Anda di halaman 1dari 64

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. RASIONAL
1. Latar Belakang
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi
tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi
daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh
satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan
kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003)
tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 19 tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP)
mengamanatkan kurikulum pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan
mengacu kepada Stándar Isi (SI) dan Stándar Ketuntasan Lulusan (SKL) serta
berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP). Selain dari itu, penyusunan KTSP juga harus mengikuti ketentuan lain yang
menyangkut kurikulum dalam UU 20/2003 dan PP 19/2005.
Dengan dasar Undang-undang dan PP di atas, dalam upaya mendekatkan
pendidikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan peserta didik dan lingkungan,
SMP Negeri 3 Tellu Siattinge mengembangkan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). KTSP ini disusun dengan mengacu pada Stándar Isi (SI) dan Stándar
Kompetensi Lulusan (SKL) yang telah ditetapkan oleh pemerintah untuk menjamin
pencapaian tujuan pendidikan.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang untuk selanjutnya disebut
Kurikulum SMP Negeri 3 Tellu Siattinge ini disusun untuk mewujudkan visi sekolah
dengan mengakomodasi potensi yang ada untuk meningkatkan kualitas satuan
pendidikan, baik dalam aspek akademis maupun non akademis, memelihara,
mengembangkan budaya daerah, menguasai IPTEK yang dilandasi iman dan taqwa
dan berwawasan lingkungan, serta ramah bagi semua peserta didik.
Di tengah hiruk pikuknya penanganan dan pencegahan Covid-19
Kurikulum SMPN 3 Tellu Siattinge ini disusun untuk tetap mewujudkan
visi sekolah dengan mengakomodasi potensi yang ada untuk meningkatkan kualitas
sekolah, baik dalam aspek akademis maupun non akademis, (sesuai visi dan misi).
2

Kurikulum SMP Negeri 3 Tellu Siattinge pada tahun pelajaran 2020/2021


menerapkan prinsip - prinsip Kurikulum 2013 untuk kelas VII,VIII dan IX. Adapun
pengembangannya berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral
untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, berkarakter dan berbudi pekerti luhur dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab terhadap lingkungan. Pada kurikulum 2013
peserta didik diharapkan mempunyai ketrampilan abad 21 yang diistilahkan 4C yaitu
Communication, collaboration, Critical Thinking and Problem Solving dan Creativity
and Innovation). Penguasaan ketrampilan 4C ini sangat penting khususnya di abad 21,
abad dimana dunia berkembang dengan cepat dan dinamis. Untuk mewujudkan
ketrampilan 4C itu diantaranya yaitu dengan adanya Integrasi PPK (Penguatan
Pendidikan Karakter) dalam pembelajaran terutama 5 karakter yaitu religiositas,
nasionalisme, kemandirian, gotong royong dan integritas serta Gerakan Literasi
Sekolah (GLS) yang tidak hanya sekedar membaca dan menulis melainkan mencakup
ketrampilan berpikir menggunakan berbagai sumber baik cetak, visual, digital dan
auditori. Juga dalam pembelajaran menerapkan Higher Order of Thinking Skill
(HOTS) yaitu dalam pembelajaran memberikan pelatihan yang melatih kemampuan
berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitf yang merupakan kemampuan berpikir
tingkat tinggi sehingga diharapkan peserta didik dapat bersaing dalam kancah dunia.
Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik
disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik
serta tuntutan lingkungan yang berkarakter dan berbudi pekerti luhur, serta sesuai
dengan visi SMP Negeri 3 Tellu Siattinge.
SMP Negeri 3 Tellu Siattinge Kecamatan Tellu Siattinge rnenyelenggarakan
Pendidikan inklusif yaitu sebuah pendidikan yang memberikan kesempatan dan
layanan yang sama kepada seluruh peserta didik, khususnya peserta didik
berkebutuhan khusus untuk belajar yang sama dengan teman sebaya di kelas reguler.
Hal ini bertujuan untuk menjadikan pendidikan sebagai sebuah wahana sosialisasi bagi
peserta didik ber kebutuhan khusus untuk dapat hidup secara wajar dan mendapatkan
perlakuan yang sama dengan peserta didik lainnya.
SMP Negeri 3 Tellu Siattinge memiliki peluang berkembang cukup besar karena
letak geografisnya yang strategis. Lokasi sekolah berada di kawasan yang mudah
dijangkau angkutan umum dan keadaan tenang. Ancaman SMP Negeri 3 Tellu
Siattinge bersumber dari pergeseran nilai budaya. Ancaman pergeseran nilai adalah
kecenderungan sikap hidup metropolis yang mulai melanda kehidupan peserta didik,
menirukan perilaku masyarakat yang tidak jelas latar belakangnya. Oleh karena itu,
kegiatan pembentukan budi pekerti dan melestarikan seni budaya tradisional sangat
3

dioptimalkan melalui kegiatan pengembangan diri. Menyikapi kondisi ini, SMP Negeri
3 Tellu Siattinge melakukan upaya nyata berupa peningkatan mutu pendidik dan
tenaga kependidikan, melengkapi sarana dan prasarana, menjalin kerja sama yang
harmonis dengan orang tua peserta didik/wali peserta didik dan mengadakan kegiatan
pengembangan diri dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dan
masyarakat.
Selain itu mengingat Kabupaten Bone adalah daerah pertanian , maka dalam hal
upaya pelestarian lingkungan, pencegahan pencemaran dan kerusakan lingkungan
maka ditetapkan mata pelajaran muatan lokal Bahasa Daerah dan Pendidikan
Lingkungan Hidup di SMP Negeri 3 Tellu Siattinge diajarkan baik secara monolitik
maupun secara integratif ke semua mata pelajaran dan pengembangan diri, yang
meliputi tema sampah, energi, keanekaragaman hayati, air dan makanan serta kantin
sekolah. Dengan adanya Pendidikan Lingkungan Hidup tersebut diharapkan akan
terbentuk karakter warga sekolah yang peduli terhadap kelestarian fungsi lingkungan.
Hal ini sesuai dengan SMP Negeri 3 Tellu Siattinge sebagai Sekolah Adiwiyata dan
Sekolah Sehat Tingkat Nasional.

2. Landasan Hukum
1). Landasan Filosofis
Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan kualitas
peserta didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari kurikulum, proses
pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar, hubungan peserta didik
dengan masyarakat dan lingkungan alam di sekitarnya.
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan
dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia
berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional.
Pada dasarnya tidak ada satupun filosofi pendidikan yang dapat digunakan
secara spesifik untuk pengembangan kurikulum yang dapat menghasilkan manusia
yang berkualitas. Berdasarkan hal tersebut, Kurikulum 2013 dikembangkan
menggunakan filosofi sebagai berikut :
a. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan
bangsa masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan
Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang
beragam, diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini, dan untuk
membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih baik di masa depan.
Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan masa depan selalu menjadi
kepedulian kurikulum, hal ini mengandung makna bahwa kurikulum adalah
rancangan pendidikan untuk mempersiapkan kehidupan generasi muda
4

bangsa. Dengan demikian, tugas mempersiapkan generasi muda bangsa


menjadi tugas utama suatu kurikulum. Untuk mempersiapkan kehidupan
masa kini dan masa depan peserta didik, Kurikulum 2013 mengembangkan
pengalaman belajar yang memberikan kesempatan luas bagi peserta didik
untuk menguasai kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan di masa kini
dan masa depan, dan pada waktu bersamaan tetap mengembangkan
kemampuan mereka sebagai pewaris budaya bangsa dan orang yang peduli
terhadap permasalahan masyarakat dan bangsa masa kini.
b. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut
pandangan filosofi ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di masa
lampau adalah sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum untuk
dipelajari peserta didik. Proses pendidikan adalah suatu proses yang
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi
dirinya menjadi kemampuan berpikir rasional dan kecemerlangan akademik
dengan memberikan makna terhadap apa yang dilihat, didengar, dibaca,
dipelajari dari warisan budaya berdasarkan makna yang ditentukan oleh
lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat kematangan psikologis serta
kematangan fisik peserta didik. Selain mengembangkan kemampuan
berpikir rasional dan cemerlang dalam akademik, Kurikulum 2013
memposisikan keunggulan budaya tersebut dipelajari untuk menimbulkan
rasa bangga, diaplikasikan dan dimanifestasikan dalam kehidupan pribadi,
dalam interaksi sosial di masyarakat sekitarnya, dan dalam kehidupan
berbangsa masa kini.
c. Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan
kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini
menentukan bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan pembelajaran
adalah pembelajaran disiplin ilmu (essentialism). Filosofi ini bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan intelektual dan kecemerlangan akademik.
d. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang
lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual,
kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi
untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik
(experimentalism and social reconstructivism). Dengan filosofi ini,
Kurikulum 2013 bermaksud untuk mengembangkan potensi peserta didik
menjadi kemampuan dalam berpikir reflektif bagi penyelesaian masalah
sosial di masyarakat, dan untuk membangun kehidupan masyarakat
demokratis yang lebih baik.
5

Dengan demikian, Kurikulum 2013 menggunakan filosofi sebagaimana di atas


dalam mengembangkan kehidupan individu peserta didik dalam beragama, seni,
kreativitas, berkomunikasi, nilai dan berbagai dimensi inteligensi yang sesuai
dengan diri seorang peserta didik dan diperlukan masyarakat, bangsa dan umat
manusia.
2). Landasan Sosiologis
Landasan sosiologis pengembangan kurikulum adalah asumsi-asumsi yang
berasal dari sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam pengembangan kurikulum.
Landasan sosiologis (sociological foundation) sangat berkenaan dengan kebutuhan,
perkembangan dan karakteristik suatu masyarakat yang mengalami suatu proses
sosial dan mempertimbangkan pola-pola interaksi suatu masyarakat yang
mengalami dinamika dalam proses sosial.
Masyarakat sendiri adalah suatu sistem, yang di dalamnya ada beberapa
subsistem yang berjenjang secara struktural, mulai dari subsistem kepercayaan,
nilai, dan subsistem kebutuhan. Subsitem-subsistem tersebut mempunyai korelasi
yang saling terkait. Masyarakat sebagai sistem mampu memengaruhi proses
pendidikan, oleh karenanya, masyarakat harus dipertimbangkan dalam penyusunan
sebuah kurikulum.
Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang
lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan
berkomunikasi,sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun
kehidupan masyarakat dangan bangsa yang lebih baik (experimentalism and social
reconstructivism). Dengan filosofi ini, Kurikulum 2013 bermaksud untuk
mengembangkan potensi peserta didik menjadi kemampuan dalam berpikir
reflektif bagi penyelesaian masa1ah sosial di masyarakat, dan untuk membangun
kehidupan masyarakat demokratis yang lebih baik. Faktor sosial budaya sangat
penting dalam penyusunan kurikulum yang relevan, karena kurikulum merupakan
alat untuk merealisasikan sistem pendidikan, sebagai salah satu dari dimensi
kebudayaan. Implikasi dasamya adalah sebagai berikut:
a. Kurikulum harus disusun berdasarkan kondisi sosial budaya masyarakat.
Kurikulum disusun bukan hanya harus berdasarkan nilai, adat istiadat, cita-cita
dari masyarakat, tetapi juga harus berlandaskan semua dimensi kebudayaan.
b. Karena kondisi sosial budaya senantiasa berubah dan berkembang sejalan
dengan perubahan masyarakat. Maka kurikulum harus disusun dengan
memperhatikan unsur fleksibilitas dan bersifat dinamis, sehingga kurikuIum
tersebut senantiasa relevan dengan masyarakat. Konsekuensi logisnya, pada
waktunya perlu diadakan perubahan dan revisi kurikulum, sesuai dengan
perkembangan dan perubaban sosial dan budaya yang ada pada saat itu.
6

c. Program kurikulum harus disusun dan mengandung materi sosial budaya


dalam masyarakat. Ini bukan hanya dimaksudkan untuk membudayakan anak
didik, tetapi sejalan dengan usaha mengawetkan kebudayaan itu sendiri.
d. Kurikulum di sekolah harus disusun berdasarkan kebudayaan nasional yang
berlandaskan pada falsafah pancasila, yang mencakup perkembangan
kcbudayaan daerah. Integrasi kebudayaan nasional akan tercermin dalam isi dan
organisasi kurikulum, karena sistem pendidikan kita bermaksud
membudayakan anak didik berdasarkan kebudayaan masyarakat dan bangsa
kita sendiri.
Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar adanya kebutuhan akan perubahan
rancangan dan proses pendidikan dalam rangka memenuhi dinamika kehidupan
masyarakat, bangsa, dan negara, sebagaimana termaktub dalam tujuan pendidikan
nasional. Dewasa ini perkembangan pendidikan di Indonesia tidak bisa dilepaskan
dari perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Perubahan ini dimungkinkan karena berkembangnya tuntutan baru dalam
masyarakat, dunia kerja, dan dunia ilmu pengetahuan yang berimplikasi pada
tuntutan perubahan kurikulum secara terus menerus. Hal itu dimaksudkan agar
pendidikan selalu dapat menjawab tuntutan perubahan sesuai dengan jamannya.
Dengan demikian keluaran pendidikan akan mampu memberikan kontribusi secara
optimal dalam upaya membangun masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-
based society).

3). Landasan Psikopedagogis


Kurikulum 2013 dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan perwujudan konsepsi
pendidikan yang bersumbu pada perkembangan peserta didik beserta konteks
kehidupannya sebagaimana dimaknai dalam konsepsi pedagogik transformatif.
Konsepsi ini menuntut bahwa kurikulum harus didudukkan sebagai wahana
pendewasaan peserta didik sesuai dengan perkembangan psikologisnya dan
mendapatkan perlakuan pedagogis sesuai dengan konteks lingkungan dan jamannya.
Kebutuhan ini terutama menjadi prioritas dalam merancang kurikulum untuk
jenjang pendidikan menengah khususnya SMP.
Oleh karena itu implementasi pendidikan di SMP yang selama ini lebih menekankan
pada pengetahuan, perlu dikembangkan menjadi kurikulum yang menekankan pada
proses pembangunan sikap, pengetahuan dan ketrampilan peserta didik melali
berbagai pendekatan yang mencerdaskan dan mendidik. Penguasaan substansi mata
pelajaran tidak lagi ditekankan pada pemahaman konsep yang steril dari kehidupan
masyarakat melainkan pembangunan pengetahuan melalui pembelajaran otentik.
Dengan demikian kurikulum dan pembelajaran selain mencerminkan muatan
7

pengetahuan sebagai bagian dari peradaban manusia, juga mewujudkan proses


pemberdayaan peserta didik sepanjang hayat.

4). Landasan Teoritis


Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan standar”
(standard-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi (competency-
based curriculum). Pendidikan berdasarkan standar menetapkan adanya standar
nasional sebagai kualitas minimal warganegara yang dirinci menjadi standar isi,
standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi
dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik
dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan,
berketerampilan, dan bertindak.
Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaan yang dilakukan guru (taught
curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran
di sekolah, kelas, dan masyarakat; dan (2) pengalaman belajar langsung peserta
didik (learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan
kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar langsung individual peserta
didik menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh peserta
didik menjadi hasil kurikulum.

5). Landasan Yuridis


1. Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2. Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah
3. PP No 19 thn 2005 junto PP 32 th. 2013 Junto PP 15 tentang SNP
4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
58 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 SMP/Mts.
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
61 Tahun 2014 Tentang KTSP
6. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
62 Tahun 2014 Tentang Kegiatan Ekstrakurikuler Pada Pendidikan Dasar
Dan Pendidikan Menengah
7. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
63 Tahun 2014 Tentang Pendidikan Kepramukaan Sebagai Kegiatan
Ekstrakurikuler Wajib Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah
8

8. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor


111 Tahun 2014 Tentang Bimbingan Dan Konseling Pada Pendidikan Dasar
Dan Pendidikan Menengah
9. Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, direvisi dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 32 tahun 2013
dan PP No. 13 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan
10. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
23 Tahun 2015 Tentang Penumbuhan Budi Pekerti
11. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
82 Tahun 2015 Tentang Pencegahan Tindak Kekerasan
12. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Pengenalan Lingkungan Sekolah bagi Siswa
Baru.
13. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
20 tahun 2016 tentang Standar Kelulusan
14. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
21 tahun 2016 tentang Standar Isi
15. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
22 tahun 2016 tentang Standar Proses
16. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
23 tahun 2016 tentang Standar Penilaian
17. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
24 tahun 2016 tentang Standar KI KD mata Pelajaran Kurikulum 2013
18. PP No, 19 tahun 2017 pengganti PP No. 74 tahun 2008 tentang Guru
19. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
53 tahun 2015 tentang Penilaian hasil belajar oleh Pendidik dan Satuan
Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan Menengah.
20. Permendikbud Nomor 79 Tahun 2014 Tentang Muatan Lokal
21. Undang Undang no 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup
22. Undang Undang no 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah
23. Surat kesepakatan bersama antara Menteri Negara Lingkungan Hidup
dengan Menteri Pendidikan Nasional tanggal 3 Juni 2005 Nomor Keputusan
07/MEN LH/06/2005 dan Nomor 05/VI/KB/2005 tentang Pembinaan dan
Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup
24. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup no. 05 revisi Permen LH nomor 02
tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata
9

25. Surat Keputusan Bersama Menteri Lingkungan Hidup dengan Mendiknas


No. 03/MENLH/02/2010 serta No. 01/11/KB/2010, tanggal 1 Pebruari 2010
tentang Pembinaan dan Pengembangan Lingkungan Hidup
26. Peraturan menteri Lingkungan Hidup No 5 tahun 2013 tentang pedoman
pelaksanaan program adiwiyata
27. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
28 tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan
Menengah
28. Peraturan Gubernur sulawesi selatan nomor 1620/VI/tahun 2016 tentang
penetapan muatan local di sekolah dasar dan sekolah menegah pertama
29. Peraturan Bupati Kabupaten Bone nomor 320 tahun 2015 tentang
penetapan bahasa daerah sebagai mata pelajaran muatan lokal pada
jenjang pendidikan dasar.
30. Keputusan Bersama Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan, Menteri
Agama,Menteri Kesehatan, Dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia,
nomor : Nomor 01.kb/2020, nomor 516 Tahun 2020, nomor Hk.03.01
/Menkes I 363 I 2020, nomor 440-842 Tahun 2020 tentang panduan
Peinyelenggaraan pembelajaran pada tahun ajaran 2020/2021 dan tahun
akademik 2020/2021 di masa pandemi corona virus disease 2019 (covid-
19).
31. Surat edaran nomor 4 tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan
pendidikan dalam masa darurat penyebaran corona virus (covid- 19)
32. Surat edaran Nomor 3 tahun 2020 tentang pencegahan corona virus (covid-
l9) pada satuan pendidikan
33. Surat edaran nomor 15 tahun 2020 tentang pedoman penyelenggaraan
belajar dari rumah dalam masa darurat penyebaran corona virus (covid-19)
34. Se sesjen kemdikbud no. 15/2020 panduan kegiatan pembelajaran saat
satuan pendidikan kembali beroperasi.
35. Surat edaran menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 4 tahun
2020,tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa Darurat
Penyebaran Corona Virus 2019
36. Surat edaran menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 1 tahun
2021,tentang peniadaan ujian nasional dan ujian kesetaraan
sertapelaksanaan ujian sekolah dalam masa Darurat Penyebaran Virus
Disease (COVID-19).
37. Kalender pendidkan SMP Negeri 3 Tellu Siattinge Tahun Ajaran
2020/2021

C. HASIL ANALISIS KONTEKS


1. Analisis Standar Nasional Pendidikan
Berpijak pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 yang
10

dijadikan landasan pengembangan satuan pendidikan. Untuk itu, pendidikan masa


yang akan datang harus berupaya mengacu pada SNP. Berkaitan dengan hal
tersebut, pendidikan masa yang akan datang diantaranya mengarah pada
pengembangan, berikut:
1) Pengembangan Standar Isi Pendidikan
2) Pengembangan Standar Proses Pendidikan
3) Pengembangan Standar Kompetensi Lulusan
4) Pengembangan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
5) Pengembangan Sarana dan Prasarana yang Berstandar
6) Pengembangan Standar Pengelolaan Pendidikan
7) Pengembangan Standar Pembiayaan Pendidikan
8) Pengembangan Standar Penilaian Pendidikan

2. Kondisi Internal SMP Negeri 3 Tellu Siattinge


SMP Negeri 3 Tellu Siattinge berdiri tahun 2003 dengan luas lahan 6.100
m2 yang terletak di Jl Poros Bone Sengkang. Kabupaten Bone , karena letaknya
dijalan raya sehingga mudah dijangkau dengan alat transportasi. SMP Negeri 3
Tellu Siattinge 12 rombongan belajar masing-masing empat rombel kelas
VII,empat rombel Kelas VIII dan empat rombel kelas IX rombel dengan input
yang cukup memadai.
A. Data Peserta didik
TAHUN KELAS
L/P JUMLAH
PELAJARAN 7 8 9
Laki-laki 53 56 70 179
2020/2021 Perempuan 61 68 77 206
L/P 114 124 147 385

B. Data Guru
KUALIFIKA
STATUS SI
KEPEGAWA L P L/P AKADEMIK
TAHUN IAN
GURU S1 S2
PELAJARAN
2020/2021 PNS 6 8 14 12 2
NON PNS 2 6 8 8 -
JUMLAH 8 14 22 20 2

C. Data Karyawan
TAHUN

KARYAWAN JUMLAH
KET
L P L/
P
PNS NO PNS NO SM SMA S1
N N P
11

PNS PNS
TU 3 3 1 2
Pesuruh/Satpam
Tukang Kebun
Petugas
3 2 5 5
PELAJARAN 2020/2021

Perpus/Lab
Petugas7K
Penjaga Sekolah 1 1 1
JUMLAH 4 2 2 8

D. Data Sarpras
NO RUANGAN ADA KET
1 R. Kelas √ 13
2 R. Lab Bahasa
3 R. Lab IPA √ 1
4 R. Lab komputer √ 1
5 R. Perpustakaan √ 1
6 Aula √ 2
7 Mushollah √ 1
8 R. Kasek √ 1
9 R. Wakasek √ 1
10 Kantin √ 1
11 R. Kopsis √ 1
12 R. UKS √ 1
13 R. LH √ 1
14 Lapangan Olah raga (Tenis, Futsal, √ 3
Voli)
15 Lahan Pertamanan dan tanaman obat √ 1
(Green House dan TOGA)
12

BAB II
TUJUAN, VISI DAN MISI

A. Tujuan Pengembangan Kurikulum SMP Negeri 3 Tellu Siattinge


Kurikulum disusun sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan di SMP Negeri 3 Tellu Siattinge. Tujuan
pengembangan kurikulum di SMP Negeri 3 Tellu Siattinge adalah tahapan atau
langkah untuk mewujudkan visi sekolah dalam jangka waktu tertentu dapat diukur, dan
terjangkau. Di SMP Negeri 3 Tellu Siattinge melaksanakan Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan tujuan sebagai berikut:


1. mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial,
rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan
psikomotorik;
2. sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar
terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke
masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar;
3. mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam
berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;
4. memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap,
pengetahuan, dan keterampilan;
5. kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut
dalam kompetensi dasar mata pelajaran;
6. kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements)
kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran
dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti;
kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling
memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmatapelajaran dan
jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal)
Tujuan Penyusunan Kurikulum Darurat
1. Menyamakan persepsi kepala sekolah, pendidik,tenaga kependidikan,peserta didik
dan komite sekolah tentang berbagai peraturan dan perudanng-undangan yang
mendasari implementasi kuriukulum 2013 pada masa pandemic covid-19
2. Sebagai acuan teknis atau pedoman penyelenggaraan pembelajaran selama
pandemic covid 19 di sekolah. Dengan harapan agar pembelajaran di SMP Negeri 3
Tellu Siattinge ini dapat terlaksana dengan baik dan efektif.
13

3. Sebagai panduan implementasi kuriuklum 2013 untuk mempersiapkan manusia


Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang
beriman,produktif,kreatif, inovatif, dan efektif serta mampu berkontribusi pada
kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara
4. Untuk memastikan hak anak untuk tetap mendapat layanan pendidikan,
melindungi warga satuan pendidikan dan memastikan pemenuhan dukungan
psikososial bagi pendidik, peserta didik dan orang tua.

B. Tujuan Pendidikan Dasar


Tujuan tingkat pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut. Untuk mencapai tujuan pendidikan tingkat satuan
pendidikan dasar dituntut peran guru dalam proses pembelajaran agar peserta didik
memiliki keseimbangan antara kognitif, afektif dan psikomotorik.

Prinsip Pengembangan Kuriukulum Smp Negeri 3 Tellu Siattinge


Pelaksanaan pembelajaran pada pelaksanaan kurikulum 2013 memiliki karakteristik
yang berbeda dari pelaksanaan kurikulum 2006. Berdasarkan hasil analisis terhadap
kondisi yang diharapkan terdapat maka dipeloleh 14 prinsip utama pembelajaran
yang perlu guru terapkan.
Ada pun 14 prinsip itu adalah:

1.  Dari siswa diberi tahu menuju siswa mencari tahu; pembelajaran


mendorong siswa menjadi pembelajar aktif, pada awal pembelajaran guru tidak
berusaha untuk meberitahu siswa karena itu materi pembelajaran tidak
disajikan dalam bentuk final. Pada awal pembelajaran guru membangkitkan
rasa ingin tahu siswa terhadap suatu fenomena atau fakta lalu mereka
merumuskan ketidaktahuannya dalam bentuk pertanyaan. Jika biasanya
kegiatan pembelajaran dimulai dengan penyampaian informasi dari guru
sebagai sumber belajar, maka dalam pelaksanaan kurikulum 2013 kegiatan inti
dimulai dengan siswa mengamati fenomena atau fakta tertentu. Oleh karena itu
guru selalu memulai dengan menyajikan alat bantu pembelajaran untuk
mengembangkan rasa ingin tahu siswa dan dengan alat bantu itu guru
membangkitkan rasa ingin tahu siswa dengan bertanya.
2. Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis
aneka sumber; pembelajaran berbasis sistem lingkungan. Dalam kegiatan
pembelajaran membuka peluang kepada siswa  sumber belajar seperti
informasi dari buku siswa,  internet, koran, majalah, referensi dari
perpustakaan yang telah disiapkan. Pada metode proyek, pemecahan masalah,
14

atau inkuiri siswa dapat memanfaatkan sumber belajar di luar kelas.


Dianjurkan pula untuk materi tertentu siswa memanfaatkan sumber belajar di
sekitar lingkungan masyarakat. Tentu dengan pendekatan ini pembelajaran
tidak cukup dengan pelaksanaan tatap muka dalam kelas.
3. Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan
pendekatan ilmiah; pergeseran ini membuat guru tidak hanya menggunakan
sumber belajar tertulis sebagai satu-satunya sumber belajar siswa dan hasil
belajar siswa hanya dalam bentuk teks. Hasil belajar dapat diperluas dalam
bentuk teks, disain program, mind maping, gambar, diagram, tabel,
kemampuan berkomunikasi, kemampuan mempraktikan sesuatu yang dapat
dilihat dari lisannya, tulisannya, geraknya, atau karyanya.

4. Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis


kompetensi;pembelajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar, tetapi dari
aktivitas dalam proses belajar. Yang dikembangkan dan dinilai adalah sikap,
pengetahuan, dan keterampilannya.
5. Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu; mata pelajaran
dalam pelaksanaan kurikulum 2013 menjadi komponen sistem yang
terpadu. Semua materi pelajaran perlu diletakkan dalam sistem yang terpadu
untuk menghasilkan kompetensi lulusan. Oleh karena itu guru perlu merancang
pembelajaran bersama-sama, menentukan karya siswa bersama-sama, serta
menentukan karya utama pada tiap mata pelajaran bersama-sama, agar beban
belajar siswa dapat diatur sehingga tugas yang banyak, aktivitas yang banyak,
serta penggunaan waktu yang banyak tidak menjadi beban belajar berlebih
yang kontraproduktif terhadap perkembangan siswa.
6. Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju
pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi; di sini
siswa belajar menerima kebenaran tidak tunggul. Siswa melihat awan yang
sama di sebuah kabupaten. Mereka akan melihatnya dari tempatnya berpijak.
Jika ada sejumlah siswa yang melukiskan awan pada jam yang sama dari
tempat yangberjauhan, mereka akan melukiskannya berbeda-beda, semua
benar tentang awan itu, benar menjadi beragam.
7. Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif; pada waktu
lalu pembelajaran berlangsung ceramah. Segala sesuatu diungkapkan dalam
bentuk lisan guru, fakta disajikan dalam bentuk informasi verbal, sekarang
siswa harus lihat faktanya, gambarnya, videonya, diagaramnya, teksnya yang
membuat siswa melihat, meraba, merasa dengan panca indranya. Siswa belajar
15

tidak hanya dengan mendengar, namun dengan menggunakan panca indra


lainnya.
8. Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills)
dan keterampilan mental (softskills); hasil belajar pada rapot tidak hanya
melaporkan angka dalam bentuk pengetahuannya, tetapi menyajikan informasi
menyangku perkembangan sikapnya dan keterampilannya. Keterampilan yang
dimaksud bisa keterampilan membacan, menulis, berbicara, mendengar yang
mencerminkan keterampilan berpikirnya. Keterampilan bisa juga dalam bentuk
aktivitas dalam menghasilkan karya, sampai pada keterampilan berkomunikasi
yang santun, keterampilan menghargai pendapat dan yang lainnya.
9. Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan  dan pemberdayaan
siswa sebagai pembelajar sepanjang hayat; ini memerlukan guru untuk
mengembangkan pembiasaan sejak dini untuk melaksanakan norma yang baik
sesuai dengan budaya masyarakat setempat, dalam ruang lingkup yang lebih
luas siswa perlu mengembangkan kecakapan berpikir, bertindak, berbudi
sebagai bangsa, bahkan memiliki kemampuan untuk menyesusaikan dengan
dengan kebutuhan beradaptasi pada lingkungan global. Kebiasaan membaca,
menulis, menggunakan teknologi, bicara yang santun  merupakan aktivitas
yang tidak hanya diperlukan dalam budaya lokal, namun bermanfaat untuk
berkompetisi dalam ruang lingkup global.
10. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan
(ing ngarso sung tulodo),  membangun kemauan (ing madyo mangun
karso), dan mengembangkan kreativitas siswa dalam proses
pembelajaran (tut wuri handayani); di sini guru perlu menempatkan diri
sebagai fasilitator yang dapat menjadi teladan, meberi contoh bagaimana hidup
selalu belajar, hidup patuh menjalankan agama dan prilaku baik lain. Guru di
depan jadi teladan, di tengah siswa menjadi teman belajar, di belakang selalu
mendorong semangat siswa tumbuh mengembangkan pontensi dirinya secara
optimal.
11. Pembelajaran berlangsung di rumah, di sekolah, dan di
masyarakat; karena itu pembelajaran dalam kurikulum 2013 memerlukan
waktu yang lebih banyak dan memanfaatkan ruang dan waktu secara integratif.
Pembelajaran tidak hanya memanfaatkan waktu dalam kelas.
12. Pembelajaran menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa
saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas. Prinsip ini menadakan
bahwa ruang belajar siswa tidak hanya dibatasi dengan dinding ruang kelas.
Sekolah dan lingkungan sekitar adalah kelas besar untuk siswa belajar.
Lingkungan sekolah sebagai ruang belajar yang sangat ideal untuk
16

mengembangkan kompetensi siswa. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya


dapat mengembangkan sistem yang terbuka.
13. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (tIK) untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; di sini sekolah perlu
meningkatkan daya guru dan siswa untuk memanfaatkan TIK. Jika guru belum
memiliki kapasitas yang mumpuni siswa dapat belajar dari siapa pun. Yang
paling penting mereka harus dapat menguasai TIK sebabab mendapatkan
pelajaran dengan dukungan TIK atau tidak siswa tetap akan menghadapi
tantangan dalam hidupnya menjadi pengguna TIK. Jika sekolah tidak
memfasilitasi pasti daya kompetisi siswa akan jomplang daripada  siswa yang
memeroleh pelajaran menggunakannya.
14. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya
siswa; cita-cita, latar belakang keluarga, cara mendapat pendidikan di rumah,
cara pandang, cara belajar, cara berpikir, keyakinan siswa berbeda-beda. Oleh
karena itu pembelajaran harus melihat perbedaan itu sebagai kekayaan yang
potensial dan indah jika dikembangkan menjadi kesatuan yang memiliki unsur
keragaman. Hargai semua siswa, kembangkan kolaborasi, dan biarkan siswa
tumbuh menurut potensinya masing-masing dalam kolobarasi kelompoknya.
Demikian materi tentang prinsip pembelajaran yang disarikan dari materi
pelatihan implementasi Kurikulum 2013.

C. Visi
” Terwujudnya Siswa yang Berilmu, Berimtaq, Berbudaya, Berwawasan dan
Peduli Lingkungan.
D. Misi
1. Mewujudkan peserta didik dan tenaga pendidik yang memiliki kecerdasan spiritual,
kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan sosial secara
berimbang.
2. Meningkatkan Profesionalisme Pendidik dan tenaga Kependidikan
3. Melaksanakan proses pembelajaran dengan menerapkan model-model
pembelajaran berbasis scientific approach (Pendekatan ilmiah).
4. Menanamkan nilai-nilai keagamaam dengan menjalankan kewajiban dan ibadah
sesuai dengan keyakinan dan agama masing-masing.
5. Mewujudkan pembelajaran yang meningkatkan karakter peserta didk menjadi insan
yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur budaya bangsa.
6. Mewujudkan lingkungan sekolah yang kondusif, bersih, hijau indah, dan ramah
lingkungan.
17

7. Mewujudkan budaya peduli lingkungan dengan melestarikan fungsi-fungsi


lingkungan , mencegah pencemaran lingkungan dan atau kerusakan lingkungan.
8. Mewujudkan sekolah sehat dan ramah anak.
9. Tercapaianya delapan standar nasional pendidikan (SNP) sesuai permendikbud
nomor 19 tahun 2005

E. Tujuan SMP Negeri 3 Tellu Siattinge


1. Memperoleh nilai rata-rata ujian Nasional minimal 78,00 dan Nilai rata-rata ujian
sekolah minimal 85,00
2. Persentase kenaikan kelas dan kelulusan peserta didik mencapai 100%
3. Peningkatan kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan dengan melanjutkan
pendidikan ke jenjang S2.
4. Memperoleh juara Olimpade Sains, Olahraga, Seni dan Pramuka tingkat
kabupaten dan Provinsi.
5. Membekali peserta didik dalam membaca dan menulis Al-Qur’an.
6. Membiasakan peserta didik melaksanakan Sholat berjamaah.
7. Memperoleh juara lomba MTQ di tingkat daerah dan propinsi.
8. Membiasakan peserta didik melafalkan ayat-ayat alqur’an setiap hari.
9. Menghasilkan kreasi seni, keterampilan dan kerajinan tangan.
10. Melestarikan budaya daerah dengan meningkatkan kemampuan seluruh peserta
didik dalam baca tulis aksara lontara.
11. Terciptanya budaya 5T-ABC ( Teladan, Telaten, Terampil, Tawadhu, dan Teguh
Pendirian- Adil, Bijaksana dan Cakap )
12. Terwujudnya lingkungan sekolah yang kondusif, bersih, hijau indah, dan ramah
lingkungan.
13. Terwujudnya kesadaran akan pentingnya serta manfaat lingkungan sekolah yang
kondusif, bersih, hijau, indah dan ramah lingkungan.
14. Terwujudnya kesadaran akan pentingnya pelestarian fungsi-fungsi lingkungan,
mencegah pencemaran dan atau kerusakan lingkungan.
15. Memperoleh juara lomba sekolah sehat tingkat kabupaten dan propinsi.
16. Menjadi sekolah Adiwiyata
17. Menjadi sekolah sehat dan ramah anak.
18. Terpenuhinya delapan standar nasional pendidikan sesuai permendikbud no 19
tahun 2005
18
19

BAB III
KERANGKA DASAR, STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM

A. KERANGKA DASAR KURIKULUM DARURAT


1. KONSEP KURIKULUM DARURAT
a) Kuriukulum darurat hanya disusun dan dilaksanakan pada masa darurat
covid 19
b) Penyusunan kurikulum darurat dilakukan dengan cara modifikasi dan
melakukan inovasi pada struktur kurikulum,beban belajar, strategi
pembelajaran, penilaian hasil belajar dan lain sebagainya sesuai dengan
kondisi sekolah
c) Pada masa darurat covid 19, seluruh peserta didik tetap mendapatkan
layanan pendidikan dan pembelajaran dari sekolah.
d) Kurikulum darurat hanya diterapkan pada masa darurat covid 19 dan
dilakukan apabila sekolah mampu memenuhi persyaratan protokol
kesehatan yang ditetapkan pemerintah setempat yang meliputi sarana yaitu
tem[at cuci tangan, handsanitizer, penataan kelas yang memenuhi
phisicaldistance, bilik untuk penyemprotan disinfektan, alat pengukur suhu
badan, masker cadangan, pengoptimalan fungsi UKS dll. Bila kondisi
sudah normal, maka kegiatan pembelajaran akan kembali dilaksanakan
secara normal seperti biasanya.
2. KONSEP PEMBELAJARAN MASA DARURAT
a) Kegiatan pembelajaran masa darurat dilakukan dengan berpedoman pada
kalender pendidikan sekolah tahun pelajaran 2020/2021 yang ditetapkan
oleh dinas Pendidikan Kabupaten Bone
b) Kegiatan pebelajaran masa darurat dilakukan tidak hanya untuk mencapai
ketuntasan Kompetensi Dasar (KD), namun lebih menitik beratkan pada
penguatan karakter, praktik ibadah, peduli pada lingkungan dan kegiatan
sosial lainnya.
c) Kegiatan pembelajaran masa darurat covid 19 melibatkan guru, orang
tua,peserta didik dan lingkungan sekitar.
d) Kegiatan pembelajaran masa darurat dilaksanakan dengan
mempertimbangkan terjaganya kesehatan ,keamanan, dan keselamatan
peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan dan masyarakat baik pada
aspek fisik maupun psikologi.
20

3. PRINSIP PEMBELAJARAN MASA DARURAT


a) Pembelajaran dilakukan dengan tatap muka, tatap muka terbatas dan atau
pembelajaran jarak jauh baik secara daring dan luring kegiatan tersebut
dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi
peserta didik.
b) Pembelajaran berlangsung disekolah, dirumah dan dilingkungan sekitar
sesuia dengan kondisi masing-masing termasuk mempertimbangkan
kesenjangan akses/fasilitas belajar di rumah
c) Pembelajaran menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru,siapa saja
adalah peserta didik, dan dimana saja adalah kelas.
d) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan
efisiensi dan efektifitas pembelajaran
e) Keselamatan dan kesehatan lahir batin peserta didik, pendidik, kepala
satuan pendidikan dan seluruh warga satuan pendidikan menjadi
pertimbangan utama dalam pelaksanaan belajar di rumah.
f) Mengedepankan pola interaksi dan komunikasi yang positif antara guru
dengan peserta didik dan orang tua /wali.
g) Bukti atau produk aktivitas belajar dari rumah diberi umpan balik yang
bersifat kualitatif dan berguna dari guru, tanpa diharuskan memberi
skor/nilai kuantitatif.

B. Struktur Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenal tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum satuan
operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.
KTSP yang dimaksud disini adalah kurikulum operasional yang disusun oleh para guru,
dewan sekolah atau komite sekolah SMP Negeri 3 Tellu Siattinge dan di laksanakan di
SMP Negeri 3 Tellu Siattinge.
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus
ditempuh oleh pesera didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan
kurikulum pada setiap mata pelajaran dituangkan dalam kompetensi yang harus
dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur
kurikulum. Kompetensi yang dimaksud terdiri atas standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang dikembangkan berdasarkan standar kompetensi lulusan
21

Struktur kurikulum terdiri atas tiga komponen, yaitu komponen mata pelajaran,
muatan local, dan pengembangan diri. Komponen mata pelajaran dikelompokkan
sebagai berikut :
1. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
3. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
4. Kelompok mata pelajaran estetika, dan
5. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan
Komponen muatan lokal dan pengembangan diri merupakan bagian integral dari
struktur kurikulum. Struktur kurikulum ini meliputi substansi pembelajaran yang
ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun, yakni mulai kelas VII
sampai dengan kelas IX.
Struktur kurikulum SMP Negeri 3 Tellu Siattinge dapat dilihat dalam tabel berikut
:
Kelas dan Alokasi Waktu
KOMPONEN
VII VIII IX
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama 3 3 3
2. Pendidikan Kewarganegaran 3 3 3
3. Bahasa Indonesia 6 6 6
4. Bahasa Inggris 4 4 4
5. Matematika 5 5 5
6. Ilmu Pengetahuan Alam 5 5 5
7. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4
8. Seni Budaya 3 3 3
9. Pend. Jasmani ,OR dan Kesehatan 3 3 3
10. Teknologi Informasi dan Komunikasi - - -
11. Prakarya 2 2 2
B. Muatan Lokal
1. Bahasa Daerah 2 2 2

C. Pengembangan Diri ( Bimbingan Karir )


JUMLAH 40 40 40

KETERANGAN :
 Alokasi waktu satu jam Pembelajaran adalah 30 menit
 Minggu Efektif dalam satu tahun pelajaran ( 2 semester) adalah 38 pekan
 Minggu Efektif Fakultatif dalam satu tahun pelajaran (2 semester) adalah 1 Pekan
terdapat program Intrakurikuler seperti tabel diatas dan juga ekstrakurikuler yang
dikembangkan dalam program pengembangan diri
 Substansi mata pelajarn IPA dan IPS merupakan ”IPA Terpadu” dan ”IPS
Terpadu”.
B. Muatan Kurikulum
22

Muatan kurikulum di SMP Negeri 3 Tellu Siattinge meliputi sejumlah mata pelajaran
yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun. Materi muatan lokal
dan
kegiatan pengembangan diri merupakan bagian dari muatan kurikulum. Adapun muatan
kurikulum adalah sebagai berikut:
1. Daftar Mata Pelajaran
Mata pelajaran merupakan materi bahan ajar berdasarkan landasan keilmuan yang
akan dibelajarkan kepada peserta didik sebagai beban belajar melalui metode dan
pendekatan tertentu.
Sesuai dengan ketentuan standar isi, maka SMPN 3 Tellu Siattinge dalam
pembelajaran melaksanakan secara konsisten mata-mata pelajaran sesuai dengan
standar isi, yang meliputi :

a. Mata Pelajaran Agama


1) Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam diperuntukkan bagi yang menganut agama islam
dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti,
dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama.
Pendidikan Agama Islam di SMP/MTs bertujuan untuk :
1. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengalaman, pembiasaan,
serta pengalaman peserta didik tentang agama islam sehingga menjadi
manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya
kepada Allah SWT;
2. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak
mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas,
produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), berbudi
pekerti luhur, menjaga keharmonisan secara personal dan sosial,
mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah dan
mempunyai karakter peduli dengan lingkungan sekitar baik di sekolah
maupun di rumah serta bebas dari narkoba.
b. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Mata Pelajaran Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia
yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan
UUD 1945.
Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut.
23

1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam


menanggapi isu kewarganegaraan meliputi penghargaan terhadap hak-hak
asasi manusia, kesetaraan gender, demokrasi, ketaatan pada hukum dan
membayar pajak, dan sikap / perilaku anti KKN (korupsi, kolusi, dan
nepotisme) serta anti narkoba.
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan
bertindak secara cerdas serta berbudi pekerti luhur dalam kegiatan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk
membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar
dapat hidup bersama (berinteraksi) dengan bangsa-bangsa lain dalam
percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi.
4. Kesadaran dan wawasan termasuk wawasan
kebangsaan, jiwa dan patriotisme bela negara, dan cinta tanah air dalam
upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup untuk mencegah pencemaran dan
keruskan lingkungan serta mempunyai tanggung jawab sosial dengan
sesama.

c. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia


Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan
benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap
hasil karya kesastraan manusia Indonesia.
Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut:
1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku,
baik secara lisan maupun tulis untuk mewujudkan karakter yang berbudi
pekerti luhur.
2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa indonesia sebagai bahasa
persatuan dan bahasa negara sebagai khazanah budaya dan intelektual
manusia Indonesia.
3. Menggunakan bahasa indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.
4. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,
memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan berbahasa.
24

5. Memahami bahasa indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif


untuk berbagai tujuan diantaranya berupa karya sastra yang berupa puisi,
pantun, slogan dll

d. Mata pelajaran Bahasa Inggris


Mata Pelajaran Bahasa Inggris di SMP/MTs bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut :
1. Mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk
lisan dan tulis untuk mencapai tingkat literasi functional dalam bentuk text
report yang bertemakan upaya pelestarian lingkungan hidup
2. Memiliki kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa
Inggris untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat global.
3. Mengembangkan pemahaman peserta didik tentang keterkaitan
antara bahasa dengan budaya.
Pembelajaran bahasa Inggris di SMP Negeri 3 Tellu Siattinge ditargetkan agar
peserta didik dapat mencapai tingkat functional yakni berkomunikasi secara
lisan dan tulis untuk menyelesaikan masalah sehari-hari.

e. Mata Pelajaran Matematika


Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai
dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir
logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.
Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan
memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup
pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut.
1. Memahami konsep matematika dan mengaplikasikan konsep
atau dalam pemecahan masalah sehari-hari khususnya masalah yang
berkaitan dengan lingkungan hidup dan.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan
menafsirkan solusi untuk permasalahn yang berkaitan dengan kelestarian
lingkungan, mencegah kerusakan lingkungan hidup dan pencegahan narkoba
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram,
atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
25

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam


kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam
mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan
masalah.

f. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam


Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific
inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah
serta mengkomunikasikannya sebagai aspek yang sangat penting bagi peserta
didik yang merupakan bagian dari pembekalan kecakapan hidup. Oleh karena
itu pembelajaran IPA di SMP/MTs menekankan pada pemberian pengalaman
belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan
proses dan sikap ilmiah.
Mata pelajaran IPA di SMP/MTs bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut.
1. Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang
Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam
ciptaanNya
2. Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala
alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran
terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,
lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
4. Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan
berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam
memelihara, menjaga, melestarikan lingkungan serta sumber daya alam
untuk mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan
7. Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.
26

g. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.


Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam
proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di
masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan
memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang
berkaitan.
Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut.
1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungannya
2. Menerapkan konsep-konsep yang berkaitan dengan lingkungan
untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan lingkungan
hidup sebagai upaya untuk pelestarian fungsi lingkungan
3. Memiliki kemampuan dasar utuk berpikir logis dan kritis, rasa
ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam
kehidupan sosial.
4. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial
dan kemanusiaan.
5. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional,
dan global.
h. Mata Pelajaran Seni Budaya
Pendidikan seni budaya dan keterampilan memiliki peranan dalam pembentukan
pribadi peserta didik yang harmonis dengan memperhatikan kebutuhan
perkembangan anak dalam mencapai multikecerdasan yang terdiri atas
kecerdasan intrapersonal, interpersonal, visual spasial, musikal, linguistik, logik
matematik, naturalis serta kecerdasan adversitas, kecerdasan kreativitas,
kecerdasan spiritual dan moral, dan kecerdasan emosional.
Mata pelajaran Seni Budaya bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut:
1. Memahami konsep dan pentingnya seni budaya
2. Menampilkan sikap apresiasi terhadap seni budaya
3. Menampilkan kreativitas melalui seni budaya
4. Menampilkan peran serta dalam seni budaya dalam tingkat
lokal, regional, maupun global.
27

5. Menerapkan jiwa seni dan kreativitas untuk membuat hasil


karya yang berkaitan dengan Narkoba (poster anti Narkoba) dan lingkungan
seperti kerajinan tangan (handycraf) yang berbahan dasar barang bekas,
lukisan yang bertema lingkungan.

i. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan


Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan media untuk
mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik,
pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-
sportivitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara
untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis
yang seimbang.
Mata pelajaran jasmani, Olahraga, dan Kesehatan bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut :
1. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya
pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat
melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih
2. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis
yang lebih baik
3. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar
4. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui
internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani,
olahraga dan kesehatan.
5. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin,
bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri , demokratis dan anti Narkoba.
6. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri
sendiri, orang lain dan lingkungan
7. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di
lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan
fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil serta
memiliki sikap yang positif.

j. Mata Pelajaran Prakarya


Mata Pelajaran Prakarya dapat digolongkan ke dalam pengetahuan -
transcience-knowledge, yaitu mengembangkan pengetahuan dan melatih
keterampilan kecakapan hidup berbasis seni dan teknologi. Pembelajaran ini
melatih kemampuan ekspresi-kreatif untuk menuangkan ide dan gagasan yang
dirasionalisasikan secara teknologis sehingga keterampilan tersebut bermuara
28

apresiasi teknologi terbarukan maupun kearifan lokal, hasil yang ergonomis


serta aplikatif dan ekosistem dalam memanfaatkan lingkungan sekitar.
Mata pelajaran Prakarya bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut:
1. Memfasilitasi pesertadidik mampu berekspresi kreatif melalui keterampilan
teknik berkarya berbasis teknologi tepat guna dan seni, baik tradisional
maupun modern, serta alami maupun artifisal.
2. Membina peserta didik yang kritis terhadap kemajuan seni dan teknologis
serta mampu memanfaatkan karya kearifan lokal sebagai dasar
pengembangan pribadi yang berkarakter Indonesia, cerdas dan humanis.
3. Melatih memanfaatkan media dan bahan berkarya seni dan teknologi.
4. Menghasilkan karya jadi maupun apresiatif yang siap dimanfaatkan dalam
kehidupan, dengan menerapkan kearifan lokal.
5. Melatih keterampilan mencipta karya dengan memanfaatkan benda-benda di
sekitar baik bahan alami maupun buatan serta mendaur ulang sampah/benda-
benda tidak terpakai yang ada di sekolah untuk mengatasi masalah sampah
di sekolah

2. Program Muatan Lokal


a. Jenis dan strategi muatan lokal yang dilaksanakan instruksi Dinas
Pendidikan Kab. Bone
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi
yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan
daerah, yang materinya tidak sesuai menjadi bagian dari mata pelajaran lain dan
atau terlalu banyak sehingga harus menjadi mata pelajaran tersendiri. Substansi
muatan lokal ditentukan oleh sekolah, tidak terbatas pada mata pelajaran seni-
budaya dan keterampilan, tetapi juga mata pelajaran lainnya, seperti Pendidikan
Lingkungan Hidup. Muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga sekolah
harus mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk setiap
jenis muatan lokal yang diselenggarakan. Sekolah dapat menyelenggarakan satu
mata pelajaran muatan lokal setiap semester, atau dua mata pelajaran muatan
lokal dalam satu tahun.

b. Jenis dan strategi muatan lokal


Muatan lokal yang menjadi ciri khas daerah (Kabupaten Bone) dan
diterapkan di SMPN 3 Tellu Siattinge adalah :
MATA PELAJARAN KELAS DAN KET
ALOKASI WAKTU
29

VII VIII IX
1. Bahasa Daerah 2 2 2

Mata pelajaran Bahasa Daerah bertujuan agar peserta didik memiliki


kemampuan sebagai berikut:
1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien dengan menggunakan bahasa
daerah (Bugis) baik dengan teman sebaya maupun dengan orang yang lebih
tua untuk mewujudkan karakter yang berbudi pekerti luhur.
2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa bahasa daerah (Bugis) serta
untuk melestarikannya sebagai kekayaan budaya daerah
3. Memahami bahasa daerah (Bugis) dan menggunakannya dengan tepat dan
kreatif untuk berbagai tujuan diantaranya berupa karya sastra yang berupa
berupa cerita rakyat.

Mata pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup bertujuan agar peserta didik


memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Menumbuh kembangkan karakter peduli terhadap kelestarian lingkungan
2. Melakukan tindakan atau upaya untuk mencegah pencemaran dan kerusakan
lingkungan di sekolah maupun di lingkungan sekitar tempat tinggal seperti
pengolahan sampah, penghijauan, recycle dll

c. Daftar Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Muatan Lokal

MATA PELAJARAN : BAHASA DAERAH

Semester Kompetensi Inti Kompetensi Dasar


KELAS VII
Genap Mendengar 5.1 Mendengarkan contoh
Memahami bentuk dan makna peribahasa peribahasa Bugis
5.2 Mendengarkan cerita
melalui kegiatan mendengarkan cerita
Berbicara 6.1 Menyampaikan pengalaman
Mengungkapkan pesan, informasi, dan yang berkesan dengan kalimat
gagasan secara lisan melalui kegiatan bahasa Bugis yang santun
6.2 Menyampaikan pengumuman
menceritakan pengalaman,
dalam bahasa Bugis dengan
menyampaikan pengumuman, dan lafal dan intonasi yang tepat
bertanya jawab dalam bahasa Bugis 6.3 Bertanya jawab dengan
menggunakan kata yang tepat
dengan bahasa yang santun
Membaca 7.1 Membacakan berita dalam
Memahami isi teks bahasa Bugis melalui bahasa Bugis dengan lafal dan
kegiatan membaca berita, elong, dan intonasi yang tepat
7.2 Melantunkan elong ugi dengan
dongeng
30

irama dan lagu yang baik


7.3 Membaca dongeng
Menulis 8.1 Menulis kata ulang dan kata
Mengungkapkan pikiran dan gagasan majemuk dengan ejaan yang
secara tertulis melalui kegiatan menulis benar
8.2 Menulis paragraf dengan diksi
kata, paragraf, karangan singkat dalam
dan kalimat runtut
bahasa Bugis dengan ejaan yang benar 8.3 Menulis karangan singkat
dengan ejaan latin dan lontara
KELAS VIII

Semester Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Genap Memahami mantra dan kelas kata (Aspek 5.1.Mendengarkan contoh-contoh


Mendengarkan) mantra atau doa
5.2. Mendengarkan penggunaan
kata benda, kata kerja, dan kata
sifat, dalam wacana bahasa
Bugis yang dilisankan
Mendongeng dan mengungkapkan unsur- 6.1. Mendongeng didepan kelas
unsur instrinsik dalam karya fiksi Bugis dengan lafal, intonasi, dan
(Aspek Berbicara) ekspresi yang tepat
6.2. Menyebutkan tema, amanat,
alur, dan penokohan dalam
prosa fiksi Bugis
Membacakan puisi modern, cerita rakyat 7.1. Mendeklamasikan puisi
dengan lagu, dan irama yang baik (Aspek modern dengan baik
Menulis) 7.2. Membaca cerita dengan
bahasa berirama
Mengungkapkan perasaan dan informasi 8.1. Menulis frasa dalam bahasa
secara tertulis melalui kegiatan menulis Bugis berdasarkan jenisnya
frasa, kalimat, surat, dan naskah drama 8.2. Menulis kalimat aktif-pasif,
Bugis (Aspek Menulis) kalimat tunggal, dan majemuk
dengan struktur yang benar
8.3 Menulis surat dalam bahasa
Bugis dengan menggunakan
huruf lontarak yang indah dan
benar
8.4.Menulis naskah drama satu
babak dengan menggunakan
bahasa Bugis
KELAS IX

SMT STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

Ganjil 1. Mendengarkan dan memahami 1.1 Mendengarkan khutbah


kalimat perintah dan budaya 1.2 Kalimat perintah
kepemimpinan masyarakat Bugis
melalui kegiatan mendengarkan
berbagai jenis wacana lisan seperti
khotbah
2. Mengungkapkan ide, pendapat, dan 2.1 Menyampaikan kalimat
31

informasi secara lisan dalam bentuk perintah dalam bahasa Bugis


kalimat perintah, pemahaman budaya dengan lafal dan intonasi yang
kepemimpinan masyarakat Bugis, dan tepat
menyampaikan berita yang 2.2 Menjelaskan budaya
komunikatif kepemimpinan masyarakat
Bugis
2.3 Menyampaikan berita dalam
bahasa Bugis dengan bahasa
yang santun
3. Mengapresiasikan gagasan dan 3.1 Memahami tema dan amanat
pendapat serta memahami nilai-nilai cerita
yang terkandung dalam prosa fiksi 3.2 Memparafrasekan puisi
Bugis melalui kegiatan menjadi prosa
memparafrasekan karya sastra
4. Mengapresiasikan pikiran, gagasan, 4.1 Menulis riwayat hidup
pandangan, dan perasaan dalam 4.2 Menyusun paragraf
berbagai ragam tulisan seperti :
menulis riwayat hidup sendiri, silsilah
keturunan, dan menulis paragraf
dengan ejaan yang benar

SMT STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR


5. Memahami bentuk-bentuk 5.1 Mendengarkan ungkapan dalam
Genap perkawinan, prosesi perkawinan adat Bugis
perkawinan, dan makna 5.2 Menjelaskan prosesi perkawinan
ungkapan adat perkawinan adat Bugis
masyarakat Bugis melalui 5.3 Menjelaskan makna ungkapan
penjelasan yang didengarnya. perkawinan adat Bugis
6. Melantunkan elong sikai-kai, 6.1 Melantunkan elong sikai-kai
memahami gaya bahasa, dan dengan irama yang baik
mementaskan drama melalui 6.2 Menyebutkan gaya bahasa dan
kegiatan berbalas pantun dan makna gaya bahasa yang ada
bermain peran. dalam syair elong sikai-kai
6.3 Mementaskan drama Bugis dengan
baik
7. Memahami istilah 7.1 Menjelaskan istilah kekerabatan
kekerabatan dan sapaan, kata dan sapaan dalam bahasa Bugis
serapan dalam bahasa Bugis, 7.2 Menuliskan kata serapan yang
dan membacakan elong ugi terdapat dalam bahasa Bugis
dengan lafal dan intonasi 7.3 Membacakan naskah elong ugi
yang tepat. dengan lafal dan intonasi yang
tepat
8. Mengungkapkan ide, 8.1 Menulis kalimat majemuk setara
pendapat dan gagasan secara dan bertingkat dengan ejaan yang
tertulis melalui kegiatan benar
menulis kalimat majemuk, 8.2 Menulis kalimat tanya yang
kalimat Tanya, dan iklan terdapat dalam cerita rakyat
dalam bahasa Bugis dengan ejaan yang benar
8.3 Menulis iklan dalam bahasa Bugis
berdasarkan tata penulisan yang
benar
32

MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP (PLH)

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR


KELAS VII
1. Memahami lingkungan hidup 1.1 Memahami konsep lingkungan hidup.
dan peran manusia sebagai 1.2 Menjelaskan pengertian manusia sebagai
makhluk sosial. makhluk sosial.
1.3 Menjelaskan peran manusia dalam
lingkungan hidup.
1.4 Menjelaskan hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dan lingkungan.
2. Memahami hubungan saling 2.1 Menjelaskan pengertian konsep ekosistem.
ketergantungan dalam 2.2 Mengidentifikasi jenis - jenis ekosistem.
ekosistem. 2.3 Mengidentifikasi pentingnya
keanekaragaman makhluk hidup dalam
pelestarian ekosistem.
2.4 Memprediksi pengaruh kepadatan populasi
manusia terhadap lingkungan.
3. Memahami lingkungan 3.1 Membiasakan tindakan ramah lingkungan.
sehatdan dapat menerapkan 3.2 Menerapkan budaya bersih dan sehat.
dalam kehidupan sehari - hari 3.3 Mendisain pola tata ruang yang sehat

4. Memahami pengertian sampah 4.1 Menjelaskan pengertian sampah dan


dan dampak nya dalam jenisnya.
kehidupan sehari – hari 4.2 Memprediksikan dampak sampah yang
tidak ditangani terhadap kesehatan dan
lingkungan
5. Mengolah sampah menjadi 5.1 Melakukan proses pemilahan sampah.
barang yang bermanfaat 5.2 Menjelaskan pemanfaatan sampah melalui
prinsip 4 R ( replant, reuse, reduce, dan
recycle).
5.3 Memproses sampah menjadi bahan yang
memiliki nilai tambah
KELAS VIII
6. Mengenal sampah B3 (bahan 6.1 Mendefmisikan bahan beracun dan
beracun dan berbahaya) berbahaya (B3).
6.2 Mengenal sampah B3 dari berbagai sumber
(Rumah tangga, pabrik, dli).
6.3 Mendiskusikan dampak negatif sampah
B3.
6.4 Menjelaskan cara pembuangan sampah B3.
7. Menganalisa pencemaran 7.1 Mendefmisikan pengertian pencemaran
lingkungan serta upaya lingkungan.
mengatasi dampaknya dalam 7.2 Mengidentifikasikan macam - macam
kehidupan sehari –hari pencemaran lingkungan dari berbagai
macam sumber (disekolah, dan di luar
sekolah).
7.3 Mengklasifikasikan macam - macam
pencemaran lingkungan berdasarkan
mediumnya.
7.4 Mengidentifikasi dampak
negatifpencemaran lingkungan termasuk
pemanasan global.
7.5 Melakukan pencegahan dan cara mengatasi
pencemaran lingkungan
33

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR


8. Mengidentifikasi Lingkungan 8.1 Menjelaskan jenis —jenis lingkungan fisik
fisik dan perubahannya. dan perubahannya.
8.2 Menjelaskan penyebab perubahan
lingkungan fisik (iklim, aktifitas manusia,
dan perubahan tata ruang)
9. Menganalisa sumber daya alam 9.1 Menjelaskan pengertian dan jenis sumber
dan pemanfaatannya serta daya alam.
dampak kerusakan lingkungan 9.2 Mengidentifikasi pemanfaatan sumber
dan cara mengatasinya. daya alam yang dapat diperbaharui dan
tidak dapat diperbaharui.
9.3 Mendeskusikan macam - macam kerusakan
lingkungan dan dampaknya bagi
kehidupan, baik secara lokal maupun
global.
9.4 Melakukan upaya mengatasi kerusakan
lingkungan
KELAS IX
10. Memahami perubahan siklus 10.1 Menjelaskan perubahan sikius hidrologi
hidrologi dan dampaknya bagi yang ada saat ini dan penyebab
lingkungan perubahnnya
10.2 Menjelaskan perubahan siklus hidrologi
dapat menyebabkan kekeringan, banjir,
dan berbagai macam penyakit.
11. Memahami fungsi hutan dan 11.1 Menjelaskan fungsi hutan dan laut bagi
laut bagi lingkungan Lingkungan (kehidupan)
(kehidupan) 11.2 Menjelaskan faktor - faktor yang
menyebabkan kerusakan hutan dan
pencemaran laut.
11.3 Mengidentifikasikan dampak kerusakan
hutan dan pencemaran laut bagi
kehidupan.
11.4 Menjelaskan kebijakan pemerintah dalam
upaya untuk melindungi hutan dan laut
12. Menerapkan tindakan 12.1 Membiasakan diri bertindak sesuai dengan
konservasi lingkungan etika lingkungan.
12.2 Memanfaatkan lahan kosong untuk
budidaya flora dan fauna
12.3 Melakukan penghijauan didalam atau luar
sekolah.
12.4 Melakukan tindakan penghematan energi.
12.5 Memanfaatkan energi alternatif

Strategi pelaksanaan muatan lokal:


Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH) diajarakan pada kelas VII dan kelas VIII
3. Kegiatan Ektrakurikuler (Pengembangan Diri )
Kegiatan Ekstrakurikuler/Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, setiap peserta didik
sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri dibawah bimbingan
konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan
34

ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan antara lain melalui


kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan
kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karier peserta didik serta kegiatan
ekstrakurikuler, seperti kepramukaan, kepemimpinan, kelompok seni-budaya,
kelompok tim olahraga, dan kelompok ilmiah remaja.
Pengembangan diri adalah merupakan pelayanan bantuan untuk peserta didik baik
individu maupun kelompok agar berkembang secara optimal dalam hubungan pribadi,
sosial, belajar, dan karir, melalui proses pembiasaan, pemahaman diri dan lingkungan
untuk mencapai kesempumaan perkembangan din.
Tujuan pengembangan diri adalah membantu memandirikan peserta didik dengan
memberikan kesempatan kepada mereka untuk mmengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minatnya. Kegiatan
pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, praktisi, atau
alumni yang memiliki kualifikasi yang baik berdasarkan surat keputusan kepala
sekolah. Pola Pelaksanaan pengembangan diri :
a. Spontan : Kerja bakti, Bakti sosial, takziah, membiasakan 5 S 1P ( Senyum,
Salam, Sapa, Sopan, Santun dan Peduli lingkungan ) membuang sampah pada
tempatnya, antri, mengatasi silang pendapat
b. Rutin : Membaca do'a, bersama-sama setiap awal dan akhir pelajaran,
ibadah khusus keagamaan bersama, SKJ, pemeliharaan kebersihan dan kesehatan
diri, finger print, Sholat Duha, sholat dhuhur berjama'ah dan upacara bendera
c. Keteladanan : berpakaian rapi, berbahasa yang baik, rajin membaca, memuji
kebaikan dan keberhasilan orang lain, disiplin, datang tepat waktu.
d. Kegiatan tidak terpogram:
1. Rutin : upacara bendera, ibadah khusus keagamaan bersama, SKJ,
pemeliharaan kebersihan dan kesehatan din, finger print
2. Spontan : memberi salam, membuang sampah pada tempatnya, antri,
mengatasi silang pendapat
3. Keteladanan berpakaian rapi, berbahasa yang baik, rajin membaca, memuji
kebaikan dan keberhasilan orang lain, disiplin, datang tepat waktu.
e. Terprogram
 Peringatan hari besar Nasional dan agama
 Latihan dasar kepemimpinan
 kegiatan ekstrakurikuler dan Bimbingan Konseling ( BK )
35

a. Eksrakurikuler ( kegiatan ekstrakurikuler hanya dilaksanakan jika pandemic


covid -19 sudah berakhir)

Ekstrakurikuler di SMP Negeri 3 Tellu Siattinge terdiri dari:


1. Ekstrakurikuler wajib adalah Kegiatan Ekstrakurikuler yang wajib
diselenggarakan oleh SMP Negeri 3 Tellu Siattinge dan wajib diikuti
oleh seluruh peserta didik.Bentuk Kegiatan Ekstrakurikulernya berupa
Kepramukaan
2. Kegiatan Ekstrakurikuler pilihan adalah Kegiatan Ekstrakurikuler yang
dapat dikembangkan dan diselenggarakan oleh SMP Negeri 3 Tellu
Siattinge dan dapat diikuti oleh peserta didik sesuai bakat dan minatnya
masing-masing.
a. Palang Merah Remaja (PMR)
b. Unit Kesehatan Sekolah (UKS)
c. PIK-R
d. Pramuka Mandiri
e. Drum Band
f. Olah Raga
g. Bimbingan Prestasi OSN IPA,Matematika dan IPS,O2SN
h. Study Club Bahasa Inggris
i. Rohis
36

b. Bimbingan Konseling
Bimbingan dan konseling sebagai bagian integral dari proses pendidikan
memiliki tanggung jawab yang cukup besar dalam pengembangan kualitas manusia
Indonesia yang telah diamanatkan dalam tujuan pendidikan nasional di dalam :
Undang-Undang Sisdiknas No 20 Tahun 2003 yaitu : (1) beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2) berakhlak mulia, (3) memiliki pengetahuan dan
keterampilan,(4) memiliki kesehatan jasmani dan rohani, (5) memiliki kepribadian
yang mantap dan mandiri, serta (6) memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan. Tujuan tersebut mempunyai implikasi imperatif (yang
mengharuskan) bagi semua tingkat satuan pendidikan untuk senantiasa
memantapkan proses pendidikannya secara bermutu ke arah pencapaian tujuan
pendidikan tersebut.
Dampak pandemic Corona virus Desease-19 (Covid-9) besar kemungkinan
akan masuk pada dunia pendidikan termasuk warga sekolah SMP Negeri 3 Tellu
Siattinge, termasuk peserta didik. Hal ini sangat wajar dengan begitu banyak kasus
Covid yang terjadi.
Peran guru Bimbingan dan Konseling (BK) sangat dibutuhkan saat pemilhan
pasca pandemic dalam membantu mengembalikan kepercayaan diri warga sekolah
terutama peserta didik.

Dengan demikian, pendidikan yang bermutu adalah suatu proses yang


menghantarkan peserta didik kearah pencapaian perkembangan diri yang optimal.
Hal ini karena peserta didik sedang berkembang ke arah kematangan atau
kemandirian.
Kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling itu sendiri merupakan bantuan
untuk peserta didik baik secara perorangan maupun kelompok, agar mandiri dan
berkembang secara optimal, dalam bimbingan dan konseling pribadi, sosial, belajar
dan karir, melalui berbagai jenis pelayanan dan kegiatan pendukung berdasarkan
norma-norma yang berlaku.
Pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling SMP disusun sebagai
upaya memperjelas dan mempermudah dalam pencapaian tujuan yang telah menjadi
37

keputusan atau kesepakatan bersama dalam rangka mencapai tujuan pendidikan


pada umumnya.
1. Bidang Layanan Bimbingan
dan Konseling
a. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu
peserta didik dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan
kecakapan, bakat dan minat, serta kondisi sesuai dengan karakteristik
kepribadian dan kebutuhan dirinya secara realistik.
b. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu
peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan
kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya,
anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas.
c. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu
peserta didik mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti
pendidikan sekolah / madrasah dan belajar secara mandiri.
d. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik
dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil
keputusan karir.
2. Tujuan layanan Bimbingan
Konseling
Tujuan layanan bimbingan konseling disekolah secara umum adalah:
a. Konseling merupakan bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam
rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan
masa depan yang dimaksud agar peserta didik mengetahui kekuatan dan
kelemahan dirinya sendiri serta menerima secara positif dan dinamis
sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut.
b. Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan, dimaksud agar peserta
didik mengenal secara obyektif terhadap lingkungan, baik lingkungan sosial
dan ekonomi, lingkungan budaya yang syarat dengan nilai dan norma-
norma, maupun lingkungan fisik dan menerima berbagai lingkungan itu
secara positif dan dinamis pula.
38

c. Memandirikan peserta didik dan mengembangkan potensi peserta didik


secara optimal.
Tujuan pelayanan bimbingan dan konseling disekolah secara khusus adalah:
”Tercapainya perkembangan peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar
yang dimiliki dengan mengembangkan tugas perkembangan. ”
3. Fungsi Layanan Bimbingan
dan Konseling
a. Pemahaman, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memahami diri dan
lingkungannya.
b. Pencegahan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mampu mencegah
atau menghindarkan diri dari berbagai permasalahan yang dapat
menghambat perkembangan dirinya.
c. Pengentasan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mengatasi masalah
yang dialaminya.
d. Pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi untuk membantu peserta
didik memelihara dan menumbuh-kembangkan berbagai potensi dan kondisi
positif yang dimilikinya.
4. Prinsip dan Asas Bimbingan
dan Konseling
a. Prinsip-prinsip konseling berkenaan dengan sasaran layanan, permasalahan
yang dialami peserta didik, program pelayanan, serta tujuan dan
pelaksanaan pelayanan.
b. Asas-asas konseling meliputi asas (1) kerahasiaan, (2) Kesukarelaan, (3)
keterbukaan, (4) kekinian, (5) kemandirian, (6) kegiatan, (7) kedinamisan,
(8) keterpaduan, (9) kenormatifan, (10) keahlian, (11) alih tangan dan
(12) tut wuri handayani.
5. Jenis Layanan Bimbingan
dan Konseling
a. Layanan Orientasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu
peserta didik memahami lingkungan baru, seperti lingkungan satuan
pendidikan bagi peserta didik baru, dan obyek-obyek yang perlu dipelajari,
39

untuk menyesuaikan diri serta mempermudah dan memperlancar peran di


lingkungan baru yang efektif dan berkarakter.
b. Layanan Informasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu
peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi diri, sosial,
belajar, karir/ jabatan, dan pendidikan lanjutan secara terarah, objektif dan
bijak.
c. Layanan Penempatan dan Penyaluran, yaitu layanan bimbingan dan
konseling yang membantu peserta didik memperoleh penempatan dan
penyaluran yang tepat di dalam kelas, kelompok belajar, peminatan/lintas
minat/pendalaman minat, program latihan, magang, dan kegiatan
ekstrakurikuler secara terarah, objektif dan bijak.
d. Layanan Penguasaan Konten, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
membantu peserta didik menguasai konten tertentu, terutama kompetensi
dan atau kebiasaan dalam melakukan, berbuat atau mengerjakan sesuatu
yang berguna dalam kehidupan di sekolah/madrasah, keluarga, dan
masyarakat sesuai dengan tuntutan kemajuan dan berkarakter-cerdas yang
terpuji, sesuai dengan potensi dan peminatan dirinya.
e. Layanan Konseling Perorangan, yaitu layanan bimbingan dan konseling
yang membantu peserta didik dalam mengentaskan masalah pribadinya
melalui prosedur perseorangan.
f. Layanan Bimbingan Kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling
yang membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan
hubungan sosial, kegiatan belajar, karir/jabatan, dan pengambilan
keputusan, serta melakukan kegiatan tertentu sesuai dengan tuntutan
karakter yang terpuji melalui dinamika kelompok.
g. Layanan Konseling Kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
membantu peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah yang
dialami sesuai dengan tuntutan karakter-cerdas yang terpuji melalui
dinamika kelompok.
h. Layanan Konsultasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh wawasan,
40

pemahaman, dan cara-cara dan atau perlakuan yang perlu dilaksanakan


kepada pihak ketiga sesuai dengan tuntutan karakter-cerdas yang terpuji.
i. Layanan Mediasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu
peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki
hubungan dengan pihak lain sesuai dengan tuntutan karakter-cerdas yang
terpuji.
j. Layanan Advokasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu
peserta didik untuk memperoleh kembali hak-hak dirinya yang tidak
diperhatikan dan/atau mendapat perlakuan yang salah sesuai dengan
tuntutan karakter-cerdas yang terpuji.
6. Format Layanan Bimbingan dan Konseling
a. Individual, yaitu format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani
peserta didik secara perorangan.
b. Kelompok, yaitu format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani
sejumlah peserta didik melalui suasana dinamika kelompok.
c. Klasikal, yaitu format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani
sejumlah peserta didik dalam satu kelas rombongan belajar.
d. Lapangan, yaitu format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani
seorang atau sejumlah peserta didik melalui kegiatan di luar kelas atau
lapangan.
e. Pendekatan Khusus/Kolaboratif yaitu format kegiatan bimbingan dan
konseling yang melayani kepentingan peserta didik melalui pendekatan
kepada pihak-pihak yang dapat memberikan kemudahan.
f. Jarak jauh yaitu format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani
kepentingan peserta didik melalui media dan/atau saluran jarak jauh, seperti
surat adan sarana elektronik.
7. Jadwal Kegiatan
Jadwal Kegiatan Pelaksanaan program Layanan Bimbingan dan Konseling di
SMP Negeri 3 Tellu Siattinge dilaksanakan melalui daring selama masa
pandemic covid-19
Penilaian Kegiatan
41

1. Penilaian hasil kegiatan pelayanan Bimbingan dan konseling dilakukan


melalui:
 Penilaian segera, yaitu penilaian pada akhir setiap jenis layanan dan
kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk mengetahui
perolehan peserta didik yang dilayani.
 Penilaian jangka pendek, yaitu penilaian dalam waktu tertentu (satu
minggu sampai dengan satu bulan) setelah satu jenis layanan dan atau
kegiatan pendukung bimbingan dan konseling diselenggarakan untuk
mengetahuidampak layanan/kegiatan terhadap peserta didik.
 Penilaian jangka panjang, yaitu penilaian dalam waktu tertentu(satu
bulan sampai dengan satu semester) setelah satu atau beberapa layanan
kegiatan pendukung Bimbingan dan konseling diselenggarakan untuk
mengetahui lebih jauh dampak layanan dan atau kegiatan pendukung
bimbingan dan konseling terhadap peserta didik.
2. Penilaian proses kegiatan pelayanan Bimbingan dan konseling dilakukan
melalui analisis terhadap keterlibatan unsur-unsur sebagaimana tercantum di
dalam RPL ( Rencana Pelaksanaan Layanan ) dan Pendukung Layanasn,
untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan.
4. Penyelenggaraan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal
Keunggulan lokal yang dikembangkan di SMP Negeri 3 Tellu Siattinge
adalah pengelolaan Sampah :
a. Pemanfaatan sampah plastik menjadi bahan bakar minyak
b. Pemanfaatan limbah plastik sebagai salah satu sumber dana SMP
Negeri 3 Tellu Siattinge
c. Kompos
 Upaya sekolah dalam menuju pendidikan berwawasan global
Upaya sekolah dalam mengembangkan Keunggulan global antara lain
dalam bentuk:
• Kemampuan berbahasa inggris.
• Mengoperasikan komputer hingga pemanfaatan internet.
42

Sedangkan untuk pendidikan Lingkungan Hidup peserta didik diajak meneliti


tentang sebab-sebab banjir, pemanasan global dan bersih narkoba sehingga
peserta didik dapat mengetahui cara menanggulanginya. Diantaranya dengan
membentuk SISPALA ( Siswa Pencinta Alam )
1. Program Kecakapan Hidup
Pendidikan kecakapan hidup meliputi kecakapan personal, kecakapan sosial,
kecakapan akademik, kecakapan vokasional.
1. Penerapan Pendidikkan Kecakapan Hidup (Life Skill)
a. Kecakapan hidup personal meliputi:
• Terampil membaca dan menulis Al-Qur'an,
• Terampil menjadi pewara (MC)
• Rajin beribadah
• Jujur
• Disiplin
• Kerja keras
Kecakapan personal ini dapat dicapai dengan mata pelajaran agama
dan akhlak mulia, Bahasa Indonesia, dan Pendidikanjasmani Olahraga
dan kesehatan.
b. Kecakapan Sosial meliputi
• Terampil memecahkan masalah di lingkungannya
• Memiliki sikap sportif
• Membiasakan hidup sehat ( menerapkan 5M)
• Sanggup bekerjasama
• Sanggup berkomunikasi lisan dan tertulis
Kecakapan sosial ini dapat dicapai dengan mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan, ilmu pengetahuan sosial, bahasa indonesia, dan
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, Teknologi informasi dan
komunikasi, dan ilmu pengetahuan alam.
c. Kecakapan Akademik meliputi
43

• Trampil dalam penelitian ilmiah (merencanakan dan melakukan


penelitian dengan merumuskan hipotesis, mengidentifikasi
variabel, dan membuktikan variabel)
• Terampil menerapkan teknologi sederhana
• Kecakapan berpikir rasional
Kecakapan Akademik diintegrasikan dengan matematika, bahasa
indonesia teknologi informasi dan komunikasi, dan ilmu pengetahuan
alam
d. Kecakapan vokasional
• Terampil berbahasa Inggris
• Terampil mengoperasikan komputer
• Terampil membuat pakaian Khas Bone
• Terampil membawakan acara
• Terampil menulis karangan ilmiah / populer
Kecakapan vokasional diintegrasikan dengan mata pelajaran
matematika, TIK, dan Bahasa Indonesia.

D. Pelaksanaan Dan Penilaian


1. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran yang dilakukan adalah sesuai dengan kebijakan
pemerintah pada masa transisi dan kenormalan baru, yaitu melalui keiatan
pembelajaran BDR/ atau PJJ (daring dan atau luring) dengan
menyederhanakan rencana pembelajaran menjadi tiga aspek, yaitu tujuan
pembelajaran kegiatan pembelajaran dan penilaian. Namun saat kondisi
kembali normal seperti sebelum Covid-19 maka pembelajaran akan
disesuaikan dengan tuntutan dan kebijakan yang baru, yaitu tatap muka dan
lain-lainnya.
2. Pengaturan Beban Belajar
Sehubungan dengan merebaknya bencana pandemic Covid-19, dan
berdasarkan peraturan dan kebijakan bidang pendidikan baik pusat melalui
kementerian Pendidikan dan Kebudayaan maupun yang dikeluarkan oleh
44

pemerintah Kabupaten Bone, maka pengaturan beban belajar disesuai kengan


peraturan antara lain Keputusan Bersama Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan,
Menteri Agama,Menteri Kesehatan, Dan Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia, nomor : Nomor 01.kb/2020, nomor 516 Tahun 2020, nomor Hk.03.01
/Menkes I 363 I 2020, nomor 440-842 Tahun 2020 tentang panduan
Peinyelenggaraan pembelajaran pada tahun ajaran 2020/2021 dan tahun
akademik 2020/2021 di masa pandemi corona virus disease 2019 (covid-19). dan
keuputusan Bupati Bone (dinas pendidikan) (ada masa transisis dan era new
normal SMP Negeri 3 Tellu Siattinge menetapkan sebagai berikut:

1. Kegiatan Pembelajaran sejak tanggal 13 s.d 26 maret 2020 seluruhnya


belajar di rumah (BDR dengan PJJ). Berdasrkan surat edaran Bupati melalui
kepala dinas pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bone nomor
800/1658/III/BKPSDM/2020
2. Dari tanggal 26 dan setelahnya (dan jika kondisi normal, maka Pengaturan
beban belajar peserta didik dapat dihitung dalam satu minggu, satu semester,
dan satu tahun pembelajaran.)

Beban belajar selama new normal:


1. Selama BDR Beban belajar di Sekolah Menengah Pertama (SMPN) 3 Tellu
Siattinge dinyatakan dalam jam pembelajaran per minggu. Beban
belajar satu minggu Kelas VII, VIII, dan IX adalah 4 jam pembelajaran.
Durasi setiap satu jam pembelajaran adalah 30 menit.
2. Jika menggunakan tatap muka, maka pengaturannya adalah dengan
membagi 3 hari masuk dan 4 hari BDR/PJJ, dan jumlah jam pembelajaran 4
jam perminggu. Pengaturan shift masuk anatara kelas VII, VIII dan IX
diatur sedemikain rupa sehingga protocol kesehatan tetap dijaga. Kondisi ini
disesuaikan dengan kondisi peserta didik, guru, dan fasilitas kesehatan yang
tersedia.
3. Selama new normal, sekolah tidak menyelenggarakan kegiatan
kesiswaan jenis apapun seperti ekskul dan lainnya.
45

Jika kondisi kesehatan telah kembali pulih seperti sediakala, maka


pengaturan beban belajar SMPN 3 Tellu Siattinge adalah sebagai berikut:
a. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran pada sistem paket dialokasikan
sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum.
b. Pengaturn alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran yang terdapat pada
semester ganjil dan genap dalam satu tahun ajaran dapat dilakukan secara
fleksibel dengan jumlah beban belajar yang tetap.
c. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam
pembelajaran per minggu secara keseluruhan. Pemanfaatan jam pembelajaran
tambahan mempetimbangkan kebutuhan peserta didik dalam mencapai
kompetensi, di samping dimanfaatkan untuk mata pelajaran lain yang dianggap
penting dan tidak terdapat di dalam struktur kurikulum standar isi.
d. Alokasi waktu untuk praktik, dua jam kegiatan praktik di sekolah setara dengan
satu jam tatap muka. Empat jam praktik di luar sekolah setara dengan satu jam
tatap muka. Untuk kegiatan praktik di sekolah kami, misalnya pada kegiatan
praktikum bahasa Inggris yang berlangsung selama 2 jam pelajaran setara
dengan 1 jam pelajaran tatap muka, sesuai yang tertulis pada struktur kurikulum
SMP Negeri 3 Tellu Siattinge.
1). Pengaturan Alokasi waktu Pembelajaran Satu jam pembelajaran tatap
muka, Jumlah jam pembelajaran per minggu, Minggu efektif per tahun
Pelajaran, Waktu pembelajaran jam per tahun

Minggu
Satu jam Jumlah jam Waktu
efektif per
Kelas pembelajaran pembelajaran pembelajaran /
tahun
tatap muka per minggu jam per tahun
Pelajaran
1440 Jampel
VII 40 menit 40 40
(57.600 menit)
1440 Jampel
VIII 40 menit 40 40
(57.600 menit)
1440 Jampel
IX 40 menit 40 40
(57.600 menit)
2). Pemanfaatan 50% dari Jumlah waktu kegiatan tatap muka untuk
Penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur
46

Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak


terstruktur dalam sistem paket untuk SMP Negeri 3 Tellu Siattinge adalah
antara 0% -50 % dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang
bersangkutan. Pemanfaatan alokasi waktu tersebut mempertimbangkan potensi
dan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi.
3. Penilaian
a. Penilaian Hasil Belajar Pada Masa Darurat
1) Penilaian hasil belajar mengacu pada juknis penilaian hasil belajar pada
masa darurat
2) Penilaian hasil belajar mencakup aspek sikap, pengetahuan dan
keterampilan
3) Penilaian hasil belajar meliputi penilaian harian (PH), penilaian akhir
semester (PAS) dan penilaian akhir tahun (PAT)
4) Penilaian dirancang untuk mendorong aktivitas belajar yang bermakna
dan tidak dipaksakan untuk mengukur ketuntasan capaian kurikulum
secara menyeluruh.
5) Pemberian tugas kepada peserta didik dan penilaian hasil belajar pada
masa belajar dari rumah dilaksanakan bervariasi antarpeserta didik
sesuai minat dan kondisi masing-masing termasuk mempertimbangkan
kesenjangan akses/ketersediaan fasilitas belajar di rumah. Pemberian
tugas diberikan secara proposional atau tidak berlebihan dengan tujuan
perlindungan kesehatan, keamanan dan motivasi peserta didik selama
masa darurat tetap terjaga.
6) Hasil belajar peserta didik dikirim ke guru antara lain berupa foto,
gambar, video,animasi, karya seni dan bentuk lain tergantung jenis
kegiatannya dan memungkinkan diwujudkan di masa darurat`
7) Terkait penugasan yang diberikan oleh guru, waktu pembelajaran dan
pengerjaan tugas disesuaikan dengan jadwal
8) Dari hasil belajar tersebut, guru melakukan penilaian baik dengan teknik
skala capaian perkembangan,maupun hasil karya.
47

9) Guru melakukan analisa untuk melihat ketercapaian kompetensi dasar


yang muncul lalu dilakukan scoring.

b. Pelaksanaan Penilaian Hasil Belajar masa nomal


1. Pengertian penilaian
Penilaian adalah suatu kegiatan untuk mengetahui keberhasilan suatu
program.

2. Tujuan Penilaian:
a. Untuk mengumpulkan informasi.
b. Untuk mengetahui keterlaksanaan suatu program.
c. Untuk mengetahui kelemahan belajar peserta didik.
d. Untuk Pengambilan keputusan yang diambil oleh guru.
e. Hasil penilaian dapat digunakan untuk menyusun program yang
akan datang.

3. Jenis Penilaian ada 2:


a. Ujian
 Ujian dilaksanakan untuk menentukan kelulusan peserta didik.
 Ujian dilaksanakan pada akhir jenjang pendidikan (semester
genap kelas IX)
b. Ulangan/Penilaian
 Ulangan Harian (PH) dilaksanakan pada setiap akhir KD.
 Penilaian Tengah Semester ( PTS ) dilaksanakan pada setiap tri
wulan.
 Penilaian Akhir Semester ( PAS ) dilaksanakan pada setiap akhir
semester.
 Penilaian Akhir Tahun (PAT) dilaksanakan pada setiap akhir
tahun ajaran.
4. Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis dan menafsirkan proses dan hasil belajar peserta didik
yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga
menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan untuk
menentukan tingkat keberhasilan pencapaian kompetensi yang telah
48

ditentukan. Adapun yang dimaksud dengan teknik penilaian adalah


cara-cara yang ditempuh untuk memperoleh informasi mengenai proses
dan produk yang dihasilkan pembelajaran yang dilakukan peserta didik.

 Kurikulum 2013
Jenis Teknik Penilaian
- Penilaian Sikap Utama :
 Observasi guru mata pelajaran
selama 1 semester dan
 observasi oleh wali kelas dan guru
BK selama 1 semester
Penunjang
1. Penilaian antar teman dan
2. penilaian diri
 Tes tulis
-Penilaian
 Tes lisan
Pengetahuan
 Penugasan
- Penilaian  Praktek
Ketrampilan  Produk
 Proyek
 Portofolio
5. Pelaksana Penilaian
Pelaksana penilaian dilakukan oleh:
a. Pemerintah
b. Satuan Pendidikan
c. Pendidik
b. Mekanisme dan Prosedur Pelaporan Hasil Belajar Nilai proses di
peroleh melalui:
 Kurikulum 2013
a. TLS = Tes Tulis
b. LSN = Tes Lisan
c. TT = Tugas Terstruktur
d. TM = Tugas Mandiri
e. PRK = Praktik
f. PDK = Produk
g. PRO = Proyek
h. PF = Portofolio
i. SKP = Sikap
49

3Rata  rata(TLS  LSN )  2 Rata  rata(TT  TM )


HPH =
5
2 HPH  HPTS  HPAS
Nilai Pengetahuan =
4
Nilai ketrampilan = Rata-rata (PRK +PDK+PRO)
c. Pelaksanaan Program Remedial Dan Pengayaan
Setelah KBM ditentukan, capaian pembelajaran peserta didik dapat
dievaluasi ketuntasannya. Peserta didik yang belum mencapai KBM
berarti belum tuntas, wajib mengikuti program remedial, sedangkan
peserta didik yang sudah mencapai KBM dinyatakan tuntas dan dapat
diberikan pengayaan.
a. Remedial
 Remedial merupakan program pembelajaran yang diperuntukkan
bagi peserta didik yang belum mencapai KBM dalam satu KD
tertentu. Pembelajaran remedial diberikan segera setelah peserta
didik diketahui belum mencapai KBM.
 Pelaksanaan pembelajaran remedial disesuaikan dengan jenis dan
tingkat kesulitan peserta didik yang dapat dilakukan dengan cara:
1) Pemberian bimbingan secara individu. Hal ini dilakukan
apabila ada beberapa anak yang mengalami kesulitan yang
berbeda-beda, sehingga memerlukan bimbingan secara
individual. Bimbingan yang diberikan disesuaikan dengan
tingkat kesulitan yang dialami oleh peserta didik.
2) Pemberian bimbingan secara kelompok. Hal ini dilakukan
apabila dalam pembelajaran klasikal ada beberapa peserta
didik yang mengalami kesulitan sama.
3) Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang
berbeda.
4) Pembelajaran ulang dilakukan apabila semua peserta didik
mengalami kesulitan. Pembelajaran ulang dilakukan dengan
50

cara penyederhanaan materi, variasi cara penyajian,


penyederhanaan tes/pertanyaan.
5) Pemanfaatan tutor sebaya, yaitu peserta didik dibantu oleh
teman sekelas yang telah mencapai KBM, baik secara individu
maupun kelompok.
 Pembelajaran remedial diakhiri dengan penilaian untuk melihat
pencapaian peserta didik pada KD yang diremedial. Pembelajaran
remedial pada dasarnya difokuskan pada KD yang belum tuntas
dan dapat diberikan berulang-ulang sampai mencapai KBM dengan
waktu hingga batas akhir semester. Apabila hingga akhir semester
pembelajaran remedial belum bisa membantu peserta didik
mencapai KBM, pembelajaran remedial bagi peserta didik tersebut
dapat dihentikan. Pendidik tidak dianjurkan memaksakan untuk
memberi nilai tuntas (sesuai KBM) kepada peserta didik yang
belum mencapai KBM.
b. Pengayaan
 Pengayaan merupakan program pembelajaran yang diberikan
kepada peserta didik yang telah melampaui KBM. Fokus
pengayaan adalah pendalaman dan perluasan dari kompetensi yang
dipelajari. Pengayaan biasanya diberikan segera setelah peserta
didik diketahui telah mencapai KBM berdasarkan hasil PH.
Pembelajaran pengayaan biasanya hanya diberikan sekali, tidak
berulang kali sebagaimana pembelajaran remedial. Pembelajaran
pengayaan umumnya tidak diakhiri dengan penilaian.
 Bentuk pelaksanaan pembelajaran pengayaan dapat dilakukan
melalui:
a. Belajar kelompok, yaitu sekelompok peserta didik yang
memiliki minat tertentu diberikan tugas untuk memecahkan
permasalahan, membaca di perpustakaan terkait dengan KD
yang dipelajari pada jam pelajaran sekolah atau di luar jam
pelajaran sekolah. Pemecahan masalah yang diberikan kepada
51

peserta didik berupa pemecahan masalah nyata. Selain itu,


secara kelompok peserta didik dapat diminta untuk
menyelesaikan sebuah proyek atau penelitian ilmiah.
b. Belajar mandiri, yaitu secara mandiri peserta didik belajar
mengenai sesuatu yang diminati, menjadi tutor bagi teman
yang membutuhkan. Kegiatan pemecahan masalah nyata, tugas
proyek, ataupun penelitian ilmiah juga dapat dilakukan oleh
peserta didik secara mandiri jika kegiatan tersebut diminati
secara individu.

4. Kriteria Ketuntasan Minimal


a. Ketuntasan Belajar
Ketuntasan belajar di SMPN 3 Tellu Siattinge menetapkan setiap
indikator yang dikembangkan sebagai suatu pencapaian hasil belajar dari suatu
kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Dalam menentukan kriteria
ketuntasan minimal (KBM) mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata
peserta didik , kompleksitas / tingkat kesukaran mata pelajaran serta
kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran.
Berikut ini tabel nilai kriteria ketuntasan minimal (KBM) di SMPN 3 Tellu
Siattinge yang akan diberlakukan mulai tahun pelajaran 2020/2021 :

PENETAPAN KETUNTASAN BELAJAR MINIMAL (KBM)


SMP NEGERI 3 TELLU SIATTINGE
TAHUN PELAJARAN 2020/2021

Kelas Kelas Kelas


No Mata Pelajaran
VII VIII IX
1 Pendidikan Agama 72 74 76
2 Pendidikan Kewarganegaran 72 74 76
3 Bahasa Indonesia 72 74 76
4 Bahasa Inggris 72 74 76
5 Matematika 72 74 76
6 Ilmu Pengetahuan Alam 72 74 76
7 Ilmu Pengetahuan Sosial 72 74 76
8 Seni Budaya 72 74 76
52

9 Pend. Jasmani, OR dan Kesehatan 72 74 76


10 Prakarya 72 74 76
11 Teknologi Informasi dan Komunikasi - -
11 Muatan Lokal
a. Bahasa Daerah 72 74 76

12 Pengembangan Diri (Bimbingan


Karir )

Catatan : Pada masa pandemic covid 19 tidakdiwajibkan harus memenuhi


KBM

b. Mekanisme Dan Prosedur Penentuan Kreteria Ketuntasan Minimal (KBM)


Salah satu langkah awal bagi guru sebelum melaksanakan kegiatan awal
pembelajaran adalah menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal (KBM).
Penetapan nilai KBM di sekolah menggunakan KBM Tunggal. Kelas VII nilai
KBM 72, Kelas VIII nilai KBM 74 dan Kelas IX Nilai KBM 76 `
Langkah awal penentuan KBM yaitu menentukan estimasi KBM di awal
tahun pembelajaran bagi mata pelajaran yang diajarkan. Penentuan estimasi ini
didasarkan pada hasil tes Penerimaan Peserta didik Baru (PPDB) bagi peserta
didik baru, dan mendasarkan nilai KBM pada nilai yang dicapai peserta didik
pada kelas sebelumnya. Penentuan KBM dapat pula ditentukan dengan
menghitung tiga aspek utama dalam proses belajar mengajar peserta didik.
Secara berurutan cara ini dapat menentukan KBM Indikator - KBM Kompetensi
Dasar (KD) - KBM Standart Kompetensi (SK)/Kompetensi Inti (KI) - KBM
Mata Pelajaran. Berikut ini langkah-langkah penghitungannya:
1. Karakteristik Mata Pelajaran (Kompleksitas)
Kompleksitas merupakan tingkan kesulitan materi pada tiap indicator,
kompetensi dasar maupun standart kompetensi dari masing-masing mata
pelajaran, yang ditetapkan antara lain melalui expert judgement guru mata
pelajaran melalui forum musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) tingkat
53

sekolah, dengan memperhatikan hasil analisis jumlah KD, kedalaman KD,


keluasan KD, perlu tidaknya pengetahuan prasyarat
2. Kondisi Satuan Pendidikan (Daya Dukung)
Kondisi Satuan Pendidikan (Daya Dukung) ini meliputi : 1) kompetensi
pendidik (nilai UKG), 2) Jumlah peserta didik dalam 1 kelas, 3) predikat
akreditasi sekolah, 4) kelayakan sarana prasarana sekolah. Sekolah yang
memiliki daya dukung tinggi maka skor yang digunakan juga tinggi.
3. Intake
Intake merupakan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik. Intake bisa
didasarkan pada hasil nilai penerimaan peserta didik baru dan nilai yang
dicapai peserta didik pada kelas sebelumnya (menentukan estimasi).
Dimana untuk kelas VII berdasarkan pada rata-rata nilai rapor SD, nilai
Ujian Sekolah SD, nilai hasil seleksi masuk peserta didik baru di jenjang
SMP. Bagi peserta didik kelas VIII dan IX antara lain memperhatikan rata-
rata nilai rapor semester-semester sebelumnya.
Adapun kriteria dan skala penilaian penetapan KBM dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Aspek yang
Kriteria dan Skala Penilaian
dianalisis
Tinggi Sedang Rendah
Kompleksitas
<65 65-79 80-100
Tinggi Sedang Rendah
Daya Dukung
80-100 65-79 <65
Intake peserta Tinggi Sedang Rendah
didik 80-100 65-79 <65

jumlah total setiap aspek


KBM per KKD 
jumlah total aspek

jumlah total KBM per KD


KBM mata pelajaran 
jumlah total KD

4. Upaya Sekolah Dalam Meningkatkan KBM


1. Meningkatkan kualitas guru dalam pembelajaran melalui workshop/
pelatihan/ MGMP tingkat Kabupaten/ MGMPS
2. Memenuhi sarpras yang menunjang proses pembelajaran.
54

3. Mengadakan bimbingan belajar kelas VII, VIII dan IX.


5. Kriteria Kenaikan dan Kelulusan
a. Kriteria Kenaikan Kelas Massa Pandemi covid-19
Kenaikan kelas dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:

 Ujian akhir semester untuk kenaikan kelas dapat


dilakukan dalam bentuk:
1). Portofolio berupa evaluasi atas nilai rapor, nilai
sikap/perilaku, dan prestasi yang diperoleh sebelumnya
(penghargaan, hasil perlombaan dan sebagainya);
2). penugasan;
3). Tes secara luring a tau daring; dan/ atau
4) bentuk kegiatan penilaian lain yang ditetapkan oleh
satuan pendidikan.
b. Ujian akhir semester untuk kenaikan kelas dirancang
untuk mendorong ktivitas belajar yang bermakna, dan
tidak perlu mengukur ketuntasan capaian kurikulum secara
menyeluruh.

1). Kriteria kenaikan kelas tersebut ditentukan sebagai berikut:


Kenaikan kelas di SMP Negeri 3 Tellu Siattinge dilaksanakan pada setiap
akhir tahun pelajaran dengan kriteria sebagai berikut :
A. Aspek Akademis :
1. Siswa mengikuti proses belajar mengajar selama 2 semester untuk
setiap tingkat kelas
2. Nilai semester ganjil dan genap lengkap
3. Memiliki ketentuan belajar minimum pada setiap SK dan KD yang
tidak tuntas paling banyak 2 mata pelajaran

B. Aspek Non Akademis


1. Nilai kepribadian siswa yang meliputi kerajinan, kelakuan dan
kerapian sekurang-kurangnya baik ( B )
55

Kriteria nilai kepribadian:


a. 86 – 100 : Sangat baik
b. 70 – 85 : Baik
c. 55 – 69 : Cukup
d. 40 – 59 : Kurang
e. 0 – 39 : Sangat Kurang
2. Prosentase kehadiran
Kehadiran selama satu tahun pelajaran minimal 85 % dari hari
efektif belajar

b. Kriteria Kelulusan
Berdasarkan Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1
Tahun 2021 ayat 3 bahwa peserta didik dinyatakan lulus jika memenuhi
persyaratan berikut
Peserta didik dinyatakan lulus dari SMP Negeri 3 Tellu Siattinge setelah:
a. menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
b. memperoleh nilai sikap/perilaku minimal baik; dan
c. Mengikuti ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan
Ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan
sebagaimana dimaksud adalah dalam bentuk:
a) Portofolio berupa evaluasi atas nilai rapor, nilai sikap/perilaku,
dan prestasi yang diperoleh sebelumnya (penghargaan, hasil
perlombaan, dan se bagainya);
b) Penugasan;
c) Tes secara luring atau daring; dan/ atau
d) Bentuk kegiatan penilaian lain yang ditetapkan oleh
satuan pendidikan.

2. Pelaksanaan AKM dan Ujian Sekolah

Berdasarkan surat edaran Menteri Pendidikan dan kebudayaan Nomor


1 Tahun 2021 tentang peniadaan ujian nasional dan ujian kesetaraan
sertapelaksanaan ujian sekolah dalam masa Darurat Penyebaran Virus Disease
56

(COVID-19).maka . Ujian Nasional (UN) dan ujian kesetaraan tahun


2021 ditiadakan., dengan ditiadakannya UN dan ujian kesetaraan
tahun 2021 sebagaimana maka UN dan ujian kesetaraan tidak
menjadi syarat kelulusan atau seleksi masuk ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi..

I. Mutasi
Sudah seharusnya prinsip penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan secara
demokratis dan berkeadilan, serta tidak diskriminâtif dengan menjunjung tinggi
hak asasi setiap manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan
bangsa Indonesia. Prinsip tersebut berlaku tidak hanya pada proses kegiatan
pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas, tetapi berlaku juga pada tahap
penerimaan dan perpindahan peserta didik. Karena "pindah sekolah" merupakan
hak setiap peserta didik seperti yang tercantum di dalam pasal 12 (ayat 1, poin
ke 5) UU No. 20 Tahun 2003, yang berbunyi:
"Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak pindah ke
program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain yang setara."
Apakah setiap peserta didik/peserta didik berhak pindah sekolah dari
sekolah swasta ke sekolah negeri, ataupun sebaliknya? Jawabannya adalah
BERHAK. Lalu, apakah setiap peserta didik/peserta didik bisa pindah dari
sekolah swasta ke sekolah negeri, atau dari sekolah negeri ke sekolah swasta?
Jawabannya BELUM TENTU, bisa atau tidaknya pindah sekolah sejalan dengan
terpenuhi atau tidaknya aturan aturan mengenai perpindahan peserta didik pada
masing-masing sekolah.
Berikut ini aturan-aturan yang berkaitan dengan pindah sekolah peserta
didiklpeserta didik dari sekolah swasta/negeri, maupun dari jalur pendidikan lain
yang setara, pada jenjang dasar (SD/MI, SMP/MTs) dan jenjang menengah
(SMA/MA/SMK/MAK)

ATURAN/SYARAT PINDAH SEKOLAH PESERTA DIDIK SMP


NEGERI 3 TELLU SIATTINGE:
57

1. SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat wajib menerima warga negara
berusia 13 (tiga belas) tahun sampai dengan 15 (lima belas) tahun sebagai
peserta didik sampai dengan batas daya tampungnya. (Pasal 71 ayat 2, PP No.
17 Tahun 2010). Berdasarkan bunyi pasal tersebut dapat kita ketahui bahwa
setiap satuan pendidikan dasar setingkat SMP, wajib menerima semua warga
negara (peserta didik barulpeserta didik pindahan) yang berusia 13-15 tahun
sebagai peserta didik sampai dengan batas daya tampungnya yaitu paling
banyak 32 orang per rombongan belajar/kelas.
2. Peserta didik jalur nonformal dan 'informal dapat diterima di SMP, MTs, atau
bentuk lain yang sederajat tidak pada awal kelas 7 (tujuh) setelah memenuhi
persyaratan: lulus ujian kesetaraan Paket A; dan lulus tes kelayakan dan
penempatan yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan formal yang
bersangkutan. (Pasal 73 ayat 3, PP No. 17 Tahun 2010).Tidak hanya peserta
didik jalur formal saja (SMP/MTs) yang diperbolehkan untuk pindah sekolah,
tetapi juga peserta didik dari jalur nonformal ataupun informal memiliki
kesempatan yang sama dengan syarat lulus ujian kesetaraan paket A, dan
lulus tes kelayakan/penempatan sekolah yang dituju.
3. Peserta didik pendidikan dasar setara SMP di negara lain dapat pindah ke
SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat di Indonesia setelah memenuhi
persyaratan: menunjukkan ijazah atau dokumen lain yang membuktikan
bahwa yang bersangkutan telah menyelesaikan pendidikan dasar setara SD;
dan lulus tes kelayakan dan penempatan yang diselenggarakan oleh satuan
pendidikan yang bersangkutan. (Pasal 73 ayat 5, PP No. 17 Tahun 2010).
Melalui ayat di pasal mi pemerintah Indonesia memfasilitasi peserta didik
setara SMP dari Negara lain untuk dapat pindah sekolah di Indonesia,
tentunya dengan syarat telah menyelesaikan pendidikan dasar setara SD, dan
lulus tes kelayakan dan penempatan sekolah yang dituju terlebih dulu
4. Satuan pendidikan memberikan bantuan penyesuaian akademik, sosial,
dan/atau mental yang diperlukan oleh peserta didik berkelainan dan peserta
didik pindahan dari satuan pendidikan formal lain atau jalur pendidikan lain.
(Pasal 73 ayat 7, PP No. 17 Tahun 2010). Bantuan bisa berupa penyesuaian
58

nilai mata pelajaran dan nilai raport, bantuan pengenalan lingkungan sekolah
dll. Penerimaan peserta didik pada satuan pendidikan dasar dilakukan secara
objektif, transparan, dan akuntabel. (Pasal 74 ayat 1, PP No. 17 Tahun 2010).
5. Keputusan penerimaan calon peserta didik menjadi peserta didik dilakukan
secara mandiri oleh rapat dewan guru yang dipimpin oleh kepala satuan
pendidikan. (Pasal 74 ayat 3, PP No. 17 Tahun 2010). Setiap SMP diberikan
wewenang khusus untuk menerima atau tidaknya pindahan peserta didik
melalui rapat guru yang dipimpin oleh kepala sekolah. Salah satu tujuan dari
rapat ini adalah untuk mendengarkan pendapat dari wali kelas tentang kondisi
daya tampung kelas/jumlah peserta didik.
Satuan pendidikan dasar (SMP/MTs) dapat menerima peserta didik pindahan
dan satuan pendidikan dasar lain. (Pasal 75 ayat 1, PP No. 17 Tahun 2010).
Sangat jelas tertera pada pasal ini bahwa setiap sekolah (SMP/MTs), baik itu
SMP negeri maupun SMP swasta dapat menerima peserta didik pindahan dari
SMP lainnya dengan tidak melihat status swasta/negeri SMP tersebut.
6. Satuan pendidikan dapat menetapkan tata cara dan persyaratan tambahan
penerimaan peserta didik pindahan selain persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 73 dan Pasal 74 dan tidak bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. (Pasal 75 ayat 2, PP No. 17 Tahun 2010).
Pemerintah memberikan hak kepada setiap SMP untuk membuat juknis dan
persyaratan tambahan penerimaan peserta didik pindahan sesuai dengan
aturan yang berlaku dimasing-masing sekolah. Persyaratan tambahan dan
tatacara penerimaan peserta didik pindahan yang berlaku ditiap-tiap sekolah
tidak boleh bertentanganlmelanggar ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
59

BAB IV
KALENDER PENDIDIKAN
A. PENGERTIAN
Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran
peserta didik selama satu tahun pelajaran. Kalender pendidikan mencakup
permulaan tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan
hari libur.
Setiap permulaan awal tahun pelajaran, sekolah menyusun kalender pendidikan
untuk mengatur waktu kegiatan pembelajaran selama satu tahun ajaran, mencakup
permulaan tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan
han libur.
Pengaturan waku belajar mengacu kepada standar isi dan disesuaikan dengan
kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat,
serta ketentuan dari pemerintah atau pemerintah daerah. Beberapa aspek penting
yang perlu diperhatikan dalam menyusun kalender pendidikan sebagai berikut:
1. Pengaturan Permulaan tahun pelajaran
adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada awal tahun pelajaran
pada setiap satuan pendidikan. Permulaan tahun pelajaran telah ditetapkan oleh
pemerintah yaitu pada bulan Juli (13 Juli 2020) setiap tahun dan berakhir pada
bulan Juni tahun berikutnya.
2. Jumlah Minggu Efektif Betajar Selama Satu Tahun Pelajaran
Semester Ganjil
JUMLAH MINGGU
NO
BULAN TIDAK EFEKTIF
SELURUHNYA EFEKTIF
EFEKTIF FAKULTATIF

1 Juli 2020 5 3 - 2
2 Agustus 2020 4  - - 4
3 September 2020 5 - - 5
4 Oktober 2020 4 - - 4
5 Nopember 2020 4  - - 4
6 Desember 2020 5 3 - 2
Jumlah 27 6 - 21
Penggunaan Minggu efektif :
60

1. Tatap Muka, UH dan Remidi / Pengayaan = 19 minggu


2. UTS dan UAS = 2 minggu
3. Cadangan = minggu
----------------------------------------------------------------------------------
Jumlah = 21 minggu
Semester Genap

JUMLAH MINGGU

NO BULAN TIDAK EFEKTIF


SELURUHNYA EFEKTIF
EFEKTIF FAKULTATIF

1 Januari 2021 5  - - 5
2 Pebruari 2021 4  - - 4
3 Maret 2021 4 1 - 3
4 April 2021 5 2 - 3
5 Mei 2021 4  - - 4
6 Juni 2021 5 3 - 2
Jumlah 27 6 - 21

Penggunaan Minggu efektif :


1. Tatap Muka, UH dan Remidi / Pengayaan = 15 minggu
2. PTS dan PAS = 2 minggu
3. Cadangan = 4 minggu
----------------------------------------------------------------------------------
Jumlah = 21 minggu
61
62

3. Jadwal waktu libur (jeda tengah semester, antar semester, libur akhir
tahun pelajaran, libur keagamaan, hari libur nasional dan hari libur
khusus)

ALOKASI
NO KEGIATAN KETERANGAN
WAKTU
1 Minggu efektif 40 minggu Digunakan untuk kegiatan
belajar pembelajaran: tatap muka, UH,
Remidi/ Pengayaan, UTS, UAS,
Try Out, US, UN dan Cadangan
2 Jeda tengah semester 1 minggu Satu minggu setiap semester,untuk
kegiatan KTS

3 Jeda antar semester 2 minggu Antara semester I dan II, libur


semester I, digunakan untuk
menyiapkan kegiatan dan
administrasi semester II
4 Libur akhir tahun 3 minggu Digunakan untuk penyiapan
pelajaran kegiatan dan administrasi akhir dan
awal tahun pelajaran
5 Hari libur 3 minggu Libur awal puasa, libur sekitar hari
keagamaan raya, dan libur Hari Besar Agama
yang lain
6 Hari libur 8 minggu Disesuaikan dengan Peraturan
umum/nasional Pemerintah
7 Hari libur khusus   Tidak mempunyai hari libur khusus

8 Kegiatan khusus 1 minggu Digunakan kegiatan pesantren


Kilat

KETERANGAN
• Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk setiap
tahun pelajaran. Sekolah dapat mengalokasikan lâmanya minggu efektif belajar
sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya.
• Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap minggu,
meliputi jumlah jam pembelajaran untuk seluruh mata pelajaran termasuk muatan
lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan pengembangan din.
63

• Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan
pembelajaran tenjadwal. Hari libur sekolah ditetapkan berdasarkan Keputusan
Menteri Pendidikan Nasional atau Menteri Agama dalam hal yang terkait dengan
hari raya keagamaan, Kepala Daerah tingkat Kabupaten / Kota atau organisasi
penyelenggara pendidikan dapat menetapkan hari libur khusus.
• Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah semester, jeda antar semester, libur akhir
tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk han - hari besar
nasioanl dan hari libur khusus.
• Libur jeda tengah semester, jeda antar semester dan libur akhir tahun pelajaran
digunakan untuk persiapan kegiatan dan administrasiakhir dan awal tahun
pelajaran.
• Hari libur umum atau nasional atau penetapan hari serentak untuk setiap jenjang
dan jenis pendidikan disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah Pusat, Provinsi,
Kabupaten / Kota.
64

BAB VI
PENUTUP

Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayahNya, sehingga kami dapat menyusun Kurikulum SMP Negeri 3 Tellu Siattinge
tahun pelajaran 2020/2021, dimana substansinya merupakan keinginan dan komitmen
bersama baik dalam perancangan maupun pelaksanaannya. Oleh karena itu terealisasi
atau tidaknya Kurikulum SMP Negeri 3 Tellu Siattinge ini merupakan tanggung jawab
seluruh stake holder sekolah di bawah monitoring dan pengendalian Kepala Sekolah.
Oleh karena Kurikulum SMP Negeri 3 Tellu Siattinge ini bersifat flaksibel dan
dinamis, maka hal-hal lain yang merupakan ide dan gagasan seluruh stakeholder selama
pelaksanaan Kurikulum SMP Negeri 3 Tellu Siattinge akan tetap diperhatikan, untuk
kedepan dijadikan sebagai bahan masukan demi penyempurnaan dan perbaikan
Kurikulum SMP Negeri 3 Tellu Siattinge khususnya dan pelaksanaan pendidikan di
SMP Negeri 3 Tellu Siattinge pada umumnya, baik dari segi input, proses maupun
outputnya.

Tellu Siattinge, 13 Juli 2020


Kepala UPT,

Muhammad Yusuf, S.Pd,M,Si


NIP. 197103111999031007

Anda mungkin juga menyukai