Anda di halaman 1dari 15

SEMIOTIK

KOMUNIKASI DAN SIGNIFIKASI

Dosen Pengampu :
Dr. Muhizar Muchtar, M.A.

Disusun Oleh :
Sastra Gunawan Pane
Riau Wika Simajuntak

PROGRAM STUDI PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022
Komunikasi dan Signifikasi dalam Semiotika

1. Latar Belakang

Mencoba mengenal sesuatu dan alam sekitarnya adalah salah satu karunia terbesar yang
diberikan Tuhan kepada Manusia. Lewat seluruh panca indranya, manusia mencoba memberi
makna dari setiap derap, langkah bahkan nafasnya sendiri. Dalam seluruh hidupnya, manusia
selalu mengejar makna-makna yang ada di sekitarnya, menginterpretasikan fakta, mengurai ada
apa di balik kata-kata atau peristiwa yang dialaminya. Keunikan manusia dibanding ciptaan Tuhan
yang lain adalah kemampuannya dalam merangkai kata dan berbahasa mengurai makna.

Lebih heboh lagi, Erns Cassier menyebut manusia sebagai ‘animal symbolicum yakni
makhluk atau ciptaan yang mempergunakan simbol yang secara generik mempunyai cakupan yang
lebih luas ketimbang istilah Homo sapiens ( yang biasa diterakan pada manusia) yakni sebagai
makluk yang berpikir, sebab dalam kegiatan berpikirnya manusia itu, manusia mempergunakan
simbol-simbol. Untuk urusan makan saja, manusia punya banyak cara mengungkapkan
keinginannya: lewat suaranya, lewat tatapan matanya, bahkan lewat ‘’kekuatan simbolik” kertas
yang sama-sama diyakini sebagai alat tukar yang sah –yakni uang--. Hal inilah yang tidak dimiliki
oleh binatang atau jenis binatang cerdas seperti simpanse sekalipun. 1

Dalam tulisan kali ini kita akan membahas tentang kumunikasi dan signifikasi dalam
semiotika. Akan tetapi, untuk mengetahui perbedaan antara semiotik signifikasi dan semiotik
komunikasi, terlebih dahulu saya jelaskan definisi semiotik, signifikasi, dan komunikasi secara
etimologis, terminologis dan juga menurut para ahli.

1.1. Semiotika

Secara etimologis, istilah semiotika berasal dari kata yunani Semeion yang berarti tanda.
Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun
sebelumnya dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Tanda pada awalnya dimaknai sebagai
suatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain. Contohnya asap menandai adanya api, sirene mobil
yang keras meraung-raung menandai adanya kebakaran di sudut kota.

1Lihat buku Aplikasi Praktis Bagi Penelitian Dan Penulisan Skripsi Mahasiswa Ilmu Komunikasi Oleh Indiwan Seto
Wahyu Wibowo
Secara terminologis, semiotika dapat diidentifikasikan sebagai ilmu yang mempelajari
sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Pada dasarnya,
analisis semiotika memang merupakan sebuah ikhtiar untuk merasakan sesuatu yang aneh, sesuatu
yang perlu dipertanyakan lebih lanjut ketika kita membaca teks atau narasi/wacana tertentu.
Analisisnya bersifat paradigmatic dalam arti berupaya menemukan makna termasuk dari hal-hal
yang tersembunyi di balik sebuah teks. Maka orang sering mengatakan semiotika adalah upaya
menemukan makna ‘berita di balik berita’.

Menurut Eco. Semiotik, menurut Eco (1976: 7), berkaitan dengan segala sesuatu yang
dapat dijadikan tanda, dan tanda sendiri merupakan segala sesuatu yang secara signifikan dapat
menggantikan sesuatu yang lain. Selanjutnya, meskipun tidak terlalu jelas dibahas, Eco (1976: 16-
17) menghubungkan signifikasi dengan inferensi, yaitu proses penarikan kesimpulan, walaupun
kedua hal tersebut tidak sama. Menurut Eco (1976: 17) signifikasi berbeda dari inferensi karena
signifikasi diakui secara kultural dan dikodekan secara sistematis. Komunikasi adalah proses
pengiriman isyarat (signal) dari sumber (source) menuju sasaran (destination) (Eco 1976: 8).
PEMBAHASAN
2. Komunikasi
Komunikasi pada dasarnya dapat terjadi dalam berbagai konteks kehidupan. Peristiwa
komunikasi dapat berlangsung tidak saja dalam kehidupan manusia, tetapi juga dalam kehidupan
binatang, tumbuh-tumbuhan, dan alam. Ilmu komunikasi juga merupakan ilmu pengetahuan sosial
yang bersifat multidisipliner. Artinya pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam ilmu
komunikasi berasal dari, dan menyangkut, berbagai disiplin (bidang keilmuan) lainnya, seperti
linguistik, politik, sosiologi, psikologi, antropologi, ekonomi, seni, dan sebagainya.

Secara etimologis atau istilah "komunikasi" (dari bahasa Inggris communication) berasal
dari communicatus dalam bahasa Latin yang artinya "berbagi" atau "menjadi milik bersama".
Komunikasi menurut Lexicographer (ahli kamus bahasa) , menunjuk pada suatu upaya yang
bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Menurut Webster's New Colleglate Dictionary
edisi tahun 1977, komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi di antara individu melalui
sistem lambang-lambang, tanda-tanda, atau tingkah laku.

Sejalan dengan perkembangan ilmu komunikasi sebagai ilmu pengetahuan sosial yang
multidisipliner, definisi-definisi yang diberikan para ahli pun semakin banyak dan beragam.
Masing-masing mempunyai penekanan arti, cakupan, dan konteksnya yang berbeda satu dengan
yang lainnya. Sebagai gambaran, Frank E.X. Dance (1976) dalam bukunya Human
Communication Theory, antara lain menginventarisasi 126 buah definisi tentang komunikasi yang
diberikan berbagai ahli. Dari sekian banyak definisi komunikasi tersebut, berikut adalah tujuh di
antaranya:

Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan


stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk
perilaku orang-orang lainnya (khalayak) (Hovland, Janis, dan Kelley, 1995).

Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-
lainnya melalui penggunaan simbol-simbol, seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-
angka, dan lain-lain (Berelson dan Steiner, 1964).
Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan "siapa",
"mengatakan apa", "dengan saluran apa", "kepada siapa", dan "dengan akibat atau hasil
apa". (Who? says what? In which channel? To whom? With what effect?) (Lasswell, 1960).

Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari yang semula dimiliki oleh
seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih (Gode, 1959).

Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa


ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego
(Barnlund, 1964).

Komunikasi adalah suatu prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi
pikiran orang lainnya (Weaver, 1949).

Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya
dalam kehidupan (Ruesch, 1957).

Ketujuh definisi tersebut masing-masing memberikan penekanan arti yang berbeda.


Definisi dari Hovland, Janis dan Kelley menunjukkan bahwa komunikasi adalah suatu proses yang
terjadi antara satu orang dengan orang lainnya. Definisi ini juga memberikan bahwa kegiatan
komunikasi yang dilakukan tersebut mempunyai tujuan, yakni mengubah atau membentuk
perilaku orang-orang lainnya yang menjadi sasaran komunikasi. Menurut Berelson dan Steiner,
komunikasi adalah proses penyampaian. Hal yang disampaikan adalah informasi, gagasan, emosi,
keahlian, dan lain-lain, sedangkan cara penyampaiannya melalui penggunaan simbol-simbol.
Simbol-simbol yang dimaksud dapat berbentuk kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan lain-
lain.

Definisi komunikasi dari Lasswell secara eksplisit dan kronologis menjelaskan tentang
lima komponen yang terlibat dalam komunikasi. Yakni siapa (pelaku komunikasi pertama yang
punya inisiatif sebagai sumber), mengatakan apa (isi informasi yang disampaikan), kepada siapa
(pelaku komunikasi lainnya yang dijadikan sasaran penerima), melalui saluran apa (alat/saluran
penyampaian informasi), dengan akibat apa (hasil yang terjadi pada diri penerima). Definisi ini
menunjukkan bahwa komunikasi adalah suatu upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan.

Definisi komunikasi dari Gode memberi penekanan pada proses "penularan" pemilikan.
Yakni dari semula (sebelum komunikasi) hanya dimiliki satu orang, kemudian (setelah
komunikasi) menjadi dimiliki dua orang atau lebih. Kata penularan lebih tepat dipergunakan dalam
konteks definisi ini dibandingkan dengan distribusi atau pembagian, karena apa yang dimiliki
seseorang (sebelum komunikasi) tidak akan menjadi kurang baik kualitas ataupun kuantitasnya
setelah dikomunikasikan kepada orang-orang lainnya.

Bagi Barnlud, komunikasi adalah upaya atau tindakan yang mempunyai tiga tujuan: untuk
mengurangi ketidakpastian, sebagai dasar bertindak secara efektif, dan untuk mempertahankan
atau memperkuat ego. Menurut Ruesch, komunikasi adalah proses menjalin hubungan, yakni
menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya dalam kehidupan.

Sementara itu, definisi komunikasi dari Weaver memberikan penekanan pada upaya atau
kegiatan seseorang dalam mempengaruhi pikiran orang lainnya. Tujuh definisi tersebut di atas
menunjukkan bahwa komunikasi mempunyai pengertian yang luas dan beragam. Masing-masing
definisi mempunyai penekanan arti dan konteks yang berbeda satu dengan yang lainnya. Untuk
keperluan buku ini, menurut penulis, yang dimaksud dengan komunikasi adalah: ”Suatu proses
pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam diri
seseorang dan/atau di antara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu.”

Definisi di atas memberikan beberapa pengertian pokok sebagai berikut. Pertama,


komunikasi adalah suatu proses mengenai pembentukan, penyampaian, penerimaan dan
pengolahan pesan. Setiap pelaku komunikasi dengan demikian akan melakukan empat tindakan:
membentuk, menyampaikan, menerima dan mengolah pesan. Empat tindakan tersebut lazim
terjadi secara berurutan. Membentuk pesan artinya menciptakan suatu ide atau gagasan. Ini terjadi
dalam benak kepala seseorang melalui proses kerja sistem syaraf. Pesan yang telah terbentuk ini,
kemudian disampaikan kepada orang lain, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Bentuk
pesannya bisa berupa pesan-pesan verbal dan atau nonverbal. Di samping membentuk dan
mengirim pesan, seseorang akan menerima pesan yang disampaikan orang lain. Pesan yang
diterimanya ini, kemudian diolah melalui sistem syaraf dan diinterpretasikan. Setelah
diinterpretasikan, pesan tersebut dapat menimbulkan tanggapan atau reaksi dari orang tersebut.
Apabila ini terjadi maka si orang tersebut kembali akan membentuk dan menyampaikan pesan
baru.

Demikianlah keempat tindakan ini akan terus-menerus terjadi secara berulang-ulang.


Kedua, pesan merupakan produk utama komunikasi. Pesan ini berupa lambang-lambang yang
menjelaskan ide/gagasan, sikap, perasaan, praktek atau tindakan. Bentuknya dapat bermacam-
macam. Bisa berbentuk kata-kata tertulis, lisan, gambar-gambar, angka-angka, benda, gerak-gerik
atau tingkah laku, dan berbagai bentuk tanda-tanda lainnya. Cara menyampaikan pesan juga dapat
dilakukan dengan berbagai macam saluran tergantung dari pilihan para pelaku komunikasi. Dapat
secara langsung berhadapan muka, melalui surat biasa, melalui e-mail, melalui fax, berbicara per
telepon, melalui surat kabar, melalui TV, radio, dan lain-lainnya. Ketiga, komunikasi juga dapat
terjadi dalam diri seseorang, antara dua orang, di antara beberapa orang atau banyak orang.
Pengertian banyak di sini menunjukkan bahwa jumlahnya besar dan mungkin tidak dapat dihitung.

Keempat, komunikasi mempunyai tujuan tertentu. Artinya komunikasi yang dilakukan


sesuai dengan keinginan kepentingan para pelakunya. Suatu hal yang perlu ditambahkan di sini
adalah bahwa komunikasi tidak selalu harus terjadi dalam arah atau sifat yang bervalensi "positif'
(misalnya: pengetahuan menjadi bertambah, merasa senang, timbul saling pengertian, timbul sikap
mendukung). Komunikasi juga dapat terjadi dalam arah atau sifat yang bervalensi "negatif' dan
"netral". Konflik, percekcokan, marahmarah, berkelahi, saling mengancam adalah contoh-contoh
peristiwa komunikasi yang bervalensi negatif. Disebut peristiwa komunikasi karena masing-
masing pelaku dalam contoh-contoh tersebut terlibat dalam interaksi. Hanya saja aksi dan reaksi
yang dilakukan oleh masing-masing pelaku terjadi dalam tujuan yang saling bertentangan.
Sementara itu, valensi netral menunjukkan suatu keadaan yang tidak bersifat positif dan juga tidak
bersifat negatif. Misalnya, tidak merasa gembira, tetapi juga tidak merasa sedih; tidak mendukung,
tetapi juga tidak bersikap menentang.

2.a. Unsur Unsur Komunikasi:

Komunikasi memiliki 7 unsur utama dan satu unsur tambahan. Unsur unsur komunikasi
berupa pengirim informasi, proses, penyandian, pesan, saluran atau media, penafsiran, peneriman
umpan balik serta terakhir gangguan atau noise. Berikut penjelasan tentang ketujuh unsur + satu
unsur komunikasi berikut:
1) Pengirim: Unsur komunikasi ini adalah orang yang memiliki informasi dan kehendak
untuk menyampaikan kepada penerima informasi yaitu orang lain. Pengirim atau komunikator
dalam organisasi dapat berupa karyawan ataupun juga pimpinan organisasi.

2) Penyandian (encoding) adalah proses mengubah informasi ke dalam isyarat isyarat atau
simbol simbol tertentu untuk ditansmisikan. Proses penyandian ini dilakukan oleh pengirim.

3) Pesan adalah informasi yang hendak disampaikan oleh pengirim kepada penerima
informasi dalam komunikasi. Sebagian besar pesan dalam bentuk kata, baik, berupa ucapan
ataupun juga tulisan. Akan tetapi, bermacam macam perilaku non verbal dapat juga dilakukan
dalam komunikasi untuk menyampaikan pesan dan sebagai bentuk pesan tersebut seperti gerakan
tubuh (body languange), raut muka, kedipan mata, dan banyak lagi lainnya 4) Saluran atau Media.
Ini merupakan unsur komunikasi yang digunakan untuk melakukan pengiriman pesan dari
pengirim ke penerima informasi dalam komunikasi. Saluran yang digunakan dapat berbentuk
secara langsung atau tidak menggunakan perantaran apapun yaitu person to person, langsung
berhadapan tatap muka dan berbicara, atau melalui saluran tidak langsung atau menggunakan
media ataupun alat bantuan seperti surat kabar, komputer, internet, facebook, tulisan di koran,
majalah, dan banyak lagi alat komunikasi lainnya.

5) Penerima : Penerima merupakan unsur komunikasi yang penting, tanpanya, tidak akan
ada komunikasi. Pihak penerima yang akan mengambil pesan tersebut dan kemudian melakukan
penafsiran atas informasi yang diterima oleh pengirim melalui saluran komunikasi yang ada.

6) Penafsiran atau Decoding. Keren kan. Decoding atau penafsiran merupakan unsur
komunikasi yang dilakukan oleh si penerima pesan. Pesan yang diterima dalam komunikasi dapat
ditafsirkan secara langsung atau sesuai yang terlihat dan juga dapat ditafsirkan lebih dalam lagi.
Tingkat penafsiran seseorang penerima pesan terhadap pesan dapat berbeda tergantung orang
tersebut, keadaan si pemberi pesan atau pengirim dan sebagainya.

7) Umpan balik atau feed back. Ini merupakan unsur komunikasi menjadi penanda bagi
pengirim bahwa pesan yang disampaikannya diterima oleh pihak penerima pesan, sehingga pihak
penerima memberikan tanggapan. Tanggapan yang muncul dapat sesuai ataupun tidak sesuai
dengan harapan pengirim, tergantung dengan proses penafsiran yang dilakukan penerima pesan.
Umpan balik atau feed back hanya dapat terjadi dalam komunikasi dua arah.
8) Gangguan. Ini merupakan unsur tambahan dalam komunikasi. Noises atau gangguan
merupakan faktor merusak komunikasi. Dengan adanya noises, atau gangguan, maka dapat terjadi
kesalahan dalam komunikasi

2.b. Proses Komunikasi

Proses komunikasi secara sirkuler adalah proses penyampaian pesan yang terjadi feedback/
umpan balik terhadap pesan yang disampaikan komunikator terhadap komunikan. (Nevo)

(Peta Konsep 3 Komunikasi Sirkular)

Komunikasi verbal ( verbal communication ) adalah bentuk komunikasi yang disampaikan


komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis (written) atau lisan (oral). Komunikasi verbal
menempati porsi besar. Karena kenyataannya, ide-ide, pemikiran atau keputusan, lebih mudah
disampaikan secara verbal ketimbang non verbal. Dengan harapan, komunikan (baik pendengar
maun pembaca ) bisa lebih mudah memahami pesan-pesan yang disampaikan. contoh : komunikasi
verbal melalui lisan dapat dilakukan dengan menggunakan media, contoh seseorang yang
bercakap-cakap melalui telepon. Sedangkan komunikasi verbal melalui tulisan dilakukan dengan
secara tidak langsung antara komunikator dengan komunikan. Proses penyampaian informasi
dilakukan dengan menggunakan berupa media surat, lukisan, gambar, grafik dan lain-lain.

Komunikasi non verbal ( non verbal communicarion) menempati porsi penting. Banyak
komunikasi verbal tidak efektif hanya karena komunikatornya tidak menggunakan komunikasi
non verbal dengan baik dalam waktu bersamaan. Melalui komunikasi non verbal, orang bisa
mengambil suatu kesimpulan mengenai suatu kesimpulan tentang berbagai macam perasaan
orang, baik rasa senang, benci, cinta, kangen dan berbagai macam perasaan lainnya. Kaitannya
dengan dunia bisnis, komunikasi non verbal bisa membantu komunikator untuk lebih
memperkuat pesan yang disampaikan sekaligus memahami reaksi komunikan saat menerima
pesan. Bentuk komunikasi non verbal sendiri di antaranya adalah, bahasa isyarat, ekspresi wajah,
sandi, symbol-simbol, pakaian sergam, warna dan intonasi suara. atau pengamat, seperti pada
sistem pemrosesan data. Komunikasi visual (komunikasi melalui penglihatan) adalah sebuah
rangkaian proses penyampaian informasi atau pesan kepada pihak lain dengan penggunaan media
penggambaran yang hanya terbaca oleh indera penglihatan.

2.c. Fungsi Komunikasi dan hubungannya dalam seni

Seni dapat digunakan sebagai alat komunikasi seperti pesan, kritik sosial, kebijakan,
gagasan, dan memperkenalkan produk kepada masyarakat. Melalui media seni tertentu seperti,
wayang kulit, wayang orang dan seni teater, dapat pula syair sebuah lagu yang mempunyai pesan,
poster, drama komedi, dan reklame. Simbol berasal dari kata symballo yang berasal dari bahasa
Yunani. Symballo artinya ”melempar bersama-sama”, melempar atau meletakkan bersama-sama
dalam satu ide atau konsep objek yang kelihatan, sehingga objek tersebut mewakili gagasan.
Simbol dapat menghantarkan seseorang ke dalam gagasan atau konsep masa depan maupun masa
lalu.[1] Simbol adalah gambar, bentuk, atau benda yang mewakili suatu gagasan, benda, ataupun
jumlah sesuatu.

Meskipun simbol bukanlah nilai itu sendiri, namun simbol sangatlah dibutuhkan untuk
kepentingan penghayatan akan nilai-nilai yang diwakilinya Kode atau password dalam
komunikasi adalah aturan untuk mengubah suatu informasi (sebagai contoh, suatu surat, kata,
atau frasa) menjadi bentuk atau representasi lain, yang tidak harus dalam bentuk yang sama.
Dalam komunikasi dan pemrosesan informasi, pengkodean atau penyandian (encoding) adalah
proses konversi informasi dari suatu sumber (objek) menjadi data, yang selanjutnya dikirimkan
ke penerima Komunikasi seni adalah komunikasi estetik Esensi seni sebagai tindakan simbolik
yang di dalamnya terjadi proses komunikasi estetik tentang nilai-nilai yang mereka miliki.
Komunikasi estetik merupakan suatu bentuk relasi nilai-nilai yang berkelindan dan dimaknai oleh
pelaku seni dan publiknya dalam suatu peristiwa seni pertunjukan. Komunikasi estetik dalam
seni pertunjukan tidak sekadar perhatian terhadap bentuk, namun isi dan penyajiannya yang
memiliki makna dan nilai “indah” bagi segenap masyarakat pendukungnya.
(Peta Konsep Proses Terjadinya Komunikasi Seni.)

3. Signifikasi

Semiotika signifikasi memberi tekanan pada teori tanda dan pemahamannya dalam suatu
konteks tertentu. Dalam berkomunikasi seseorang menggunakan tanda untuk mengirim makna
tentang objek dan orang lain yang akan menafsirkan tanda yang diterima tersebut.

Atas dasar definisi di atas, perbedaan antara semiotik signifikasi dan semiotik komunikasi
dapat dilihat dalam beberapa aspek. Pertama, semiotik signifikasi berkaitan tidak hanya dengan
tanda yang sengaja dibuat oleh manusia, melainkan mencakup juga tanda lainnya yang dapat
dipahami manusia, yaitu (1) peristiwa fisik yang berasal dari alam, misalnya asap merupakan
indeks dari api; dan (2) tingkah laku manusia yang tidak secara sengaja dikehendaki pengirimnya
(non-intentional), misalnya gerak isyarat tangan (gesture) saat berbicara (Eco 1976: 16-17).
Semiotik komunikasi berkaitan dengan tanda dalam penggunaannya yang bersifat interpersonal,
misalnya produsen produk tertentu (sender) membuat iklan (message) untuk calon konsumennya
(receiver) dan para calon pembeli kemudian menafsirkan iklan tersebut. Dengan kata lain, dalam
semiotik signifikasi pemaknaan tanda bersifat searah dan individual, sedangkan dalam semiotik
komunikasi pemaknaan tanda bersifat timbal-balik dan interpersonal.

Kedua, atas dasar cakupan tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa semiotik komunikasi
mencakup juga semiotik signifikasi, sedangkan semiotik signifikasi tidak mencakup semiotik
komunikasi. Seperti dapat kita simpulkan dari yang ditulis Eco (1976: 9) "...... every act of
communication to or between human being -- ...... – presupposes a signification system as its
necessary condition." Dapat ditambahkan di sini, seperti diungkapkan oleh Eco (1976: 4), dalam
sistem signifikasi, seluruh kemungkinan penggunaan tanda dikonvensionalisasi, dan dalam proses
komunikasi, seluruh kemungkinan yang telah terkonvensionalisasi dalam sistem signifikasi
dimanfaatkan secara fisik demi tujuan praktis. Artinya, komunikasi selalu melibatkan signifikasi.

Ketiga, semiotik signifikasi membutuhkan teori tentang kode (code), sedangkan semiotik
komunikasi membutuhkan teori tentang produksi tanda (sign production). Perbedaan antara kode
dan sign production tidak sama persis dengan perbedaan antara langue dan parole atau antara
competence dan performance. Perbedaan tersebut dapat kita gambarkan dengan perbedaan antara
kaidah (rules) dan proses (process) atau antara kuasa (power) dan tindakan (act) (Eco 1976: 4).
Jadi, meskipun jenis perbedaan antara langue dan parole dan antara kaidah dan proses tidak sama,
kaidah, seperti halnya langue, dapat meramalkan kaidah selanjutnya yang digunakan dalam
produksi tanda.

Persamaan antara semiotik signifikasi dan semiotik komunikasi berkaitan dengan dua hal,
yaitu pertama, karena membutuhkan semiotik signifikasi sebagai landasan, dalam semiotik
komunikasi pembahasan tentang kode, sebagai teori yang mendukung semiotik signifikasi,
menjadi penting; dan kedua, meskipun berbeda dalam hal pembahasan tentang tanda yang bukan
berasal dari manusia dan non-intensional, baik semiotik signifikasi maupun semiotik komunikasi,
keduanya juga berkaitan dengan tanda yang intensional dan berasal dari manusia. Dengan kata
lain, sebagai bagian dari semiotik, keduanya masih membahas tanda.

Terakhir, berkaitan dengan teori yang mendasarinya, semiotik signifikasi diturunkan Eco
dari semiotik Peirce dan semiotik komunikasi dari semiologi de Saussure. Seperti diungkap Eco
(1976: 16), sistem triadik Peirce dapat digunakan untuk diaplikasikan tanda yang tidak dihasilkan
manusia, asalkan dapat diterima manusia, misalnya gejala metereologis. Dengan demikian, dapat
dipahami bahwa semiotik signifikasi yang mencakup juga tanda yang tidak berasal dari manusia
dan tanda non-intensional, seperti terlihat dalam penjelasan sebelumnya, diturunkan dari gagasan
semiotik Peirce. Mengenai de Saussure, Eco (1976: 14-15) mengemukakan bahwa de Saussure
hanya menjelaskan petanda sebagai konsep dan merupakan realitas psikologis. Selanjutnya de
Saussure menekankan bahwa tanda adalah sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas mental
seseorang ketika menerima penanda. Oleh karena itu, secara implisit, menurut Eco (1976: 15),
tanda dalam pandangan de Saussure dapat dipahami sebagai alat komunikasi yang digunakan
antara dua orang yang secara sengaja berkomunikasi atau mengekspresikan sesuatu. Dengan
demikian, dapat pula dipahami bahwa semiotik komunikasi yang berkaitan dengan sign-
production diturunkan Eco dari semiologi de Saussure.

Dalam kehidupan komunikasi tidak selalu di tandai dengan berbicara antara manusia
dengan manusia, tetapi komunikasi juga dapat terjadi dengan apa saja yang dianggap menjadi
sebuah tanda-tanda dengan maksud dan tujuan tertentu. Dari peristiwa-peristiwa dan kejadian
dalam kehidupan manusia menjadikan sebuah komunikasi dan signifikasi menjadi sebuah disiplin
ilmu yang menarik. Menurut Pateda (2001:29), Terdapat 9 (sembilan) macam jenis semiotik
diantaranya sebagai berikut :

Semiotik analitik Ialah semiotik yang menganalisis sistem tanda. Semiotik


yangberobjekan tanda dan juga penganalisisnya menjadi ide, objek, dan juga makna. Ide terdapat
dihubungkan sebagai lambang, sedangkan untuk makna yaitu beban yang ada dalam lambang yang
mengacu pada objek tertentu.

Semiotik deskriptif Ialah Semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang bisa untuk
dialami sekarang, walaupun terdapat tanda yang dari dulu tetap seperti yang disaksikan sekarang.
Namun tetapi, dengan meningkatnya ailmu pengetahuan, teknologi, dan juga seni, sudah banyak
tanda yang diciptakan oleh manusia untuk bisa memenuhi kebutuhannya.

Semiotik faunal (Zoo Semiotik) Ialah semiotik yang khusus memperhatikan sistem tanda
yang dihasilkan oleh hewan. Hewan tersebut biasanya menghasilkan tanda untuk untuk
berkomunikasi antara sesamanya, Tappi juga sering menghasilkan tanda yang dapat ditafsirkan
oleh manusia.

Semiotik kultural Ialah semiotik yang khusus menelaah pada sistem tanda yang berlaku
dalam kebudayaan tertentu. Masyarakat ialah sebagai makhluk sosial mempunyai sistem budaya
tertentu yang sudaha turun temurun dipertahankan dan juga dihormati.

Semiotik naratif Ialah semiotik yang menelaah sistem tanda dalam narasi yang berwujud
mitos dan juga cerita lisan (Folklore).
Semiotik natural Ialah semiotik yang khusus menelaah pada sistem tanda yang dihasilkan
oleh alam. Semiotik normatif Ialah semiotik yang khusus menelaah pada sistem tanda yang dibuat
manusia yang berwujudkan norma, contohnya rambu lalu lintas.

Semiotik sosial Ialah semiotik yang khusus menelaah pada sistem tanda yang dihasilkan
oleh manusia yang berwujud lambang, baik itu lambang berwujud kata atau juga lambang
berwujud kata dalam satuan yang disebut dengan kalimat. Maksudnya Dengan kata lain, semiotik
sosial ini menelaah sistem tanda yang terdapat dalam bahasa. Semiotik struktural Ialah semiotik
yang khusus menelaah sistem tanda yang dimanifestasikan dengan melalui struktur bahasa.
KESIMPULAN
1. Komunikasi

Semiotika komunikasi menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah satunya
mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi, yaitu pengirim, penerima kode, pesan,
saluran komunikasi dan acuan.

2. Signifikasi

Sementara itu, semiotika signifikasi memberi tekanan pada teori tanda dan pemahamannya
dalam suatu konteks tertentu.

Perbedaan antara semiotika komunikasi dengan semiotika signifikasi terletak pada tingkat
pemahamannya. Dalam berkomunikasi seseorang menggunakan tanda untuk mengirim makna
tentang objek dan orang lain yang akan menafsirkan tanda yang diterima tersebut.

Anda mungkin juga menyukai