Anda di halaman 1dari 10

Vol. 01 / No.

01 / November 2012

ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL


LINTANG PANJER RINA KARYA DANIEL TITO
DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA

Diyah Agustiyan
Universitas Muhammadiyah Purworejo

ABSTRAK
DiyahAgustiyan. 2012. “Analisis Deiksisdalam Novel Lintang Panjer Rina
Karya Daniel Tito danPembelajarannya di SMA. Pendidikan Bahasa dan Sastra
Jawa.Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah
Purworejo.
Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mendeskripsikan macam-macam
deiksis yang terdapat dalam novel Lintang Panjer Rinakarya Daniel Tito ; (2)
mendeskripsikan pembelajaran sastra khususnya deiksis dalam novel Lintang
Panjer Rina karya Daniel Tito di SMA.
Subjek penelitian ini adalah novel Lintang Panjer Rinakarya Daniel Tito
yang diterbitkan oleh Yayasan Sasmita Budaya Sragen merupakan arsip pada
tahun 2002dengan tebal 115 halaman.Objek penelitian ini adalah analisis deiksis
dan juga pembelajarannya. Fokus penelitian ini adalah macam-macam deiksis
serta pembelajarannya di SMA. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik kepustakaan, oleh karena itu pengumpulan datanya
dilakukan dengan cara observasi. Penelitian ini penulis menggunakan teknik
penyajian data informal. Jadi, penyajian hasil penelitian, penulis menggunakan
kata-kata biasa.
Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa (1) ada tiga macam deiksis yang
terdapat pada novel Lintang Panjer Rina karya Daniel Tito yaitu deiksis persona
yang dalam penelitian ini berupakata: dheweke, Panambang –e, Bocah-bocah
mau, panambang –mu, panambang –ku, aku, bocah loro, kowe, bocah-bocah
kuwi, wadon tuwa iki, loro-lorone, sampeyan, dhik, mas, bulik , wong loro;
deiksis waktu meliputi: wayah mengkono, mau, mengko, saiki, yah mene,
sesuk, wingi, sore iki, wengi iki, sewelas dina kepungkur, mengko bengi, awan
kuwi, dina iki, emben, wengi kuwi, wektu semana, biyen, sesuk bengi, pirang-
pirang dina iki, telung dina kepungkur, wulan ngarep, wiwit kuwi, lebaran
wingi, telung sasi sadurunge,sore iku, minggu cendhake;deiksis tempatmeliputi:
kono, ing kana, kene, njero gedung, panambang –e, dhaerah kuwi, dhaerah kono,
mrono, kantor, mrene; (2) Pembelajaran novel Lintang Panjer Rina karya Daniel
Tito terdiri dari tiga tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Perencanaan pembelajaran berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) yang tertuang dalam silabus. Pembelajaran novelLintangPanjerRinakarya
Daniel Tito menggunakan model pembelajaranJigsaw.Metode yang digunakan
yaitu, ceramah, Tanya jawab, diskusi, dan penugasan. Evaluasi berupa soal
uraian.

Kata kunci:analisis, deiksis, novel, dan pembelajaran.

Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 1


Vol. 01 / No. 01 / November 2012

A. Pendahuluan
Di dalam novel seringkali terdapat kata-kata yang butuh penafsiran lebih
untuk dapat memahami siapa tokoh yang sedang dibicarakan, dimana latar
kejadian yang sedang dibahas serta kapan sebenarnya kejadian tersebut
berlangsung. Untuk lebih memahaminya dibutuhkan suatu ilmu yang disebut
deiksis. Deiksis merupakan cabang ilmu pragmatik dimana unsur yang sama
dengan referen yang dapat berubah tergantung dari penuturnya. Deiksisselalu
muncul dalam novel, sehingga penting sekali untuk dikaji dan dipelajari
karena erat kaitannya dengan pembelajaran sastra yang berkaitan dengan
persona, tempat atau latar, dan waktu dalam novel.Novel Lintang Panjer
Rinaadalah salah satu novel karangan Daniel Tito. Daniel Tito adalah seorang
pengarang Jawa yang banyak menghasilkan karya sastra yang dimuat di
media massa. Penulis tertarik untuk menganalisis novel Lintang Panjer Rina
dengan analisis deiksis dengan alasan sebagai berikut: novel Lintang Panjer
Rina dari segi tokoh terdapat banyak tokoh(personal)seperti Harjito,
Winarsih, Joko, dan lain-lain, dari segi waktu, terdapat banyak waktu yang
dimunculkan mulai dari tokoh utama yang bersekolah di SPG hingga lulus
dan merantau dan akhirnya pulang kembali dan berencana akan melanjutkan
sekolahnya. Dari segi tempat juga terdapat banyak gambaran tentang tempat
yang dimunculkan mulai dari kelas, SPG, Ngawi, sampai Sumatra Selatan.
Jadi akan terdapat banyak deiksis dan refensinya. Alasan lain yaitu bahwa
novel Lintang Panjer Rina yang belum pernah dikaji dari segi deiksis. Salah
satu indikator penulis menganalisis novel Lintang Panjer Rina antara lain di
dalam novel tersebut terdapat kalimat,“ Harjito pamit ngarepake wanci
sandyakala. Mesthi wayah mengkono dheweke mulih saka omahe Winarsih”.
(Harjito pamit menjelang petang. Saat seperti itulah dia selalu pamit dari
rumah Winarsih). Dari kalimat di atas terdapat kata wayah mengkono (waktu
seperti itu) dan dheweke (dia), kata tersebut mempunyai acuan yaitu wayah
mengkono mengacu pada sandyakala, karena sudah dijelaskan pada kalimat
sebelumnya yaitu ngarepake wanci sandyakala. Dheweke mengacu pada
Harjito, karena pada kalimat sebelumnya telah dijelaskan bahwa Harjitolah
yang pamit pada petang hari. Selain contoh kalimat tersebut, terdapat juga

Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 2


Vol. 01 / No. 01 / November 2012

contoh lain yaitu “ Kanggo sateruse Harjito dipindhah menyang Jene wetara
100 km dohe saka Pendopo. Gek mlebu alas, dalane during aspalan. Nanging
kuwi dudu sesawangan kang nggumunake tumrap wong-wong ing dhaerah
kono”. Dari kalimat tersebut terdapat kata dhaerah kono, dari kalimat
tersebut dapat diketahui bahwa dhaerah kono mengacu pada Jene.
B. Dasar Teori
Deiksis berasal dari kata Yunani deiktikos yang berarti hal penunjukkan
secara langsung. Kata ini digunakan untuk menggambarkan fungsi kata ganti
persona, kata ganti demonstrative dan lain-lain yang referensinya berpindah-
pindah (Lubis, 1994: 32).
Kata deiksis dijelaskan sebagai pronomina yang referennya tergantung
dari identitas penutur. Dalam konteks yang lebih luas, apa yang dimaksud
dengan istilah deiksisadalah semantik (di dalam tuturan tertentu) yang berakar
pada identitas penutur(Verhaar, 2010: 397). Purwo (dalam Sumarlan, 2009:
63) mengungkapkan bahwa deiksis adalah unsur yang sama bentuk, tetapi
mengacu pada realitas acuan yang berganti-ganti atau berpindah-pindah.
Deiksis adalah hal atau fungsi menunjuk sesuatu di luar bahasa
(Kridalaksana dalam Mulyana, 2005: 79).
Tidak banyak kajian linguistik klinis yang telah menyelidiki fenomena-
fenomena deiksis. Namun demikian, sebagai isyarat sangat pentingnya
deiksis sebagai konsep pragmatik inilah sehingga tes formal terhadap
fungsional harus memasukkan deiksis sebagai salah satu kategorinya. Dengan
cara demikian, para subjek dinilai berdasarkan atas kemampuannya untuk
memberikan respons yang benar terhadap ujaran-ujaran (Chummings, 2007:
371) Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa deiksis
adalah unsur yang sama dengan referen yang dapat berubah tergantung dari
penuturnya.
Kushartanti (2005: 111-112) mengungkapkan, ada tiga macam deiksis,
yaitu deiksis persona, deiksis waktu, dan deiksis tempat atau ruang.
a. Deiksis persona, dapat dilihat pada bentuk-bentuk pronominal. Bentuk-
bentuk pronominal itu sendiri di bedakan atas pronominal orang
pertama, pronominal orang kedua, dan pronominal orang ketiga.

Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 3


Vol. 01 / No. 01 / November 2012

b. Deiksis waktu, berkaitan dengan waktu relatif penutur atau penulis dan
mitra tutur atau pembaca. Dalam bahasa Indonesia mengungkapkan
waktu dengan sekarang untuk waktu kini, tadi dan dulu untuk waktu
lampau, nanti untuk waktu yang akan dating. Hari ini, kemarin, dan
besok juga merupakan hal yang relatif, dilihat dari kapan suatu ujaran
diucapkan.
c. Deiksis ruang, berkaitan dengan lokasi relatif penutur dan mitra tutur
yang terlibat di dalam interaksi. Di dalam bahasa Indonesia, misalnya,
kita mengenal di sini, di situ, dan di sana. Titik tolak penutur
diungkapkan dengan dengan ini dan itu.
C. Metode Pembelajaran Novel Lintang Panjer Rina Karya Daniel Tito
Pembelajaran sastra mengutamakan apresiasi karya sastra sebagai kegiatan
belajar mengajar. Oleh karena itu, guru harus memilih metode pembelajaran
yang sesuai dengan bahan ajar yang disajikan. Proses belajar mengajar
apresiasi sastra guru menggunakan metode, yaitu diskusi, tanya jawab, dan
pemberian tugas.
1. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan
menghasilkan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan peserta didik
memahami materi pelajaran. Metode tanya jawab akan menarik apabila
pertanyaan yang diajukan bervariasi serta disajikan dengan cara yang
menarik.
2. Metode Diskusi
Metode diskusi merupakan metode yang paling baik dalam pengajaran
sastra, karena guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai
alternatif pemecahan masalah.
3. Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah cara mengajar atau penyajian materi
melalui penugasan siswa untuk melakukan suatu pekerjaan. Pemberian tugas
dapat secara individu atau kelompok. Pemberian tugas untuk setiap siswa
atau kelompok dapat sama dan dapat pula berbeda.

Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 4


Vol. 01 / No. 01 / November 2012

4. Strategi Pembelajaran Novel Lintang Panjer Rina Karya Daniel Tito


Strategi yang digunakan pada proses belajar mengajar adalah strategi
sastra yang dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap penjelajahan, tahap
intrepretasi, dan tahap rekreasi.
5. Langkah-langkah Pembelajaran Novel Lintang Panjer Rina Karya Daniel
Tito
a) Persiapan
(1) satu minggu sebelum kegiatan belajar mengajar, guru memberi
tugas kepada peserta didik untuk membaca Novel Lintang Panjer
Rina Karya Daniel Tito;
(2) guru mempersiapkan perangkat mengajar yang akan digunakan
untuk mengajar yang berupa power point ditampilkan melalui
LCD.
b) Kegiatan belajar mengajar di kelas
(1) guru membagi kelompok dengan jumlah anggota enam anak;
(2) peserta didik diberi materi tentang macam deiksis. Peserta didik
yang mendapat materi yang sama bergabung membentuk satu
kelompok yaitu tim ahli;
(3) dalam tim ahli, peserta didik mendiskusikan materi macam deiksis
yang mereka dapat;
(4) setelah peserta didik berdiskusi dengan tim ahli, mereka kembali ke
kelompok asal. Dalam kelompok asal pesertadidik saling
menjelaskan tentang macam deiksis yang telah mereka pelajari
kepada teman satu kelompok secara bergantian;
(5) tim ahli kemudian mempresentasikan hasil pembahasan mereka;
(6) guru memberi evaluasi berupa soal esai yang bersifat kelompok.
c) Menutup kegiatan belajar mengajar
Guru dan peserta didik bersama-sama menyimpulkan hasil dari
pembelajaran Novel Lintang Panjer Rina Karya Daniel Tito.

Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 5


Vol. 01 / No. 01 / November 2012

d) Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian yang bertujuan untuk mengukur tingkat
keberhasilan guru dan peserta didik dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar. Kegiatan tersebut akan diketahui berhasil atau
tidaknya melalui hasil evaluasi yang diperoleh. Penilaian proses belajar
pelajaran bahasa dan sastra Jawa mencakup pengetahuan, keterampilan,
dan sikap berbahasa. Semua ini dapat diketahui melalui kegiatan
pembelajaran, baik lisan maupun tulisan. Alat evaluasi yang paling
tepat adalah menggunakan bentuk tes esai, karena tes esai tepat untuk
menilai proses berpikir yang melibatkan aktivitas kognitif, sehingga
peserta didik tidak sembarangan dalam menjawab setiap pertanyaan.
Peserta didik harus benar-benar memahami materi dan dapat
mengemukakan jawabannya dalam kalimat yang benar.Bentuk tes yang
digunakan oleh penulis adalah tes esai sebab tes esai dapat mengurangi
sikap dan tindakan spekulasi pada peserta didik. Sebab alat tes esai ini
hanya dapat dijawab bila peserta didik benar-benar menguasai pelajaran
dengan baik, jika tidak kemungkinan besar anak didk tidak dapat
menjawab pertanyaan dengan baik dan benar. Terdapat kelemahan dan
keunggulan dari soal esai. Keunggulannya antara lain yang pertama,
dapat mencakup lingkup materi yang banyak dan dapat disortir dengan
mudah, cepat, dan objektif. Keunggulan yang kedua adalah peserta
didik dapat mengukur kemampuannya dalam hal menyajikan jawaban
terurai secara bebas, mengorganisasikan pikirannya, menggemukakan
pendapatnya, dan mengekspresikan gagasan-gagasan dengan
menggunakan kata-kata atau kalimat peserta didik sendiri. Sedangkan
kelemahannya, antara lain cenderung mengukur kemampuan mengingat
saja (simple recall), dan jumlah materi yang dapat ditanyakan terbatas.
Dari segi pembuatan soal tidak semua bahan pelajaran dalam satu
semester dapat tertampung untuk disuguhkan kepada peserta didik pada
waktu ulangan.
Contoh soal esai:
(1) Apakah yang dimaksud dengan deiksis?

Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 6


Vol. 01 / No. 01 / November 2012

(2) Sebutkan macam deiksis?


(3) Deiksis apa saja yang terdapat dalam novel Lintang
Panjer Rina dan seebutkan beserta contohnya?Skor
penilaian masing-masing soal
Skor untuk soal nomor satu 10
Skor untuk soal nomor dua 10
Skor untuk soal nomor tiga 80
Jumlah keseluruhan skor adalah 100

D. Deiksis dalam novel Lintang Panjer Rina.

Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 7


Vol. 01 / No. 01 / November 2012

Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 8


Vol. 01 / No. 01 / November 2012

E. Simpulan
1. Macam-macam deiksis yang terdapat dalam novel Lintang Panjer Rina
karya Daniel Tito, yaitu deiksis persona, deiksis waktu, dan deiksis
tempat. Deiksis persona meliputi: dheweke (dirinya, dia),Panambang –e
(imbuhan –nya), Bocah-bocah mau (anak-anak tadi), Panambang –mu
(imbuhan –mu), Panambang –ku (imbuhan –ku), Aku, Bocah loro (kedua
anak), Kowe (kamu), Bocah-bocah kuwi (anak-anak tadi), Wadon tuwa
iki (perempuan tua ini), Loro-lorone (keduanya), Sampeyan (anda),
Wong loro (dua orang). Deiksis waktu meliputi: Wayah mengkono
(waktu seperti itu), Mau (tadi), Mengko (nanti), Saiki (sekarang), Yah
mene (saat ini), Sesuk (besok), Wingi (kemaren), Sore iki (sore ini),
Wengi iki (malam ini), Sewelas dina kepungkur (sebelas hari yang lalu),
Mengko bengi (nanti malam), Awan kuwi (siang itu), Dina iki (hari
ini), Emben (dahulu), Wengi kuwi (malam itu), Wektu semana (waktu
itu), Biyen (dahulu), Sesuk bengi (besok malam), Pirang-pirang dina iki
(beberapa hari ini), Telung dina kepungkur (sebelas hari yang lalu),
Wulan ngarep(bulan depan), Wiwit kuwi (mulai saat itu), Lebaran
wingi (lebaran kemarin), Telung sasi sadurunge (tiga bulan sebelumnya),
Sore iku (sore itu), Minggu cendhake (minggu depannya). Deiksis
tempatmeliputi: Kono (situ), Ing kana (di sana), Kene (sini), Njero
gedung (dalam gedung), Panambang –e (imbuhan –nya), Dhaerah
kuwi (daerah itu), Dhaerah kono (daerah sana), Mrono (ke situ), Mrene
(ke sini).
2. Pembelajaran novel Lintang Panjer Rina karya Daniel Tito terdiri dari
tiga tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Perencanaan
pembelajaran berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) yang tertuang dalam silabus. Pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Jigsaw. Metode yang digunakan
yaitu, ceramah, Tanya jawab, diskusi, dan penugasan. Evaluasi berupa
soal uraian.

Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 9


Vol. 01 / No. 01 / November 2012

DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 10

Anda mungkin juga menyukai