Anda di halaman 1dari 11

A.

      

Pada dua puluh tahun terakhir psikologi individu telah berkembang lagi. Masyarakat Psikologi
Individu, yang terdiri dari anggota profesional, tumbuh di mana-mana, jumlah anggotanya di atas
20.000 orang, karena sebelumnya mengalami kemerosotan. Tumbuhnya pendekatan yang lain
sudah menyatukan banyak konsep yang mula-mula dikembangkan oleh Adler. Dengan kelahiran
kembali dan pengaruh yang luas ini, kita sekarang dapat kembali memperhatikan pemikiran yang
menghasilkan itu.

B.       Teori Perkembangan Kepribadian


  1.     Struktur kepribadian
Perubahan dalam pemikiran Adler yang mendorongnya untuk berpisah dengan Freud terpusat
pada konsep Freud, yang menyatakan bahwa seseorang dikendalikan oleh agresif dan lebido
seksualnya. Adler datang mengatakan bahwa seorang tidaklah dikendalikan semata-mata untuk
memenuhi kesenangannya sendiri tetapi sebaliknya, seseorang dimotivasi oleh rasa tanggung
jawab sosial dan kebutuhan untuk berhasil. Adler benar-benar berbicara tentang hubungan sosial,
yang mana Individu sibuk mengejar realisasi diri yang dapat mendukung dirinya untuk membuat
dunia lebih baik dalam menempatkan hidup.

Adler melihat bahwa masing-masing individu sebagai ketetapan dan suatu yang utuh, bertindak
secara keseluruhan ke arah tujuan hidup tertentu. Tujuan masing-masing individu, memilih
dirinya mengembangkan karakteristiknya yang  mencoba mencapai tujuan. Adler percaya bahwa
cara memahami seseorang adalah menemukan apa yang menjadi tujuannya, kemudian
menentukan gaya hidup individu agar dapat dikembangkan untuk mencapai tujuan itu. Pendapat
ini berbeda dengan kepercayaan Freud dimana perilaku seseorang ditentukan oleh pengaruh
bawaan, sebagian besar ke luar dari kendali sadarnya. Pendapat Adlerian, lebih menekankan
pada pentingnya individu dan interaksinya dengan lingkungan. Karenanya, penekanan Adler
bukan lingkungan maupun keturunan sebagai faktor penentu perilaku, melainkan pada interaksi
lingkungan, keturunan, dan individu sebagai faktor penentu perilaku.

Adler melihat bahwa yang menjadi penyebab perilaku adalah persepsi  individu, bukan peristiwa
perilaku itu sendiri. Suatu peristiwa dalam hidup individu, seperti kekurangan fisik, rumah
tangga yang berantakan, atau guru tak toleran, secara tidak langsung akan direspon individu
melalui prilaku. Dalam peristiwa yang nyata akan mempengaruhi beberapa perilaku yang
berkembang, tetapi ini tidak menentukan perilaku. Adler melihat persepsi individu ini sebagai
fiksi dan menekankan kepada mereka, jangan mencampurkan dengan kenyataan. Individu dalam
bertingkah laku juga sangat tergantung pada persepsinya terhadap sesuatu. Menurut Adler
persepsi itu merupakan fiksi (sesuatu yang berdasarkan yang tidak sesungguhnya). Fiksi tersebut
tercipta dalam pikiran dan kenyataan, dan inilah pandangan Freud terhadap orang dan tingkah
laku mereka.

a. Tujuan Hidup.

Setiap individu mengembangkan tujuan fiksi pribadinya. Tujuan ini dikembangkan melalui
respon oleh seseorang untuk mengatasi kelemahan yang ada dalam dirinya dalam menghadapi
kehidupan, karena interpretasi individu terhadap sesuatu merupakan fiksi, hal tersebut
merupakan keyakinan fictional goal yang merupakan suatu kesatuan bagi setiap orang. Setiap
tingkah laku individu mengacu pada pilihan yang telah mereka pilih fictional finalism, ini
merupakan kekuatan operasi sehari-hari. Seseorang akan melakukan interpretasi secara terus
menenus kejadian sehari-hari dalam kehidupannya sesuai dengan tujuan hidupnya. Adler
mengatakan bahwa perilaku individu sebagai gaya hidupnya.
b. Gaya Hidup.

Adler berpendapat bahwa jika seseorang ingin mencapai superioritas, itu akan penting untuk
memimpin hidupnya dalam suatu pola teladan tertentu. Adler menunjuk pola teladan ini sebagai
suatu gaya hidup individu, karena masing-masing individu itu unik. Ini merupakan suatu produk
dorongan diri yang ada dalam diri individu untuk menentukan arah perilaku dan lingkungannya,
yang bertindak untuk membentuk arah diri. Bentuk gaya hidup seseorang dapat dilihat sebagai
silogisme: “ ‘Aku adalah….’ ‘Dunia adalah…’ ‘Oleh karena itu…’ ” Adler percaya bahwa tiap-
tiap individu melewati proses ini, yang merupakan status diri mulai dari pembentukan pola
teladan prilaku, yang menjadi gaya hidup.
c. Minat Sosial.

Adler juga banyak menekankan pada pentingnya tingkah laku manusia sosial. Anak dilahirkan
dalam keluarga, interaksi yang pertama adalah keluarga. Semua tingkah laku manusia pada
kenyataannya adalah berinteraksi dengan makhluk lain. Satu keinginan adalah dasar bagi semua
manusia; keinginan untuk menjadi anggota, dan minat sosial. Oleh karena itu, apapun yang
dikerjakan oleh seseorang, itu akan berhubungan dengan suatu kelompok sosial. Dengan
perspektif ini, Adler berpendapat bahwa orang belajar tingkah laku manusia secara efektif
dengan adanya interaksi sosial dimana perilaku berlangsung. Dengan alasan ini, Adler
berpendapat bahwa konsep tingkah laku manusia adalah psikologi sosial. Agar dapat memahami
konsep ini, kita harus menguji bagaimana Adler melihat urutan peristiwa yang mempengaruhi
perkembangan kepribadian.

2.   Perkembangan kepribadian
Adler sependapat dengan Freud dalam hal ini, yang mengatakan bahwa kehidupan seseorang
dipengaruhi oleh perkembangan empat atau lima tahun pertama. Sepanjang tahap awal
perkembangan, anak sudah mulai mengembangkan persepsi diri, pola tingkah laku, dan gaya
hidup.  Pada waktu ini juga individu mulai untuk memilih tujuan hidup, semua perilaku
diarahkan. Adler berpendapat bahwa ada manusia dalam kehidupan ini ada rasa rendah diri
“inferiority“, perasaan inferiority ini menggerakkan seseorang untuk mencapai `superiority“.
Faham Adler tentang superiority lebih ditekankan pada masing-masing individu dalam
memahami lingkungannya dan seseorang selalu berusaha untuk mengembangkan situasinya.
Dalam istilah Adler semua fungsi yang kita miliki mengikuti arah tersebut, mereka berusaha
keras mempertahankan, menjaga, mengembangkan, baik dalam hal yang baik, dan buruk. Adler
berkeyakinan bahwa memberikan kondisi yang menyenangkan pada awal interaksi anak dengan
keluarganya, akan semakin mendorong timbulnya minat sosial. Anak akan terdorong untuk
mencapai keuntungan bagi dirinya maupun orang lain. Salah satu cara mengatasi perasaan yang
tidak menyenangkan yang tercipta dari perasaan rendah diri adalah dengan meyakini bahwa
seseorang mampu mengembangkan kesejahteraan dan kegembiraan kepada orang lain. Oleh
karena itulah mereka merasa dirinya berharga. Untuk mengembangkan gaya hidup ada tiga
konsep menurut Adler yaitu: self-deterministik, teleology  dan  holistik.

Menurut Adler bahwa individu menentukan tingkah lakunya bukan kejadian eksternal. Adler
berpandangan individu mengontrol dirinya dan bergerak untuk mencapai tujuan sebagai sesuatu
keseluruhan yang menyatu dan inilah yang dinamakan gaya hidup. Pada suatu saat dimana tujuan
hidup telah dipilih serta gaya hidup dikembangkan untuk mencapai tujuan tersebut maka sangat
sukar bagi setiap individu untuk merubahnya.
C.       Perkembangan Abnormal
Penyebab utama keabnormalan atau ketidakmampuan diri adalah munculnya perasaan
inferioritas pada diri individu. Ketidaknormalan tersebut sebagai akibat perkembangan perasaan
individu yang berlebihan terhadap inferioritas pada awal-awal kehidupannya, individu
mengembangkan pola tingkah laku yang tidak cocok. Adler berpendapat bahwa peningkatan
perasaan infetioritas bisa berkembang melalui keberadaan sejak lahir yaitu fisik & mentalnya
yang cacat dan orang tua yang tidak memperdulikannya.

1.    Cacat mental dan fisik


Individu yang dilahirkan dalam keadaan cacat, dalam beberapa hal dapat meningkatkan perasaan
inferioritas. Kecacatan mental lebih sulit untuk mengatasi ketimbang cacat fisik. Anak yang lahir
dalam keadaan cacat fisik dan mental maka faktor yang terpenting bukanlah cacatnya itu tetapi
reaksi terhadap kejadian yang akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya tergantung reaksi
positif atau negatif.

2.  Kesalahan dalam mengasuh


Anak yang dimanja dan diawasi secara ketat membuat dia tidak sanggup mengurus dirinya,
sehingga perasaan inferioritas semakin bertambah. Anak yang berada dalam lingkungan ini,
tidak memiliki kesempatan untuk melakukan sesuatu, sehingga ia tidak berpengalaman dalam
kegagalan atau kesuksesan sedangkan individu akan menjadi seorang yang egosentris yang
menganggap superiotitas/ lebih dari orang lain. Ini adalah kepribadian yang berbahaya bagi
individu itu sendiri dan masyarakat.

Ada beberapa alasan individu mengembangkan rasa inferiorias yaitu: (1) individu


mengembangkan dalam keadaan yang tidak wajar dengan jumlah ketegangan yang tidak biasa.
(2) Akibat perasaan inferioritas, berhubungan dengan perkembangan individu terhadap minat
sosial. Individu yang dimanja tidak memiliki keberanian. Individu yang menyimpulkan bahwa
hubungan dengan orang lain tidak berarti dalam mencapai tujuan, sehingga membuat seseorang
memilih tujuan yang ia yakini tanpa pertimbangan orang lain.
D.      Tujuan Konseling
Tujuan konseling menurut Adlerians untuk membantu individu  menemukan konsep dirinya.
Kita tidak berusaha secara khusus untuk merubah pola tingkah laku atas gejala-gejalanya. Jika
seorang klien mengembangkan tingkah laku karena ia menemukan bahwa hal tersebut
menguntungkan dirinya pada saat itu terjadi perubahan yang mendasar, maka kita tidak bisa
mengatakan bahwa kita itu berhasil. Maka selanjutnya kita akan mencoba untuk merubah tujuan
dan konsep.

Tujuan lebih khusus dari konseling ditentukan pada: (1) membantu individu mengurangi
penilaian yang bersifat negatif terhadap dirinya serta perasaan inferioritasnya, (2) membantu
individu mengoreksi persepsinya terhadap suatu kejadian dan dalam waktu yang sama membantu
ia mengembangkan tujuan-tujuan yang baru yang mana ia bisa mengarahkan tingkah lakunya,
(3) mengembangkan kembali minat sosial dalam diri individu dengan cara interaksi sosial.

E.        Proses Konseling
Adler adalah orang yang pertama untuk mengenali pentingnya hubungan antara konselor dan
klien. Dalam pandangannya, terapi sangat utama sebagai suatu hubungan sosial. Pada
hakekatnya, keseluruhan proses konseling dipandang sebagai suatu proses sosialisasi.
Permasalahan klien sebagian besar adalah hasil dari tidak adanya sosialisasi, dan proses
konseling merupakan sarana dalam mengembangkan kembali proses sosialisasi individu. Proses
konseling mempunyai potensi, karena adanya interaksi antara konselor dan klien. Hubungan ini
adalah unik sebab klien yang pertama kalinya yang berhadapan dengan orang lain tanpa merasa
takut. Dengan diberikannya suasana yang hangat oleh konselor, maka klien akan merasa bahwa
ia diterima dan akan mampu mengimbangi perasaan rendah dirinya secara terbuka.

Agar tercipta hubungan yang baik, maka konselor harus menjadi pendengar yang objektif yang
penuh perhatian yang berkomunikasi dengan klien dan peduli terhadapnya, maka  konselor harus
memiliki kemampuan menyatakan sesuatu kepada klien dalam berbagai cara yang dapat diterima
oleh klien, jika tidak maka klien tidak akan pernah memahami tingkah lakunya sendiri dan
konsekuensi logis dari tingkah lakunya itu.

Adler berpendapat dalam menciptakan hubungan konseling yang sesuai maka konseling melalui
tiga tahapan:
1. Tahap dimana konselor berusaha mengembangkan pemahaman terhadap tujuan serta
gaya hidup dari klien
2. Menginterpretasikan tingkah laku klien terhadap dirinya
3. Perkembangan minat sosial klien itu sendiri.
Setelah proses ini, Adler berpendapat bahwa perilaku individu akan berubah. Ini adalah test
konseling yang nyata bagi Adler, karena ia tidak percaya bahwa orang bisa mengembangkan
pemahaman yang benar tentang dirinya tanpa suatu perubahan dalam perilaku. Jika tidak ada
perubahan dan tidak memahami dirinya, berarti konseling belum sukses.

F.    Teknik Konseling
Pada teori ini, tugas konselor pertama yang sangat penting adalah harus mengembangkan
pemahaman terhadap gaya hidup individu. Untuk memahami gaya hidup tersebur konselor dapat
memulai dengan memuji tingkah laku klien pada saat sekarang. Dalam waktu bersamaan
konselor mengobservasi tingkah laku dalam suasana konseling tersebut. Situasi yang hangat ini
dirancang tidak hanya untuk mengembangkan interaksi sosial, tetapi juga membuka fiksi dari
klien itu sendiri, sehingga konselor bisa mengetahui pola tingkah laku dari klien.

1.     Analisa Gaya Hidup


Dari perspektif Adler, tugas terapi yang paling utama adalah konselor dapat mengembangkan
pemahaman gaya hidup individu. Dengan cara, mulai dengan pengujian perilaku klien. Ini
terpenuhi dengan pertanyaan tentang keberadaan sekarang yang dirasakan dalam hidupnya. Pada
waktu yang sama, konselor mengamati perilaku klien pada saat terjadinya konseling. Situasi
dirancang tidak hanya untuk tingkatkan sosial interaksi, tetapi juga mengijinkan klien untuk
bertindak terbuka. Dengan cara ini konselor dapat memperoleh suatu pengetahuan langsung pola
perilaku klien. Setelah ini dipahami, konselor mencoba untuk memahami keseluruhan gaya
hidup individu.

Ada dua teknik umum yang digunakan sebagai sasaran analisa yaitu tahap empati dan intuitif
gessing. Perasaan empati sangat penting agar konselor memahami perasaan subjektif dari klien.
Dengan memasuki keadaan klien maka konselor bisa memahami perasaan yang mengarahkan
tingkah laku klien. Intuitif gessing yang digambarkan Adler bisa dihubungkan dengan
kemampuan konselor untuk menginterpretasikan apa yang dikatakan oleh klien serta proses yang
terjadi dalam pikiran klien.
Menurut Gushurt empat hal yang harus diketahui oleh konselor untuk mengembangkan
pemahaman tentang gaya hidup :

1. Konselor harus peduli terhadap faktor yang klien yakini sebagai pengaruh yang sangat
penting terhadap kepribadian.
2. Konselor harus mampu mengetahui pola-pola tingkah laku
3. Konselor harus mampu membandingkan pola-pola yang terdapat dalam hubungan dengan
keluarga klien untuk menentukan persamaan dan perbedaan
4. Konselor harus melakukan interpretasi yang tepat terhadap materi dengan demikian
konselor bisa memahami gaya hidup dan akibat logis.
Salah satu langkah yang aktual dalam proses adalah menyuruh klien menggambarkan hubungan
keluarganya Data ini digunakan dalam upaya untuk menentukan faktor-faktor yang terdapat
dalam lingkungan individu yang bisa membantu menemukan pola tingkah laku yang pasti,
sehingga konselor bisa memahami interaksi khas pada individu yang dapat berpengaruh terhadap
gaya hidup klien itu sendiri. Teknik ini mendapatkan perhatian yang serius dalam proses
konseling.

2.    Menginterpretasi Early Recollections
Jika pemahaman terhadap keseluruhan gaya hidup individu penting, maka konselor harus
mendorong klien untuk mendiskusikan ingatan-ingatannya. Adler yakin bahwa ingatan setiap
individu tidak selalu sempurna (cenderung berat sebelah), la hanya ingat kejadian-kejadian yang
bermakna bagi gaya hidupnya sekarang. Dengan demikian bila konselor bisa memahami
kejadian-kejadian dimana individu mendasarkan gaya hidupnya, maka konselor akan memiliki
pemahaman yang baru terhadap kejadian yang ada pada klien.

3.    Interpretasi
 Jika pemahaman terhadap gaya hidup klien telah dikembangkan melalui analisa terhadap
hubungan keluarga dan ingatan masa lampau, maka konselor perlu menginterpretasi
pengalamannya terhadap klien dengan berbagai cara, sehingga klien akan menerima proses
pemberitahuan tentang kesalahan dasar dalam hidupnya. konselor harus fleksibel dan
menggunakan setiap metode yang dirasa dapat mengembangkan pemahaman terhadap klien. Jika
klien telah mengembangkan pemahaman baru tentang tingkah lakunya. Adler yakin bahwa
tingkah laku klien tersebut akan berubah.
4.    Konsultasi Adlerian
Salah satu perkembangan yang penting dalam gerakan Adlerian adalah prosedur konsultasi orang
tua dan guru. Karena konselor sering dilibatkan dengan populasi ini. Maka kita pantas untuk
melakukan pengujian terhadap prosedur secara sempurna.

Bernice Grunwald, seorang guru sekolah negeri dan anggota dari Institut Alfred Adler di
Chicago, menyatakan bahwa jika semua anak-anak telah dibawa untuk menyadari bahwa tiap-
tiap kelas di sekolah adalah unit kerja penyelesaian masalah dimana tiap-tiap individu
mempunyai tanggung jawab atas perilakunya, maka permasalahan yang ada sekarang yang ada
di sekolah tidak akan ada. Dia menyatakan bahwa ini mungkin terjadi jika guru percaya akan
filosofi ini, dan mau belajar ilmu dinamika kelompok dan prosedur memeriksa. Itu juga berguna
bagi orang tua, jika memanfaatkan filosofi ini bahwa rumah adalah suatu unit kerja penyesaian
masalah, dan anak-anak mereka adalah mitra yang bertanggung jawab dalam prosesnya. Dalam
rangka menetapkan lingkungan ini, baik di rumah dan di sekolah, orang tua dan para guru
memerlukan beberapa pelatihan spesifik. Konselor akan menawarkan diri sebagai jasa
konsultatif.

Dasar pendekatan Adlerian untuk melakukan konsultasi dengan orang tua dan guru telah
dikembangkan oleh Dinkmeyer  dia menamakan prosedur ini dengan kelompok “C”. Dasar
psikologi kelompok ini adalah .

1. Tingkah laku bersifat holistik yang bisa pahami hanya dengan kesatuannya.
2. Arti penting dari tingkah laku dihubungkan dengan konsekuensi yang diperoleh dari
prosedur yang dilakukan
3. Sebagai makhluk sosial, tingkah laku individu hanya bisa dipahami dalam konteks sosial
4. Motivasi individu secara baik dengan mengetahui bagaimana individu berusaha untuk
memperoleh pengakuan.
5. Tingkah laku individu diarahkan pada tujuan
6. Suatu rasa keterlibatan adalah dasar keberadaan manusia.
7. Tingkah laku bisa dipahami dengan kerangka internal dari keberadaan individu
Prinsip yang tujuh ini berhubungan secara langsung dengan konsep Adlerian, didasari oleh
Dinkmeyer yang merupakan cara mengajar orang tua dan para guru prinsip Adler dan cara untuk
menerapkannya di rumah dan sekolah. Dasar pendekatan ini adalah menciptakan lingkungan di
mana anak-anak didukung, tidak menakut-nakuti, dan mereka belajar bertanggung jawab untuk
perilaku mereka sendiri dan perilaku itu mempengaruhi orang lain.

G.      Kekuatan dan Kontribusi


Pendekatan adelrian pada konseling mempunyai sejumlah kontribusi dan penekanan yang unik:

1. Pendekatan ini meningkatkan suatu suasana yang mendukung melalui Teknik positif
yang digunakan konselor. Ikatan dan komitmen ditingkatkan melalui prosesnya, dan
kesempatan untuk berubah semakin meningkat pula. Dukungan konselor merupakan
komoditas yang berharga. Konselor Adlerian mendekati klien dengan suatu orientasi
pendidikan dan mengambil pandangan yang optimistis pada kehidupan.
2. Pendekatan ini fleksibel untuk semua masa kehidupan. “ Ahli teori Adlerian telah
mengembangkan model-model konseling untuk anak-anak, dewasa, orang-tua, seluruh
keluarga, kelompok guru, dan segmen masyarakat lainnya ” (Purkey & Schmidt, 1987, p.
115). Bermain terapi bagi anak-anak usia 4 hingga 9 tahun tampaknya paling efektif.
3. Pendekatan ini berguna dalam perawatan berbagai penyimpangan, termasuk
penyimpangan perilaku, penyimpangan anti sosial, penyimpangan kegelisahan masa kanak-
kanak dan dewasa, penyimpangan-penyimpangan beberapa afektif, dan penyimpangan
kepribadian (Seligman, 1997).
4. Pendekatan ini berkontribusi pada teori-teori pembantu lain dan pada pengetahuan umum
dan pemahaman interaksi manusia. Banyak gagasan Adler telah diintegrasikan ke dalam
pendekatan-pendekatan konseling.
5. Pendekatan ini dapat digunakan secara selektif di dalam konteks kultural yang berbeda-
beda (Brown, 1997). Sebagai contohnya, konsep “ dukungan ” tepat untuk ditekankan
dalam bekerja dengan kelompok yang secara tradisional telah menekankan kolaborasi
seperti masyarakat Hispanik dan Asia Amerika, dimana konsep “ kompetisi keturunan”
yang bertentangan dengan masyarakat Amerika Utara Eropa tradisional yang menekankan
kompetisi ketegangan.
 H.      Keterbatasan Konseling Individual
 Teori Adlerian dibatasi oleh hal-hal berikut ini:
1. Pendekatan ini kekurangan suatu dasar penelitian yang suportif. Hanya sedikit penelitian
emprikal yang telah dilakukan mengenai teori Adlerian dan keefektifannya di dalam
konseling.
2. Pendekatan ini masih kabur dalam hubungannya dengan beberapa konsep dan istilah-
istilah.
3. Pendekatan ini terlalu optimistik mengenai sifat manusia, khususnya dalam bidang
kerjasama dan kepedulian sosial. Beberapa kritik mengenai sudut pandangnya mengabaikan
dimensi-dimensi kehidupan lainnya, seperti kekuatan dan alam tidak sadar.
4. Prinsip dasar pendekatan ini, seperti struktur keluarga yang demokratis misalnya, tidak
terlalu cocok dalam bekerja dengan klien yang konteks kulturalnya menekankan pada
hubungan sosial lineal, seperti masyarakat Amerika Arab tradisional misalnya (Brown,
1997).
5. Pendekatan ini, yang sangat bergantung pada penelitian verbal, logika, dan pencerahan,
mungkin terbatas dalam penerapannya pada klien yang kurang cerdas (James & Gilliland,
2003).
REFLEKSI
1. Jelaskan pemahamanmu mengenai konseling psikologi individual ?
2. Kemukakanlah suatu kasus, kemudian analisislah timbulnya masalah atau tingkah laku
salah suai dengan menerapkan pandangan teori konseling psikologi individual ?
Ada yang mengukur hidup mereka dari hari dan tahun. Yang lain dengan denyut jantung,
gairah, dan air mata. Tetapi ukuran sejati di bawah mentari adalah apa yang telah engkau
lakukan dalam hidup ini untuk orang lain.
 
SUMBER RUJUKAN
 
Corey, Gerald. (2007). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Refika Aditama. Bandung.
Jones, Richard Nelson. (2011). Teori dan Praktik Konseling dan Terapi. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
Komalasari, Gantina., dkk. (2011) Teori dan Teknik Konseling. PT Indeks, Jakarta.

Prayitno. (1998).  Konseling Panca Waskita, PSBK.  FIP IKIP Padang


Taufik. 2002. Model-model Konseling. Padang: BK FIP UNP.
WS. Winkel & M.M Sri Hastuti (2005), Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan, Media Abdi; Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai