Anda di halaman 1dari 4

Kasus I

Tn. K berusia 30 tahun, beragam Islam, pendidikan SMA, dan tidak bekerja. Klien masuk ruang
perawatan tanggal 10 Februari 2021 diantar oleh keluarga dengan alasan sering keluyuran keluar
rumah, terlihat bingung, sering melempar lempar barang, serta mengatakan mendengar suara-
suara karena putus obat kurang lebih 2 tahun. Tn. K sebelumnya sudah pernah masuk RSJ Hang
Tuah dengan kasus yang sama yaitu halusinasi pendengaran. Pada saat pengkajian halusinasi
klien mengatakan mendengar suara yang mengajaknya untuk jalan-jalan keluar rumah tanpa tahu
tujuannya. Suara-suara itu juga sering menyuruhnya melempar barang-barang. Suara-suara itu
muncul jika klien sedang sendiri dan melamun. Klien mengatakan suara tersebut sangat
mengganggunya dan muncul lagi akhir-akhir ini. Saat terjadi halusinasi, pasien menutup telinga
dan menghardik halusinasi. Klien memiliki riwayat gangguan jiwa pada umur 25 tahun tetapi
tidak dibawa ke RSJ tetapi malah dipasung/diikat di rumah karena faktor ekonomi. Akhirnya
klien dibawa oleh keluarganya ke Rumah Sakit Jiwa Hang Tuah pada usia 28 tahun. Berdasarkan
interaksi dengan klien, klien mengatakan tidak pernah mengalami aniaya fisik maupun seksual.
Berdasarkan wawancara dengan klien, klien mengatakan mengalami penolakan oleh lingkungan
sekitarnya karena kondisi klien yang dianggap warga sudah terkena gangguan jiwa dan klien
akhirnya sering menyendiri dirumah. Berdasarkan wawancara dengan klien, klien mengatakan
pernah memukul ibunya, dan lebih sering seperti menghancurkan barang-barang di rumah.
Berdasarkan wawancara dengan klien, klien mengatakan pernah difitnah oleh tetangganya
sehingga dia dipecat dari pekerjaannya dan merasa dirinya tidak berguna karena ibunya juga
sering membanding-bandingkan dia dengan adiknya karena tidak bekerja. Klien adalah anak ke 3
dari 4 bersaudara yang terdiri dari tiga orang laki-laki dan satu orang perempuan. Klien tinggal
bersama ibu dan adik laki-lakinya. Sedangkan ayahnya meninggal sejak klien umur 27 tahun.
Klien mengatakan semenjak sakit ia tidak pernah mengikuti kegiatan kelompok atau masyarakat.
Serta klien mengatakan lebih suka tidur dibandikan melakukan aktivitas diluar. Klien tahu
tentang sholat dan kapan melakukan sholat namun klien jarang melakukan sholat karna klien
mengatakan kadang-kadang ia tertidur dan malas. Berdasarkan observasi pada klien, aktivitas
motorik klien adalah agitasi dimana klien tampak tidak semangat dalam melakukan aktivitas di
ruangan dan klien kadang-kadang tampak gelisah. Berdasarkan wawancara pada klien, isi pikir
klien bersifat kontrol pikir yaitu klien mengatakan kadang melakukan tindakan oleh suruhan
suara-suara tersebut dan kadang hanya diam ketika mendengar suara tersebut. Klien mengatakan
jika mendengar suara tersebut klien kadang diam dan kadang mengikuti suruhan tersebut.
Karena sering mendengar suara tersebut klien tidak bisa mengontrol marah/emosi sehingga
menghancurkan barang-barang disekitarnya. Klien terlihat sering tersenyum sendiri, kontak mata
kurang, klien kadang terlihat menyendiri dan klien tidak pernah memulai pembicaraan.
Kasus II

Tn. P (37 tahun) dirawat di unit psikiatri sebuah rumah sakit. Pada saat pengkajian klien mengatakan
sering diejek oleh saudaranya dan teman - temannya karena kemampuannya bicara yang sulit
dimengerti, sehingga pasien sering merasa malu dan khawatir untuk bertemu dengan orang lain.
Klien sudah satu kali dirawat di rumah sakit jiwa disebabkan karena putus obat sebab dirinya
dianggap tidak normal dalam berbicara. Pengobatan sebelumnya dianggap kurang berhasil karena
klien tidak rutin meminum obat dan tidak kontrol, ekonomi keluarga yang kurang mampu untuk
mencukupi biaya perawatan dan pengobatan klien. Sekarang gangguan jiwa klien kambuh
disebabkan karena putus obat. Dari pengkajian riwayat anggota keluarga diketahui adanya anggota
klien yang mengalami gangguan jiwa yaitu bapak dari pasien. Klien mengatajan bahwa baru-baru ini
ia juga di PHK sehingga membuat klien merasa semakin tidak berguna. Pada saat pengkajian citra
tubuh klien mengatakan menyukai semua bagian tubuhnya. Klien mengatakan selama ini ia
merupakan tulang punggung keluarga. Klien berharap agar cepat sembuh dan cepat pulang, karena
klien ingin segera mencari uang agar dapat membahagiakan orang tua. Selama di rumah klien merasa
malu jika diajak berkenalan dengan orang lain. Klien mengatakan orang terdekat denganya yaitu ibu
kandungnya, klien tidak mau bergaul dengan masyarakat karena merasa malu dan minder jika
bertemu orang lain, klien mengatakan tidak butuh orang lain. Klien beragama Islam, tetapi jarang
sholat dan sehari cuma subuh dan ashar. Klien terlihat tidak rapi, jarang mandi, jarang menggosok
gigi, memakai baju sering dipakai berlapis-lapis. Cara berbicara terbata - bata, nada suara sedikit
kasar, pandangan mata tidak fokus / sering menunduk. Klien terlihat rasa gelisah, mondar - mandir,
jika diajak berkenalan dengan orang lain pandangan mata selalu menunduk. Klien mengatakan
perasaannya sedih karena ingin cepat sembuh dan bisa pulang. Saat berinteraksi dengan klien, klien
selalu menundukkan kepala ke bawah, pandangan mata tidak fokus. Klien tidak pernah mempunyai
pikiran yang aneh – aneh. Klien sadar bahwa dirinya telah berbuat sering menyendiri dan merasa
pandangan hidup yang tidak berguna. Klien mengatakan jika ada masalah klien cenderung
menyendiri.
Kasus III

Klien bernama Ny. K, 29 tahun, perempuan, Blora, Islam, SLTP, Swasta, dengan diagnosa
Skizofrenia. Klien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya dan dua kali ini dirawat dirumah
sakit jiwa. Klien masuk rumah sakit jiwa yang pertama pada tanggal 10 Mei 2012 dan keluar dari
rumah sakit 4 Januari 2013 pengobatan berhasil dan yang kedua pada tanggal 27 April 2013. Klien
pernah mengalami aniaya fisik yang dilakukan suaminya. Anggota keluarga tidak ada yang
mengalami penyakit seperti klien. Klien mempunyai pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan yaitu dimusuhi adik suaminya karena keguguran, ditinggal pergi suaminya ke
Kalimantan dan proses cerai dan klien dihamili oleh suami adiknya serta pernah dipukuli oleh suami
adiknya. Klien setelah cerai tinggal dengan orang tuanya. Klien merasa malu dengan keadaannya,
klien lebih suka menyendiri, tidak mau berkomunikasi dengan orang lain. Klien sering marah-marah,
teriak-teriak, mondar-mandir di rumah. Klien merasa tidak dihargai oleh masyarakat dikarenakan
mengalami gangguan jiwa dan klien mengatakan malu serta jengkel jika berbicara dengan tetangga
sehingga untuk sekedar berinteraksi klien enggan melakukannya. Klien malu dengan tetangganya,
klien jengkel dan malas berkomunikasi dengan orang lain. Klien sering menyendiri, tidak mau
bergaul, orang yang paling dekat dengan klien adalah ibu kandungnya karena ibunya sangat
perhatian dan sayang dengan klien. Tetapi ayah dan saudaranya kurang memperhatikannya. Peran
serta dalam kegiatan masyarakat klien jarang terlibat dalam kegiatan masyarakat karena klien merasa
tidak dihargai oleh masyarakat. Klien terkesan tegang, gelisah, mondar-mandir dan pandangan mata
tajam. Klien sering bingung, ngeluyur membawa belatis (sabit).
Klien mengatakan mudah emosi dan sering marah-marah. Klien mengatakan malu bergaul dengan
orang lain. Tidak mau berkomunikasi. Klien merasa sebagai wanita yang tidak sempurna karena
pernah menikah tetapi cerai dan pernah keguguran. Dari hasil observasi terlihat pandangan mata
klien tajam, emosi labil, mondar-mandir dan bicara keras. Klien juga terlihat sesekali marah-marah
Kasus IV

Tn. N dibawa ke Rumah Sakit Jiwa oleh Dinas Sosial karena didapati sedang tidur di emperan
toko, saat dibawa Tn. I tampak gelisah, suka menyendiri, dan tidak mau berbicara. Tn. N
mengatakan tidak pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu. Tn. N mengatakan ini adalah
pertama kali Tn. N mengalaminya. Tn. N mengatakan pernah berobat sebelumnya, tapi untuk
sakit fisik saja. Untuk penyakit jiwa, Tn. N belum pernah mengalami dan belum pernah berobat
sebelumya. Tn. N mengatakan tidak ada trauma aniaya maupun tindakan kriminal, namun Tn. N
mengatakan mendapatkan penolakan dari istri Tn. N Ketika hendak ditemui. Tn. N mengatakan
tidak ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Tn. N mengatakan sejak dirinya tidak lagi
bekerja istri Tn. N suka marah-marah dan suatu hari Tn. N mendapati istrinya bersama laki-laki
lain yang ternyata temannya sendiri. Tn. N dan istri bertengkar hingga istri Tn. N meminta carai
dan pergi meninggalkan Tn. N sendirian. Tn. N merupakan anak pertama dari empat bersaudara .
Ketiga adik Tn. N sudah menikah dan tinggal berlainan rumah. Setelah resmi bercerai dengan
sang istri, Tn. N tinggal bersama ibunya, sementara ayah Tn. N sudah meninggal dunia. Tn. N
mengatakan menyukai dan mensyukuri semua anggota tubuhnya karena anggota tubuhnya
lengkap ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Klien mengatakan bernama Tn.N , umur 35 tahun, jenis
kelamin laki-laki, beragama islam, sudah menikah dan memiliki satu anak perempuan , namun
Tn. N sudah bercerai dengan istrinya, beralamat di Sumatera Utara. Tn. N mengatakan dirinya
anak pertama dari berempat saudara, Tn. N mengatakan sedih tidak bisa menyelesaikan perannya
sebagai seorang suami dan seorang ayah. Tn. N mengatakan kecewa terhadap dirinya sendiri
karena tidak memiliki pekerjaan yang jelas dan tidak dapat mempertahankan rumah tangganya.
Tn. N mengharapkan hidup yang lebih baik kedepannya, memiliki pekerjaan yang bagus dan
bisa berkumpul kembali bersama keluarganya. Tn. N mengatakan malu karena hanya tamat SMP
dan belum mendapatkan pekerjaan yang jelas, sementara Tn. N merupakan anak laki-laki paling
besar
dikeluarganya dan merupakan ayah dari seorang anak perempuan. Tn. N mengatakan orang yang
paling berarti adalah ibu Tn. N. Tn. N mengatakan tidak ada melakukan kegiatan kelompok di
masyarakat karena ia merasa tidak berguna dan lebih baik menyendiri di rumah. Tn. N
mengatakan tidak pernah bercerita dan bersenda gurau dengan keluarganya dan enggan
bersosialisasi dengan orang lain karena takut mengganggu. Tn. N mengatakan bahwa ia seorang
muslim, ia menjadi muslim karena itu keyakinan yang dianut sejak lahir. Tn. N mengatakan
masih melaksanakan ibadah sholat walau tidak penuh lima waktu, karena Tn. N lebih banyak
waktu untuk tidur. Tn. N berpakaian sesuai aturan, pakaian digunakan dengan baik,Tn. N mandi
dua kali sehari, pagi dan sore hari. Tn. N mengatakan kalau ada masalah Tn. N lebih suka
memendam sendiri, Tn. N tidak mau terbuka karena Tn. N merasa malu dengan orang lain, Tn.
N tidak berani berinteraksi dengan temannya, Tn. N lebih suka menghabiskan waktu untuk tidur.

Anda mungkin juga menyukai