ABSTRAK
BRT (Bus Rapid Transit) Trans Semarang Hebat dibentuk oleh Pemerintah Kota Semarang untuk
meningkatkan minat masyarakat menggunakan transportasi publik. Sehubungan dengan
dibentuknya BRT, Pemerintah Kota Semarang juga mendirikan halte sebagai penunjang. Salah
satunya, halte BRT di Simpang Lima. Namun belakangan ini, kinerja dari halte tersebut mulai
menurun. Demi mewujudkan halte yang dapat menambah minat masyarakat sekaligus menjadi
tempat berinteraksi sosial, maka tujuan dari penelitian ini adalah memperhatikan psikologi
pengguna mulai dari kenyamanan fisik dan psikis dengan menggunakan pendekatan psikologi
arsitektur. Faktor – faktor yang diperhatikan dalam psikologi arsitektur yaitu desain sesuai umur,
karakter dan kebutuhan, personal space, zoning yang memperhatikan keprivasian, kesesakan dan
kebisingan. Metode yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif mengenai teori psikologi arsitektur
yang kemudian dianalisis sehingga menghasilkan prinsip psikologi arsitektur yang akan diterapkan
dalam bangunan teutama bagian interiornya. Implementasi prinsip psikologi arsitektur ini
diharapkan mampu menarik minat masyarakat untuk menggunakan transportasi publik terutama
bagi pengguna remaja sampai dewasa.
yang beratap, tetapi lebih kecil daripada bangunan yang berfungsi sesuai
stasiun)interior adalah perancangan bagian kebutuhannya dan disesuaikan dengan
dalam gedung sebelum benar-benar dibuat, Karakter masing-masing penggunanya.
agar bagian dalam gedung berfungsi dengan Psikologi arsitektur berperan penting dalam
baik dan memiliki tampilan yang menarik. menciptakan suasana yang sesuai dengan
karakter pengguna yang berbeda-beda agar
IV. ANALISIS pengguna merasakan kenyamanan secara
a. Halte dan Bus Rapid Transit (BRT) fisik dan psikis, karena dengan adanya rasa
Halte secara harfiah diartikan nyaman dan menyenangkan secara tidak
sebagai perhentian kereta api, trem, atau bus langsung akan menciptakan rasa ”betah” bagi
(biasanya mempunyai ruang tunggu yang pengguna di dalamnya.
beratap, tetapi lebih kecil daripada stasiun). Sehubungan dengan adanya
Namun maraknya sebutan halte digunakan keterkaitan mempengaruhi dan atau
sebagai pemberhentian bus untuk dipengaruhi antara manusia dengan
menurunkan dan menaikkan penumpang lingkungan fisiknya, maka terdapat empat
untuk menuju ke suatu rute tertentu. Di pandangan berhubungan dengan seberapa
Indonesia sendiri halte digunakan untuk luas pengaruh desain arsitektur terhadap
transit bagi Bus Rapid Transit (BRT). BRT perilaku manusia sebagai penggunanya,
berkualitas tinggi bisa membuat haltenya yaitu: Pendekatan Kehendak Bebas (Free-
menjadi berkualitas tinggi dan menghadirkan will Approach), Determinisme Arsitektur
fitur yang berkualitas tinggi pula seperti pintu (Architectural Determinism), Kemungkinan
geser yang terbuat dari kaca, konter tiket Lingkungan (Environmental Possibilism),
yang dijaga dan tempat informasi, dan masih dan Probabilisme Lingkungan
banyak fitur lain di daftar ini di antaranya off- (Environmental Probabilism). Dalam
bus fare collection dan lantai boarding. penelitian ini, untuk dapat menghasilkan
sebuah kegiatan tertentu di dalam suatu
b. Psikologi Arsitektur dan Korelasinya lingkungan—halte yang terkadang tercipta
dengan Perilaku dengan sendirinya. Maka berfokus pada
Istilah psikologi arsitektur pandangan mengenai determinisme
(architectural psychology) pertama kali arsitektur.
diperkenalkan ketika diadakan konferensi Secara singkat determinisme
pertama di Utah pada tahun 1961 dan 1966. arsitektur berarti bahwa lingkungan yang
Jurnal profesional pertama yang diterbitkan dibangun membentuk perilaku manusia di
pada akhir 1960-an banyak menggunakan dalamnya. Dalam bentuknya yang paling
istilah lingkungan dan perilaku (Environment ekstrim, arsitektur dan desain dipandang
andBehavior). sebagai satu-satunya penyebab dari
munculnya perilaku. Lalu kemudian Interior
menjadi studi kasus yang diambil karena
perilaku akan dapat berkelanjutan (existing)
karena pengaruh bentuk dan tampilan dalam
atau dikenal interior.