Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

ISOLASI SOSIAL

DI SUSUN OLEH :

NAMA : Anisa Fitriyani

NIM : 433131440118006

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KHARISMA KARAWANG

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

2020
A. Masalah utama
Isolasi sosial

B. Proses terjadinya masalah


1. Pengertian
Suatu sikap dimana individu menghindari diri dari interaksi dengan orang lain.
Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai
kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimasifestasikan
dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian, dan tidak sanggup membagi
pengamatan dengan orang lain. (Balitbang, 2007)

2. Rentang respons
Respon adaptif Respon maladaptif

Menyendiri merasa sendiri menarik diri


Otonomi dependensi ketergantungan
Bekerja sama curiga manipulasi
Interdependen curiga

Rentang respon isolasi sosial


Sumber : Townsend (1998)

Berikut ini akan dijelaskan tentang respons yang terjadi pada isolasi sosial
 Respons adaptif
Respon adaptif adalah respons yang masih dapat diterima oleh norma-norma
sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku. Dengan kata lain individu
tersebut masih dalam batas norma ketika menyelesaikan masalah. Berikut ini
adalah sikap yang termasuk respons adaptif.
Sikap adaptif yang termasuk repons adaptif :
a) Menyendiri, respons yang dibuthkan untuk seseorang untuk merenungkan
apa yang telah terjadi dilingkungan sosialnya
b) Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide,
pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial
c) Bekerjasama, kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama
lain
d) Interdependen, saling ketergantungan antara individu dengan orang lain
dalam membina hubungan interpersonal
 Respons maladaptif
Respons maladaptive adalah respons yang menyimpang dari norma sosial dan
kehidupan disuatu tempat. Berikutini adalah perilaku yang termasuk respon
maladaptif.
a) Menarik diri, seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina
hubungan secara terbuka dengan orang lain
b) Ketergantungan, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri
sehingga bergantung dengan orang lain
c) Manipulasi, seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek
individu sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam
d) Curiga, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain

3. Faktor predisposisi
 Faktor tumbuh kembang
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang
harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Bila tugas-
tugas dalam perkembangan ini tidak terpenuhi maka akan menghambat fase
perkembangan sosial yang nantinya akan dapat menimbulkan masalah.

 Faktor komunikasi dalam keluarga


Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang termasuk
masalah dalam berkomunikasi sehingga menimbulkan ketidakjelasan (double
bind) yaitu suatu keadaan dimana seorang anggota keluarga menerima pesan
yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan atau ekspresi yang tinggi
dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan
diluar keluarga.

 Faktor sosial budaya


Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan suatu
faktor oendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini
disebabkan oleh norma-norma yang salah dianut oleh keluarga, dimana setiap
anggota keluarga yang tidak produktif seperti usia lanjut berpenyakit kronis,
dan penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya.

 Faktor biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya
gangguan dalam hubungan sosial orang tubuh yang dapat memengaruhi
terjadinya gangguan hubungan sosial adalah otak, misalnya pada pasien
scizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan sosial memiliki struktur
yang abnormal pada otak seperti atropi otak, serta perubahan ukuran dan
bentuk sel-sel dalam limbic dan daerah kortikal.

4. Faktor presipitasi
Terjadinya gangguan hubungan sosial juga dapat ditimbulkan oleh faktor internal dan
eksternal seseorang. Faktor stressor presipitasi dapat dikelompokan sebagai berikut.
 Faktor internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress yang terjadi akibat ansietas
yang berkepanjangna dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan
individu untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk
berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhinya kebutuhan individu.

 Faktor eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang ditimbulkan oleh
faktor sosial budaya seperti keluarga

5. Tanda dan gejala


Berikut ini adalah tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial
- Kurang spontan
- Apatis (acuh terhadap lingkungan)
- Ekspresi wajah kurang berseri
- Tidak merawat diri dan tidak mempraktikkan kebersihan diri
- Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar
- Asupan makanan dan minuman terganggu
- Retensi urine dan feses
- Aktivitas menurun
- Kurang energy
- Rendah diri
- Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/janin (khususnya pada posisi tidur)
Perilaku ini biasanya disebabkan karena menilai dirinya rendah, sehingga timbul
perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bila tidak dilakukan
intervensi lebih lanjut, maka akan menyebabkan perubahan persepsi sensori :
halusinasi dan resiko tinggi mencederai diri, orang lain bahkan lingkungan.
Perilakuyang tertutup dengan orang lain menyebabkan intoleransi aktivitas yang
akhirnya bisa berpengaruh terhadap ketidakmampuan untuk melakukan perawatan
secara mandiri. Seseorang yang mempunyai harga diri rendah awalnya
disebabkan oleh ketidakmampuan untuk menjlaskan nasalah dalam hidupnya.
Sehiingga orang tersebut berperilaku tidak normal (koping individu tidak efektif).
Peranan keluarga cukup besar dalam mendorong klien agar mampu
menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, bila sistem pendukungnya tidak baik
(koping keluarga tidak efektif) maka akan mendukung seseorang memiliki harga
diri rendah.

6. Mekanisme koping
Menurut Stuart (2007, hlm.201) individu yang mengalami respon sosial maladaptive
menggunakan berbagai mekanisme dalam upaya mengatasi ansietas. Mekasime
tersebut berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik yaitu sebagai
berikut.
a) Proyeksi merupakan keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi
kepada orang lain karena kesalahan sendiri (Rasmun, 2004. Hlm.35)
b) Isolasi merupakan prilaku yang menunjukkan pengasingan diri dari lingkungan
dan orang lain (Rasmun, 2004. Hlm.31)
c) Spiliting atau memisah merupakan kegagalan individu dalam menginterpretasikan
dirinya dalam menilai baik buruk (Rasmun, 2001. Hlm.31)

7. Sumber koping
Menurut Stuart (2007, hlm. 280) sumber koping yang berhubungan dengan respons
sosial maladaptive adalah sebagai berikut.
a) Keterlibatan dengan hubungan keluarga yang luas dan teman
b) Hubungan dengan hewan peliharaan yaitu dengan mencurahkan perhatian pada
hewan peliharaan
c) Penggunaan kreativitas untuk mengekspresikan stress interpersonal (misalnya :
kesenian, music atau tulisan)
Menurut Stuart dan Laraia (2005, hlm. 432) terkadang ada beberapa orang yang
ketika ada masalah mereka mendapat dukungan dari keluarganya dan teman yang
membantunya dalam mencari jalan keluar, tetapi ada juga sebagian orang yang
memiliki masalah, tetapi menghadapinya dengan sendiri dan tidak mau
menceritakan kepada siapapun, termasuk keluarga dan temannya.
8. Pohon masalah

Risiko tinggi mncederai diri, orang


lain dan lingkungan

Deficit perawatan diri halusinasi

Intoleransi aktivitas Isolasi sosial

Harga diri rendah

Koping keluarga tidak Koping keluarga tidak


efektif efekti

9. Masalah yang mungkin muncul


a) Isolasi sosial
b) Harga diri rendah
c) Perubahan persepsi sensori : halusinasi
d) Koping individu tidak efekti
e) Intoleransi aktivitas
f) Deficit perawatan diri
g) Risiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan

10. Data yang perlu dikaji


Masalah keperawatan isolasi sosial
Subjektif :
- Klien mengatakan malas bergaul
- Klien mengatakan dirinya tidak ingin ditemani perawat dan meminta untuk
sendirian
- Klien mengatakan tidak mau berbicara dengan orang lain
- Tidak mau berkomunikasi
- Data tentang klien biasanua dari keluarga yang mengetaui keterbatasan klien
(suami, istri, ayah, ibu, teman)

Objektif :

- Kurang spontan
- Apatis
- Ekspresi wajah kurang berseri
- Tidak merawat diri dan tidak mebersihkan diri
- Tidak ada atau kurang komunikasi verbal
- Mengisolasi diri
- Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
- Asupan minuman dan makanan terganggu
- Retensi urine dan feses
- Aktivitas menurun
- Kurang berenergi atau bertenaga
- Rendah diri
- Postur tubuh berubah misalnya sikap fetus/Janin (khususnya pada posisi tidur)

11. Diagnose keperawatan


Isolasi sosial

12. Rencana tindakan keperawatan


1. Rencana tindakan keperawatan untuk klien
Strategi pelaksanaan 1 (SP1)
a) Bina hubungan saling percaya
b) Mwngidentifikasi penyebab isolasi sosial
c) Berdiskusi dengan klien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
d) Berdiskusi dengan klien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
e) Mengajarkan kepada klien tentan cara berkenalan dengan satu orang
f) Menganjurkan kepada klien memasukkan kegiatan berkenalan dengan orang
lain ke dalam kegiatan harian

Strategi pelaksanaan 2 (SP2)


a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b) Memberikan kesempatan kepada klien mempraktikkan cara berkenalan
dengan stu orang
c) Membantu klien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain
sebagai salah satu kegiatan harian

Strategi pelaksanaan 3 (SP3)

a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien


b) Memberikan kesempatan kepada klien berkenalan dengan dua orang atau
lebih
c) Menganjurkan kepada klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

2. Renacana tindakan keperawatan untuk keluarga


Strategi pelaksanaan 1 (SP1)
a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial beserta proses
terjadinya
c) Menjelaskan cara-cara merawat klien

Strategi pelaksanaan 2 (SP2)

a) Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien isolasi sosial


b) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada klien isolasi
sosial

Strategi pelaksanaan 3 (SP3)

a) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasukminum obat


b) Menjalskan follow up klien setelah pulang
STRATEGI PELAKSANAAN ISOLASI SOSIAL

1. Strategi Pelaksanaan 1 (SP1)


 Fase Orentasi
a) Salam Terapeutik
“ Selamat Pagi Bu!” Perkenalkan nama saya zian faizah, biasa di panggil
zian, saya mahasiswa poltekkes depkes jakarta III. Saya praktek disini
mulai dari hari ini sampai tanggal 23 Desember 2010 dari jam 08.00-14.00
WIB. Nama ibu siapa? Senang di panggil apa?
b) Validasi
“ Bagaimana perasaan ibu hari ini ?”
c) Kontrak
- Topik
“ Senang ya bisa berkenalan dengan ibu hari ini, bagaimana kalau
kita berbincang-bincang untuk lebih saling mengenal sekaligus
agar ibu dapat mengetahui keuntungan dan kerugian berinteraksi
dengan orang lain?
- Waktu
“ berapa lama ibu punya waktu untuk berbincang-bincang dengan
saya? Bagaimana kalau 15 menit saja?
- Tempat
“ di mana ibu mau berbincang-bincang dengan saya? Ya sudah... di
ruangan ini saja kita berbincang-bincang...”
- Tujuan
“Agar ibu dengan saya dapat saling mengenal sekaligus ibu dapat
mengetahui keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan
kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain.”

 Fase kerja
“Ibu”, kalau boleh saya tau orang yang paling dekat dengan ibu siapa?
Menurut ibu apa keuntungann berinteraksi dengan orang lain dan kerugian
tidak berinteraksi dengan orang lain? Kalau ibu tidak tahu saya akan
memberitahukan keuntungan dari berinteraksi dengan orang lain yaitu bapak
punya banyak teman, saling menolong, saling bercerita, dan tidak selalu
sendirian. Sekarang saya akan mengajarkan ibu berkenalan. Bagus... ibu dapat
mempraktekkan apa yang saya ajarkan tadi.. bagaiman kalau kegiatan
berbincang-bincang dengan orang lain di masukkan kedalam jadwal kegiatan
harian?

 Fase Terminasi
1. Evaluasi
 Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang tadi?”
 Evaluasi Objektif
“coba ibu ceritakan kembali keuntungan berinteraksi dan kerugian
tidak berinteraksi dengan orang lain?”
2. Tindak Lanjut
“tadi saya sudah menjelaskan keuntungan dan kerugian tidak berinteraksi
dengan orang lain dan cara berkenalan yang benar. Saya harap ibu dapat
mencobanya bagaimana berinteraksi dengan orang lain!“

3. Kontrak yang akan datang


- Topik
“baiklah... pertemuan kita cukup sampai disini. Besok kita akan
berbincang-bincang lagi tentang jadwal yang telah kita buat dan
mempraktekkan cara berkenalan dengan orang lain?
-Waktu
“berapa lama ibu punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya
besok? Bagaimana kalau 15 menit saja?”
- Tempat
“ di mana ibu mau berbincang-bincang dengan saya besok? Ya sudah...
bagaimana kalau besok kita melakukannya di teras depan saja?...

1. Strategi pelaksanaan 2 (SP2)


1. Fase Orentasi
a) Salam Terapeutik
“ Selamat Pagi Bu!” masih ingat dengan saya? Benar ibu! saya suster zian...
b) Validasi
“ Bagaimana perasaan ibu hari ini ? masih ingat dengan yang kemarin saya
ajarkan?”
c) Kontrak
- Topik
“ sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini kita akan mempraktekkan bagaimana
cara berkenalan dengan satu...”
-Waktu
“ sesuai dengan kesepakatan kita kemarin, kita akan melakukannya selama 15
menit... bagaimana menurut ibu?
- Tempat
“kesepakatan kita kemarin!! Kita akan melakukannya di teras depan... apakah ibu
setuju?”
- Tujuan
“Agar ibu dengan orang lain dapat saling kenal”

2. Fase kerja
“sebelum kita berkenalan dengan orang lain, coba ibu perlihatkan kepada saya
bagaimana cara berkenalan dengan orang lain? Hebat... ibu dapat melakukannya
dengan baik... sekarang, mari kita melakukannya dengan satu orang yang ibu belum
kenal!! Bagus... ibu dapat mempraktekkan dengan baik dan sesuai dengan apa yang
saya ajarkan.. bagaimana kalau kegiatan berkenalan dengan orang lain yang baru
dikenal di masukkan kedalam jadwal kegiatan harian?

3. Fase Terminasi
 Evaluasi
a) Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang tadi?
Siapa nama orang yang ibu ajak berkenalan tadi?”
b) Evaluasi Objektif
“klien terlihat berkenalan dengan orang yang baru di kenalnya sebanyak 1
orang”
 Tindak Lanjut
“ibu saat saya tidak ada ibu dapat melakukan hal seperti yang ibu lakukan tadi
dengan orang yang belum ibu kenal... kemudian ibu ingat nama yang pernah
ibu ajak kenalan atau bisa ibu catat di buku saat berkenalan.”
 Kontrak yang akan datang
- Topik
“baiklah... pertemuan kita cukup sampai disini. Besok kita akan melakukan
interaksi/ berkenalan dengan orang lain sebanyak 2 orang atau lebih?
-W aktu
“berapa lama ibu punya waktu untuk interaksi dengan orang lain? Bagaimana
kalau besok kita melakukannya selama 15 menit?”
- Tempat
“ di mana ibu bisa melakukannya besok? Ya sudah... bagaimana kalau besok
kita melakukannya di tempat ini lagi?...
selamat siang ibu!!!”
2. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orentasi
a) Salam Terapeutik
“ Selamat Pagi Bu!” masih ingat dengan saya? Benar ibu! saya suster zian...
b) Validasi
“ Bagaimana perasaan ibu hari ini ? masih ingat dengan yang kemarin ibu
lakukan?”
c) Kontrak
- Topik
“ sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini ibu akan melakukan interaksi dengan
orang lain sebanyak 2 orang atau lebih pada orang yang tidak ibu kenal atau orang
baru...”
-W aktu
“ sesuai dengan kesepakatan kita kemarin, kita akan melakukannya selama 15
menit... bagaimana menurut ibu?
- Tempat
“kesepakatan kita kemarin!! Kita akan melakukannya di teras... apakah ibu
setuju?”
- Tujuan
“Agar ibu dengan orang lain dapat saling kenal dan mempunyai teman yang
banyak”

2. Fase kerja
“sebelum kita berkenalan dengan orang lain, coba ibu perlihatkan kepada saya
bagaimana cara berkenalan dengan orang lain? Hebat... ibu dapat melakukannya
dengan baik... sekarang, mari kita melakukannya dengan orang lain yang ibu tidak
kenal sebanyak 2 orang atau lebih!! Bagus... ibu dapat mempraktekkan dengan baik
dan mulai berkembang dalam berinteraksi dengan orang lain.. bagaimana kalau
kegiatan berkenalan dengan orang lain yang baru dikenal di masukkan kedalam
jadwal kegiatan harian?

3. Fase Terminasi
1. Evaluasi
a) Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang tadi?
Siapa-siapa saja nama orang yang ibu ajak berkenalan tadi?”
b) Evaluasi Objektif
“klien terlihat berkenalan dengan orang yang baru di kenalnya sebanyak 3
orang”
2. Tindak Lanjut
“nah.. saat saya tidak ada, ibu dapat melakukannya hal seperti yang ibu lakukan
tadi dengan orang yang baru ibu kenal... kemudian ibu ingat nama yang pernah
ibu ajak kenalan atau bisa ibu catat di buku saat berkenalan.”
3. Kontrak yang akan datang
- Topik
“baiklah... pertemuan hari ini kita akhiri. Besok kita ulangi apa yang telah kita
pelajari dari kemarin ya bu.. apakah ibu bersedia?
-Waktu
“berapa lama ibu mau melakukannya? Bagaimana kalau besok kita melakukannya
selama 15 menit?”
- Tempat
“ di mana ibu bisa melakukannya besok? Baiklah kita melakukannya di sini
saja....
selamat siang ibu!!!”

Anda mungkin juga menyukai