ISOLASI SOSIAL
DI SUSUN OLEH :
NIM : 433131440118006
2020
A. Masalah utama
Isolasi sosial
2. Rentang respons
Respon adaptif Respon maladaptif
Berikut ini akan dijelaskan tentang respons yang terjadi pada isolasi sosial
Respons adaptif
Respon adaptif adalah respons yang masih dapat diterima oleh norma-norma
sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku. Dengan kata lain individu
tersebut masih dalam batas norma ketika menyelesaikan masalah. Berikut ini
adalah sikap yang termasuk respons adaptif.
Sikap adaptif yang termasuk repons adaptif :
a) Menyendiri, respons yang dibuthkan untuk seseorang untuk merenungkan
apa yang telah terjadi dilingkungan sosialnya
b) Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide,
pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial
c) Bekerjasama, kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama
lain
d) Interdependen, saling ketergantungan antara individu dengan orang lain
dalam membina hubungan interpersonal
Respons maladaptif
Respons maladaptive adalah respons yang menyimpang dari norma sosial dan
kehidupan disuatu tempat. Berikutini adalah perilaku yang termasuk respon
maladaptif.
a) Menarik diri, seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina
hubungan secara terbuka dengan orang lain
b) Ketergantungan, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri
sehingga bergantung dengan orang lain
c) Manipulasi, seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek
individu sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam
d) Curiga, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain
3. Faktor predisposisi
Faktor tumbuh kembang
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang
harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Bila tugas-
tugas dalam perkembangan ini tidak terpenuhi maka akan menghambat fase
perkembangan sosial yang nantinya akan dapat menimbulkan masalah.
Faktor biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya
gangguan dalam hubungan sosial orang tubuh yang dapat memengaruhi
terjadinya gangguan hubungan sosial adalah otak, misalnya pada pasien
scizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan sosial memiliki struktur
yang abnormal pada otak seperti atropi otak, serta perubahan ukuran dan
bentuk sel-sel dalam limbic dan daerah kortikal.
4. Faktor presipitasi
Terjadinya gangguan hubungan sosial juga dapat ditimbulkan oleh faktor internal dan
eksternal seseorang. Faktor stressor presipitasi dapat dikelompokan sebagai berikut.
Faktor internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress yang terjadi akibat ansietas
yang berkepanjangna dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan
individu untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk
berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhinya kebutuhan individu.
Faktor eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang ditimbulkan oleh
faktor sosial budaya seperti keluarga
6. Mekanisme koping
Menurut Stuart (2007, hlm.201) individu yang mengalami respon sosial maladaptive
menggunakan berbagai mekanisme dalam upaya mengatasi ansietas. Mekasime
tersebut berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik yaitu sebagai
berikut.
a) Proyeksi merupakan keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi
kepada orang lain karena kesalahan sendiri (Rasmun, 2004. Hlm.35)
b) Isolasi merupakan prilaku yang menunjukkan pengasingan diri dari lingkungan
dan orang lain (Rasmun, 2004. Hlm.31)
c) Spiliting atau memisah merupakan kegagalan individu dalam menginterpretasikan
dirinya dalam menilai baik buruk (Rasmun, 2001. Hlm.31)
7. Sumber koping
Menurut Stuart (2007, hlm. 280) sumber koping yang berhubungan dengan respons
sosial maladaptive adalah sebagai berikut.
a) Keterlibatan dengan hubungan keluarga yang luas dan teman
b) Hubungan dengan hewan peliharaan yaitu dengan mencurahkan perhatian pada
hewan peliharaan
c) Penggunaan kreativitas untuk mengekspresikan stress interpersonal (misalnya :
kesenian, music atau tulisan)
Menurut Stuart dan Laraia (2005, hlm. 432) terkadang ada beberapa orang yang
ketika ada masalah mereka mendapat dukungan dari keluarganya dan teman yang
membantunya dalam mencari jalan keluar, tetapi ada juga sebagian orang yang
memiliki masalah, tetapi menghadapinya dengan sendiri dan tidak mau
menceritakan kepada siapapun, termasuk keluarga dan temannya.
8. Pohon masalah
Objektif :
- Kurang spontan
- Apatis
- Ekspresi wajah kurang berseri
- Tidak merawat diri dan tidak mebersihkan diri
- Tidak ada atau kurang komunikasi verbal
- Mengisolasi diri
- Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
- Asupan minuman dan makanan terganggu
- Retensi urine dan feses
- Aktivitas menurun
- Kurang berenergi atau bertenaga
- Rendah diri
- Postur tubuh berubah misalnya sikap fetus/Janin (khususnya pada posisi tidur)
Fase kerja
“Ibu”, kalau boleh saya tau orang yang paling dekat dengan ibu siapa?
Menurut ibu apa keuntungann berinteraksi dengan orang lain dan kerugian
tidak berinteraksi dengan orang lain? Kalau ibu tidak tahu saya akan
memberitahukan keuntungan dari berinteraksi dengan orang lain yaitu bapak
punya banyak teman, saling menolong, saling bercerita, dan tidak selalu
sendirian. Sekarang saya akan mengajarkan ibu berkenalan. Bagus... ibu dapat
mempraktekkan apa yang saya ajarkan tadi.. bagaiman kalau kegiatan
berbincang-bincang dengan orang lain di masukkan kedalam jadwal kegiatan
harian?
Fase Terminasi
1. Evaluasi
Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang tadi?”
Evaluasi Objektif
“coba ibu ceritakan kembali keuntungan berinteraksi dan kerugian
tidak berinteraksi dengan orang lain?”
2. Tindak Lanjut
“tadi saya sudah menjelaskan keuntungan dan kerugian tidak berinteraksi
dengan orang lain dan cara berkenalan yang benar. Saya harap ibu dapat
mencobanya bagaimana berinteraksi dengan orang lain!“
2. Fase kerja
“sebelum kita berkenalan dengan orang lain, coba ibu perlihatkan kepada saya
bagaimana cara berkenalan dengan orang lain? Hebat... ibu dapat melakukannya
dengan baik... sekarang, mari kita melakukannya dengan satu orang yang ibu belum
kenal!! Bagus... ibu dapat mempraktekkan dengan baik dan sesuai dengan apa yang
saya ajarkan.. bagaimana kalau kegiatan berkenalan dengan orang lain yang baru
dikenal di masukkan kedalam jadwal kegiatan harian?
3. Fase Terminasi
Evaluasi
a) Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang tadi?
Siapa nama orang yang ibu ajak berkenalan tadi?”
b) Evaluasi Objektif
“klien terlihat berkenalan dengan orang yang baru di kenalnya sebanyak 1
orang”
Tindak Lanjut
“ibu saat saya tidak ada ibu dapat melakukan hal seperti yang ibu lakukan tadi
dengan orang yang belum ibu kenal... kemudian ibu ingat nama yang pernah
ibu ajak kenalan atau bisa ibu catat di buku saat berkenalan.”
Kontrak yang akan datang
- Topik
“baiklah... pertemuan kita cukup sampai disini. Besok kita akan melakukan
interaksi/ berkenalan dengan orang lain sebanyak 2 orang atau lebih?
-W aktu
“berapa lama ibu punya waktu untuk interaksi dengan orang lain? Bagaimana
kalau besok kita melakukannya selama 15 menit?”
- Tempat
“ di mana ibu bisa melakukannya besok? Ya sudah... bagaimana kalau besok
kita melakukannya di tempat ini lagi?...
selamat siang ibu!!!”
2. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orentasi
a) Salam Terapeutik
“ Selamat Pagi Bu!” masih ingat dengan saya? Benar ibu! saya suster zian...
b) Validasi
“ Bagaimana perasaan ibu hari ini ? masih ingat dengan yang kemarin ibu
lakukan?”
c) Kontrak
- Topik
“ sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini ibu akan melakukan interaksi dengan
orang lain sebanyak 2 orang atau lebih pada orang yang tidak ibu kenal atau orang
baru...”
-W aktu
“ sesuai dengan kesepakatan kita kemarin, kita akan melakukannya selama 15
menit... bagaimana menurut ibu?
- Tempat
“kesepakatan kita kemarin!! Kita akan melakukannya di teras... apakah ibu
setuju?”
- Tujuan
“Agar ibu dengan orang lain dapat saling kenal dan mempunyai teman yang
banyak”
2. Fase kerja
“sebelum kita berkenalan dengan orang lain, coba ibu perlihatkan kepada saya
bagaimana cara berkenalan dengan orang lain? Hebat... ibu dapat melakukannya
dengan baik... sekarang, mari kita melakukannya dengan orang lain yang ibu tidak
kenal sebanyak 2 orang atau lebih!! Bagus... ibu dapat mempraktekkan dengan baik
dan mulai berkembang dalam berinteraksi dengan orang lain.. bagaimana kalau
kegiatan berkenalan dengan orang lain yang baru dikenal di masukkan kedalam
jadwal kegiatan harian?
3. Fase Terminasi
1. Evaluasi
a) Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang tadi?
Siapa-siapa saja nama orang yang ibu ajak berkenalan tadi?”
b) Evaluasi Objektif
“klien terlihat berkenalan dengan orang yang baru di kenalnya sebanyak 3
orang”
2. Tindak Lanjut
“nah.. saat saya tidak ada, ibu dapat melakukannya hal seperti yang ibu lakukan
tadi dengan orang yang baru ibu kenal... kemudian ibu ingat nama yang pernah
ibu ajak kenalan atau bisa ibu catat di buku saat berkenalan.”
3. Kontrak yang akan datang
- Topik
“baiklah... pertemuan hari ini kita akhiri. Besok kita ulangi apa yang telah kita
pelajari dari kemarin ya bu.. apakah ibu bersedia?
-Waktu
“berapa lama ibu mau melakukannya? Bagaimana kalau besok kita melakukannya
selama 15 menit?”
- Tempat
“ di mana ibu bisa melakukannya besok? Baiklah kita melakukannya di sini
saja....
selamat siang ibu!!!”