Kependudukan Bab 1
Kependudukan Bab 1
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana Perkembangan Penduduk Dunia dan Indonesia?
b. Apakah Itu Transisi Demografi?
1.3 Tujuan
a. Menjelaskan perkembangan penduduk dunia dan Indonesia.
b. Menjelaskan Mengenai Transisi Demografi
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Perkembangan Penduduk Dunia dan Indonesia
Pertumbuhan penduduk terlihat meningkat kira-kira pada 6000-9000 tahun lalu ketika
teknik bertani sudah mulai dikenal dan menyebar dibeberapa bagian dunia yang
memungkinkan produksi pangan meningkat sehingga manusia semakin makmur. Selain itu
berkembangnya ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi dalam mengolah sumber
daya alam yang ada juga membuat kehidupan manusia semakin baik.
Revolusi petanian yang memungkinkan bertambahnya manusia melebihi jumlah 20
juta. Pada 6000 tahun yang lalu, yaitu kira-kira saat munculnya Kerajaan Mesir, penduduk
manusia diperkirakan sudah mencapai 90 juta jiwa. Itu berarti sekitar 4000 tahun penduduk
telah bertambah kira-kira 10-16 kali lipat. Di sekitar jaman kristus ditaksir penduduk sudah
mencapai antara 200-300 juta jiwa dan pada tahun 1650 permulaan jaman modern jumlah itu
menjadi sekitar setengah milyar jiwa. Pada permulaan jaman Revolusi Industri (1750)
penduduk diperkirakan telah menjadi 728 juta jiwa. Berkaitan dengan tahap perkembangan
teknologi maupun peristiwa- peristiwa sosial ekonomi penting yang dialami penduduk dunia,
3
maka sejak tahun 1650 Thomson dan lewis (1978) membagi periode perkembangan
penduduk dunia ke dalam lima periode, yaitu:
1. Periode 1650-1800
Ditandai dengan perkembangan teknik-teknik pertanian baru, pendirian pabrik-pabrik
dalam tahap awal serta pengembangan sarana transportasi dan perhubungan, disertai
dengan kestabilan politik yang relatif terjadi dibanyak negara di dunia. Penduduk
dunia pada akhir periode ini diperkirakan sebanyak 900 juta jiwa dengan tingkat
pertumbuhan penduduk 0,4 persen per tahun.
2. Periode 1800-1850
Pertumbuhan penduduk dunia sudah menunjukkan variasi antara negara satu dengan
yang lain maupun antara satu kawasan benua dengan kawasan benua yang lain. Di
Eropa dalam waktu 50 tahun penduduknya bertambah sekitar 33,3 persen.
Peningkatan penataan kehidupan politik dan ekonomi bangsa-bangsa pada masa ini
mendorong stabilnya penyediaan pangan yang cukup bagi penduduk, di samping
kesadaran kesehatan lingkungan.
3. Periode 1850-1900
Ditandai dengan sudah banyaknya negara di dunia yang sudah melaksanakan sensus
penduduk secara lengkap, sehingga data kependudukan dunia sudah semakin banyak
dan reliabilitasnya semakin tinggi. Kemajuan teknologi pada masa ini semakin
mendorong peningkatan produktivitas manusia. Pengorganisasian kehidupan sosial,
ekonomi, dan politik penduduk negara-negara barat semakin nampak terutama daerah
urban. Dalam periode ini juga telah mulai menurunnya tingkat fertilitas di beberapa
negara, sudah timbul kesadaran dan keyakinan bahwa pertumbuhan penduduk
sepenuhnya dapat dikendalikan dari tingkat kelahiran dan kematian.
4. Periode 1900-1930
Peristiwa dunia yang membawa pengaruh demografis yang besar ialah Perang Dunia
1. Dalam peristiwa ini banyak penduduk yang meninggal di medan perang, ataupun
meninggal karena buruknya keadaan ekonomi. Banyak negara yang dilanda penyakit
yang menyebabkan kematian terutama infeksi.
4
5. Periode 1930 sampai sekarang
Merupakan periode peledakan penduduk dunia yang cukup besar terutama setelah
Perang Dunia II. Peningkatan pelayanan kesehatan semakin meningkat terutama
dengan penemuan berbagai jenis obat anti biotika. Penemuan teknologi-teknologi
modern semakin mendorong peningkatan kualitas hidup. Disatu pihak keadaan ini
justru semakin mensukseskan usaha pengendalian penduduk negara-negara maju,
namun sebaliknya di negara-negara yang belum maju terutama pada awal periode
justru mendorong pertambahan penduduk yang cukup besar. Dalam periode inilah
angka 4 Milyar dari jumlah penduduk dunia dicapai. Dalam periode ini pula,
kesadaran akan penurunan tingkat kelahiran sebagai usaha menekan laju
pertumbuhan penduduk, menjadi progam internasional yang mencakup hampir semua
negara di dunia.
Jika penduduk dunia terus bertambah dengan kecepatan 2% setahun maka dalam
sekitar tujuh abad lagi maka hanya akan ada tempat untuk duduk di dunia ini. Penduduk
dunia tidaklah bertambah secara merata menurut tempat. Sebagian daerah bertambah secara
cepat dari yang lainnya, jadi disamping jumlah, distribusi penduduk menurut geografi juga
perlu diperhatikan.
Terjadinya ledakan penduduk dimulai dari Eropa karena Revolusi Industri dimulai
disana. Bangsa Eropa kemudian menyebar ke Amerika (utara sampai selatan), Australia,
Afrika Selatan, dan Selandia Baru. Kemudian menjajah hampir seluruh dunia. Perkembangan
penduduk dunia mula-mula berjalan lambat hingga zaman modern dan kemudian berjalan
dengan semakin cepat sepanjang sejarah manusia hingga tahun 2000. Sehingga pertumbuhan
penduduk sulit dikendalikan dan akan berakibat pada ledakan penduduk
Kemudian Penduduk Indonesia Abad ke-20 Dalam zaman sebelum Indonesia
merdeka, pengumpulan data jumlah penduduk yang lebih seksama mencakup seluruh
wilayah Indonesia dilaksanakan untuk pertama kali pada tahun 1920 yang dikenal sebagai
Sensus Penduduk 1920. Sesudah itu berlangsung lima kali pengumpulan data penduduk
melalui sensus yaitu satu kali sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1930, dan empat kali
setelah Indonesia merdeka masing-masing pada tahun 1961, 1971, 1980, dan 1990. Data
jumlah penduduk dari keempat sumber ini cukup dapat dipercaya.
Dalam masa 60 tahun terakhir antara 1930-1990 jumlah penduduk Indonesia hampir
menjadi tiga (3) kali lipat. Suatu percepatan perkembangan penduduk telah terjadi di
Indonesia dalam jangka waktu lima (5) dekade terakhir hingga tahun 1980. Namun pada
5
periode 1980-1990 perkembangan penduduk Indonesia secara keseluruhan telah menurun
menjadi sekitar 2,0 persen per tahun. Perkembangan penduduk tahunan yang sedang
berlangsung dewasa ini lebih rendah di Jawa dibandingkan dengan kebanyakan pulau-pulau
lain di luar Jawa.
Jumlah Penduduk di suatu Negara tidak terlepas dari masalah pertambahan penduduk
alami. Dimana beberapa Negara berkembang mempunyai pertumbuhan penduduk yang
sangat tinggi (Sunarto, 1985: 1). Negara berkembang seperti Indonesia, angka
pertumbuhannya berada dikisaran 2,3%, berbeda dengan Negara maju seperti Belanda,
Inggris ataupun Jerman yang berada di angka kisaran -0,2%.
Dengan angka 2,3% maka Indonesia akan mengalami lonjakan jumlah penduduk
yang tinggi. Berdasar pada hasil Sensus Penduduk Indonesia tahun 1980, jumlah penduduk
Indonesia sebesar 147.490.000 jiwa. Kemudian menurut Sensus Penduduk Indonesia pada
tahun 2010 penduduk Indonesia sudah berjumlah 238.500.000 jiwa. Kita bisa bayangkan
betapa dahsyatnya perkembangan penduduk Indonesia dalam kurun waktu 30 tahun. Dengan
jumlah tersebut Indonesia menempati posisi ke empat dengan jumlah penduduk Negara
terbanyak. Kedudukan tersebut ternyata tidak berubah sejak tahun 1961.
Jumlah penduduk yang besar akan menimbulkan permasalahan apabila tidak
dimanfaatkan dengan baik. Besarnya jumlah penduduk di Indonesia lebih merupakan beban
daripada modal pembangunan. Hal ini disebabkan karena penduduk Indonesia bersifat
konsumtif (Sunarto, 1985: 2). Selain konsumtif, masyarakat Indonesia dirasa masih belum
mampu menciptakan lapangan pekerjaannya sendiri. Keadaan itu berbeda jauh dari Negara
Jepang, yaitu jumlah penduduk yang besar merupakan kekayaan dan modal utama bagi
lajunya pertumbuhan ekonomi. Banyak orang-orang Jepang membuka lapangan pekerjaan
sendiri dengan berskala Internasional.
Besarnya jumlah penduduk di Indonesia dari sensus ke sensus terus meningkat,
sedangkan daya dukung alam (kekayaan alam) yang tersedia tidak pernah bertambah, bersifat
terbatas, sehingga makin lama makin menipis (Muhsinatun dkk, 2002: 24). Sehubungan
dengan peningkatan jumlah penduduk dan penipisan sumber alam, kesejahteraan hidup pun
semakin rendah dan akan menambah jumlah masyarakat miskin.
Besarnya jumlah penduduk juga akan berdampak pada penyempitan lahan hijau. Hal
ini dikarenakan banyaknya orang yang membutuhkan lahan untuk pemukiman dan juga
untuk membuka usaha, yang mana mengorbankan lahan terbuka hijau. Hal inilah yang
menyebabkan kepadatan penduduk semakin tinggi. Kepadatan ini biasanya terjadi di kota-
kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung. Di kota-kota besar harga tanah terus
6
meninggi, sehingga hanya golongan ekonomi kuat yang mampu memiliki rumah, sementara
golongan terbesar masyarakat tidak memiliki rumah yang layak, bahkan tidak sedikit yang
tunawisma dan hidup sebagai gelandangan.
Untuk dapat mengatasi permasalahan tersebut perlu dilakukan perbaikan terpadu dari seluruh
bidang kehidupan, dalam hal ini meliputi sarana kesehatan, sarana pendidikan, kebutuhan
pangan.
1. Sarana kesehatan
Pemenuhan sarana kesehatan perlu untuk dikaji lebih lanjut, apabila dalam
pemenuhan sarana kesehatan tersebut tidak diimbangi dengan kenaikan jumlah
penduduk yang setiap tahun bertambah. Hal ini akan menjadikan sebuah masalah baru
yang akan menambah masalah yang telah ada sebelumnya. Dalam rangka pemenuhan
kebutuhan akan sarana kesehatan pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan
kualitas sarana kesehatan, diantaranya dengan membuat jaminan pemeliharaan
kesehatan berupa asuransi sosial kesehatan seperti penduduk negara maju.
2. Sarana Pendidikan
Kebutuhan akan pendidikan tidak dapat dipungkiri merupakan kebutuhan pokok
penduduk yang telah menjadi bagian penting dalam kehidupan mereka. Sebab hal ini
sangat terkait dengan indikator laju pertumbuhan penduduk lainnya. Pemenuhan
sarana pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah harus dapat memenuhi permintaan
masyarakat terutama bila terkait dengan laju pertumbuhan penduduk yang tiap tahun
mengalami kenaikan. Sarana pendidikan ini digunakan untuk membentuk SDM yang
tangguh untuk bersaing di dunia kerja. Pendidikan yang dapat membangun manusia
Indonesia yang mampu mengantisipasi, melakukan prevensi dan adaptasi serta
berjuang melawan pengaruh-pengaruh luar negeri agar tidak mengganggu kehidupan
bangsa Indonesia. Namun, hal itu harus di dukung dengan dengan sarana dan
prasarana yang memadai seperti memperkuat kelembagaan pendidikan dan
fasilitasnya, program pendidikan berkualitas tersebar secara geografi, dan juga
penguasaan pengetahuan ekonomi dasar dan ekonomi pembangunan yang benar.
7
3. Kebutuhan Pangan
Kebutuhan pangan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang tidak dapat
ditunda lagi upaya pemenuhannya. Hal itu merupakan bagian yang penting terutama
terkait dengan proses dan ciri makhluk hidup yaitu makan. Pertumbuhan penduduk,
baik dunia maupun Indonesia menjadi permasalahn paling mendasar dalam
pemenuhan pangan. Jika pertumbuhan penduduk tidak terkontrol, Indonesia akan
menghadapi masalah penyediaan pangan dan pemeliharaan gizi masyarakat.
Indonesia merupakan salah satu Negara dengan tingkat permintaan pangan yang
tinggi. Sebetulnya, permasalahan pemenuhan kebutuhan pangan ini justru dapat
menjadi peluang bagi Indonesia sebagai Negara agraris karena sebagian besar mata
pencaharian penduduk tergantung pada sektor pertanian. Perolehan pangan yang
cukup sesuai norma gizi merupakan hak azasi manusia karena hidup dan kehidupan
yang sehat adalah hak azasi manusia. Ketahanan pangan merupakan indikator
kesejahteraan individu (keluarga) sehingga mestinya menjadi salah satu tujuan utama
pembangunan. Ketahanan pangan sebagai prasyarat untuk pembangunan sumber daya
manusia yang sehat menjadikannya sebagai instrumen pembangunan. Pembangunan
hanya dapat berhasil jika dilaksanakan dan didukung oleh insan yang sehat dan
produktif. Ketahanan pangan yang mantap juga esensial untuk menjaga stabilitas
sosial-politik yang pada gilirannya berfungsi sebagai prasyarat pelaksanaan
pembangunan.
Jumlah penduduk yang besar harusnya menjadi sumber kekuatan bagi negaranya dan
bukan malah menjadi beban untuk negaranya. Bila penduduk yang berada di dalam Negara
tersebut memiliki daya saing yang tinggi dan kompetensi yang teruji, secara otomatis
penduduknya menjadi sumberdaya bagi negaranya. Ketika penduduk di suatu Negara telah
menjadi sumberdaya bagi negaranya. Maka, ini merupakan suatu point penting berkenaan
dengan ketahanan nasional di negaranya. Apa sebabnya? penduduk yang menjadi
sumberdaya, mereka mempunyai kekuatan untuk dapat menghasilkan sesuatu ketika negara
tersebut di embargo oleh negara lain.
8
2.2 Transisi Demografi
Transisi demografi, sesuai dengan namanya yaitu “TRANSISI” yang berarti “perubahan”,
dan DEMOGRAFI yang artinya ilmu yang mempelajari tentang masalah kependudukan. Jadi
transisi demografi adalah teori yang menjelaskan tentang perubahan yang terjadi pada
struktur penduduk. Perubahan yang terjadi dari struktur penduduk dengan tingkat
pertumbuhan yang tinggi menjadi struktur penduduk yang tingkat pertumbuhannya rendah.
9
Tahap 3 : Kelahiran menurun dan kematian menurun dan menuju stabil
a. tingkat kesehatan
b. keadaan geografis
c. kebijakan politis
d. kemajuan iptek
e. perubahan pola pikir masyarakat dan lainnya
Efek pertama dari transisi adalah penurunan angka kematian, yang berlanjut selama
masa transisi. Angka kelahiran meningkat sedikit pada awalnya, tetapi kemudian jatuh
ke tingkat yang lebih rendah sama dengan angka kematian. Selama transisi, tingkat
kelahiran kelebihan atas tingkat kematian (tingkat kenaikan alamiah) menghasilkan
peningkatan besar dalam ukuran populasi.
Pertumbuhan Jumlah Penduduk Dunia
10
B. TEORI TRANSISI DEMOGRAFI BLACKER (1947)
1. Tahapan 1
Dalam tahapan satu terjadi pada masyarakat pra-industri, tingkat fertilitas dan tingkat
mortalitas tinggi.Tingginya tingkat fertilitas di sebabkan oleh beberapa faktor yang
mempengaruhinya seperti ; belum tersedianya program Keluarga Berencana dan alat
kontrasepsi (fertility control ),sehingga tingkat fertilitas pada dasarnya hanya dibatasi
oleh kemampuan seorang wanita untuk melahirkan anak.Sedangkan tingginya tingkat
mortalitas dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ;gagal panen dan income yang
menurun sehingga mengakibatkan kelaparan karena kurangnya ketersediaan bahan
pangan,tidak adanya teknologi kesehatan untuk mengontrol masyarakat terhadap
penyakit seperti wabah penyakit menular tidak terkontrol yang berakibat mortalitas,dan
adanya substitution effect.(Peritiwa ini terjadi misalnya,di Eropa dan khususnya Timur
Amerika Serikat selama abad ke-19).
Dalam tahapan satu ini peran anak masih sangat penting dalam membantu
perekonomian keluarga.Biaya membiayai anak dianggap lebih sedikit dari pada biaya
11
makannya,karena dalam tahap satu ini belum ada pendidikan dan tempat
hiburan(India).Teori Malthus mengatakan bahwa yang menjadi penentu populasi pada
tahap satu adalah jumlah pasokan makanan.(Afrika)
2. Tahapan 2
Tahapan kedua menyebabkan penurunan tingkat mortalitas pelan dan peningkatan
populasi.Penurunan tingkat mortalitas ini juga dialami oleh Negara berkembang seperti
Yaman, Afghanistan, wilayah Palestina, Bhutan dan Laos.Sedangkan penurunan tingkat
mortalitas di pengaruhi oleh 2 faktor yaitu;
a. Adanya perbaikan penyediaan makanan yang dihasilkan dari perbaikan
pertanian(rotasi tanaman, pembiakan selektif, dan teknologi benih berkualitas) dan
transportasi yang lebih baik untuk mencegah kematian akibat kelaparan dan
kekurangan air.
b. Perbaikan signifikan kesehatan masyarakat untuk mengurangi tingkat mortalitas,
khususnya pada usia dini.Seperti di temukannya pengembangan
vaksinasi,imunisasi,dan juga antibiotik.
Akan tetapi di Eropa melewati dua tahap sebelum kemajuan dari pertengahan abad
ke-20 karena mereka melakukan perbaikan penyebab penyakit dan peningkatan
pendidikan dan status sosial ibu.(Perubahan populasi terjadi di barat laut Eropa selama
abad ke-19 dan di India sebelum Perang Dunia II).
3. Tahapan 3
Pada tahapan ini tingkat mortalitas yang turun dengan cepat dengan di ikuti
penurunan tingkat fertilitas tetapi tidak secepat penurunan tingkat mortalitas. Penurunan
tingkat fertilitas ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu;
a. Adanya fertility control yang sudah mulai berkembang di masyarakat dan sudah
banyak digunakan. Perbaikan penggunaan kontrasepsi merupakan faktor yang cukup
penting untuk mengurangi fertilitas.
b. Kedua adalah Industrilization ,yaitu perubahan yang berangsur-angsur dari
masyarakat pertanian menuju ke masyarakat industri.Ini juga merubah gaya hidup
baik itu makanan,pola hidup,maupun seksualnya.
c. Ketiga yaitu meningkatnya urbanisasi mengubah nilai-nilai tradisional pada
masyarakat pedesaan, perubahan pola pikir masyarakat di daerah pedesaan
mempengaruhi penurunan fertilitas anak yang berarti bahwa sebagian orang tua
12
menyadari bahwa mereka tidak perlu membutuhkan begitu banyak anak yang akan
dilahirkan untuk masa yang akan datang.
d. Keempat adalah Sosial dan Ekonomi, kedudukan sosial seorang wanita juga dapat
mempengaruhi tingkat penurunan fertilitas. Meningkatkan melek huruf perempuan
dan pekerjaan sebagai ukuran status perempuan,seperti Eropa selatan atau Jepang.
Penilaian terhadap perempuan tidak hanya melahirkan anak saja.
4. Tahapan 4
Ini terjadi di mana kelahiran dan angka kematian keduanya rendah atau NOL. Oleh
karena itu jumlah penduduk yang tinggi dan stabil. Beberapa teori beranggapan bahwa
pada tahapan 4 inilah penduduk suatu negara akan tetap pada tingkat ini.Negara-negara
yang berada pada tahap ini (Total Kesuburan kurang dari 2,5 pada tahun 1997) meliputi:
Amerika Serikat, Kanada, Argentina, Australia, Selandia Baru, seluruh Eropa.
5. Tahapan 5
Model transisi demografi yang sebenanya hanya terjadi 4 tahapan tetapi ada suatu
persetujuan bahwa sekarang menjadi 5 tahapan berdasarkan teori Transisi Demografi
menurut C.P.Blacker 1947. Pada tahap kelima ini bahwa tingkat mortalitas lebih tinggi
dibandingkan dengan tingkat fertilitas yang berada dalam keadaan stabil.Hal ini dapat
dipengaruhi oleh gaya kehidupan masyarakat yaitu degenerative diseases.Bisa karena
gaya hidup yang tidak baik,seperti sering mengonsumsi makanan instan serta
mengonsumsi alkohol untuk mengikuti kebiasaan Negara Barat.Keadaan ini di alami
oleh Negara seperti Perancis sebelum Perang Dunia ke II dan Jerman pada tahun 1970
an.
Transisi demografi yang terjadi di Indonesia terjadi sama seperti pada teori yang
disepakati. Hanya saja pada tahap tertentu ada sedikit perbedaan dalam proses pertumbuhan
penduduknya. Mungkin Indonesia juga termasuk yang tadi disebutkan sebagai Negara
dengan proses transisi demografi berbeda, yaitu Indonesia mengalami penurunan angka
13
kelahiran sebelum Indonesia menjalani proses industrialisasi. Seperti kita tahu Indonesia
adalah Negara agraris jadi sampai saat ini Indonesia masih menjadi Negara agraris.
Penurunan angka kelahiran Indonesia dilakukan dengan cara menjalankan program KB atau
keluarga berencana.
Dalam menjalankan program KB digalakkan juga pemakaian alat kontrasepsi
sehingga angka kelahiran bisa ditekan. Indonesia adalah Negara dengan jumlah penduduk
terbesar ke empat di dunia. Dengan luas wilayah yang seperti ini, semakin terlihat jelas
bahwa Indonesia adalah masih menjadi Negara berkembang. Biasanya cirri-ciri Negara
berkembang adalah memiliki penduduk yang masih mempunyai anak banyak. Seperti kita
tahu, masyarakat jawa pada beberapa generasi lalu adalah masyarakat dengan jumlah anak
yang bisa dibilang banyak. Jumlah anak 10 atau lebih itu menjadi lumrah. Itu menunjukkan
bahwa masyarakat Indonesia masih belum mempunyai kebudayaan atau gaya hidup sebagai
masyarakat modern. Jadi menurut saya Indonesia masih menjalani proses menuju kondisi
yang stabil sesuai alur yang disepakati di teori transisi domografi. Semakin berkembangnya
jaman kebiasaan memiliki anak banyak juga sudah mulai ditinggalkan, proses industrialisasi
sudah semakin membaik, dan angka kelahiran sudah cukup berhasil ditekan. Tidak khayal,
beberapa waktu yang akan datang Indonesia akan mencapai keadaan yang stabil dan
menyelesaikan transisi demografi.
Beberapa hal yang menghalangi Indonesia dalam menyelesaikan trasnsisi
demografinya adalah sebagai berikut:
1. Tidak meratanya pembangunan di Indonesia sehingga jurang pemisah semakin jelas.
Seperti kita tahu, di Indonesia masih ada masyarakat primitive dengan gaya hidup yang
masih sangat sederhana, sedangakan di sisi lain pembangunan dan proses industrialisasi
terus berkembang.
2. Pendidikan Indonesia masih perlu ditngkatkan dan diratakan. Salah satu faktor penentu
pertumbuhan penduduk adalah pendidikan wanita. Pendidikan masyarakat yang tinggi
juga akan merangsang pemikiran masyarakat untuk mempunyai gaya hidup modern.
3. Indonesia adalah Negara agraris. Mungkin ini salah satu penyebab sulitnya Indonesia
berubah menjadi Negara industri karena sebagian masyarakat Indonesia adalah petani.
14
Transisi Demografi Indonesia Tahun 1950-2050 Sumber : World Population Prospect,
Economic and Social Affairs, UN
Pada gambar diatas terlihat transisi penduduk ada posisi stabil pada tingkat kelahiran tinggi,
menjadi turun ke stabil pada kelahiran dan kematian rendah.
a. Pada keadaan I
Tingkat kelahiran dan kematian tinggi antara 40 sampai 50. Keadaannya masih alami
tingkat kelahiran tinggi/ tidak terkendali dan tingkat ekonomi yang rendah, sehingga
kesehatan dan gizi lingkungan kurang mendukung. Akibatnya kelaparan dan kejadian
penyakit tinggi sehingga tingkat kematian pun tinggi (kondisi pra
intervensi/pembangunan).
b. Pada keadaan II
Angka kematian turun lebih dahulu akibat peningkatan pembangunan dan teknologi,
misalnya dibidang kesehatan, lingkungan, perumahan dan lain-lain. Kondisi ekonomi
makin membaik akibat pembangunan dan pendapatan penduduk meningkat sehingga
15
kesehatan semakin baik. Akibatnya tingkat kelahiran tetap tinggi (makin sehat) tetapi
angka kematian menurun (akibat kesehatan dan lain- lain). Pada kondisi ini akan terasa
tingginya laju pertumbuhan penduduk alami, seperti dialami indonesia pada periode
tahun 1970 sampai 1980 dengan angka pertumbuhan 2,32 % per tahun.
c. Pada keadaan III
Terjadi perubahan akibat pembangunan dan juga upaya pengendalian penduduk, maka
sikap terhadap fertilitas berubah menjadi cenderung punya anak sedikit, maka turunnya
tingkat kematian juga diikuti turunnya tingkat kelahiran sehingga pertumbuhan
penduduk menjadi tidak tinggi lagi. Keadaan tersebut dapat dilihat pada pertumbuhan
penduduk indonesia periode 1980 sampai 1990 yang turun menjadi 1,85 %.
d. Pada keadaan IV
Bila penurunan tingkat kelahiran dan kematian berlangsung terus menerus, maka akan
mengakibatkan pertumbuhan yang stabil pada tingkat yang rendah indonesia sedang
menuju/mengharap tercapainya kondisi ini yaitu penduduk bertambah sangat rendah atau
tanpa pertumbuhan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
16
Dari uraian sejarah perkembangan penduduk baik di dunia, indonesia, maupun di
Pulau Jawa, dapat ditarik kesimpulan bahwa penduduk selalu mengalami peningkatan dari
zaman batu tua, batu muda hingga zaman perunggu pertambahan penduduk cukup
signifikan. Pertumbuhan penduduk ini tak terlepas dari dukungan angka kelahiran yang tinggi
dan angka kematian yang rendah. Laju pertumbuhan penduduk dunia meningkat dengan
cepat dimulai pada tahun 1650, dimana revolusi pertanian mulai dilakukan sehingga terjadi
peningkatan mutu kualitas hidup masyarakat luas. Revolusi pertanian pertama kali terjadi di
Eropa dan mulai menyebar keseluruh negara-negara bagian.
Namun menjelang permulaan abad ke-20, dibeberapa negara barat telah terjadi
penurunan tingkat kelahiran dan kematian. Namun sebaliknya di beberapa negara yang
sedang berkembang justru tingkat kelahiran tinggi yang tidak dibarengi oleh tingginya tingkat
kematian. Sehingga negara-negara berkembang cenderung berpenduduk banyak dan padat.
Seperti halnya negara Indonesia, yang merupakan salah satu negara sedang berkembang
yang memiliki jumlah penduduk besar ke-4 dunia dengan jumlah pulau lebih dari 13.666.
namun jumlah penduduk terbesar ada di pulau Jawa, karena Pulau Jawa dilihat secara
geografis letaknya sangat strategis dan subur. Selain itu juga sarana prasarana sosial di pulau
jawa cukup memadai. Sehingga tingkat mutu hidupnya tinggi.
Melihat jumlah penduduk yang kian meningkat, maka pemerintah serta pihak –pihak
yang menangani maslah kependudukan perlu menanganinya baik secara regional maupun
internasional. Dimaksudkan agar pertumbuhan penduduk dunia dapat dikendalikan.
Kemudian Seiring dengan cepatnya perkembangan dalam era globalisasi, serta adanya
transisi demografi dan epidemiologi penyakit, maka penyakit akibat perilaku dan perubahan
gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya cenderung akan semakin
kompleks. Perbaikannya tidak hanya dilakukan pada aspek pelayanan kesehatan, perbaikan
pada lingkungan dan merekayasa kependudukan atau faktor keturunan, tetapi perlu
memperhatikan faktor perilaku yang secara teoritis memiliki andil 30-35% terhadap derajat
kesehatan. Mengingat dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar, maka
diperlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat.
DAFTAR PUSTAKA
17
https://www.academia.edu/7621978/TRANSISI_DEMOGRAFI
https://www.scribd.com/doc/240923796/Sejarah-Perkembangan-Penduduk-Dunia-Dan-
Indonesia
18