Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MAKNA INTEGRASI NASIONAL SEBELUM NKRI

DOSEN PENGAMPU
Giri Harto Wiratomo, S.Pd., M.Hum.

DISUSUN OLEH
1. Lusiana Citra Permata Sari (5112419040)
2. Rizka Solluna (5112419046)
3. Salma Rifqotul Ulya (5112419044)
4. Septianingrum Wulan Hapsari Whinarno (5112419057)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


MATA KULIAH UMUM
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim. Dengan menyebut nama Allah S.W.T. yang maha pengasih


lagi maha penyayang kami panjatkan puji dan syukur atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul Makna Integrasi Nasional Sebelum
NKRI ini.
Kami menyelesaikan makalah ini semaksimal mungkin atas banyaknya pihak yang telah
berkontribusi sehingga kami ucapkan banyak terima kasih. Kami menyadari banyaknya
kesalahan dan ketidaksempurnaan dalam pembuatan makalah ini, maka dari itu kami menerima
segala saran dan kritik guna terciptanya kesempurnaan dalam penugasan ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai bahan penelitian
ataupun hal lainnya.

Karanganyar, 5 Mei 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………… 1
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………. 2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………… 3

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………... 4
A. LATAR BELAKANG…………………………………………………………. 4
B. RUMUSAN MASALAH……………………………………………………… 4
C. TUJUAN PENULISAN……………………………………………………….. 4

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………... 5
A. INTEGRASI DAN DISINTEGRASI KERAJAAN MAJAPAHIT ………….. 5
B. MAKNA INTEGRASI KERAJAAN MAJAPAHIT BAGI INTEGRASI
NASIONAL ………………………………………………………………….. 5
C. INTEGRASI DAN DISINTEGRASI KERAJAAN MATARAM……………. 6
D. MAKNA INTEGRASI KERAJAAN MATARAM ISLAM BAGI
INTEGRASI NASIONAL……………………………………………………. 8

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………. 9


A. KESIMPULAN………………………………………………………………... 9
B. SARAN………………………………………………………………………... 9

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….. 10

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Nusantara adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan wilayah kepulauan


yang membentang dari Sumatra sampai Papua, yang sekarang sebagian besar merupakan
wilayah negara Indonesia. Kata ini tercatat pertama kali dalam literatur berbahasa Jawa
Pertengahan (abad ke-12 hingga ke-16) untuk menggambarkan konsep kenegaraan yang
dianut Majapahit.
Setelah sempat terlupakan, pada awal abad ke-20 istilah ini dihidupkan kembali
oleh Ki Hajar Dewantara[1] sebagai salah satu nama alternatif untuk negara merdeka
pelanjut Hindia Belanda yang belum terwujud. Ketika penggunaan nama "Indonesia"
(berarti Kepulauan Hindia) disetujui untuk dipakai untuk ide itu, kata Nusantara tetap
dipakai sebagai sinonim untuk kepulauan Indonesia. Pengertian ini sampai sekarang
dipakai di Indonesia. Akibat perkembangan politik selanjutnya, istilah ini kemudian
dipakai pula untuk menggambarkan kesatuan geografi-antropologi kepulauan yang
terletak di antara benua Asia dan Australia, termasuk Semenanjung Malaya namun
biasanya tidak mencakup Filipina. Dalam pengertian terakhir ini, Nusantara merupakan
padanan bagi Kepulauan Melayu (Malay Archipelago), suatu istilah yang populer pada
akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20, terutama dalam literatur berbahasa Inggris.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa makna integrasi dan disintegrasi Kerajaan Majapahit?
2. Apa makna integrasi Kerajaan Majapahit bagi integrasi nasional?
3. Bagaimana sejarah integrasi dan disintegrasi Kerajaan Mataram Islam?
4. Apa makna integrasi Kerajaan Mataram Islam bagi integrasi nasional?

4
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui integrasii dan disintegrasi Kerajaan Majapahit
2. Mengetahui makna integrasi Kerajaan Majapahit bagi Integrasi Nasioanal
3. Mengetahui sejarah integrasi dan disintegrasi Kerajaan Mataram Islam.
4. Apa makna integrasi Kerajaan Mataram Islam bagi integrasi nasional.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. INTEGRASI DAN DISINTEGRASI KERAJAAN MAJAPAHIT


` Pada masa pemerintahan raja Hayam Wuruk dengan Mahapatih Gajah Mada wilayah
kekuasaan Majapahit ialah Jawa, Sumatra, Tanjungpura (Kalimantan), Nusa Tenggara,
Sulawesi, Maluku, Irian, dan Semenanjung Malaka, Tumasik (Singapura) dan daerah-
daerah pulau di sekitarnya. Majapahit juga menjalin hubungan baik dengan negara-
negara yang jauh, seperi Siam, Champa, dan Cina. Negara-negara tersebut dianggap
sebagai”Mitreka Satata” (negara sahabat yang berkedudukan sama). Pada masa ini
kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaan dan tumbuh menjadi Kerajaan terbesar di
Indonesia.

Faktor-faktor yang mendorong lahirnya Kerajaan Majapahit sebagai kerajaan besar ialah
sebagai berikut.

Letak Majapahit secara geografis sangat baik, yaitu di tengah-tengah wilayah


Indonesia, sehingga mudah memainkan peran dalam menyatukan Indonesia baik secara
politik maupun ekonomi.

kerajaan di tepi sungai besar yang mudah dilayari, sehingga hubungan dengan
dunia luar sangat mudah.

Tanahnya subur dan banyak menghasilkan bahan-bahan ekspor, khususnya hasil


pertanian utamanya beras dan kacang-kacangan.

Sebelum Majapahit telah adanya kerajaan-kerajaan Jawa Timur yang merintisnya,


khususnya Singasari di bawah Kertanegara. Gagasan Nusantara telah diperoleh dan
pelaksanaannya sebagian telah dilakukan.

Timbulnya tokoh-tokoh negarawan seperti R. Wijaya, Hayam Wuruk, dan Patih


Gajah Mada yang melaksanakan gagasan Nusantara dengan “Sumpah Palapa”nya.

6
Tidak ada lagi saingan kerajaan di Indonesia, Sriwijaya sudah makin lemah setelah
serangan dari Cholamandala; sedangkan Kediri makin lemah akibat siasat yang dilakukan
oleh R. Wijaya.

Di luar Indonesia tidak ada lagi kerajaan besar yang dapat menjadi perintang. Kerajaan
Cholamandala di India dan dinasti Yuan di Cina terpecah-pecah setelah raja/kaisar
besarnya meninggal.

Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Hayam


Wuruk. Wilayah kekuasaan Majapahit meliputi seluruh Nusantara. Pada saat itulah cita-
cita Gajah Mada dengan Sumpah Palapa berhasil diwujudkan. Adapun faktor-faktor yang
menyebabkan kemunduran Majapahit adalah sebagai berikut. Pada tahun 1364 M, Gajah
Mada meninggal dunia. Hal itu merupakan kehilangan yang sangat besar bagi Majapahit.
Kemudian pada tahun 1389 Raja Hayam Wuruk meninggal dunia. Hal ini menjadi salah
satu penyebab surutnya kebesaran Kerajaan Majapahit di samping terjadinya
pertentangan yang berkembang menjadi perang saudara.

Beberapa faktor yang menyebabkan kemunduran Kerajaan Majapahit hingga runtuh


antara lain:

Tidak ada lagi tokoh-tokoh yang kuat di pusat pemerintahan yang dapat mempertahankan
kesatuan wilayah sepeninggal Gajah Mada dan Hayam Wuruk.

Terjadinya perang saudara, di antaranya yang terkenal adalah Perang Paregreg


(1401– 1406) yang dilakukan oleh Bhre Wirabhumi melawan pusat Kerajaan Majapahit.
Bhre Wirabhumi diberi kekuasaan di wilayah Blambangan. Namun, ia berambisi untuk
menjadi raja Majapahit. Dalam cerita rakyat, Bhre Wirabhumi dikenal sebagai
Minakjingga yang dikalahkan oleh Raden Gajah atau Damarwulan. Selain perang
saudara, terjadi juga usaha memisahkan diri yang dilakukan Girindrawardhana dari
Kediri (1478).

7
Banyak daerah-daerah jajahan yang melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit. Struktur
pemerintahan Majapahit yang mirip dengan sistem negara serikat pada masa modern dan
banyaknya kebebasan yang diberikan kepada daerah memudahkan wilayah-wilayah
jajahan untuk melepaskan diri begitu diketahui bahwa di pusat pemerintahan sedang
kosong kekuasaan

Masuk dan berkembangnya agama Islam.

Setelah mengalami kemunduran, akhirnya Majapahit runtuh. Dalam hal ini ada
dua pendapat : Tahun 1478, yakni adanya serangan Girindrawardana dari Kediri.
Peristiwa tersebut diberi candrasengkala “Hilang Sirna Kertaning Bhumi” yang berarti
tahun 1400 Saka/1478 M. pendapat lain mengatakan bahwa runtuhnya Majapahit pada
Tahun 1526, yakni adanya serangan tentara dari Demak di bawah pimpinan Raden Patah.
Serangan Demak ini menandai berakhirnya kekuasaan Hindu di Jawa.

B. MAKNA INTEGRASI KERAJAAN MAJAPAHIT BAGI INTEGRASI NASIONAL


Pada dasarnya nusantara adalah sebuah istilah administratif dari zaman Majapahit
yang menunjuk pada sebagian besar wilayah Indonesia saat ini. Istilah itu tercatat
dalam literatur-literatur Jawa abad ke 12-16 masehi, misalnya dalam kitab
Negarakertagama. Di kerajaan Majapahit, “Nusantara, berarti “pulau lain” (dalam arti
di luar pulau Jawa), yakni daerah di luar pengaruh budaya Jawa tetapi masih diklaim
sebagai daerah taklukan; para penguasanya harus membayar upeti.” Upaya
mempersatukan Nusantara pada masa Kerajaan Majapahit tidak dapat dilepaskan dari
tokoh Gajah Mada. Keberhasilan Gajah Mada memimpin pasukan dalam menumpas
berbagai pemberontakan, menyebabkan dirinya diberi kepercayaan sebagai
Mahapatih Kerajaan Majapahit. Gajah Mada mengucapkan sumpah yang dikenal
dengan Sumpah Palapa.
Dalam upaya mewujudkan cita-citanya itu Mahapatih Gajah Mada membangun
armada laut yang besar yang dipimpin oleh Laksamana Nala. Mahapatih berhasil
mewujudkan sumpahnya.
Bunyi Sumpah Gajah Mada adalah sebagai berikut:

8
“lamun huwus kala nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring
Seran, ring Tanjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda,
Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa”. Ia berjanji bahwa, “apabila sudah
kalah nusantara, saya menikmati palapa, kalau sudah kalah Gurun, Seran,
Tanjungpura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, waktu itulah
saya menikmati palapa” . yang artinya “Jika telah mengalahkan pulau-pulau lain, saya
(baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru,
Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan)
melepaskan puasa.”

Dengan keberhasilan ini maka wilayah Nusantara berhasil dipersatukan secara politik
di bawah Majapahit. Integrasi Majapahit mempengaruhi integrasi bangsa indonesia
yang sekarang, karena keputusan yang dilakukan oleh patih gajah mada memberikan
bukti bahwa keragaman dapat disatukan walaupun terpaut oleh perbedaan, baik
wilayah maupun budaya.

C. INTEGRASI DAN DISINTEGRASI KERAJAAN MATARAM

D. MAKNA INTEGRASI KERAJAAN MATARAM ISLAM BAGI INTEGRASI


NASIONAL
Kesultanan Mataram (bahasa Jawa: ꦤꦒꦫꦶꦏꦱꦸꦭ꧀ꦠꦤ꧀ꦩꦠꦫꦩ꧀; Nagari
Kasultanan Mataram, kadang disebut Mataram Islam atau Mataram Baru) adalah
suatu negara Islam berbentuk kesultanan di pulau Jawa yang pernah ada pada abad
ke-17. Kerajaan ini sudah didirikan sejak abad ke-16 namun baru menjadi sebuah
negara berdaulat di abad ke-17 yang dipimpin suatu dinasti keturunan Ki Ageng Sela
dan Ki Ageng Pamanahan atau disebut Wangsa Mataram. Awal mulanya berupa
wilayah Alas Mentaok yang diberikan oleh Sultan Hadiwijaya kepada Ki Ageng
Pamanahan atas jasanya, kemudian menjadi suatu Kadipaten di bawah Kesultanan
Pajang. Dengan Kuthagedhe sebagai pusat awal pemerintahan negara islam
kesultanan Mataram. Raja berdaulat pertama adalah Danang Sutawijaya
(Panembahan Senapati), putra dari Ki Ageng Pamanahan.Kesultanan Mataram pada

9
masa keemasannya pernah menyatukan pulau Jawa (kecuali wilayah Kesultanan
Banten dan Kesultanan Cirebon) dan sekitarnya, termasuk pulau Madura. Negeri ini
pernah memerangi VOC di Batavia untuk mencegah semakin berkuasanya firma
dagang itu, namun ironinya menerima bantuan VOC pada masa akhir menjelang
keruntuhannya.
Mataram merupakan kerajaan berbasis agraris/pertanian. Namun keberadaan kerajaan
ini memberikan bukti peninggalan beberapa jejak sejarah yang dapat dilihat hingga
kini, seperti kampung Matraman di Jakarta, sistem persawahan di Pantura Jawa Barat,
penggunaan Carakan dalam literatur bahasa Sunda, politik feodal di Pasundan, serta
beberapa pembagian wilayah administrasi yang masih berlaku hingga
sekarang.Danang Sutawijaya naik tahta setelah ia merebut wilayah Pajang
sepeninggal Sultan Hadiwijaya dengan gelar Panembahan Senapati. Pada saat itu
wilayahnya hanya di sekitar Jawa Tengah saat ini, mewarisi wilayah Kesultanan
Pajang. Pusat pemerintahan berada di Kuthagedhe, wilayah yang terletak kira-kira di
timur Kota Yogyakarta dan selatan Bandar Udara Adisucipto sekarang. Lokasi
keraton (tempat kedudukan raja) pada masa awal terletak di Banguntapan, kemudian
dipindah ke Keraton Kuthagedhe. Sesudah ia meninggal (dimakamkan di
Kuthagedhe) kekuasaan diteruskan putranya Raden Mas Jolang yang setelah naik
takhta bergelar Sri Susuhunan Hadi Prabu Hanyakrawati.
Pemerintahan Hanyakrawati tidak berlangsung lama karena dia wafat karena
kecelakaan saat sedang berburu di hutan Krapyak. Karena itu ia juga disebut
Susuhunan Seda hing Krapyak atau Panembahan Seda hing Krapyak yang artinya
Raja (yang) wafat (di) Krapyak. Setelah itu takhta beralih sebentar ke tangan putra
keempat Raden Mas Jolang yang bernama Raden Mas Wuryah bergelar Adipati
Martapura. Ternyata Adipati Martapura menderita penyakit saraf sehingga takhta
beralih ke putra sulung Raden Mas Jolang yang bernama Raden Mas Rangsang yang
kelak bergelar Sri Sultan Agung Hadi Prabu Hanyakrakusuma pada masa
pemerintahan Raden Mas Rangsang, Mataram mengalami masa keemasannya.

10
KERUNTUHAN MATARAM ISLAM
DISINTEGRASI
Hamangkurat I memindahkan lokasi keraton ke Plered (1647), tidak jauh dari Karta.
Selain itu, ia tidak lagi menggunakan gelar sultan, melainkan "sunan" (dari
"Susuhunan" atau "Yang Dipertuan"). Pemerintahan Hamangkurat I kurang stabil
karena banyak ketidakpuasan dan pemberontakan. Pada masanya, terjadi
pemberontakan besar yang dipimpin oleh Trunajaya dan memaksa Hamangkurat
bersekutu dengan VOC. Ia wafat di Tegalarum (1677) ketika mengungsi sehingga
dijuluki Sunan Tegalarum. Penggantinya, Hamangkurat II (Hamangkurat Amral),
sangat patuh pada VOC sehingga kalangan istana banyak yang tidak puas dan
pemberontakan terus terjadi. Pada masanya, keraton dipindahkan lagi ke Kartasura
(1680), sekitar 5 km sebelah barat Pajang karena keraton yang lama dianggap telah
tercemar.
Pengganti Hamangkurat II berturut-turut adalah Hamangkurat III (1703-1708),
Pakubuwana I (1704-1719), Hamangkurat IV (1719-1726), Pakubuwana II (1726-
1749). VOC tidak menyukai Hamangkurat III karena menentang VOC sehingga VOC
mengangkat Pakubuwana I (Puger) sebagai raja. Akibatnya Mataram memiliki dua
raja dan ini menyebabkan perpecahan internal. Hamangkurat III memberontak dan
menjadi "king in exile" hingga tertangkap di Batavia lalu dibuang ke Ceylon (sebutan
dunia Internasional dari Sri Lanka).
Kekacauan politik baru dapat diselesaikan pada masa Pakubuwana III setelah
pembagian wilayah Mataram menjadi dua yaitu Kesultanan Ngayogyakarta dan
Kasunanan Surakarta tanggal 13 Februari 1755. Pembagian wilayah ini tertuang
dalam Perjanjian Giyanti (nama diambil dari lokasi penandatanganan, di sebelah
timur kota Karanganyar, Jawa Tengah). Berakhirlah era Mataram sebagai satu
kesatuan politik dan wilayah. Walaupun demikian sebagian masyarakat Jawa
beranggapan bahwa Kesultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta adalah
"ahli waris" dari Kesultanan Mataram.

11
12
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN
Pembuatan dan penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Diperlukannya banyak saran dan referensi agar dapat memenuhi kriteria pembaca.
Oleh karena itu, diharapkan adanya kritik dan saran yang membangun makalah ini
dengan topik dan ide bahasan yang mendukung.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.donisetyawan.com/2076-2/
2. https://blog.ruangguru.com/pengertian-integrasi-nasional-dalam-konteks-indonesia
3. https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/25/153317369/integrasi-nasional-
pengertian-faktor-pembentuk-dan-penghambat?page=all
4. https://id.wikipedia.org/wiki/Nusantara
5.

14

Anda mungkin juga menyukai