Anda di halaman 1dari 13

IMAN, NIFAK, KUFUR DAN SYIRIK

A. Iman
Iman berarti kepercayaan atau keyakinan, iman berasal dari bahasa
arab yang berarti tashdiq membenarkan, sedangkan menurut syara iman
yaitu meyakini dalam hati, mengucapkan dengan lisan dan mengerjakan
dengan segenap anggota badan, keimanan merupakan aqidah dan pokok
yang diatasnya berdiri syariat islam, aqidah dan syariat satu sama lain
sambung menyambung sebagaimana pohon dan buahnya.
Pernyataan shariah , “ madzhab ahlussunnah berpendapat bahwa iman
itu adalah membenarkan dengan hati, mengamalkan dengan anggota
badan, dan mengucapkan dengan lisan”.
Pernyataan Imam Syafi`I , “ ijma` para sahabat dan Tabi`in setelah
mereka dan generasi penerus mereka berpendapat, bahwa iman itu terdiri
dari ucapan, camalan, dan niat ( kata hati ), yang satu dengan yang
lainnya tidak dapat dipisahkan”.
Pernyataan imam Ahmad, “ iman adalah ucapan ( lisan dan hati )yang
diikuti oleh amal perbuatan. Pendapat ini sesuai dengan pandangan
ahlussunah”.
Pendapat kedua menyatakan : bahwa iman adalah sebuah istilah yang
terdiri atas pernyataan ikrar dengan lisan dan pembenaran dengan hati,
sedangkan amalan dengan anggota badan tidak termasuk ke dalamnya.
Walaupun dengan demikian, bukan berarti mereka mengesampingkan
amalan oleh anggota badan. Mereka yang mendefinisak iman hanya pada
ikrar dan tashdiq (pembenaran) ini berpendapat bahwa mengamalkan
setiap yang sah dari Rasulullah SAW (yaitu berupa syari`at dan
penjelasan-penjelasan) adalah hak dan wajib bagi setiap muslim.1

1
Yasin Muhammad Nai`im , Yang Menguatkan Yang Membatalkan Iman [ Jakarta : Gema Insani, 2003
], 117.

1
Melihat dari kedua pernyataan tersebut sebenarnya hakekat keimanan
yang diungkapkan oleh para ahli atau ulama di atas kurang lebih sama,
hanya saja pada pernyataan pertama yang menyebutkan bahwa amalan
oleh anggota badan termasuk dalam aspek hakekat keimanan, sedangkan
pernyataan kedua menyatakan bahwa amalan oleh anggota badan bukan
termasuk dalam aspek hakekat keimanan, tetapi amalan oleh anggota
badan sudah menjadi suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh orang
yang telah berikrar dan membenarkan dalam hatinya.
Dari kedua pernyataan tersebut kita dapat mengambil kesimpulan
mana saja orang-orang yang termasuk dalam golongan orang beriman dan
orang yang tidak beriman.
1. Telah menjadi kesepakatan bahwa manusia tidak dikatakan
beriman jika mereka mengikrarkan syahadatain dengan lisan
secara dzohir saja, sedangkan hatinya tidak membenarkan apa
yang dia ucapkan (hatinya dusta).
Yang tergolong ke dalam manusia jenis ini adalah kaum
munafik, dimana tentang mereka ini Allah SWT memberitkan
kepada kita bahwa kelak mereka akan mendapat siksaan yang
pedih, dan meraka itu berada di bagian dasar neraka yang paling
dalam.
2. Telah menjadi kesepakatan juga bahwa ma`rifah (pendekatan)
dengan hati saja tidaklah cukup untuk mentahqiqkan
(mewujudkan) nama iman. Oleh karena itu haruslah disertai
dengan ma`rifah tashdiq (membenarkan) apa yang ada dalam
hatinya dengan cara pengikraran dengan lisan. Dalam hal ini bisa
kita ambil contoh kasus fir`aun yang mengakui kebenaran Musa
dan Harun As. Akan tetapi mereka tetap saja dalam kekafiran
(pengakuannya yang sebatas itu tidak membawanya kepada
iman). Contoh lain adalah apa yang terjadi pada diri ahli kitab,

2
mereka itu tau akan kenabian Rasullah SAW, akan tetapi mereka
tidak mau mengimaninya.
3. Ahlussunnah bersepakat untuk menyatakan bahwa yang dituntut
Allah dari hamba-Nya tidak saja ucapan atau perbuatan, tetapi
kedua-duanya. Dan yang dimaksudkan dengan ucapan disini
adalah ucapan hati (tashdiq = membenarkan) dan ucapan lisan
(pengikraran). Beda pendapat di antara mereka adalah dalam
menempatkan kedua unsur tersebut (ucapan dan amalan).
Apakah ucapan atau amalan itu merupakan satu kesatuan yang
tidak bisa dipisahkan ataukah hanya bagian dari iman. Sebagian
mengatakan bahwa ucapan dan amalan itu merupakan satu
kesatuan yang tak terpisahkan untuk membuktikan keimanan
seseorang, dan sebagian lagi menyatakan bahwa amalan itu
bagian dari iman, jadi tidak harus merupakan satu kesatuan
dengan ucapan, atau dengan kata lain tidak merupakan syarat
mutlak untuk terwujudnya iman.
4. Ahlussunnah juga bersepakat menyatakan bahwa seorang hamba
yang sudah membenarkan dengan hatinya serta mengikrarkan
dengan lisannya, tetapi menolak untuk mengamalkannya dengan
anggota badannya, termasuk bermaksiat kepada Allah SWT dan
Rasul-Nya, dan baginya berhak mendapat ancaman seperti yang
telah disebutkan Allah dalam kitab-Nya, dan telah diberitakan
Rasulullah di dalam haditsnya.
5. Ahlussnah juga bersepakat untuk tidak menggolongkan kafir
kepada pelaku-pelaku maksiat besar, selama mereka tidak
menghalalkan perbuatan tersebut, walaupun dia mati sebelum
bertaubat dari dosanya. Baik jumhur ahlussunnah (yang
menempatkan amal perbuatan sebagian bagian dari iman),
maupun Abu Hanifah dan pengikutnya (yang mengeluarkan amal

3
perbuatan dari bagian iman, tetapi menempatkannya sebagai
keharusan atau kewajiban iman), mereka sama-sama sepakat
untuk tidak memasukkan dalam golongan kafir dengan tiadanya
amalan. Jumhur ahlussunnah masih bisa mentolelir keimanan
seseorang akibat tiadanya amal, asal mereka tidak mengkufuri
apa yang telah diikrarkan lisannya dan dibenarkan hatinya.
6. Tidak ada perbedaan antara ahlussunnah yang telah memberi
ta`rif iman meliputi ucapan, pembenaran, dan amalan; dengan
yang memberi ta`rif iman meliputi pembenaran dengan hati dan
pengucapan dengan lisan saja (pengucapan dua kalimat
syahadat). Yang pertama memandangnya dari segi yang
berkaitan dengan apa yang ada di sisi Allah SWT dan
menyatakan berhak mendapat surga serta tidak kekal dalam api
neraka bagi mereka yang mengakui ketauhidan-Nya, sedangkan
yang kedua berorientasi kepada hukum-hukum duniawi dan
menyatakn barang siapa yang telah mengikrarkan keduanya
maka ia berhak dikenai hukum dunia (sebagai seorang muslim),
dituntut untuk memenuhi konsekuensi yang diikrarkan itu,
dijamin hak-haknya sebagai muslim, dan tidak dihukum sebagai
kafir kecuali jika melakukan hal-hal yang dapat membatalkan
ucapan dan amalannya tersebut.

Rangkaian keimanan meliputi iman tashdiq dalam hati, di ikrarkan


dengan lisan dan dibuktikan dengan perbuatan. Seseorang yang beriman
dengan sungguh dan dituturkannya dengan lisan dan perbuatan maka
itulah sebenarnya orang mukmin. Keimanan bukan hanya sekedar yang
diucapkan dalam lisan saja tetapi, merupakan suatu aqidah atau
kepercayaan yang memenuhi seluruh isi hati nurani, dari situ akan
muncul bekas bekas atau kesan kesannya, sebagaimana munculnya

4
cahaya yang disorotkan oleh matahari dan sebagaimana semerbak bau
harus bunga mawar.

Didalam al- Quran dijelaskan bahwa yang dimaksud orang yang


beriman adalah apabila disebut nama Allah bergetarlah hati mereka dan
apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka karena-Nya
dan kepada Allah-lah mereka bertawakal (Al-Anfal:2-3).

2.Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila


disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-
ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada
Tuhanlah mereka bertawakkal.
3. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan
sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.

Keimanan akan sempurna bila diikuti dengan rasa cinta kepada Allah,
Rasul dan Syariat yang diwahyukan oleh Allah kepada Rasul-Nya, nabi
Muhamad bersabda (tulis hadis).
Upaya pengamalannya, memelihara semua yang difardukan, sebab hal
yang difardukan adalah kunci pertama dan jalan yang paling utama
menuju Allah SWT. Iman akan terwujud manakala sudah menjadi amal
ibadah. Dibawahnya iman itu dapat bertambah dan berkurang disebabkan
karena beberapa hal yaitu:
a. Wasilahnya kuat atau lemahnya dalil (bukti)
Diri pribadi seseorang, kemampuan menyersap dalil
pengamalan terhadap ajaran agama. Agar keimanan kita selalu
menanjak maka kita harus memelihaara dari hal-hal yang
merusak iman dengan cara mengerjakan semua perintah dan
menjauhi semua larangan Allah. Keimanan seseorang kepada
Allah dapat dibagi menjadu dua macam yaitu: Iman secara

5
ijmali artinya beriman secara global tanpa mengetahui dalil-
dalil-Nya, dan iman secara tafsili artinya beriman secara
terperinci dan mengetahui dalil-dalil-Nya.
b. Iman kepada Allah
Iman kepada Allah merupakan hubungan semulia–
mulianya antara manusia dengan dzat yang maha
menciptakannya. Sebabnya yang sedemikian ini adalah karena
manusia adalah semulia–mulia makhluk tuhan yang menetap
di atas permukaan bumi, sedang semulia– mulia yang ada di
dalam tubuh manusia itu ialah hatinya dan semulia–mulia sifat
yang ada didalam hati itu adalah keimanan2
c. Iman kepada Malaikat
Iman kepada malaikat mengandung arti wajib percaya
bahwa Allah mempunyai makhluk yang disebut malaikat,
yang diciptakan dari cahaya tidak dapat dilihat oleh mata,
selalu tunduk akan perintah. Allah percaya kepada malaikat
yakni percaya bahwa malaikat itu adalah makhluk dan hamba
Allah yang ghaib dan malaikat itu mempunyai sifat tidak
pernah maksiat atau durhaka kepada Allah dan senantiasa taat
menjalankan kewajibannya, karena malaikat hanya diberi akal
oleh Allah tidak diberi hawa nafsu.

2
Sayyid sabiq, AQIDAH ISLAM,( Bandung : Diponogoro, 2010) 122

6
d. Iman kepada kitab
“Iman kepada kitab-kitab Allah ialah percaya bahwa
kitab-kitab itu benar-benar firman Allah yang diturunkan
kepada para rasul-Nya.”3

e. Iman Kepada Rasul-Rasul Allah


Semua Rasul yang di utus Allah dimuka bumi ini
membawa kebenaran berupa wahyu, sehingga yang mengikuti
ajakan dan meninggalkan larangann-Nya akan memperoleh
hidup bahagia di dunia dan di akhirat. Para Rasul mengajak dan
memberi peringatan kepada umatnya agar mereka beriman
kepada Allah.

f. Iman Kepada Hari Kiamat


Iman kepada hari akhir merupakan salah satu bagian
dari rukun iman yang wajib kita yakini dan kita imani. Iman
kepada hari akhir secara bahasa yaitu akan datangnya hari
kiamat (hari akhir). Sedangkan menurut istilah merupakan
mempercayai dan meyakini akan ada nya kehidupan yang
kekal setelah kehidupan didunia. Kiamat terbagi menjadi 2
yaitu kiamat sugra dan kiamat kubra.

g. Iman kepada qada dan qadar


iman kepada qada dan qadar merupakan mempercayai
bahwa iyalah kehendak Allah SWT mengenai segala hal dan
keadaan, kebaikkan atau keburukan yang sesuai dengan apa
yang akan di ciptakan tidak akan berubah- ubah sampai

3
Bakir yusuf barmawi, Konsep Iman dan Kufur dalam teologi Islam, (Surabaya : PT
BINA ILMU) 35

7
terwujudnya kehendak tersebut dan mengimani segala
perwujudan kehendak Allah SWT terhadap semua makhluknya
dalam bentuk dan batasan tertentu.
B. Kufur
Kekufuran atau kafir adalah orang yang ingkar kepada Allah dan
membangkang kepada rasul – rasul yang dikirim kepada mereka, ayat –
ayatnnya dan hari kemudian.
a. Sebab – sebab kafir
Ada dua hal yang perlu di catat untuk mengungkap sebab – sebab
kafir
Yaitu al – Quran memberi isyarat bahwa setiap manusia lahir ke dunia
dengan membawa potensi beriman dan bertuhan, akan tetapi dilain
pihak al –Quran justru mengungkapkan bahwa dalam kenyataannya
hanya sedikit sekali manusia yang beriman. Dari permasalahan ini ada
faktor – faktor penyebab pengingkaran yaitu:
1. Faktor – faktor internal, yaitu sifat negatif pada diri manusia
 Kepicikan dan kebodohan
 Kesombongan dan keangkuhan
 Keputusasaan dalam hidup
 Kesuksesan dan kesenangan dunia
2. Faktor – faktor eksteral, yakni faktor lingkungan, pengaruh
lingkungan, kemiskinan, politik dan budaya.
Lingkungan yang kurang baik membuahkan pembangkangan
dan penolakan apriori terhadap kebenaran. Faktor kemiskinan arah
politik dan budaya suatu masyarakat juga menentukan bagaimana
karakter keimanan seseorang.

8
b. Jenis – jenis kufur
1. Kufur al inkar, mengingkari Allah dengan lisan, tindakan,
tidak mengenal ketauhidan.
2. Kafir al juhud, mengingkari Allah dalam hati, tetapi tidak
mau mengingkarinya dengan lidah
3. Kafir al-mua’nadat, mengenal Allah dalam hati,
mengakuinya dengan lidah tetapi tidak mau menjadikan
suatu keyakinan.
4. Kafir an-nifak, mengakui Allah, rasul dan ajaran-ajarannya
dengan lidah tetapi mengingkarinya dengan hati.
5. Kafir dalam arti syirik, mempersekutukan Allah dengan
sesuatu.
6. Kafir an- nikmah, kufur kepada nikmat – nikmat Allah.
7. Kafir al-irtidat (murtad) kembali kepada kafir sesuadah
beriman keluar dari islam
C. Nifak
Nifak sendiri berasal dari bahasa Arab yaitu: nafaqa-yunafiqu-munafaqatun
wa nifaqan, yang diambil dari kata an-nafiqa’ (lubang tikus), yakni sarang tempat
keluar jika didapati lubang tempat masuk ke dalamnya dan disebut al-qashi’a (lubang
sarang binatang sejenis tikus). Kemunafikan masuk dalam islam dari satu sisi dan
keluar dari sisi lainnya. Ia adalah nama Islam yang tidak diketahui orang Arab dalam
arti yang khusus sebelum Islam. Orang munafik adalah orang yang menutupi
kekafirannya dan menampakan keimanannya. Dinamakan demikian karena
penampakan berbeda dengan persembunyiannya yang menutupi salah satu sarangnya
dan menampakan sarang lainnya, dan apabila dating dari arah lubang dia memukul
lubang itu dengan kepalanya hingga dapat keluar.4

Secara istilah, munafik adalah orang yang berbuat dan berucap layaknya
orang beriman namun disisi lain ia menyembunyikan kekafiran dalam dirinya. Sifat
munafik ini juga disebutkan dalam firman Allah SWT dalam QS Al-Baqarah ayat 8,

4
Muhammad Yusuf ‘Abdu bin Hasan, Jangan Jadi Munafik!: Siapa Saja Bisa Jadi Munafik, Jakarta:
PUSTAKA HIDAYAH, 2008.

9
QS At-Taubah ayat 27, QS Al-Maidah ayat 41, QS Ali Imran ayat 167, QS At-
Taubah ayat 56, dan masih banyak lagi penyebutan munafik ini dalam Al-Quran.
Dalam pendapat mayoritas ulama, penyebab kemunafikan adalah ketakutan orang-
orang munafik terhadap orang-orang Muslim sehingga mereka menyembunyikan sifat
aslinya agar dapat melindungi diri, harta, anak-anak, dan kehormatan mereka darri
orang-orang Muslim. Namun pendapat lain dari Dr. Muhammad Yusuf ‘Abdu
mengatakan bahwa selain penjelasan diatas, ada beberapa penyebab lain dari
timbulnya sifat kemunafikan yaitu lemah kepribadia, gelisah pikiran,
ketidakmampuan dalam mengambil keputusan, kurang sabar dan teguh. Pendapat ini
didasari oleh QS Al-Baqarah ayat 17, QS An-Nisa ayat 137-138, QS An-Nisa ayat
43, dan QS At-Taubah ayat 45.

1. Sifat-Sifat Orang Munafik


Untuk mengenali kemunafikan dan menghindarinya kita perlu mengetahui
sifat-sifat munafik. Dalam salah satu referensi dijelaskan bahwa sifat munafik
berjumlah 19 dan dalam keterangan lain dijelaskan bahwa sifat munafik ada 32.
Diantara sifat-sifat orang munafik adalah sebagai berikut:
1. Mengaku beriman
2. Menipu
3. Mengakui kebaikan
4. Mengejek orang-orang mukmin
5. Menolong orang-orang kafir
6. Bersumpah dusta
7. Berkomplot untuk membunuh orang-orang mukmin
8. Bergembira atas bencan ayang menipa orang-orang mukmin
9. Menelantarkan orang-orang mukmin
10. Tidak ikut berjihad
11. Bersekutu dengan Thaghut
12. Mengaku taat

10
13. Ingkar janji
14. Mengintai orang-orang mukmin
15. Malas mengerjakan shalat
16. Ragu
17. Khawatir dan takut
18. Menyakiti Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
19. Menyuruh berbuat mungkar dan mencegah berbuat makruf
Nifak sendiri digolongkan kedalam dua bagian yaitu:

1) Nifaq I’tiqad

Nifaq I’tiqad adalah nifaq besar, dimana pelakunya menampakkan


keislaman, tetapi dalam hatinya tersimpan kekufuran dan kebencian terhadap
islam. Jenis nifaq ini menyebabkan pelakunya murtad, keluar dari agama dan
diakhirat kelak ia akan berada dalam kerak neraka.

Firman Allah SWT.

“Sungguh, orang-orang munafiq itu (ditempatkan) pada tingkatan yang


paling bawah dari neraka …” (QS.An-Nisa: 145).

Dalam kedaaan seperti ini mereka masuk ke dalam islam untuk melakukan
tipu daya terhadap kaum muslimin secara tersembunyi, juga agar mereka bisa
hidup bersama umat islam dan merasa tenang dalam hal jiwa dan harta benda
mereka. Dengan kata lain, mereka masuk islam hanya untuk kepentingan
mereka sendiri.

11
Adapun yang termasuk nifaq jenis ini adalah sebagai berikut.

a) Mendustakan Rasulullah SAW. atau mendustakan sebagian dari apa


yang beliau bawa.
b) Membenci Rasulullah SAW. atau membenci sebagian apa yang beliau
bawa.
c) Merasa gembira dengan kemunduran agama Rasulullah SAW.
d) Tidak senang dengan kemenangan agama Rasulullah SAW.

2) Nifaq ‘Amali (Perbuatan)


Nifaq ‘Amali (Perbuatan) adalah melakukan sesuatu yang merupakan perbuatan-
perbuatan orang-orang munafiq, tetapi masih tetap ada iman didalam hati. Nifaq jenis
ini tidak mengeluarkannya dari agama, namun merupakan washilah (perantara)
kepada yang demikian. Pelakunya berada dalam keadaan iman dan nifaq, dan jika
perbuatan nifaqnya lebih banyak maka hal itu bias menjadi sebab terjerumusnya dia
ke dalam nifaq sesungguhnya.

D. Syirik
Syirik merupakan perbuatan, anggapan atau I’tikad menyekutukan Allah SWT.
dengan yang lain, seakan-akan ada yang maha kuasa di samping Allah SWT. Orang
yang menyekutukan Allah disebut musyrik. Syirik merupakan dosa besar yang tidak
terampuni, seperti difirmankan oleh Allah SWT:

.“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni
segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa
yang besar.” (QS.An-Nisa : 48).

12
Syirik terbagi menjadi dua macam, yakni syirik akbar (syirik besar) atau
disebut juga syirik jali (syirik nyata) dan syirik asghar (syirik kecil) atau disebut juga
dengan syirik khafi (syirik samar-samar)

1. Syirik Akbar
Disebut syirik akbar atau syirik jali jika
1) Melakukan perbuatan yang jelas-jelas menggap ada Tuhan-Tuhan
lain selain Allah swt dan tuhan-tuhan itu dijadikannya sebagai
tandingan disamping Allah swt.
2) Menganggap ada sesembahan selain Allah SWT.
3) Menganggap Tuhan mempunyai anak atau segala perbuatan yang
mengungkari kemahakuasaan Allah SWT.
Oleh karena itu mereka disebut musrik sehingga perlu dimurnikan
ketauhidannya.
2. Syirik Asghar atau Syirik Khafi
Ialah perbuatan yang secara tersirat mengandung pengakuan ada yang
kuasa disamping Allah SWT. dalam salah satu hadits Nabi yang terdapat
pada musnad Ahmad bin Hanbal dikatakan bahwa salah satu contoh syirik
khafi ialah seseorang yang dalam mengerjakan suatu perbuatan ada
maksud untuk dipuji oleh orang lain (Riya).

Kesimpulan

Kita sebagai orang mukmin harus mengetahui secara jelas tentang iman,
nifak, kufur dan syirik karena keempat hal ini sangat penting dalam kekuatan
keislaman kita. Selain itu manfaat dari mempelajari iman, nifak, kufur dan syirik ini
adalah agar kita dapat mengidentifikasi seberapa teguh seseorang terhadap agamanya
yaitu agama islam. Dan dalam keempat materi ini dapat dijabarkan sebab-sebab
pembatal keislaman seseorang dan cara untuk mengantisipasinya.

13

Anda mungkin juga menyukai