Anda di halaman 1dari 4

TUGAS KELOMPOK

DEIKSIS
MAKALAH INI DISUSUN SEBAGAI BUKTI HASIL TUGAS KELOMPOK

DOSEN PENGAMPU : RINI AGUSTINA, M.Pd


KELAS : B. PAGI
MATA KULIAH : PRAGMATIK
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3
ELIS SUSANTI : 311710110
HELENA LENA : 311710154
FRANSISKA APRILA WILNA : 311710123

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI


INSTITUT KEGURUAAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(IKIP- PGRI) PONTIANAK)
2019
BAB I
PEMBAHASAAN

A. DEIKSIS
Deiksis berasal dari kata yunani yang berarti “menunjukan atau
menunjukdengan kata lain informasi kontekstual secara leksikal maupun gramatikal
yang menunjukan hal tertentu baik benda tempat ataupun waktu itu lah yang disebut
dengan deiksis.
Deiksis didefinisikan sebagai ungkapan yang terikat dengan konteksnya.
Contohnya dalam kalimat “saya” dan “dia” hanya dapat ditelusuri dari konteks ujaran.
Ungkapan-ungkapan yang hanya diketahui hanya dari konteks ujaran irulah yang
disebut dengan deiksis.
Menurut KBBI (dalam putrayasa 2014:38) deiksis diartikan hal atau fungsi
menunjuki sesuatu diluar Bahasa, kata yang mengacu kepada persona waktu dan
tempat suatu tuturan. Dalam kegiatan berbahasa, kata-kata atau frasa-frasa yang
mengacu kepada beberapa hal tersebut penunjukanya berpinda-pindah atau berganti-
gati, tergantung pada siapa yang pembicara, saat dan tempat dituturkanya kata-kata
itu. Kata-kata seperti saya, dia, kamu, merupakan kata-kata yang penunjukanya
berganti-ganti. Perujukan kata-kata tersebut barulah dapat diketahui jika diketahui,
dimana dan pada waktu kapan kata-kata itu diucapkan.
Purwo (dalam nadir 20114:54) mengatakan bahwa sebuah kata dikatakan
bersifat deiksis apabila refenya berpindah-pindah atau berganti-ganti, tergantung pada
saat tempat dituturkanya kata itu. Djajasudarma (2010:51) yang menjelaskan bahwa
deiksis adalah lokasi dan indetifikasi orang, objek, peristiwa, proses atau kegiatan
yang sedang dibicarakan atau sedang diacu dalam hubunganya dengan dimensi dan
ruang waktu, pada saat dituturkan oleh pembicara atau diajak bicara.
Menurut Bambang Yudi Cahyono (1995:217) deiksis adalah suatu cara untuk
mengacu kehakikat tertentu dengan menggunakan Bahasa dengan hanya dapat
ditafsirkan menurut makna yang diacu oleh penutur dan dipengaruhi situasi
pembicraan.
B. JENIS-JENIS DEIKSIS
Dalam kajian pragmatik, dieksis dapat dibagi menjadi jenis-jenis seperti diuraikan
seperti berikut :

1. DEIKSIS ORANG
Deiksis orang adalah pemberian rujukan kepada orang atau pemeran serta dalam
peristiwa berbahasa (Agustina, 1995:43). Djajasudarma (2010:51) mengistilahkan
dengan deiksis pronominal orangan orangan (pesona).
Dalam sistem ini, orang pertama ialah kategori rujukan pembicara kepada dirinya
sendiri, seperti saya,aku,kami, dan kita. Orang kedua adalah kategori rujukan
kepada seseorang (atau lebih) pendengar atau siapa yang dituju dalam
pembicaraan contoh : kamu, engkau, anda, dan kalian. Orang ketiga adalah
kategori runjukan kepada orang yang pendengar, seperti dia, ia, beliau, nya, dan
mereka.

2. DEIKSIS TEMPAT
Deiksis tempat adalah pemberian bentuk kepada lokasi ruang atau tempat yang
dipandang dari lokasi pemeran serta dalam peristiwa berbahasa itu (Agustina,
1995:45).
Contoh :“tempat itu terlalu jauh baginya, meskipun bagimu tidak, duduklah
bersamaku disini.

3. DEIKSIS WAKTU
Deiksis waktu adalah pengungkapan atau pemberian bentuk kepada titik atau jarak
waktu yang dipandang dari waktu sesuatu ungkapan dibuat (Agustina, 1995:46).
Contoh :kemarin, lusa, besok, bulan ini, minggu ini, atau pada suatu hari.

4. DEIKSIS WACANA
Deiksis wacana adalah rujukan kepada bagian-bagian tertentu dalam wacana yang
telah diberikan atau yang sedang dikembangkan (Agustina, 1995:47). Deiksis
wacana dirunjukan oleh anafora dan katafora sebuah rujukan dikatakan bersifat
anafora apabila perujukan atau pengantiannya merujuk kepada hal yang sudah
disebutkan senada hal itu (Hasanuddin WS, 2009:70).
Contoh : wati belum mendapatkan pekerjaan, padahal dia sudah diwisuda dua
tahun yang lalu.

5. DEIKSIS SOSIAL
Deiksis sosial adalah mengungkapkan atau menunjukan perbedaan ciri sosial
antarapembicara dan lawan bicara atau penulis dan pembaca dengan topik atau
rujukan yang dimaksud dalam pembicaraan itu (Agustina, 1995:50).
Contoh : apakah saya bias menemui bapak hari ini?, saya harap pak haji berkenan
memenuhi undangan saya.

Anda mungkin juga menyukai