Anda di halaman 1dari 8

BAGAIMANA PANCASILA MENJADI DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Oleh : Kelompok 12

Iyan Abdillah | Ridho Ardhana | Yolanda Syifa Cendikia

Pancasila sebagai dasar negara berarti setiap sendi-sendi ketatanegaraan pada Negara
Republik Indonesia harus berlandaskan nilai-nilai Pancasila. Artinya hal tersebut, Pancasila
harus senantiasa menjadi ruh atau spirit yang menjiwai kegiatan membentuk negara seperti
kegiatan mengamandemen UUD dan menjiwai segala urusan penyelenggaraan negara.
Kosakata “Dasar” dapat diartikan sebagai landasan atau fondasi yang berada di lapisan paling
bawah. Dalam konteks Indonesia, para founding father kita telah menyepakati bahwa dasar
negara yang dipakai adalah Pancasila. Pancasila sebagai Dasar negara sebagaimana
tercantum dalam UUD 1945 memuat esensi seperti ketuhanan, kemanusiaan, kerakyatan, dan
keadilan sosial

Pancasila sebagai dasar negara sering juga disebut falsafah bangsa. Dalam hal ini,
Pancasila digunakan sebagai dasar mengatur pmerintahan negara atau dengan kata lain
Pancasila digunakan sebagai dasar utuk mengatur Penyelenggaraan negara. Kedudukan dan
fungsi pokok Pancasila sebagai dasar negara adalah pengertian Pancasila yang bersifat
yudiris-ketatanegaraan itu. Pancasila sebagai dasar negara memiiki konsekuensi
dijabarkannya nilai-nilai Pancasila sebagai norma Hukum di Indonesia. Dengan kata lain,
Pancasila berimplikasi sebagai sumber Hukum di Indonesia

Dalam Tulisan Mahfud MD (2007) menyatakan Pancasila sebagai dasar negara


melahirkan kaidah-kaidah penuntunn Hukum. Ada empat kaidah penuntun hukum yang
mengalir dari Pancasila.

1. Hukum Indonesia yang dibuat haruslah bertujuan membangun dan menjamin integrasi
negara dan bangsa Indonesia
2. Hukum Indonesia yang dibuat haruslah berdasarkan demokrasi dan nomokrasi
3. Hukum Indonesia yang dibuat haruslah ditujukan untuk membagun keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia
4. Hukum Indonesia yang dibuat haruslah berdasarkan pada toleransi beragama yang
berkeadaban
Konsep Negara

Menurut Diponolo (1975: 23-25) Negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang
berdaulat dengan tata pemerintahan melaksanakan tata tertib atas suatu rakyat/umat di suatu
daerah tertentu. Diponolo menyimpulkan 3 (tiga) unsur yang menjadi syarat mutlak bagi
adanya Negara yaitu:

a. Unsur tempat, atau daerah, wilayah atau territoir

b. Unsur manusia, atau umat (baca: masyarakat), rakyat atau bangsa

c. Unsur organisasi, atau tata kerjasama, atau tata pemerintahan.

Dari berbagai definisi para tokoh dan Ahli disimpulkan bahwa “Negara adalah organisasi
dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah, serta ditaati oleh
Rakyatnya”

Tujuan Negara

Secara teoritis, Diponolo (1975: 112-156) menggambarkan intisari 5 teori tujuan Negara,
yang disarikan sebagai berikut:

 Kesejahteraan dan kebahagiaan hidup


 Kemerdekaan
 Kekuatan, kekuasaan, dan kebesaran/keagungan
 Kepastian hidup, keamanan dan ketertiban
 Keadilan

Jalan yang ditempuh untuk mewujudkan tujuan tersebut kalua disederhanakan dapat
digolongkan kedalam 2 aliran , yaitu:

a. Aliran liberal individualis : Aliran ini berpendapat bahwa kesejahteraan dan


kebahagiaan harus dicapai dengan politik dan system ekonomi liberal melalui
persaingan bebas.
b. Aliran kolektivis atau sosialis : Aliran ini berpandangan bahwa kesejahteraan dan
kebahagiaan manusia hanya dapat diwujudkan melalui politik dan system ekonomi
terpimpin/totaliter.

Tujuan negara republik Indonesia apabila disederhanakan dapat dibagi 2 (dua), yaitu
mewujudkan kesejahteraan umum dan menjamin keamanan seluruh bangsa dan seluruh
wilayah negara. Oleh karena itu, pendekatan dalam mewujudkan tujuan negara tersebut dapat
dilakukan dengan dua pendekatan yaitu:

 Pendekatan kesejahteraan (prosperity approach)


 Pendekatan keamanan (security approach)

Konsep Dasar Negara

Secara etimologis, istilah dasar negara maknanya identik dengan istilah grundnom
(norma dasar), rechtsidee (cita hukum), staatsidee (cita Negara), philosophische grondslag
(dasar filsafat Negara). Secara terminologis atau secara istilah, dasar negara dapat diartikan
sebagai landasan dan sumber dalam membentuk dan menyelenggarakan negara.

Hans Nawiasky menjelaskan bahwa dalam suatu negara yang merupakan kesatuan
tatanan hokum, terdapat suatu kaidah tertinggi, yang kedudukannya lebih tinggi daripada
Undang-Undang Dasar. Kaidah tertinggi dalam tatanan kesatuan hukum dalam negara
disebut staatsfundamentalnorm, yang untuk Indonesia berupa Pancasila.

Dalam karyanya yang berjudul Nomoi (The Law), Plato Yusuf berpendapat bahwa
“suatu negara sebaiknya berdasarkan atas hukum dalam segala hal." Senada dengan Plato,
Aristoteles memberikan pandangannya, bahwa "suatu negara yang baik adalah negara yang
diperintahkan oleh konstitusi dan kedaulatan hukum".

Dengan demikian, dasar negara merupakan suatu norma dasar dalam penyelenggaraan
bernegara yang menjadi sumber dari segala sumber hukum sekaligus sebagai cita hu kum
(rechtsidee), baik tertulis maupun tidak tertulis dalam suatu negara.
Urgensi Pancasila Sebagai Dasar Negara

Dalam pidato 1 juni 1945, Soekarno menyebut dasar negara dengan menggunakan
bahasa Belanda, philosophische grondslag bagi indonesia merdeka philosophische
grondslag itulah fundamen, filsafat, pikiran yang sedalam dalamnya, jiwa hasrat yang
sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia merdeka. Soekarno juga
menyebut dasar negara dengan istilah 'well tanschauung' atau pandangan hidup

Untuk memahami urgensi pancasila sebagai dasar Negara, dapatmenggunakan 2 (dua)


pendekatan vaitu institusional (kelembagaan) dan human resources (personal/sumber daya
manusia) Pendekatan institusional yaitu membentuk dan menyelenggara negara yang
bersumber pada nilai-nilai pancasila sehingga negara indonesia memenuhi unsur-unsur
sebagai negara modern, yang menjamin terwujudnya tujuan negara atau terpenuhinya
kepentingan nasional (national interest), yang bermuara pada terwujudnya masyarakat adil
dan makmur.

Sementara, human resources terletak pada dua aspek yaitu orang-orang yang
memegang jabatan dalam pemerintahan (aparatur Negara) yang melaksanakan nilai-nilai
pancasila secara murni dan konsekuensi di dalam pemenuhan tugas dan tanggung jawabnya
sehingga formulasi kebijakan negara akan menghasilkan kebijakan yang mengejawantahkan
kepentingan rakyat.

Pancasila sebagai dasar negara mengandung makna bahwa nilai-nilai Pancasila harus
menjadi landasan dan pedoman dalam membentuk dan menyelenggarakan Negara, termasuk
menjadi sumber dan pedoman dalam pembentukan peraturan perundang-undangan.

Selanjutnya Nurwardani, dkk. (2016 112) menjelaskan bahwa urgensi Pancasila


sebagai dasar negara, yaitu: 1) agar para pejabat publik dalam menyelenggarakan negara
tidak kehilangan arah, dan 2) agar partisipasi aktif seluruh warga negara dalam proses
pembangunan dalam berbagai bidang kehidupan bangsa dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila.

Hubungan Antara Proklamasi Dengan Pembukaan UUD 1945

Perlu kita ketahui bahwa pembukaan UUD 1945 dan Proklamasi termasuk dua dokumen
yang sangat penting bagi bangsa Indonesia. Keduanya tidak hanya sebagai sesama dokumen
penting saja, namun juga ada hubungan yang sangat erat diantara keduanya.
Di dalam pembukaan UUD 1945 pada alinea ke-3 terdapat pernyataan kemerdekaan yang
dinyatakan oleh Indonesia, maka dapat ditentukan letak dan sifat hubungan antara Proklamasi
Kemerdekaan dengan Pembukaan UUD 1945, yaitu:

1. Pernyataan kemerdekaan dalam bagian ke-3 Pembukaan menunjukkan bahwa antara


proklamasi dengan Pembukaan UUD 1945 merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat
dipisahkan.
2. Ditetapkannya Pembukaan pada 18 Agustus 1945 bersamaan dengan UUD, dengan
Presiden dan Wakil presiden merupakan realisasi bagian kedua proklamasi.
3. Pembukaan hakikatnya merupakan pernyataan kemerdekaan yang lebih rinci dari adanya
cita-cita luhur yang menjadi semangat pendorong ditegakkannya kemerdekaan, dalam
bentuk negara Indonesia dengan berdasarkan Pancasila.
4. Hubungan Pembukaan UUD 1945 dan Proklamasi, yaitu; memberikan penjelasan dan
penegasan terhadap dilaksanakannya Proklamasi pada 17 Agustus 1945, dan memberikan
pertanggungjawaban terhadap dilaksanakannya Proklamasi 17 Agustus 1945
(Kaelan,1993: 62-65).

Hubungan Antara Pancasila Dengan PEMBUKAAN UUD 1945

Hubungan Pancasila dengan pembukaan UUD 1945 dapat dipahami sebagai hubungan
yang bersifat formal dan material. Dalam hubungannya yang bersifat formal antara Pancasila
dengan pembukaan UUD dapat ditegaskan bahwa rumusan pancasila sebagai dasar Negara
adalah sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Menurut kaelan
(2000: 91), Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok kaidah Negara yang Fundamental
sehingga mempunyai dua macam kedudukan terhadap tertib hukum Indonesia, yaitu:

1. Sebagai dasarnya, karena pembukaan itulah yang memberikan faktor-faktor multak


bagi adanya tertib hukum Indoensia, dan
2. Memasukkan dirinya didalam tertib hukum tersebut sebagai tertib hukum tertinggi.

Kemudian hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945 secara material ialah
merujuk pada materi pokok atau isi pembukaan yang tidak lain ialah Pancasila. Oleh karena
itu kandungan material pembukaan UUD yang demikian maka pembukaan UUD 1945 dapat
disebut sebagai pokok kaidah Negara yang Fundamental, sebagaimana yang dinyatakan
Notegoro (tt: 40), esensi atau inti sari Pokok Kaidah Negara yang Fundamental secara
material tidak lain adalah Pancasila.

Dalam pandangan lain, Notonegoro juga menyimpulkan bahwa hubungan antara Pancasila
dengan pembukaan UUD 1945, antara lain:

1. Pembukaan UUD 1945 memenuhi syarat unsur mutlak sebagai staatsfundamentalnorm.


2. Pancasila merupakan asa kerohanian dari Pembukaan UUD 1945 sebagai
staatsfundamentalnorm.

Penjabaran Pancasila Dalam Pasal-Pasal UUD 1945

1. Pancasila merupakan asas kerohanian dari Pembukaan UUD 1945 sebagai


staatsfundamentalnorm.
2. Pembukaan UUD 1945 di kristalisasikan dalam wujud Pokok-pokok pikiran yang
terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar.
3. Pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 terjelma dalam
pasal-pasal UUD 1945.

Untuk mengimplementasikan nilai-nilai dasar Pancasila dalam kehidupan praksis bernegara,


diperlukan nilai-nilai instrumental yang berfungsi sebagai alat untuk mewujudkan nilai dasar.

Implementasi Pancasila Dalam Pembuatan Kebijakan Negara, Khususnya Dalam


Bidang Politik, Ekonomi, Sosial Budaya, Dan Hankam

Bidang Politik

Beberapa konsep dasar implementasi nilai-nilai Pancasila dalam bidang politik, dapat
dikemukakan sebagai berikut:

a. Sektor Suprastruktur politik

Adapun yang dimaksud suprastruktur politik adalah semua lembaga-lembaga


pemerintah sebagai legislatif, eksekutif, yudikatif, dan lembaga pemerintah lainnya
baik di pusat maupun di daerah.

b. Sektor Masyarakat
Pada uraian terdahulu, telah dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan infrastruktur
politik, yaitu lembaga-lembaga sosial politik, seperti organisasi kemasyarakatan,
partai politik, dan media massa. Dalam sistem politik infrastruktur politik tersebut
berfungsi memberikan masukan kepada suprastruktur politik dalam menghasilkan
kebijakan publik yang menyangkut kepentingan umum.

Bidang Ekonomi

Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dalam bidang ekonomi mengidealisasikan


terwujudnya keadaliasan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, keselarasan, keserasian, dan
keseimbangan peran perorangan, perusahaan swasta dan badan udaha milik negara.

Bidang Sosial Budaya

Strategi yang harus dilaksanakan pemerintah dalam memperkokoh kesatuan dan


persatuan melalui pembangunan sosial budaya, ditentukan dalam pasal 31 ayat (5) dan pasal
32 ayat (1) dan ayat (2) UUD 1945. Kemudian nilai-niali instrumental Pancasila dalam
memperkokoh keutuhan atau integrasi nasional sebagaimana dikemukakan oleh Selo
Soemarjan dalam Oesman dan Alfian (1993:172) bahwa kebudayaan suatu masyarakat dapat
berkembang.

Bidang Hankam

Prinsip-prinsip yang merupakan nilai instrumental Pancasila dalam bidang pertahanan


keamanan sebagaimana terkandung dalam pasal 30 UUD 1945 dapat dikemukakan sebagai
berikut:

1. Kedudukan warga negara dalam pertahanan keamanan.


2. Berdasarkan pasal 30 ayat (1) UUD 1945, “Tiap-tiap warga berhak dan wajib ikut
serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara titik.”
3. Sistem pertahanan dan keamanan. Adapun sistem pertahanan dan keamanan yang
dianut adalah sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta yang lazim disingkat
Sishankamrata.
Pancasila sebagai dasar negara berarti setiap sendi-sendi ketatanegaraan pada negara
Republik Indonesia harus berlandaskan dan/atau harus sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Hal tersebut bermakna, antara lain bahwa, Pancasila harus senantiasa menjadi ruh atau spirit
yang menjiwai kegiatan membentuk negara seperti kegiatan mengamandemen UUD dan
menjiwai segala urusan penyelenggaraan negara.

Urgensi Pancasila sebagai dasar negara, yaitu: 1) agar para pejabat publik dalam
menyelenggarakan negara tidak kehilangan arah, dan 2) agar partisipasi aktif seluruh warga
negara dalam proses pembangunan dalam berbagai bidang kehidupan bangsa dijiwai oleh
nilai-nilai Pancasila. Dengan demikian, pada gilirannya nanti cita-cita dan tujuan negara
dapat diwujudkan sehingga secara bertahap dapat diwujudkan masyarakat yang makmur
dalam keadilan dan masyarakat yang adil dalam kemakmuran

DAFTAR PUSTAKA

Tim Penyusun. 2016. Buku ajar mata kuliah umum Pendidikan Pancasila. Jakarta:
Ristekdikti

Halking. 2020. Panuan Pembelajaran Mata Kuliah Pendiidkan Pancasila. Medan: Unimed

Anda mungkin juga menyukai