Perempuan dilindungi secara istimewa terhadap setiap
Konvensi Jenewa penyerangan atas martabatnya, terutama terhadap Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas pemerkosaan, pelacuran paksa, atau setiap bentuk Jump to navigationJump to search penyerangan tidak senonoh (indecent assault). Tanpa merugikan ketentuan-ketentuan mengenai keadaan kesehatan, usia, dan jenis kelamin, semua orang yang dilindungi diperlakukan dengan penghormatan yang sama oleh Peserta konflik yang menguasai mereka, tanpa pembeda-bedaan merugikan yang didasarkan pada, terutama, ras, agama, atau opini politik. Namun, Peserta konflik boleh mengambil langkah-langkah kontrol dan keamanan menyangkut orang- orang yang dilindungi sebagaimana yang mungkin diperlukan sebagai akibat dari perang yang bersangkutan." (Pasal 27, Konvensi Jenewa Keempat) Sejarah Dokumen Resmi Konvensi Jenewa terdiri dari empat perjanjian, dan tiga Perkembangan Konvensi Jenewa dari 1864 sampai 1949. protokol tambahan, yang menetapkan standar hukum Pada tahun 1862, Henry Dunant menerbitkan internasional untuk pengobatan kemanusiaan perang. Istilah bukunya, Memory of Solferino (Kenangan Solferino), mengenai tunggal Konvensi Jenewa biasanya merujuk pada perjanjian kengerian perang.[2]Pengalaman Dunant menyaksikan perang tahun 1949, negosiasi pasca Perang Dunia Kedua(1939-1945), mengilhaminya untuk mengusulkan: yang diperbarui dari kemudian untuk tiga perjanjian (1864, Dibentuknya perhimpunan bantuan yang permanen 1906, 1929), dan menambahkan menjadi yang keempat. untuk memberikan bantuan kemanusiaan pada masa Konvensi Jenewa secara luas didefinisikan pada hak-hak dasar perang, dan para tahanan perang (warga sipil dan personel militer); Dibentuknya perjanjian antarpemerintah yang mendirikan perlindungan untuk yang terluka; dan mendirikan mengakui kenetralan perhimpunan tersebut dan perlindungan bagi warga sipil di dan sekitar zona perang. memperbolehkannya memberikan bantuan di kawasan Perjanjian tahun 1949 yang diratifikasi, secara keseluruhan perang. atau dengan reverasi, menjadi 196 negara. [1] Selain itu, Usulan yang pertama berujung pada dibentuknya Palang Merah Konvensi Jenewa juga mendefinisikan hak dan perlindungan (Red Cross) sedangkan usulan yang kedua berujung pada yang diberikan kepada non-kombatan, namun, karena Konvensi dibentuknya Konvensi Jenewa Pertama. Atas kedua pencapaian Jenewa tentang orang-orang dalam perang, artikel tidak ini, Henry Dunant pada tahun 1901 menjadi salah seorang mengatasi peperangan yang tepat -penggunaan senjata penerima Penghargaan Nobel Perdamaian yang untuk pertama perang- yang merupakan subjek dari Konvensi Den kalinya dianugerahkan.[3][4] Haag (Konferensi Den Haag Pertama, 1899; Konferensi Den Kesepuluh pasal Konvensi Jenewa Pertama diadopsi untuk Haag Kedua 1907), dan perang bio-kimia Protokol Jenewa pertama kalinya pada tanggal 22 Agustus 1864 oleh dua belas (Protokol untuk pelarangan penggunaan asphyxiating, beracun negara.[5] Clara Barton memainkan peran penting dalam atau gas lainnya dalam perang, dan metode bakteriologis mengkampanyekan peratifikasian Konvensi Jenewa Pertama dalam peperangan, 1925). oleh Amerika Serikat, yang akhirnya meratifikasi konvensi Konvensi-konvensi Jenewa tersebut pada tahun 1882.[6] Konvensi-konvensi Jenewa meliputi empat perjanjian Perjanjian yang kedua diadopsi untuk pertama kalinya dalam (treaties) dan tiga protokol tambahan yang menetapkan Konvensi Jenewa untuk Perbaikan Keadaan Anggota Angkatan standar dalam hukum internasional (international law) Bersenjata yang Terluka dan Sakit di Laut,[7] yang mengenai perlakuan kemanusiaan bagi korban perang. Istilah ditandatangani pada tanggal 6 Juli 1906 dan secara spesifik Konvensi Jenewa, dalam bentuk tunggal, mengacu pada berkenaan dengan anggota Angkatan Bersenjata di laut. persetujuan-persetujuan 1949, yang merupakan hasil Perjanjian ini dilanjutkan dalam Konvensi Jenewa mengenai perundingan yang dilakukan seusai Perang Dunia II. Perlakuan Tawanan Perang, yang ditandatangani pada tanggal Persetujuan-persetujuan tersebut berupa diperbaharuinya 27 Juli 1929 dan mulai berlaku pada tanggal 19 Juni 1931. ketentuan-ketentuan pada tiga perjanjian yang sudah ada dan Terinspirasi oleh gelombang antusiasme akan kemanusiaan dan diadopsinya perjanjian keempat. Rumusan keempat perjanjian perdamaian yang muncul seusai Perang Dunia II dan oleh 1949 tersebut ekstensif, yaitu berisi pasal-pasal yang kegusaran publik atas berbagai kejahatan perang yang menetapkan hak-hak dasar bagi orang yang tertangkap dalam terungkap dalam Pengadilan Nuremberg, maka pada tahun konflik militer, pasal-pasal yang menetapkan perlindungan 1949 diadakan serangkaian konferensi dengan hasil berupa bagi korban luka, dan pasal-pasal yang menyikapi masalah diteguhkan, diperluas, dan diperbaharuinya ketiga Konvensi perlindungan bagi orang sipil yang berada di dalam dan di Jenewa yang sudah ada dan diadopsinya Konvensi Jenewa sekitar kawasan perang. Keempat perjanjian 1949 tersebut mengenai Perlindungan Orang Sipil pada Masa Perang, sebuah telah diratifikasi, secara utuh ataupun dengan reservasi, oleh perjanjian yang baru dan rinci. 194 negara. Meskipun sudah cukup rinci, di kemudian hari perjanjian- Konvensi-konvensi Jenewa tidak berkenaan dengan perjanjian tersebut didapati masih belum lengkap. Justru, penggunaan senjata perang, karena permasalahan tersebut hakikat konflik bersenjata (armed conflicts) itu sendiri dicakup oleh Konvensi-konvensi Den Haag 1899 dan mengalami perubahan sejak dimulainya era Perang 1907 dan Protokol Jenewa. Dingin sehingga banyak pihak akhirnya berpendapat bahwa "Orang yang dilindungi berhak, dalam segala keadaan, untuk Konvensi-konvensi Jenewa 1949 menyikapi realitas yang memperoleh penghormatan atas dirinya, martabatnya, hak-hak sebagian besar sudah punah.[8] Di satu pihak, sebagian besar keluarganya, keyakinan dan ibadah keagamaannya, dan konflik bersenjata yang terjadi dalam era Perang Dingin adalah kebiasaan serta adat-istiadatnya. Mereka setiap saat konflik bersenjata internal atau perang saudara. Di lain pihak, diperlakukan secara manusiawi dan dilindungi, terutama semakin banyak dari perang yang terjadi adalah perang terhadap segala bentuk kekerasan atau ancaman kekerasan asimetris. Lebih-lebih, konflik bersenjata modern memakan korban yang semakin lama semakin banyak di kalangan orang sebuah negara tertentu. Meskipun Konvensi-konvensi Jenewa sipil. Perubahan-perubahan tersebut menimbulkan kebutuhan menyediakan keuntungan bagi individu, tekanan politik bisa untuk menyediakan perlindungan yang nyata bagi orang dan membuat pemerintah menjadi enggan untuk menerima objek sipil pada masa konflik bersenjata, dan ini berarti tanggung jawab yang ditimbulkan oleh konvensi-konvensi perlunya dilakukan pembaharuan terhadap Konvensi Den Haag tersebut. 1899 dan 1907. Dengan mengingat perkembangan- Pasal 2 Ketentuan yang Sama, mengenai Konflik Bersenjata perkembangan tersebut, maka pada tahun 1977 diadopsi dua Internasional[sunting | sunting sumber] Protokol yang memperluas Konvensi-konvensi Jenewa 1949 Pasal ini menyatakan bahwa Konvensi-konvensi Jenewa berlaku dengan sejumlah ketentuan yang memberikan perlindungan pada semua kasus konflik internasional di mana sekurang- tambahan. Pada tahun 2005, sebuah Protokol ketiga diadopsi kurangnya satu dari negara-negara yang berperang telah pula. Protokol yang ringkas ini menetapkan sebuah tanda meratifikasi Konvensi-konvensi tersebut. Terutama: perlindungan (protective sign) tambahan bagi dinas kesehatan 1. Konvensi-konvensi Jenewa berlaku pada semua kasus angkatan bersenjata, yaitu Kristal Merah, sebagai alternatif perang yang dideklarasikan (declared war) antara untuk lambang Palang Merah dan Bulan Sabit Merah yang negara-negara penandatangan. Pengertian ini dipakai di mana-mana itu, yaitu bagi negara-negara yang merupakan pengertian yang asli tentang aplikabilitas merasa kedua lambang ini kurang tepat. dan mendahului pengertian versi 1949. Konvensi-konvensi dan persetujuan- 2. Konvensi-konvensi Jenewa berlaku pada semua kasus persetujuannya[sunting | sunting sumber] konflik bersenjata antara dua negara penandatangan Konvensi-konvensi Jenewa terdiri dari berbagai aturan yang atau lebih, pun tanpa adanya deklarasi perang. berlaku pada masa konflik bersenjata, dengan tujuan Pengertian ini ditambahkan pada tahun 1949 untuk melindungi orang yang tidak, atau sudah tidak lagi, ikut serta mengakomodasi situasi-situasi yang mempunyai dalam permusuhan, antara lain: seluruh karakteristik perang walaupun tanpa 1. kombatan yang terluka atau sakit deklarasi perang yang formal, misalnya aksi polisional 2. tawanan perang (police action). 3. orang sipil 3. Konvensi-konvensi Jenewa berlaku bagi negara 4. personel dinas medis dan dinas keagamaan penandatangan walaupun negara lawan bukan Konvensi penandatangan, tetapi hanya jika negara lawan Dalam ranah diplomasi, istilah konvensi mempunyai arti yang tersebut “menerima dan menerapkan ketentuan- lain dari artinya yang biasa, yaitu pertemuan sejumlah orang. ketentuan” Konvensi-konvensi ini. Dalam diplomasi, konvensi mempunyai arti perjanjian Pasal 1 Protokol I lebih lanjut mengklarifikasi bahwa konflik internasional atau traktat. Ketiga Konvensi Jenewa yang bersenjata melawan dominasi penjajah atau pendudukan asing terdahulu direvisi dan diperluas pada tahun 1949, dan pada juga berkualifikasi sebagai konflik internasional. Bila kriteria tahun itu juga ditambahkan Konvensi Jenewa yang keempat. tentang konflik internasional terpenuhi, maka perlindungan 1. Konvensi Jenewa Pertama (First Geneva Convention), yang disediakan oleh Konvensi-konvensi tersebut dianggap mengenai Perbaikan Keadaan Anggota Angkatan berlaku sepenuhnya. zzzz Bersenjata yang Terluka dan Sakit di Darat, 1864 Pasal 3 Ketentuan yang Sama, mengenai Konflik Bersenjata 2. Konvensi Jenewa Kedua (Second Geneva Convention), Non-internasional[sunting | sunting sumber] mengenai Perbaikan Keadaan Anggota Angkatan Pasal ini menyatakan bahwa aturan-aturan minimum tertentu Bersenjata yang Terluka, Sakit, dan Karam di Laut, tentang perang sebagaimana terdapat di dalamnya juga 1906 berlaku pada konflik bersenjata yang tidak berkarakter 3. Konvensi Jenewa Ketiga (Third Geneva Convention), internasional tetapi berlangsung di dalam batas-batas wilayah mengenai PerlakuanTawanan Perang, 1929 sebuah negara. Aplikabilitas pasal ini bersandar pada 4. Konvensi Jenewa Keempat (Fourth Geneva penafsiran tentang istilah konflik bersenjata. Misalnya, pasal Convention), mengenai Perlindungan Orang Sipil pada tersebut berlaku pada konflik antara pasukan Pemerintah dan Masa Perang, 1949 pasukan pemberontak atau antara dua pasukan pemberontak Satu rangkaian konvensi yang terdiri dari empat konvensi ini atau pada konflik lain yang mempunyai seluruh karakteriastik secara keseluruhan disebut sebagai “Konvensi-konvensi perang tetapi berlangsung di dalam batas-batas wilayah Jenewa 1949” atau, secara lebih sederhana, “Konvensi sebuah negara. Sekelompok kecil individu yang melakukan Jenewa”. penyerangan terhadap markas kepolisian tidak dianggap Protokol sebagai konflik bersenjata yang tunduk pada pasal ini, tetapi Konvensi-konvensi Jenewa 1949 telah dimodifikasi dengan tiga sebagai konflik bersenjata yang tunduk hanya pada hukum protokol amendemen, yaitu: nasional negara yang bersangkutan. 1. Protokol I (1977), mengenai Perlindungan Korban Dalam konflik bersenjata non-internasional, yang berlaku dari Konflik Bersenjata Internasional Konvensi-konvensi Jenewa bukanlah seluruh ketentuannya 2. Protokol II (1977), mengenai Perlindungan Konflik tetapi hanya ketentuan dalam jumlah terbatas sebagaimana Bersenjata Non-internasional terdapat dalam redaksi Pasal 3 dan, di samping itu, dalam 3. Protokol III (2005), mengenai Adopsi Lambang redaksi Protokol II. Alasan pembatasan tersebut ialah bahwa Pembeda Tambahan banyak pasal dari Konvensi-konvensi Jenewa akan Aplikasi bertentangan dengan hak-hak Negara Berdaulat. Ringkasnya: Konvensi-konvensi Jenewa berlaku pada masa perang dan 1. Orang yang tidak ambil bagian aktif dalam konflik bersenjata, yaitu bagi pemerintah yang telah permusuhan diperlakukan secara manusiawi meratifikasi ketentuan-ketentuan konvensi tersebut. (termasuk anggota militer yang sudah tidak ambil Ketentuan rinci mengenai aplikabilitas Konvensi-konvensi bagian aktif lagi karena sakit, cedera, atau Jenewa diuraikan dalam Pasal 2 dan 3 Ketentuan yang Sama. tertawan). Masalah aplikabilitas ini telah menimbulkan sejumlah 2. Korban luka dan korban sakit dikumpulkan dan kontroversi. Ketika Konvensi-konvensi Jenewa berlaku, maka dirawat serta diperlakukan dengan respek. pemerintah harus merelakan sebagian tertentu dari kedaulatan Penegakan[sunting | sunting sumber] nasionalnya (national sovereignty) untuk dapat mematuhi Kuasa Perlindungan hukum internasional. Konvensi-konvensi Jenewa bisa saja tidak sepenuhnya selaras dengan konstitusi atau nilai-nilai budaya Istilah kuasa perlindungan (protecting power) mempunyai arti Konflik Bersenjata di Kolombia. Pasal 3 Ketentuan yang Sama spesifik berdasarkan Konvensi-konvensi ini. Kuasa perlindungan menangani situasi-situasi tersebut, dengan dilengkapi oleh ialah sebuah negara yang tidak ikut serta dalam sebuah konflik Protokol II (1977). Pasal dan protokol tersebut menguraikan bersenjata tetapi setuju untuk mengurus kepentingan sebuah standar hukum minimum yang harus diikuti untuk konflik negara lain yang menjadi peserta konflik tersebut. Kuasa internal. Mahkamah internasional, terutama Mahkamah Pidana perlindungan berfungsi sebagai mediator yang memungkinkan Internasional untuk eks-Yugoslavia, telah membantu terjadinya komunikasi antara pihak-pihak peserta konflik. mengklarifikasi hukum internasional di bidang tersebut. Dalam Kuasa perlindungan juga berfungsi memantau implementasi putusannya mengenai kasus Jaksa Penuntut v. Dusko Tadic Konvensi-konvensi ini, misalnya dengan cara mengunjungi tahun 1999, Mahkamah Pidana Internasional untuk bekas kawasan konflik dan tawanan perang. Kuasa perlindungan Yugoslavia menetapkan bahwa pelanggaran berat berlaku tidak harus bertindak sebagai pendamping (advocate) bagi tawanan, hanya pada konflik internasional, tetapi juga pada konflik korban luka, dan orang sipil. bersenjata internal. Lebih lanjut, Pasal 3 Ketentuan yang Sama Pelanggaran berat dan Protokol II dianggap sebagai hukum internasional Tidak semua pelanggaran atas Konvensi-konvensi Jenewa kebiasaan (customary international law), yang memungkinkan diperlakukan setara. Kejahatan yang paling serius disebut dilakukannya penuntutan atas kejahatan perang yang dengan istilah pelanggaran berat (grave breaches) dan secara dilakukan oleh kelompok-kelompok yang belum secara formal hukum ditetapkan sebagai kejahatan perang (war crime). menerima ketentuan-ketentuan Konvensi Jenewa. Pelanggaran berat atas Konvensi Jenewa Kedua dan Ketiga ejarah Palang Merah Intenasional antara lain adalah tindakan-tindakan berikut ini jika dilakukan terhadap orang yang dilindungi oleh konvensi tersebut: Kepalang Merahan adalah perhimpunan yang anggotanya 1. pembunuhan sengaja, penyiksaan, atau perlakuan memberikan bantuan kesesama yang membutuhkan dengan tidak manusiawi, termasuk eksperimen biologi SUKARELA tanpa mengenal "SARA". 2. dengan sengaja menyebabkan penderitaan besar atau cedera serius terhadap jasmani atau kesehatan 3. memaksa orang untuk berdinas di angkatan bersenjata sebuah negara yang bermusuhan 4. dengan sengaja mencabut hak atas pengadilan yang Latar belakang berdirinya gerakan Palang Merah adalah adil (right to a fair trial) dari seseorang perang yang terjadi di kota Solferino,italia pada tanggal 24 Tindakan berikut ini juga dianggap sebagai pelanggaran berat juni 1859,antara Prancis-Sardania melawan Austria-Prajurit atas Konvensi Jenewa Keempat: kerjaan Frans Josef.Perang itu menghasilkan korban sebnayak 1. penyanderaan ±40.000 orang.Pada saat itu Jean Henry Dunant tiba di kota 2. penghancuran dan pengambilalihan properti secara Solferino dengan harapan dapat menemui Kaisar Prancis ekstensif yang tidak dapat dibenarkan berdasarkan (Napoleon III).Secara kebetulan Jean Henry Dunant melihat prinsip kepentingan militer dan dilaksanakan secara pertempuran yang banyak memakan korban jiwa itu.Lalu Jean melawan hukum dan secara tanpa alasan. Henry Dunant merasa iba,dan pada 1862 ia menulis buku 3. deportasi, pemindahan, atau pengurungan yang berjudul "Un Souvenir de Solferino" yang berisi tentang melawan hukum gambaran perang yang terjadi di kota Solferino dan pengajuan Negara yang menjadi peserta Konvensi-konvensi Jenewa harus 2 gagasan,yaitu: memberlakukan dan menegakkan peraturan perundang- Pembentukan organisasi sukarelawan yang akan disediakan di undangan yang menghukum setiap kejahatan tersebut. Negara- negara juga berkewajiban mencari orang yang diduga telah masa damai untuk menolong para prajurit yang terluka di melakukan kejahatan tersebut, atau yang diduga telah medan perang memerintahkan dilakukannya kejahatan tersebut, serta Mengadakan perjanjian Internasional untuk melindungi para mengadili orang tersebut, apapun kebangsaan orang tersebut prajurit yang terluka & Sukarelawan dari organisasi tersebut dan di mana pun kejahatan tersebut dilakukan. Prinsip pada waktu memberikan perawatan. yurisdiksi universal ini juga berlaku bagi penegakan hukum atas Dan ternyata buku itu menarik 4 tokoh intelektual Swiss pelanggaran berat. Untuk tujuan itulah maka Mahkamah yang bernama: Pidana Internasional untuk Rwanda (International Criminal Gustave Moynier Tribunal for Rwanda) dan Mahkamah Pidana Internasional Dr. Theodore Mounoir untuk eks-Yugoslavia (International Criminal Tribunal for the Dr. Luis Appia former Yugoslavia) dibentuk oleh Perserikatan Bangsa- General Guillame Henry Dufour Bangsa untuk melakukan penuntutan atas berbagai lalu mereka & Jean Henry Dunant sepakat untuk pelanggaran yang diduga telah terjadi. merelaisasikan gagasan tersebut dan mereka menyebut diri Konvensi-konvensi Jenewa dewasa ini[sunting | sunting sumber] mereka sebaga Komite 5.Dan mengubah nama menjadi Meskipun peperangan telah mengalami perubahan dramatis ICRC(International Comitee of the Red Cross) yang di lakukan sejak diadopsinya Konvensi-konvensi Jenewa 1949, konvensi- pada 9 Februari 1863. konvensi tersebut masih dianggap sebagai batu penjuru Hukum Humaniter Internasional kontemporer. Konvensi-konvensi Dan pada tanggal 22 Agustus 1864 mereka mengadakan tersebut melindungi kombatan yang berada dalam keadaan Konvensi Jenewa pertama kali,berikut isi dari konvensi jenewa hors de combat (tidak dapat ikut bertempur lagi) serta 1-4 : melindungi orang sipil yang terjebak dalam kawasan perang. 1. Konvensi Jenewa I(22 Agustus 1864) Perjanjian-perjanjian tersebut menjalankan fungsinya dalam Berisi tentang penetapan lambang ICRC & perlindungan semua konflik bersenjata internasional yang belum lama ini terhadap prajurit yang terjadi, termasuk Perang Afghanistan (2001- sekarang), Invasi terluka,sakit,dan para Dokter,Pesawat,dan Petugas di Irak 2003, invasi Chechnya (1994-sekarang), dan Perang di bidang Agama. Georgia (2008). Peperangan modern terus mengalami 2. Konvensi Jenewa II(6 Juli 1906) perubahan, dan dewasa ini proporsi konflik bersenjata yang Berisi tentang perlindungan terhadap Korbang bersifat non-internasional semakin meningkat [misalnya: Perang Saudara di Sri Lanka, Perang Saudara di Sudan, dan perang,orang sakit,petugas kesehatan,& Petugas agama dari Angkatan Laut,Kapal yang karam/kandas. 3. Konvensi Jenawa III(27 Juli 1924) Yang berisi tentang perlakuan terhadap Tawanan Perang. 4. Konvensi Jenewa IV(12 Agustus 1949) Yang berisi tentang perlindungan terhadap Orang- orang sipil
Dan Hari Lahir ICRC adalah 8 Mei 1863.8 Mei adalah hari Lahirnya Jean Henry Dunant yaitu 8 Mei