PEMBAHASAN
Lebih tegasnya bahwa tindak tutur adalah produk atau hasil dari suatu kalimat
dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi
linguistik yang dapat berwujud pernyataan-pernyataan perintah atau yang
lainnya (Searle, 1969; Suwito, 1983:33).
Tindak tutur (speech act) adalah gejala individual yang bersifat psikologis dan
keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi
situasi tertentu (Chaer, 1995;65). Pernyataan tersebut senada dengan pendapat suwito
dalam buku nya yang berjudl sosiolinguistik: teori dan problema, mengatakan jika
pristiwa tutur (speech event) merupakan gejala sosial, terdapat interaksi antara penutur
dalam situasi tertentu dan tempat tertentu, maka tindak tutur (speech acts) lebih
cenderung sebagai gejala individual bersifat psikologi dan ditentukan oleh kemampuan
bahasa penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Lebih lanjut dikatakan jika dalam
pristiwa tutur orang menitikberatkan pada tujuan pristiwanya, maka dalam tindak tutur
orang lebih memperhatikan kepada makna atau arti tindak dalam tuturan itu (1983;33).
Searle dalam bukunya Speech Acth an Essay in the Philoshopy of Language (1969:23-
24) mengemukakan bahwa secara pragmatis setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan
yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yakni tindak lokusi (locutionary act),
tindak ilokusi (ilokutionari act), dan tindak perlokusi (perlukotionary act) (lihat Leech,
1993:316; Wijana, 1996: 17-19). Ketiga tindakan ini lebih lanjut dijelaskan sebagai
berikut:
1. Tindak lokusi
Tindk lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Tindak tutur ini sering
disebut sebagai The Act of Saying Something. Sebagai contoh tindak lokusi adalah
kalimat (1) mamat belajar membaca, dan (2) Ali bermain piano. Kedua kalimat di atas
diutarakan oleh penuturnya semata-mata untuk mengimformasikan sesuatu tanpa tedensi
untuk melakukan sesuatu, apalagi untuk mempengaruhi lawan tuturnya. Tindak lokusi
merupakan tindak yang paling mudah diidentifikasi, karena dalam pengidentifikasian
tindak lokusi tanpa memperhitungkan konteks tuturnya.
2. Tindak Ilokusi
Tindak ilokusi adalah tindak tutur yang selain berfungsi untuk mengatakan atau
menginformasikan sesuatu juga dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Tindak ilokusi
disebut The Act of Doing Something. Sebagai contoh kalimat (1) Yuli sudah seminar
proposal skripsi kemarin. (2) Santo sedang sakit. Kalimat 1 jika diucapkan kepada
seorang mahasiswa semester XII, bukan hanya sekedar memberikan informasi saja akan
tetapi juga melakukan sesuatu, yaitu memberikan doronngan agar mahasiswa tadi segera
mengerjakan skripsinya. Sedangkan kalimat 2 jika diucapkan kepada temannya yang
menghidupkan radio dengan volume timggi, berarti bukan saja sebagai informasi akan
tetapi juga untuk melakukan sesuatu menyuruh mengecilkan volum atau mematikan
radionya. Tindak ilokusi sangat sulit untuk diidentifikasikan karena terlenih dahulu harus
mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tuturnya.
3. Tindak Perlokusi
Tindak perlokusi adalah tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan untuk
mempengaruhi lawan tuturnya. Tindak perlokusi disebut sebagai The Act of Affeting
someone. Sebelum tuturan yang diutarakan sesorang sering kali mempunyai daya
pengaruh (perlocutionaty force) atau efek bagi yang mendengarkan. Efek yang timbul ini
bisa sengaja maupun tidak sengaja. Sebagai contoh dapat dilihat kalimat (1) kemarin
ayah ku sakit. Dan (2) Samin bebas SPP. Kalimat pertama jika diucapkan seseorang yang
tidak dapat menghadiri undangan temannya, maka ilokusinya adalah untuk meminta
maaf dan perlokusinya diharpkan agar orang yang mengundangnya harap maklum.
Sedangkan kalimat 2 jika diucapkan seorang guru kepada murid-muridnya, maka
ilokusinya adalah meminta agar teman-temannya tidak iri dan perlokusinya adalah
teman-temannya memaklumi keadaan orang tua Salim.
Tindak perokussi juga sulit dideteksi, karena harus melibatkan konteks tuturannya.
Dapat ditegaskan bahwa setiap tuturan dari seseorang penutur memungkinkan sekali
mengandung lokusi saja, ilokusi saja, dan perlokusi saja. Akan tetapi juga tidak menutup
kemungkinan bahwa satu tuturan mengandung kedua atau ketiga-tiganya sekaligus.
Namun yang penting di sebutkan sehubungan dengan pengertian tindak tutur atau tindak
ujar adalah bahwa ujaran (entah beberapa jumlahnya) dapat dikategorikan, seperti yang
diutarakan scarle (975). Menjadi lima jenis yaitu (1) reptesentatif, ialah tindak ujar yang
mengikat penuturnya kepada kebenaran atas hal yang dikatakannya , misalnya
menyatakan, melaporkan, menunjukan dan menyebutkan;
(2) direktif, ialah tindak tutur yang dilakukan oleh penuturnya dengan maksud agar
lawan tutur melakukan tindakan yang disebutkan dalam ujaran itu, misalnya menyuruh,
memohon, menuntut, menyarankan, dan menantang; (3) ekspresif, ialah tindak tutur yang
dilakukan dengan maksud agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang
disebutkan dalam ujaran itu, misalnya memuji, mengucapkan terima kasih, mengkritik
dan mengeluh; (4) komusif, ialah tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk
melaksankan segala hal yang disebutkan dalam ujarannya, misalnya berjanji, bersumpah,
atau mengancam; dan
(5) deklarasi, ialah tindak tutur yang dilakukan si penutur dengan makskud untuk
menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainya) yang baru, misalnya memutuskan,
membatalkan, melarang, mengizinkan dan memberikan maaf (Searle,1975 ; lihat
Gunarwan, 1994: 85-86).
Tindak tutur literal (literalspeech act) adalah tindak tutur yang maksudnya
sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya. Sedangkan tindak tutur tidak
literal (nonliteral speech act) adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan
atau berlawanan dengan kata-kata yang menyusunnya sebagai contoh dapat dilihat
kalimat berikut:
Kalimat (+) jika diutarakan dengan maksud untuk memuji atau mengagumi
suara penyayi yang dibicarakan,maka kalimat itu tindak tutur literal,sedangkan
kalimat (-) penutur bermaksud mengatakan bahwa suara lawan tuturnya jelek,yaitu
dengan mengatakan "tak usah menyanyi" tindak tutur pada kalimat (-) merupakan
tindak tutur tak literal. Apabila tindak tutur langsung dan tak langsung diinteraksikan
dengan tindak tutur literal dan tak literal , maka akan tercipta tindak tutur sebagai
berikut:
a. Tindak tutur langsung literal (direct literal speech act) ialah tindak tutur yang
diutarakan dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud
pengutaraannya. Maksud memerintah disampaikan dengan kalimat berita, dan
menanyakan sesuatu dengan kalimat tanya. Misal, "Ambilkan buku itu!".
"Kusuma gadis yang cantik", dan "Berapa saudaramu mad ?".
b. Tindak tutur tidak langsung literal (indirect literal speech act) adalah tindak tutur
yang diungkapkan dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud
pengutaraannya, tetapi makna kata-kata yang menyusunnya sesuai dengan apa
yang dimaksud oleh penutur. Misalnya, "Lantainya Kotor". Kalimat itu jika
diucapkan seorang ayah kepada anaknya bukan saja menginformasikan , akan
tetapi sekaligus menyuruh untuk membersihkannya.
c. Tindak tutur langsung tidak literal (direct nonliteral speech) adalah tindak tutur
yang diutarakan dengan modus kalimat yang sesuai dengan maksud tuturan,
tetapi kata-kata yang menyusunnya tidak memiliki makna yang sama dengan
maksud penuturannya. Misalnya,"Sepedamu bagus, kok". Penutur sebenarnya
ingin mengatakan bahwa sepeda lawan tuturnya jelek.
d. Tindak tutur tidak langsung tidak literal (indirect nonliteral speech act) adalah
tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan
maksud yang ingin diutarakan. Untuk menyuruh seorang pembantu menyapu
lantai yang kotor, seorang majikan dapat saja mengutarakannya dengan kalimat
"Lantainya bersih sekali mbok".