Anda di halaman 1dari 4

Pada jaman sekarang ini merupakan era persaingan ketat antar perusahaan, setiap perusahaan harus

mengembangkan keunggulan kompetitifnya agar dapat bertahan dan memajukan perusahaannya.


Masalah keuangan merupakan salah satu masalah pendanaan yang sangat vital bagi perusahaan. Setiap
perusahaan membutuhkan dana untuk menunjang jalannya aktifitas perusahaan, baik itu perusahaan
manufaktur ataupun perusahaan jasa. Dana yang dibutuhkan bisa diperoleh baik melalui pembiayaan
dari dalam perusahaan (internal financing) maupun pembiayaan dari luar perusahaan (eksternal
financing). Sumber pembiayaan modal internal adalah berupa pemanfaatana laba yang ditahan
(retained earning), yaitu laba yang tidak dibagikan sebagai dividen. Manajemen keuangan dalam hal
pendanaan berperan sangat penting, manajemen keuangan mempunyai tugas pokok mengalokasikan
dana dan memperoleh dana dengan mempertimbangkan tingkat efektifitas dan efesiensinya. Setiap
rupiah dana yang tertanamkan didalam aktiva harus dapat dipergunakan dengan efisien untuk dapat
menghasilkan tingkat keuntungan investasi atau rentabilitas yang maksimal. Efesiensi setiap
penggunaan dana akan berimplikasi dalam penentuan besar kecilnya return yang dihasilkan dari
investasi. Investasi digolongkan menjadi dua jenis, yaitu investasi dalam surat kepemilikan (saham) dan
investasi dalam surat utang (obligasi).

Menurut Adler, Desmon, Wilson obligasi merupakan salah satu sumber pendanaan (financing) bagi
pemerintah dan perusahaan, yang dapat diperoleh dari pasar modal. Secara sederhana, obligasi
merupakan suatu surat berharga yang dikeluarkan oleh penerbit (issuer) kepada investor (bondholder),
dimana penerbit akan memberikan suatu imbal hasil (return) berupa kupon yang dibayarkan secara
berkala dan nilai pokok (principal) ketika obligasi tersebut mengalami jatuh tempo. Penerbit obligasi
adalah pihak yang membutuhkan dana atau debitur, sedangkan pemegang obligasi adalah pihak yang
memberikan pinjaman atau kreditur. Dengan penerbitan obligasi ini, maka dimungkinkan bagi penerbit
obligasi untuk memperoleh pembiayaan investasi jangka panjangnya yang bersumber dari luar
perusahaan. Obligasi diterbitkan oleh perusahaan dalam rangka memenuhi kegiatan pendanaan
perusahaan tersebut, untuk pengembangan usaha dan menutup hutang yang jatuh tempo.(Setiawan
dan Shanti, 2009). Kelebihan investasi obligasi dibanding saham yaitu dalam hal pembayaran return.
Pendapatan yang diterima dari saham berasal dari deviden dan capital gain, pembayaran deviden
diberikan ketika pembayaran kupon obligasi telah dilakukan, keuntungan lain yang diperoleh dari
investasi obligasi adalah pemegang obligasi memiliki hak pertama atas aset perusahaan jika perusahaan
tersebut mengalami likuidasi. Hal tersebut terjadi karena perusahaan telah ada kontrak perjanjian untuk
melunasi obligasi yang telah dibeli oleh pemegang obligasi. Meskipun obligasi merupakan salah satu
bentuk investasi yang relatif lebih aman bila dibandingkan dengan investasi dalam saham, seorang
investor sebaiknya harus mempertimbangkan risikonya, yaitu default risk. Default risk adalah risiko di
mana suatu emiten tidak mampu untuk memenuhi kewajiban keuangannya (pokok dan bunga hutang)
atau mengalami gagal bayar.

Menurut Manurung et al. (2007), obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah, biasanya mendapatkan
peringkat obligasi investment grade (level A), dikarenakan pemerintah dianggap akan mampu untuk
melunasi kupon dan pokok hutang saat obligasi jatuh tempo, sedangkan obligasi yang diterbitkan oleh
perusahaan (corporate bonds), terdapat default risk, yang bergantung pada kesehatan keuangan
perusahaan emiten. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka sebaiknya pemilik modal (investor)
memperhatikan peringkat obligasi karena peringkat obligasi memberikan informasi atau signal tentang
probabilitas kegagalan hutang suatu emiten. Peringkat obligasi dapat mencerminkan keamanan dari
suatu obligasi. Keamanan ini ditunjukkan dari kemampuannya dalam membayar bunga dan pelunasan
pokok pinjaman. Peringkat obligasi merupakan sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh lembaga
pemeringkat tentang kondisi penerbit obligasi dan skala risiko dari semua obligasi yang diperdagangkan.
Penentuan tingkat skala tersebut memperhitungkan beberapa variabel yang mempengaruhi
pemeringkatan obligasi. Peringkat obligasi yang diumumkan ke publik dapat mengurangi asimetri
informasi antara perusahaan penerbit obligasi dan investor (Zuhrohtun dan Baridwan, 2005). Peringkat
obligasi diberikan oleh lembaga yang independen, objektif, dan dapat dipercaya, dalam usahanya untuk
memperoleh keuntungan yang optimal investor yang memilih berinvestasi dalam bentuk saham
dihadapkan pada pilihan untuk memaksimalkan return pada berbagai tingkat risiko atau meminimalkan
risiko pada berbagai tingkat return. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi
(jogiyanto,2007:109). Return saham diperoleh dari selisih kenaikan (capital gains) atau selisih
penurunan (capital loss). Capital gains atau capital loss sendiri diperoleh dari selisih harga investasi
sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. Dengan demikian return yang dihasilkan investor akan
meningkat pada saat harga saham naik dan berkurang pada saat harga saham turun. Untuk kepentingan
mengoptimalkan return yang diterima investor dapat melakukan serangkaian analisis terhadap laporan
keuangan perusahaan. Menurut Brigham dan Houston (2009:373), peringkat obligasi didasarkan pada
faktor-faktor kualitatif maupun kuntitatif, adapun faktor-faktor akuntansi yang dapat mempengaruhi
prediksi peringkat obligasi seperti, likuiditas (Almilia dan Devi, 2007), profitabilitas (Raharja dan Sari,
2008), produktivitas (Magreta dan Nurmayanti, 2009), dan leverage (Raharja dan Sari, 2008). Faktor-
faktor non-akuntansi seperti, umur obligasi (Andry,2005), jaminan (Magreta dan Nurmayanti, 2009), dan
reputasi auditor juga diduga dapat berpengaruh terhadap prediksi peringkat obligasi perusahaan(Andry,
2005). Variabel-variabel tersebut dibagi ke dalam faktor akuntansi didasarkan pada laporan keuangan
perusahaan, dengan anggapan bahwa laporan keuangan perusahaan lebih menggambarkan kondisi
perusahaan, dan faktor non-akuntasi, dengan anggapan bahwa faktor non-akuntansi menggambarkan
kondisi di luar perusahaan. Velury et al. (2003) dalam Susilowati dan Sumarto (2010) menyatakan dari
semua perusahaan yang menerbitkan obligasi, hampir semuanya diaudit oleh KAP big four, sehingga
analisis laporan keuangan yang diaudit oleh KAP big four lebih berkualitas. Penelitian yang
menggunakan faktor akuntansi dan non-akuntansi dilakukan oleh Andry (2005) yang terdiri dari growth,
size, sinking fund, umur obligasi (maturity), jaminan (secure) serta reputasi auditor. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa umur obligasi (maturity), sinking fund, dan reputasi auditor memiliki pengaruh
dalam memprediksi peringkat obligasi.

Penelitian ini bermaksud untuk melakukan pengujian analisis rasio dilakukan dengan membandingkan
pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba-rugi individual atau kombinasi kedua laporan tersebut.

Dari analisis rasio akan dihasilkan beberapa rasio keuangan perusahaan yang bermanfaat dalam
pengambilan keputusan investasi. Rasio keuangan secara garis besar dikelompokkan menjadi lima yaitu
rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, rasio solvabilitas (leverage) dan rasio pasar(Robbert
ang, 1997:18). Diantara rasio-rasio keuangan perusahaan, rasio profitabilitas dan leverage merupakan
rasio keuangan yang dapat dipergunakan investor sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan investasi. Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Menurut Horrigan (1966 dalam Raharja dan Sari, 2008)
rasio produktivitas secara siginifikan berpengaruh positif terhadap credit rating, semakin tinggi rasio
produktivitas maka semakin baik peringkat perusahaan tersebut. Magreta dan Nurmayanti (2009) juga
menemukan bahwa produktivitas berpengaruh dalam memprediksngkat obligasi seluruh perusahaan
yang terdaftar di Bursa efek indonesia. Leverage juga diduga dapat mempengaruhi prediksi peringkat
obligasi perusahaan. Raharja dan Sari (2008) menemukan bahwa leverage dapat mempengaruhi prediksi
peringkat obligasi, semakin besar rasio leverage perusahaan, semakin besar risiko kegagalan
perusahaan. Semakin rendah leverage perusahaan, semakin baik peringkat yang diberikan terhadap
perusahaan (Burton et al., 2003 dalam Raharja dan Sari, 2008), sedangkan Magreta dan Nurmayanti
(2009) menemukan bahwa leverage tidak dapat mempengaruhi prediksi peringkat obligasi

Dengan demikian, rasio leverage adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Salah satu rasio profitabilitas yang menarik perhatian
investor adalah Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE). ROA merupakan pengukuran
kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah
keseluruhan tersedia didalam perusahaan (Lukman,1998:63). Sedangkan ROE merupakan suatu
pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang
saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam
perusahaan. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena tingkat kembalian
semakin besar. Dengan meningkatnya kinerja perusahaan, maka harga saham perusahaan meningkat
dan hal ini berdampak pada peningkatan return saham. Apabila terdapat peningkatan ROE maka bagian
keuntungan yang terjadi hak pemilik modal juga meningkat. Berdasarkan latar belakang yang diuraikan
diatar penulis mengambil penelitian yang berjudul, “ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP
OBLIGASI PERUSAHAAN"

Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka dalam penelitian ini dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap peringkat obligasi perusahaan ?

2. Bagaimana rasio-rasio keuangan dalam mempertimbangkan pengambilan keputusan perusahan ?

3. Apakah rasio leverange memperngaruhi peringkat obligasi perusahaan ?


Tujuan Penelitian

Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah :

1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap peringkat obligasi perusahaan.

2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh rasio leverange terhadap peringkat obligasi perusahaan.

Manfaat Penelitian

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris terkait pengaruh likuiditas, rentabilitas,
solvabilitas (leverage) dan ukuran perusahaan (size) terhadap peringkat obligasi perusahaan yang
terdaftar di BEI tahun. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi penelitian
selanjutnya khususnya bagi penelitian terkait obligasi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan kepada peneliti terkait pengaruh
profitabilitas dan solvabilitas (leverage) terhadap peringkat obligasi perusahaan yang terdaftar di BEI.

b. Bagi Investor

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan oleh investor yang akan menginvestasikan
kelebihan dana yang dmiliki ke obligasi untuk menentukan obligasi yang akan dipilih khususnya
perusahaan perbankan yang memiliki kemungkinan kecil terjadi default risk

Anda mungkin juga menyukai