A, Sulistyawati. R, 2015. Buku Ajar
0,993 (95%; CI=0,312-3,158). Artinya Keperawatan Medical Bedah I
orang dengan kebiasaan minum diagnosaNANADA-Ruzz. Media.
alkohol berpeluang lebih besar terkena Jogyakarta
CKD dibandingkan dengan yang tidak
minum alkohol. Hidayati, dkk, 2008. Hubungan Antara
Faktor risiko Gagal Ginjal Hipertensi, merokok dan Minuman
Kronik (CKD) dapat dicegah dan Suplemen. Berita Kedokteran
dikendalikan.Institusi Kesehatan yang Masyarakat, Vol. 24, No 4
ada di Wilayah kerja perlu
meningkatkan kerjasama baik secara Mira A. F.Wardani, 2014. Hubungan Batu
internal maupun lintas sektor untuk Kemih dengan Penyakit Gagal
meningkatkan serta menyukseskan Ginjal Kronik di RS An – Nur
upaya pencegahan dan pengendalian Yogyakarta Periode Tahun 2012-
penyakit Gagal Ginjal Kronik (CKD) 213.
berfokus pada faktor risiko yang https://www.google.com,diakses
dominan. tanggal 12 Oktober 2018

National Kidney Foundation (NKF), 2015.


B. SARAN Faktor risiko Chronik Kidney
1. Penderita/keluarga Disease (CKD)
Diharapkan dengan penuh
kesungguhan dan kesadaran untuk Norris & Nissenson, 2008. Race Gender and
memperhatikansemua aturan yang Socioeconomic. Disparites in CKD
berhubungan dengan penanganan in the

P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA


P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA
114 JURNAL ILMIAH SESEBANUA, Volume 2, Nomor 2, Nopember 2018, hlm. 100 - 114

UnitedStates,http://jasn.asjournals. Penderita Hypertensi di Indonesia.


org/contens/19/7/1261,diakses Htts:// google.com, JurnalMKMI
tanggal 14 Maret 2018 Volume 13 no.4, diakses tanggal 8
November 2018
Nursalam, Fransisca, 2009.
Asuhan Sastroasmoro. S, Ismail.S. Dasar-dasar
Keperawatan pada Pasien dengan Metode PenelitianKlinis,. Jakarta.
Gangguan Sistem Perkemihan. Sagung Seto, 2011
Penerbir: Salemba Medika Sibue, Dr. W.Herdin, 2005. Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta. Rineka Cipta
Pagunsan, 2003. Ginjal si penyaring ajaib. Sudoyo, 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Bandung. Indonesia Publisting Dalam. Jakarta. Balai Penerbit F.K.
Nouse U.I
Suwitra. K, dkk, 2014. Buku Ajar Penyakit
Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PENERFI), Dalam Jakarta. Interna Pulisting
2011, Medan: Departemen Ilmu Thaha, 2012. Gambaran Insiden Penyakit
Penyakit dalam Fakultas USUP Ginjal Kronik di Berbagai Negara.
http://www.google.com, jurnal
Pratikyno. A.W, 2007. Dasar-dasar Penelitian diakses tanggal 29 maret 2018
Kedokteran dan Kesehatan.
Jakarta: P.T Raja Grafindo Titiek Hidayati, dkk, 2008. Hubungan Antara
Persada.http://www.google.com, Hipertensi dan Minuman Suplemen
diakses tanggal 4 April 20018 Energi dan Kejadian gagal Ginjal
Kronik. Berita Kedokteran
Price & Wilson, 2006. Patofisiologi. Konsep Masyarakat.https://www.
Klinis Proses-proses Penyakit google.com, diakses tanggal 9
Oktober 2018
Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan
Kesehatan Indonesia, 2014.Faktor World Health Organisation (WHO),2003
Risiko gagak Ginjal Kronik di 4 RS (Widyastuti, 2016). Prevalensi CKD
Jakarta. https://dx.doi.org. diakses di Amerika
tanggal 9 oktober 2018
WHO, 2013. (PENEFRI, 2011). Indonesia
Qholfi A. U. Sahid, 2012. Lama DM dengan termasuk tertinggi CKD
Terjadinya Gagal Ginjal Terminal membutuhkan cuci darah.
pada RS Dr. Moewardi di http://www.google.co.id. diakses
Surakarta.https://www.google.com , tanggal 29 maret 2018
diakses tanggal 12 Oktober 2018 Zmeltzer, Suzana. C, Brenda. G, 2001. Buku
Ajar KMB Brunner & Suddart,
Riyanto. A, Aplikasi Metodelogi Kesehatan. Edisi 8, Jakarta. Penerbit: EGC
Yogyakarta, Nuha Medika, 2011 Zmeltser, Bare, 2006. Medical Surgical,
Saniya IimaArifa, dkk, 2017. Faktor yang Brunner & Suddart Vol 2. Jakarta.
Berhubungan dengan Kejadian Gagal Penerbit: EGC
Ginjal Kronik pada

P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA


Kalengkongan, Makahanghi, Tinungki, Faktor-faktor Risiko Yang … 115

Anda mungkin juga menyukai