Anda di halaman 1dari 13

Makalah Pendidikan Pancasila

“Pancasila Sebagai Sistem Etika”

Disusun Oleh Kelompok 6:

Martogi Sitohang
Rahmat Romanudin
Sheila Hermsen
Program Studi Pendidikan Sosiologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
2021
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Pancasila Sebagai
Sistem Etika ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas Ibu Stevany Afrizal pada Mata Kuliah Pendidikan
Pancasila.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Stevany Afrizal, selaku dosen pendidikan
pancasila yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

[Serang, 07 September 2021]

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... 1

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 3

A. LATAR BELAKANG .............................................................................................. 3


B. RUMUSAN MASALAH .......................................................................................... 4
C. TUJUAN PENULISAN ............................................................................................ 4
D. MANFAAT PENULISAN ....................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 5

A. PENGERTIAN NILAI, NORMA, DAN MORAL ................................................... 5


B. HIERARKI NILAI .................................................................................................... 6
C. HUBUNGAN NILAI, NORMA DAN MORAL ...................................................... 8
D. ETIKA POLITIK ...................................................................................................... 8
E. DIMENSI POLITIK MANUSIA .............................................................................. 10

BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 11

A. KESIMPULAN ......................................................................................................... 11
B. REFLEKSI ................................................................................................................ 11
C. SARAN ..................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 12

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa karena atas Karunia dan
penyertaannya, makalah yang berjudul “Pancasila Sebagai Sistem Etika” Ini dapat terselesaikan

meskipun masih terdapat kekurangan di dalamnya. Sebagai bangsa Indonesia, kita tentu
mengetahui dasar Negara kita yang terkenal akan kesakralannya, yang terkenal dengan
semboyan “Bhineka Tunggal Ika”. Di mana simbolnya merupakan lambang keagungan bangsa
Indonesia yang terpancar Dalam bentuk Burung Garuda. Simbol di dadanya merupakan
pengamalan hidup yang Menjadikan Indonesia benar-benar khas ideologi dari bangsa Indonesia.
Itulah Lambang Negara kita, pengamalan sekaligus ideologi kita, Pancasila.
Di dalam Pancasila terkandung banyak nilai di mana dari keseluruhan nilai Tersebut
terkandung di dalam lima garis besar dalam kehidupan berbangsa Negara. Perjuangan dalam
memperebutkan kemerdekaan tak juga lepa dari nilai Pancasila. Sejak zaman penjajahan hingga
sekarang.
Indonesia hidup di dalam berbagai macam keragaman, baik itu suku, bangsa. Budaya dan
agama. Dari ke semuanya itu Indonesia berdiri dalam suatu keutuhan. Menjadi kesatuan dan
kesatuan di bawah naungan Pancasila dan semboyan Bhineka Tunggal Ika. Tidak jauh dari hal
tersebut , Pancasila membuat Indonesia tetap teguh dan Bersatu di dalam keberagaman budaya.
Dan menjadikan Pancasila sebagai dasar Kebudayaan yang menyatukan budaya satu dengan
yang lain. Karena ikatan yang satu Itulah, Pancasila menjadi inspirasi berbagai macam
kebudayaan yang ada di Indonesia.

3
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun permasalahan yang ditanyakan dalam makalah ini :
1. Apa itu nilai, norma, dan moral?
2. Apa hubungannya nilai, norma dan moral?
3. Hierarki nilai itu apa?
4. Etika politik dan nilai dalam Pancasila itu seperti apa?
5. Apa itu dimensi politik manusia?
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan di buatnya makalah ini untuk :
1. Mengetahui makna dari nilai, norma, dan moral.
2. Mengerti tentang hierarki nilai dan etika berpolitik dalam Pancasila.
3. Memahami dimensi politik manusia.
D. MANFAAT PENULISAN
Manfaat di buatnya makalah ini untuk :
1. Untuk mengetahui pengertian dari nilai, norma, dan moral
2. Bisa mengetahui bagaimana penerapan etika berpolitik dalam Pancasila
3. Menjadi lebih mengenal etika, nilai, norma, dan moral yang terkandung dalam
Pancasila
4. Meningkatkan integritas tersendiri terhadap bangsa kita dengan menjaga
keistimewaan Pancasila itu sendiri

4
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN NILAI, NORMA, DAN MORAL

1.1. Nilai (value)


Nilai adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan
manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat seseorang atau kelompok.
Nilai bersumber pada budi yang berfungsi mendorong dan mengarahkan (motivator) sikap dan
perilaku manusia.

1.2. Nilai sebagai suatu sistem


Nilai sebagai suaru sistem merupakan salah satu wujud kebudayaan di samping sistem sosial
dan karya. Pandangan para ahli tentang nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat.

A. Alport mengidentifikasikan nilai-nilai yang terdapat dalam kehidupan masyarakat dalam


enam macam, yaitu :
 Nilai teori
 Nilai ekonomi
 Nilai estetika
 Nilai sosial
 Nilai politik
 Nilai religi

B. Max Scheler, mengelompokkan nilai menjadi empat tingkatan, yaitu:


 Nilai kenikmatan
 Nilai kehidupan
 Nilai kejiwaan
 Nilai kerohanian
 Notonagoro, membedakan nilai menjadi tiga, yaitu :
 Nilai material
 Nilai vital
 Nilai kerohanian

1.3. Nilai berperan sebagai pedoman menentukan kehidupan setiap manusia. Nilai manusia
berada dalam hati nurani, kata hati dan pikiran sebagai suatu keyakinan dan kepercayaan.

1.4. Norma adalah perwujudan martabat manusia sebagai mahluk budaya, moral, religi, dan
sosial. Norma terdiri dari norma agama, norma filsafat, norma kesusilaan, norma hukum dan
norma sosial. Norma memiliki kekuatan untuk dipatuhi karena adanya sanksi. Norma-norma
yang terdapat dalam masyarakat antara lain :
 Norma agama adalah ketentuan hidup masyarakat yang ber- sumber pada agama.
 Norma kesusilaan adalah ketentuan hidup yang bersumber pada hati nurani, moral atau
filsafat hidup.
 Norma hukum adalah ketentuan-ketentuan tertulis yang berlaku dan bersumber pada UU
suatu Negara tertentu.
 Norma sosial adalah ketentuan hidup yang berlaku dalam hubungan antara manusia
dalam masyarakat.

5
1.5. Moral berasal dari kata mos (mores) yang sinonim dengan kesusilaan, kelakuan. Moral
adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut tingkah laku dan perbuatan
manusial. Moral dalam perwujudannya dapat berupa peraturan dan atau prinsip-prinsip yang
benar, baik terpuji dan mulia.

2. HIERARKHI NILAI

Adalah serangkaian nilai yang lebih tinggi dan lebih rendah di mana tatanan moral dan
ideologis kehidupan didirikan. Urutan nilai-nilai ini sangat diperdebatkan dan sulit untuk
ditentukan, karena untuk mencapai suatu kesimpulan prosesnya bersifat subyektif karena akan
tergantung pada perspektif pribadi, kelompok, pendidikan, budaya dan sosial.

Hirarki adalah struktur yang terorganisir di mana skala kepentingan atau sistem relevansi yang
lebih besar atau lebih kecil didirikan dalam lingkungan yang sama.Nilai adalah sesuatu yang
memiliki derajat kategori tersendiri, yang memengaruhi manusia yang memberi makna dan
dapat digunakan untuk memutuskan atau membenarkan.Nilai tersebut terkait erat dengan
prinsip dan perasaan yang dimiliki seseorang saat bertindak

Menurut Scheler, fenomenologi merupakan suatu sikap bukan suatu metode (prosedur) khusus
yang diikuti dalam pemikiran. Dalam sikap kita langsung berhubungan dengan realitas melalui
intuisi. Hubungan tersebut oleh Max Scheler disebut dengan pengalaman fenomenologi.

Sehubungan dengan itu, pengalaman fenomenologi memiliki jenis-jenis fakta yang digunakan,
yakni fakta natural, fakta ilmiah, dan fakta fenomenologi. Fakta natural berkaitan dengan
pengalaman inderawi dan berhubungan dengan benda-benda konkrit. Fakta ilmiah mulai
terlepas dari pengalaman inderawi dan benda konkrit dan mulai semakin abstrak. Fakta ilmiah
ini bisa jadi sebagai formula simbol yang bisa dimanupulasi dan diperhitungkan.

Sedangkan fakta fenomenologi sebagai ‘isi intuitif’ atau hakikat yang diberikan dalam
pengalaman secara langsung, tidak bergantung dari berada tidaknya dalam realitas di luar. Bagi
Max Scheler, fakta-fakta lain berhubungan dengan fakta fenomenologi.

Empat Gugusan Nilai:

 Nilai Kesenangan dan Ketidaksenangan/Nilai Kenikmatan


Nilai-nilai yang berkaitan dengan kesenangan dan ketidaksenangan. Nilai ini terdapat
dalam objek-objek yang memiliki indra. Karena indera-indera ini berbeda-beda, maka
bagi setiap individu akan memandang berbeda-beda kepada objek yang dilihat. Akan
tetapi bagi nilai-nilai yang dikandung dalam objek tetap sama. Tahapan awal ini, orang
tua Ade Sara mengalami nilai ketidaksenangan. Mereka mengalami nilai kesedihan,
nilai kecewa, dan nilai marah terhadap pelaku pembunuhan anaknya. Seperti yang
dipaparkan oleh penulis di atas, secara manusiawi orang tua Ade Sara ingin melakukan
balas dendam terhadap pelaku pembunuhan anaknya.

 Nilai Vitalitas/Nilai Kehidupan


Nilai-nilai yang berkaitan dengan vitalitas. Nilai ini tidak tergantung pada dan tidak
dapat direduksi dengan kenikmatan dan ketidaknikmatan. Contoh dari nilai vital misal
kesehatan, kelelahan, kesakitan, usia tua, dan kematian.Nilai vitalitas ini, penulis lihat
dari segi perasaan emosi subjek terhadap objek tesangka pembunuhan. Perasaan sakit
hati subjek terhadap tersangka menunjukan bahwa nilai vital juga hadir dalam

6
pengalaman ketika subjek menghadapi suatu permasalahan. Nilai kesakitan ini hadir di
dalam diri subjek ketika melihat anaknya mati dibunuh.

 Nilai Spiritual/Nilai Kerohanian


Nilai-nilai rohani atau spiritual. Nilai-nilai ini tidak tergantung pada nilai kesenangan
dan ketidaksenangan maupun nilai vital. Nilai rohani atau spritual dapat dibedakan
dalam:
1) nilai keindahan dan kejelekan, dan berbagai nilai estetis lainnya;
2) nilai keadilan dan ketidakadilan;
3) nilai “pengetahuan murni tentang kebenaran

 Nilai Kejiwaan
Dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai kejiwaan,yang sama sekali tidak tergantung dari
keaadan jasmani maupun lingkungan. Nilai-nilai semacam ini ialah keindahan,
kebenaran, dan pengetahuan murni yang di capai dalam filsafat.

Menurut Walter G. Everett Nilai dibagi menjadi 5 yaitu :


 Nilai ekonomi berhubungan dengan sistem ekonomi
 Nilai rekreasi nilai yang memberikan kesegaran jasmani dan rohani
 Nilai perserikatan nilai yang meliputi persahabatan sampai ke tingkatinternasional
 Nilai kejasmanian nilai yang meliputi pengetahuan dan pencariankebenaran)
 Nilai watak Nilai yang meliputi seluruh tantangan serta kesalahanpribadi dan sosial,
kesukaan pada kebenaran, dan kesedihan mengontrol diri.

Macam-Macam Nilai Menurut Prof. Notonegoro

Menurut Notonegoro, nilai dibedakan menjadi tiga macam, yaitu nilai material, nilai vital, dan
nilai kerohanian.
 Nilai material adalah segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia atau
kebutuhan ragawi manusia.
 Nilai vital adalah segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan
kegiatan atau aktivitas.
 Nilai kerohanian adalah segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.

Nilai kerohanian meliputi


1) Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta) manusia;
2) Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan manusia;
3) Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak (karsa) manusia;
4) Nilai religius (agama) yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak yang bersumber
pada kepercayaan atau keyakinan manusia.

Menurut pemikiran dari Prof.Notonagoro, pancasila ini memberikan pengetahuan dan


pengertian ilmiah yaitu tentang hakikat pancasila. Secara Ontologi, kajian pancasila sebagai
filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui hakikat dasar sila-sila pancasila.
“Analisis Tekstual dan Kontekstual” disebutkan bahwa etika hidup bersama ini tertuang dalam
Pancasila, yang telah menetapkan dasar-dasar azasi bagi warga dan bangsa Indonesia dan juga
menetapkan sikap batin bagi negara dan bangsa. Pancasila merupakan azas pandangan hidup.
Pancasila akan terus ada di dalam jiwa dan raga bangsa Indonesia ini. Nilai-nilai pancasila yang
saling berkaitan menyatakan bahwa hidup harus seimbang yaitu manusia sebagai makhluk yang
bersosial dan individu, serta kedudukan kodrat sebagai makhluk Tuhan YME. Dan hakekat
Pancasila adalah manusia. Karena merupakan pendukung pokok sila-sila dalam pancasila. Serta
7
pancasila sebagai dasar filsafat Negara memiliki lima sila yang merupakan persatuan dan
kesatuan.
3. HUBUNGAN NILAI, NORMA DAN MORAL

Hubungan nilai, norma dan moral langsung maupun tidak langsung memiliki hubungan yang
cukup erat, karena masing-masing akan menentukan etika bangsa ini. Hubungan antarnya dapat
diringkas sebagai berikut:

 Nilai kualitas dari suatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia (lahir dan batin).
 Nilai bersifat abstrak hanya dapat dipahami, dipikirkan, dimengerti dan dihayati oleh
manusia.
 Nilai berkaitan dengan harapan, cita-cita, keinginan, dan segala sesuatu pertimbangan
batiniah manusia
 Nilai dapat juga bersifat subyektif bila diberikan olehs ubyek, dan bersifat obyektif bila
melekat pada sesuatu yang terlepasd arti penilaian manusia

Norma wujud konkrit dari nilai, yang menuntun sikap dan tingkah laku manusia.Norma
hukum merupakan norma yang paling kuat keberlakuannya, karena dapat dipaksakan oleh suatu
kekuasaan eksternal, misalnya penguasa atau penegak hukum. Nilai dan norma senantiasa
berkaitan dengan moral dan etika. Makna moral yang terkandung dalam kepribadian seseorang
akan tercermin pada sikap dan -tingkah lakunya.

Norma menjadi penuntun sikap dan tingkah laku manusia. Moral dan etika sangat erat
hubungannya. Keterkaitan nilai, norma dan moral merupakan suatu kenyataan yang seharusnya
tetapterpelihara di setiap waktu pada hidup dan kehidupan manusia. Keterkaitan itu mutlak di
garis bawahi bila seorang individu, masyarakat, bangsa dan negara menghendaki pondasi yang
kuat tumbuh dan berkembang.

Sebagaimana tersebut di atas maka nilai akan berguna menuntun sikap dan tingkah laku
manusia bila dikonkritkan dan diformulakan menjadi lebih obyektif sehingga memudahkan
manusia untuk menjabarkannya dalam aktivitas sehari-hari. Dalam kaitannya dengan moral
maka aktivitas turunan dari nilai dan norma akan memperoleh integritas dan martabat manusia.

Derajat kepribadian itu amat ditentukan oleh moralitas yang mengawalnya. Sementara itu,
hubungan antara moral dan etika kadang-kadang atau seringkali disejajarkan arti dan maknanya.
Namun demikian, etika dalam pengertiannya tidak berwenang menentukan apa yang boleh dan
tidak boleh dilakukan seseorang. Wewenang itu dipandang berada di tangan pihak yang
memberikan ajaran moral.

4. ETIKA POLITIK

Etika politik adalah filsafat moral tentang dimensi politis kehidupan manusia, maka
etika politik berarti suatu standar nilai yang disarikan dari nilai-nilai kemanusiaan untuk
dijadikan sebagai kerangka acuan teoritik dalam mempersoalkan dan menjelaskan legitimasi
politik serta budaya politik masyarakat. Dengan demikian etika politik mempertanyakan
tanggungjawab dan kewajiban manusia sebagai manuisa, dan bukan hanya sebagai warga
terhadap negara, hukum yang berlaku dan sebagainya. Seperti yang kita pahami, persoalan
terkait etika berhubungan dengan masalah nilai. Adapun postulat mengenai nilai Ilmu Filsafat
Pancasila ialah hakikat manusia Pancasila. Oleh sebab itulah rumus dari keseluruhan rangkaian
kesatuan sila dalam Pancasila yang bersinggungan dengan etika Politik Pancasila diawali dari
sila kedua; Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
8
Untuk menguraikan rumus tersebut ke dalam penjelasan yang lebih terang, maka pemahaman
akan etika politik Pancasila mesti disesuaikan dengan kebutuhannya. Dengan kata lain, setiap
sila dalam Pancasila harus diuraikan dengan pengertian-pengertian yang umum ke dalam
pengertian yang khusus. Beriringan dengan hal tersebut, yang harus diingat adalah setiap
pemahaman mengenai sila-sila dalam Pancasila dikualifikasi oleh keempat sila yang lain.

Nilai-nilai Etika dalam Pancasila


Seperti yang kita pahami, etika tentunya membantu manusia dalam hal penentuan mengenai
tindakan yang perlu dilakukan dan apa alasannya hal tersebut harus dilakukan. Pancasila
sebagai dasar negara merupakan etika bagi bangsa Indonesia dalam menjalankan kehidupan
berbangsa dan bernegara. Sedangkan nilai-nilai etika yang dapat kita temukan dalam Pancasila
dimanifestasikan dalam bentuk tatanan seperti berikut:
 Tatanan bermasyarakat memiliki nilai-nilai dasar seperti pelarangan akan eksploitasi
sesama manusia. Semua orang wajib untuk berperikemanusiaan dan juga berkeadilan
sosial.
 Tatanan bernegara memiliki nilai-nilai dasar merdeka, berdaulat, bersatu, adil dan
makmur.
 Tatanan luar negeri memiliki nilai ketertiban dunia, perdamaian abadi, kemerdekaan,
dan keadilan sosial.
 Tatanan pemerintah daerah dengan nilai-nilai permusyawaratan yang mengakui asal-
usul atau latar belakang keistimewaan daerah.
 Tatanan hidup beragama dengan kebebasan beribadah sesuai dengan keyakinan masing-
masing.
 Tatanan bela negara, hak dan kewajiban warga negara untuk membela negara.
 Tatanan pendidikan, dengan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa.
 Tatanan berserikat, berkumpul dan menyatakan pendapat.
 Tatanan hukum dan keikutsertaan dalam pemerintahan, dan
 Tatanan kesejahteraan sosial dengan nilai dasar kemakmuran bagi seluruh masyarakat.

Contoh penerapan etika politik Pancasila


Contoh kasusnya dapat kita temukan dalam kegiatan kampanye yang (harusnya) sesuai dengan
etika Pancasila. Dalam kampanye, orang-orang dapat menjalankan dengan caranya, akan tetapi
harus tetap dengan memegang prinsip sebagai berikut:

 Berkampanye dengan tetap mengusung nilai-nilai kemanusiaan, contohnya dengan tetap


menjaga keamanan pihak lain, tidak merugikan orang lain, dan menjaga hubungan baik
dengan sesama agar tetap harmonis, sehingga bentrokan tidak akan pernah terjadi. Hal
ini berdasarkan pada sila ke-3.
 Peraturan dalam kegiatan berkampanye harus dipatuhi, sebab dengan menaati ketentuan
berarti memberi keselamatan bagi diri kita semua. Hal tersebut berdasarkan pada sila ke-
4.
 Pemilu dan kampanye memiliki tujuan akhir kemakmuran dan kesejahteraan hidup
bersama. Oleh sebab itu, sebaiknya hindari hal-hal yang menjadi penghambat usaha-
usaha menuju kesejahteraan bersama. Langkah tersebut berdasarkan sila ke-5.
 Dengan menyadari bahwa semua perbuatan yang tidak baik dengan mengatasnamakan
Pemilu atau kampanye tidak akan lepas dari pengawasan Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini
didasarkan pada sila ke-1.

9
Permasalahan inti politik tentu saja tidak terbatas pada masalah kekuasaan. Namun, politik ialah
tentang seperangkat keyakinan dalam kehidupan bermasyarakat, juga berbangsa dan bernegara
yang diperjuangkan oleh orang-orang yang meyakininya. Demikian adalah pengertian “politik”
secara ilmiah. Adapun pengertian “politik” secara non-ilmiah yaitu yang memiliki prinsip
perjuangan demi memenangkan kekuasaan. Bahkan cenderung mengabaikan nilai kemanusiaan,
sehingga menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.

5. DIMENSI POLITIK MANUSIA

1. Manusia Sebagai Makhluk Individu-Sosial

Berbagai paham antropologi filsafat memandang hakikat sifat kodrat manusia, dari kacamata
yang berbeda-beda. Paham individualis yang merupakan bakal paham liberalisme, memandang
manusia sebagai makhluk individu yang bebas, konsekuansinya dalam setiap kehidupan
masyarakat, bangsa, maupun Negara dasar merupakan dasar politik Negara.

Segala hak dan kewajiban dalam kehidupan bersama senantiasa diukur berdasarkan kepentingan
dan tujuan berdasarkan paradigma sifat kodrat manusia sebagai individu. Sebaliknya kalangan
kolektivitisme yang merupakan cikal bakal sosialisme dan komunisme memandang sifat
manusia sebagai manusia sosial. Individu menurut paham kolektivitisme dipandang sebagai
sarana masyarakat. Oleh karena itu, konsekuansinya adalah segala aspek dalam realitas
kehidupan masyarakat, bangsa, dan, Negara paham kolektivitas mendasarkan kepada sifat
kodrat manusia sebagai makhluk sosial. Segala hak dan kewajiban, baik moral maupun hukum,
dalam hubungan masyarakat, bangsa dan Negara diukur berdasarkan filsofi manusia sebagai
makhluk sosial.

2. Dimensi Politis Kehidupan Manusia

Dalam kerangka dimensi-dimensi kesosialan manusia itu dimensi politis mencakup lingkaran
kelembagaan hukum dan negara dan sistem-sistem nilai dan ideologi-ideologi yang
memberikan legistimasi kepadanya.
Dimensi politis manusia adalah dimensi masyarakat sebagai keseluruhan. Jadi yang menjadi ciri
khas suatu pendekatan yang disebut politis adalah bahwa pendekatan itu terjadi dalam kerangka
acuan yang berorientasi pada masyarakat sebagai keseluruhan. Sebuah keputusan bersifat politis
apabila diambil dengan memperhatikan kepentingan masyarakat sebagai keseluruhan.
Dimensi politis ini sendiri mempunyai dua segi fundamental yang saling melengkapkan, sesuai
dengan dua kemampuan fundamental manusia. Manusia adalah makhluk yang tahu dan mau,
yang disatu pihak memerlukan orientasi, dilain pihak berdasarkan orientasi itu mengambil
tindakan. Dua kemampuan fundamental manusia adalah pengertian dan kehendak untuk
bertindak. Struktur ganda itu, tahu dan mau, dapat kita amati dalam semua bidang kehidupan
manusia.

10
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Simpulan dari hasil pembelajaran penulis selama penyusunan karya ilmiah ini, penulis dapat
menarik kesimpulan sebagai berikut:

Pendukung dari Pancasila sebagai sistem etika adalah Pancasila memegang peranan dalam
perwujudan sebuah sistem etika yang baik di negara ini. Di setiap saat dan dimana saja kita
berada kita diwajibkan untuk beretika disetiap tingkah laku kita. Seperti yang tercantum di sila
ke dua pada Pancasila, yaitu “Kemanusian yang adil dan beradab” sehingga tidak dapat
dipungkiri bahwa kehadiran pancasila dalam membangun etika bangsa ini sangat berandil besar.
Dengan menjiwai butir-butir Pancasila masyarakat dapat bersikap sesuai etika baik yang
berlaku dalam masyarakat maupun bangsa dan negara.

REFLEKSI

Melalui penerapan aturan dan hukuman, pengungkapan kasus kenakalan remaja, mengetahui
penyebab remaja melakukan tindakan kenakalan remaja dan adanya pendidikan pancasila
diharapkan dapat meminimalisir dan menangkal kasus kenakalan remaja. Selain itu pendidikan
pancasila diharapkan mampu menghadirkan karakter generasi muda yang tidak hanya cerdas
namun juga berkarakter, dan peduli terhadap kemajuan Indonesia.

SARAN

Indonesia sebagai masyarakat yang warganya menganut ideologi pancasila sudah seharusnya
menjadikan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila sebagai dasar dan pijakan serta nilai-
nilai Pancasila senantiasa harus diamalkan dalam setiap kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Agar tercipta persatuan dan kesatuan antar warga Indonesia. Etika, norma, nilai
dan moral harus senantiasa diterapkan dalam bersikap dan berperilaku dalam kehidupan sehari-
hari, sehingga terwujud perilaku yang sesuai dengan adat, budaya dan karakter bangsa
Indonesia.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://martilahpuvi.blogspot.com/2016/03/pengertian-etika-norma-nilai-dan-moral.html?m=1
Senin, 6 September 2021, pukul 14.45 WIB

https://www.qureta.com/post/position-of-forgiveness-value
Senin, 6 September 2021, pukul 14.55 WIB

https://apa-itu.net/tanya/jelaskan-klasifikasi-nilai-sosial-menurut-walter-g-everett/
Senin, 6 September 2021, pukul 14.55 WIB

https://www.abimuda.com/macam-macam-nilai-sosial-menurut-prof-dr-notonegoro-walter/
Senin, 6 September 2021, pukul 15.00 WIB

https://duniapendidikan.co.id/etika-politik/
Senin, 6 September 2021, pukul 15.05 WIB

http://ratusyifab.blogspot.com/2017/12/dimensi-politik-manusia.html?m=1
Senin, 6 September 2021, pukul 15.15

12

Anda mungkin juga menyukai