Anda di halaman 1dari 6

NO: A024*

Seminar Arsitektur Nasional dan Lomba Karya Tulis Ilmiah 2020


“Ruang, Raga Rasa”
Universitas Kristen Petra

IMPLEMENTASI PSIKOLOGI ARSITEKTUR PADA INTERIOR HALTE


BUS SEMARANG HEBAT DI SIMPANG LIMA KOTA SEMARANG
1
Fathan Mubina. Alfian , 2Citra. Lusiana , 3Rifqotul Ulya. Salma
Mahasiswa Program Sarjana Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang,
Kota Semarang
lusianactr@gmail.com

ABSTRAK

BRT (Bus Rapid Transit) Trans Semarang Hebat dibentuk oleh Pemerintah Kota Semarang untuk
meningkatkan minat masyarakat menggunakan transportasi publik. Sehubungan dengan
dibentuknya BRT, Pemerintah Kota Semarang juga mendirikan halte sebagai penunjang. Salah
satunya, halte BRT di Simpang Lima. Namun belakangan ini, kinerja dari halte tersebut mulai
menurun. Demi mewujudkan halte yang dapat menambah minat masyarakat sekaligus menjadi
tempat berinteraksi sosial, maka tujuan dari penelitian ini adalah memperhatikan psikologi
pengguna mulai dari kenyamanan fisik dan psikis dengan menggunakan pendekatan psikologi
arsitektur. Faktor – faktor yang diperhatikan dalam psikologi arsitektur yaitu desain sesuai umur,
karakter dan kebutuhan, personal space, zoning yang memperhatikan keprivasian, kesesakan dan
kebisingan. Metode yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif mengenai teori psikologi arsitektur
yang kemudian dianalisis sehingga menghasilkan prinsip psikologi arsitektur yang akan diterapkan
dalam bangunan teutama bagian interiornya. Implementasi prinsip psikologi arsitektur ini
diharapkan mampu menarik minat masyarakat untuk menggunakan transportasi publik terutama
bagi pengguna remaja sampai dewasa.

Kata kunci : halte, interior, psikologi arsitektur

I. PENDAHULUAN masyarakat enggan menikmati waktu


Perkembangan teknologi yang menunggu bus di halte. Suasana serius di
semakin hari semakin meningkat seturut halte ini dapat berasal dari kurangnya fasilitas
perkembangan jaman membuat penggunaan yang disediakan sesuai perkembangan jaman
transportasi public dikalangan masyarakat dan juga penataan ruangnya yang kaku
semakin berkurang karena penggunaan karena belum menerapkan disiplin ilmu
transportasi pribadi yang semakin marak. psikologi arsitektur yang sesuai dengan
Penggunaan transportasi pribadi ini kebutuhan dan perilaku target pengguna
sebenarnya secara tidak langsug merupakan perpustakaan umum.
faktor utama penyebab kemacetan di jalanan Menurut Deddy Halim, Phd (2005),
kota. Menurut Wakil Ketua DPRD Kota Psikologi Arsitektur merupakan sebuah studi
Semarang, Joko Santoso, pertumbuhan tentang bangunan dan pengaruhnya terhadap
kendaraan di Kota Semarang mencapai 12 perilaku manusia di dalamnya dan juga berisi
persen/tahun. Sedangkan pertumbuhan jalan kajian khusus dimana orientasinya mengarah
hanya 0,9 persen/tahun. Tercatat sekarang ini ke psikologis pengguna bangunan. Untuk
ada 1,6 juta unoit sepeda motor dan 500 ribu mewujudkan sebuah halte bus seperti yang
unit mobil di Kota Semarang. diharapkan, akan dilakukan perancangan
Halte adalah tempat pemberhentian desain yang menarik dan tentunya yang dapat
kendaraan penumpang umum untuk menerapkan prinsip psikologi Arsitekur pada
menurunkan dan atau menaikkan penumpang bangunannya kelak. Prinsip psikologi itu
yang dilengkapi dengan bangunan. Halte antara lain: bentuk bangunan sesuai dengan
secara tekniks memiliki ketentuan jarak yang kebutuhan dan pola perilaku pengguna di
berbeda tergantung pada setiap tata guna dalamnya, desain sesuai umur; karakter dan
lahannya. (Keputusan DEPHUB 271/HK kebutuhan, personal space, zoning yang
105/PRJD/96). Kebiasaan masyarakat disesuaikan dengan kondisi eksisting di
menggunakan kendaraan umum yang belum sekitarnya dan tetap memperhatikan perilaku
tertanam ini dikarenakan masyarakat masih pengguna di dalamnya dalam hal privasi,
memandang halte sebagai tempat yang kesesakan dan kebisingan agar tercipta rasa
membosankan dan serius. Suasana serius aman bagi penggunanya, bentuk ruang dan
yang tercipta dari halte ini membuat
NO: A024*
Seminar Arsitektur Nasional dan Lomba Karya Tulis Ilmiah 2020
“Ruang, Raga Rasa”
Universitas Kristen Petra

bangunan yang diciptakan mempengaruhi Metode tahap kedua yaitu


perilaku manusia dan begitu pula sebaliknya. pengumpulan data sekunder dengan cara
Tujuan utama dari perancangan studi literature dan studi komparatif. Studi
karya Arsitektur adalah dapat menciptakan literature ini dilakukan dengan cara pencarian
kenyamanan untuk penggunanya. Saufa referensi teori yang berkaitan dengan halte
Yardha, ST., MT selaku pengamat Arsitektur bus dan teori mengenai psikologi Arsitektur.
mengatakan “Karya Arsitektur yang baik Sedangkan studi komparatif dilaksanakan
adalah yang tidak hanya mampu dengan cara melakukan studi banding
menghasilkan bangunan bagus secara fisik, terhadap halte bus yang telah ada. Dari
melainkan membuat nyaman pengguna tahapan ini akan menghasilkan prinsip-
secara psikologi”, maka dari itu penerapan prinsip desain yang berhubungan dengan
teori psikologi Arsitektur pada halte bus BRT psikologi Arsitektur yang nantinya akan
di Simpang Lima,Kota Semarang ini digunakan sebagai acuan dalam
diharapkan dapat menciptakan situasi yang mengembangkan ide desain sesuai dengan
mendukung bagi penumpang remaja hingga kebutuhan dan perilaku penggunanya.
dewasa yang tidak hanya terfokus pada Penerapan psikologi Arsitektur pada halte
bangunan saja melainkan menjadikannya BRT ini dilakukakan dengan cara
tempat yang menyenangkan untuk menunggu menerapkan prinsip perilaku dan persepsi
kedatangan bus dan berinteraksi sosial. psikologi yang disesuaikan dengan
Situasi nyaman dan menyenangkan yang kebutuhan penggunanya mulai dari umur
dihasilkan ini secara tidak langsung dapat pengguna yakni remaja hingga dewasa, jenis
membangkitkan minat masyarakat kegiatan yang dilakukan, dan perilaku
menggunakan transpotasi umum dan dengan pengguna itu sendiri sehingga menghasilkan
desain yang cocok atau sesuai serta nyaman rancangan desain sesuai dengan yang
diharapkan masyarakat dapat mengubah diharapkan.
pandangan buruk mereka tentang halte bus
dan kendaraan umum. III. TINJAUAN PUSTAKA

II.METODE PENELITIAN Psikologi dalam arsitektur adalah


sebuah studi yang mempelajari hubungan
Perencanaan dan perancangan halte antara lingkungan binaan dan perilaku
BRT di Simpang Lima, Kota Semarang yang manusia, Dimana keduanya saling
menerapkan psikologi arsitektur sebagai mempengaruhi satu terhadap yang lain.
pendekatan untuk menyelesaikan Tujuannya adalah untuk mengatasi masalah
permasalahan yang terbagi menjadi 2 yang menyangkut interaksi manusia-
metode. Metode tahap pertama yang lingkungan dalam membuat, mengolah,
dilakukan berupa metode pengumpulan data menjaga, dan memperbaiki lingkungan
dan informasi selengkap-lengkapnya sehingga mampu menciptakan perilaku yang
mengenai perpustakaan umum dengan cara diinginkan. Setidaknya ada lima issue pokok
studi lapangan ke halte BRT Simpang Lima yang erat menghubungkan kedua disiplin,
yang merupakan halte umum milik yaitu: Kepribadian, arketipe, anatomi fisik,
pemerintah Semarang. Studi lapangan ini karakter gender, dan psikofisik. Prinsip-
bertujuan untuk mendapatkan jenis ruangan, prinsip yang harus diperhatikan dalam
kegiatan dan sistem kepengurusan yang ada penerapan psikologi arsitektur menurut Carol
disana. Tahap selanjutnya dari proses ini Simon Weisten dan Thomas G David (1987)
yaitu mengembangkan ide yang kemudian antara lain mampu berkomunikasi dengan
didapatkan hasil bahwa halte BRT Simpang manusia dan lingkungan, mewadahi aktivitas
Lima ini perlu menerapkan psikologi penghuninya dengan nyaman dan
Arsitektur untuk dapat menyelesaikan menyenangkan, memenuhi nilai estetika, dan
permasalahan yang ada sesuai dengan prinsip memperhatikan kondisi dan perilaku
psikologi Arsitektur (mengenai perilaku dan pemakai.
persepsi). Dimana permasalahan halte pada Selain itu, interior sendiri dalam
umumnya yaitu kurangnya fasilitas dan KBBI adalah bagian dalam gedung (ruang
penataan ruang dan perkakas kebersihan dan sebagainya) atau tatanan perabot (hiasan
yang asal-asalan sehingga membuat dan sebagainya) di dalam ruang dalam
masyarakat enggan menghabiskan waktunya gedung dan sebagainya. Sedangkan
untuk menunggu bus dan berinteraksi sosial halte/hal·te/ n perhentian kereta api, trem,
di halte. atau bus (biasanya mempunyai ruang tunggu
NO: A024*
Seminar Arsitektur Nasional dan Lomba Karya Tulis Ilmiah 2020
“Ruang, Raga Rasa”
Universitas Kristen Petra

yang beratap, tetapi lebih kecil daripada bangunan yang berfungsi sesuai
stasiun)interior adalah perancangan bagian kebutuhannya dan disesuaikan dengan
dalam gedung sebelum benar-benar dibuat, Karakter masing-masing penggunanya.
agar bagian dalam gedung berfungsi dengan Psikologi arsitektur berperan penting dalam
baik dan memiliki tampilan yang menarik. menciptakan suasana yang sesuai dengan
karakter pengguna yang berbeda-beda agar
IV. ANALISIS pengguna merasakan kenyamanan secara
a. Halte dan Bus Rapid Transit (BRT) fisik dan psikis, karena dengan adanya rasa
Halte secara harfiah diartikan nyaman dan menyenangkan secara tidak
sebagai perhentian kereta api, trem, atau bus langsung akan menciptakan rasa ”betah” bagi
(biasanya mempunyai ruang tunggu yang pengguna di dalamnya.
beratap, tetapi lebih kecil daripada stasiun). Sehubungan dengan adanya
Namun maraknya sebutan halte digunakan keterkaitan mempengaruhi dan atau
sebagai pemberhentian bus untuk dipengaruhi antara manusia dengan
menurunkan dan menaikkan penumpang lingkungan fisiknya, maka terdapat empat
untuk menuju ke suatu rute tertentu. Di pandangan berhubungan dengan seberapa
Indonesia sendiri halte digunakan untuk luas pengaruh desain arsitektur terhadap
transit bagi Bus Rapid Transit (BRT). BRT perilaku manusia sebagai penggunanya,
berkualitas tinggi bisa membuat haltenya yaitu: Pendekatan Kehendak Bebas (Free-
menjadi berkualitas tinggi dan menghadirkan will Approach), Determinisme Arsitektur
fitur yang berkualitas tinggi pula seperti pintu (Architectural Determinism), Kemungkinan
geser yang terbuat dari kaca, konter tiket Lingkungan (Environmental Possibilism),
yang dijaga dan tempat informasi, dan masih dan Probabilisme Lingkungan
banyak fitur lain di daftar ini di antaranya off- (Environmental Probabilism). Dalam
bus fare collection dan lantai boarding. penelitian ini, untuk dapat menghasilkan
sebuah kegiatan tertentu di dalam suatu
b. Psikologi Arsitektur dan Korelasinya lingkungan—halte yang terkadang tercipta
dengan Perilaku dengan sendirinya. Maka berfokus pada
Istilah psikologi arsitektur pandangan mengenai determinisme
(architectural psychology) pertama kali arsitektur.
diperkenalkan ketika diadakan konferensi Secara singkat determinisme
pertama di Utah pada tahun 1961 dan 1966. arsitektur berarti bahwa lingkungan yang
Jurnal profesional pertama yang diterbitkan dibangun membentuk perilaku manusia di
pada akhir 1960-an banyak menggunakan dalamnya. Dalam bentuknya yang paling
istilah lingkungan dan perilaku (Environment ekstrim, arsitektur dan desain dipandang
andBehavior). sebagai satu-satunya penyebab dari
munculnya perilaku. Lalu kemudian Interior
menjadi studi kasus yang diambil karena
perilaku akan dapat berkelanjutan (existing)
karena pengaruh bentuk dan tampilan dalam
atau dikenal interior.

c. Interior Desain dan Identifikasi


Perilaku
Tuntutan untuk merancang fasilitas
yang nyaman secara psikis menjadi titik awal
untuk memilih pendekatan psikologi
arsitektur, yang dapat menjadi koridor
Hubungan Di antara Proses-proses Fundamental dari perancangan untuk desain kawasan dan
Lingkungan Perilaku dengan hal-hal yang menjadi bangunan dengan mengkondisikan psikis
perhatian dalam Arsitektur
pasien sehingga menjadi solusi permasalahan
(Dita, Ummul & Maya, 2018). Maka sudah
menjadi keharusan dalam desain interior
Psikologi Arsitektur merupakan dapat memenuhi pinsip psikologi arsitektur.
suatu acuan dasar yang digunakan dalam
proses perencanaan dan perancangan sebuah
bangunan agar dapat menghasilkan suatu
NO: A024*
Seminar Arsitektur Nasional dan Lomba Karya Tulis Ilmiah 2020
“Ruang, Raga Rasa”
Universitas Kristen Petra

TABEL 1 filosofi bentuknya, tampak depan halte yang


PRINSIP PSIKOLOGI DAN KORELASINYA
merupakan bentuk turunan dari bentuk dasar
TERHADAP ARSITEKTUR
lingkara, dapat diartikan mengambil prinsip
PRINSIP PSIKOLOGI DAN
fungsi terpusat, sebagai tempat pusat
KORELASINYA TERHADAP
ARSITEKTUR
PERUANGAN TAPAK TAMPILAN
penumpang bus untuk berkumpul sebelum
Bentuk bangunan sesuai dengan kebutuhan
dan pola perilaku pengguna di dalamnya.
v v akhirnya pergi menuju tempat tujuan. Di sisi
Desain sesuai umur, karakter dan kebutuhan. v v lain, ditilik dari bentuk tampak denahnya,
Personal space v
Zoning yang disesuaikan dengan kondisi
halte ini terkesan netral dan seimbang, tentu
eksisting
memperhatikan
di sekitarnya
perilaku
dan
pengguna
tetap
di
proporsi dengan badan bus itu sendiri.
v v
dalamnya dalam hal privasi, kesesakan dan
kebisingan agar tercipta rasa aman bagi
penggunanya
Bentuk ruang dan bangunan yang diciptakan,
secara tidak langsung akan mempengaruhi
perilaku manusia di dalamnya. Begitu pula
v v
sebaliknya, dari perilaku manusia itu sendiri
dapat mempengaruhi bentuk ruang yang akan
diciptakan.

Pembahasan mengenai penerapan


psikologi Arsitektur ini dijabarkan
berdasarkan tata ruang yang disesuaikan
dengan perilaku pengguna dan persepsi
psikologi ruang, dimana tata ruang ini
memiliki fungsi dan kegiatan yang tentunya
berbeda satu dengan yang lainnya. Berikut
merupakan penerapan prinsip-prinsip
psikologi Arsitektur pada bentuk dan ruang.

1.Bentuk Umum Sehingga dari segi bentuk umum


keseluruhan fasad bangunan dapat dikatakan
Prinsip yang diterapkan dalam pemilihan sesuai dengan prinsip psikologi arsitektur
bentuk yaitu prinsip psikologi dimana bentuk serta memiliki korelasi dengan fungsi halte
bangunan sesuai dengan kebutuhan dan pola sendiri yakni sebagai transit penumpang bus
perilaku pengguna di dalamnya, selain itu sebelum pergi ke tujuan.
juga bentuk ruang dan bangunan yang
diciptakan secara tidak langsung akan 2.Tata Letak Interior
mempengaruhi perilaku manusia di dalamnya
begitu pula sebaliknya, sehingga bentuk yang Interior menjadi inti dari sebuah bangunan
dipilihpun harus bisa mencerminkan kegiatan umum di mana penggunaannya berskala
yang akan berlangsung di dalamnya dan besar—banyak objek sebagai pengguna.
cocok untuk kebutuhan ruangnya. Bentuk ruang dan bangunan yang diciptakan,
secara tidak langsung akan mempengaruhi
perilaku manusia di dalamnya. Begitu pula
sebaliknya, dari perilaku manusia itu sendiri
dapat mempengaruhi bentuk ruang yang akan
diciptakan.Dilihat dari interior halte BRT ini,
ada beberapa titik yang perlu diperhatikan.
Salah satu diantaranya adalah faktor
implementasi prinsip psikologi arsitektur
Secara tata letak interior di dalamnya hanya
diisi sepenuhnya kursi tunggu yang telah
disesuaikan dengan rute tujuan penumpang.
Tampak Depan Bentuk Dasar Halte BRT
Sayangnya, penataan letak ini terkesan
Simpang Lima
dipaksakan, sehingga aspek kesesakan dan
kebisingan dapat sangat terasa tanpa adanya
Dalam penerapannya, halte BRT penyaring sebagai fungsi untuk mengurangi
Semarang Hebat di Simpang Lima, Semarang aspek tersebut secara berlebih. Desain halte
dari segi bentuk dasar fasad bangunan terlihat yang menggunakan material kaca di bagian
melengkung saat tampak depan. Namun, saat depan dan belakang fasad, memberi rasa
melihat denah bangunan, halte ini sejatinya keterbukaan yang berlebihan. Hal ini tentu
mengambil dasara persegi panjang. Secara
NO: A024*
Seminar Arsitektur Nasional dan Lomba Karya Tulis Ilmiah 2020
“Ruang, Raga Rasa”
Universitas Kristen Petra

akan mengurangi nilai privasi dari bangunan V. KESIMPULAN


halte dan mengurangi rasa nyaman pengguna.
Prinsip psikologi Arsitektur pada
halte BRT Simpang Lima, Kota Semarang
diterapkan pada tata ruang yang ada di dalam
bangunan. Dari prinsip yang dijabarkan,
dihasilkan sebuah ide desain untuk
menyelesaikan permasalahan yang ada yaitu
kurangnya minat masyarakat untuk
menggunakan bus BRT karena kurangnya
fasilitas dan pandangan buruk mengenai halte
itu sendiri yang terkesan serius dan
membosankan serta kurangnya kenyamanan
baik secara fisik maupun psikis. Ide desain
yang terbentuk dari penerapan prinsip
psikologi Arsitektur ini memiliki tujuan
dapat memberikan pengaruh terhadap
masyarakat untuk berminat menggunakan
bus BRT dan perlahan-lahan dapat
menjadikan halte sebagai tempat berinteraksi
Tata Letak Interior yang Terkesan sosial yang nyaman dan menyenangkan.
Dipaksakan Penerapan prinsip-prinsip psikologi
Arsitektur pada desain halte bus BRT di
Semarang ini diharapkan dapat menjawab
semua persoalan dan menyelesaikannya
dengan cara yang paling efektif namun tepat
dengan tidak hanya mengutamakan
fasilitasnya saja, melainkan juga memikirkan
kenyamanan pengguna baik secara fisik
maupun psikis yang nantinya akan
berkegiatan di dalamnya, sehingga bangunan
halte bus BRT di Semarang ini tidak lagi
Fasilitas Pendukung bagi Keperluan Umum dipandang sebagai bangunan halte yang
Perlu Diperhatikan Kelayakannya membosankan dan jauh dari kesan
menyenangkan. Karena dengan terciptanya
suasana yang menyenangkan di dalam halte
bus, maka secara tidak langsung akan
meningkatkan minat masyarakat untuk
menggunakan bus BRT terutama bagi
pengguna kategori remaja hingga dewasa.
NO: A024*
Seminar Arsitektur Nasional dan Lomba Karya Tulis Ilmiah 2020
“Ruang, Raga Rasa”
Universitas Kristen Petra

VI. DAFTAR PUSTAKA

Halim, Daddy Phd. 2005. Psikologi


Arsitektur. Pengantar Kajian Lintas Disiplin.
Jakarta : Grasindo
Halte (Def. 1) (n.d). Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) Online. Diakses melalui
https://kbbi.web.id/halte, 11
Maret 2020.
Inge. Sherly Irawati, Sumaryoto,
Hardiyati. 2020. Penerapan Psikologi
Arsitektur pada Desain Ruang Baca
Perpustakaan Umum di Surakarta. Jurnal.
Surakarta : Prodi Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret
Interior (Def. 1) (n.d). Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) Online. Diakses melalui
https://kbbi.web.id/interior, 11
Maret 2020.
Putri. Dinda Nabilah, Hardiyati,
Sumaryoto.Penerapan Psikologi Arsitektur
pada Perancangan Sekolah Pendidikan
Anak Usia Dini di Surakarta. 2020. Jurnal.
Surakarta : Prodi Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret
Syah, Muhibin. 2001. Psikologi
Pendidikan dengan Pendekatan Baru.
Bandung : Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai