Anda di halaman 1dari 2

PENGANTAR ILMU HUKUM

Nama : Wida Zuhra

NPM : 2103101010330

SOAL

1. Sebutkan 3 pengertian hukum!

Jawab :

 Menurut M.H. Tirtaatmidjaja hukum merupakan aturan yang berkaitan dengan tingkah laku.
 Menurut Plato hukum merupakan suatu peraturan yang memiliki sifat yang mengikat.
 Menurut M. Amin hukum merupakan suatu himpunan hukum yang terdiri dari dari norma dan
sanksi.

2. Sebutkan isi dan sifat hukum!

Jawab :

Isi hukum ada 3, yaitu :

 Suruhan (gebod)
 Larangan (verbod)
 Kebolehan (mogen)

Sifat hukum ada 2, yaitu :

 Imperatif yaitu suatu kaidah hukum dalam keadaan berbuat tidak dapat dikesampingkan. Sifat :
mengikat atau memaksa.
 Facultative yaitu suatu kaidah hukum yang dalam keadaan konkret dapat dikesampingkan dengan
perjanjian oleh para pihak. Sifatnya mengatur/menambah.

3. Beri contoh kaidah hukum yang berisi larangan!

Jawab :

Kaidah hukum yang berisi Larangan (Verbod) , kaidah ini memuat larangan untuk melakukan sesuatu
dengan ancaman sanksi apabila melanggar. Contohnya :
 Larangan melakukan Pencurian Pasal 362 KUH Pidana).
 Kaedah ini dapat ditemukan dalam Pasal 8 dari UU No. 1 Tahun 1974 yang pada dasarnya
menyatakan bahwa suatu perkawinan dilarang dilangsungkan antar dua orang yang :
- Berhubungan darah dalan garis keturunan ke bawah ataupun ke atas.
- Berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping yaitu antar saudara, antara seseorang
dengan saudara orang tua dan antar seseorang dengan saudara neneknya.
4. Sebutkan penyimpangan-penyimpangan dari kaidah hukum!

Jawab :

Penyimpangan terhadap kaedah hukum ini dapat berupa:

A. Pengecualian atau dispensasi sebagai penyimpangan dari patokan atau pedoman dengan dasar
yang sah itu mengenal dua dasar yang berdeda, yakni:

1) Pembenaran (rechtvaardigingsgrond), misalnya dalam hukum pidana:

a. “Noodtoestand”, umpamanya, dua orang terapung di laut dengan sebilah papan.

b. “Wettelijkvoorschrift”, umpamanya, sebagaimana tercantum dalam pasal 50 Kitab Undang-


undang Hukum Pidana, “Tiada boleh dihukum adalah ia yang melakukan perbuatan untuk
menjalankan peraturan undang-undang (eksekutor)”.

2) Bebas kesalahan (schuldopheffingsgrond), yang contohnya adalah berat lawan (overmacht)


pasal 48 Kitab Undang-undang Hukum Pidana hal tersebut diatur, sebagai berikut :

“Tiada boleh dihukum barang siapa melakukan perbuatan karena terdorong berat lawan”.
Contohnya, seorang kasir menyerahkan uang kas, oleh karena ditodong dengan senjata api.

B. Delict adalah penyimpangan dari patokan atau pedoman yang tidak mempunyai dasar sah;
yang dimaksudkan dengan delict tidaklah sama dengan apa yang disebut peristiwa pidana
(delict dalam arti sempit), akan tetapi juga peristiwa perdata seperti perbuatan melanggar
hukum (onrechtmatige daad), sebagaimana antara lain, disimpulkan dari pasal 1365 B.W.
Kecuali itu juga peristiwa tata usaha negara, seperti “detournement de povoir” dan peristiwa
tata negara, seperti excess de pouvoir; jadi, istilah delict di sini dipergunakan dalam arti luas.
Tidak hanya meliputi bidang hukum, akan tetapi juga mencakup hukum perdata dan juga
hukum tata usaha negara, misalnya :

1) Dalam bidang hukum perdata contohnya adalah hal ganti rugi tambahan (aanvullende
schadevergoeding).

2) Dalam bidang hukum tata usaha negara, yakni berupa pemecatan dari jabatan atau skorsing
terhadap seorang pegawai, pencabutan izin usaha, pencabutan Surat lzin Mengemudi (sanksi
administratif).

3) Dalam bidang hukum pidana, hukuman itu disebut punishment yang merupakan siksaan,
yakni:

- Siksaan riil atau material, misalnya, hukuman mati, hukuman denda, penyitaan barang, dan
seterusnya.

- Siksaan idiil atau moral, misalnya, pengumuman keputusan hakim, pencabutan hak, wajib
mengadakan selamatan dalam hukum adat, dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai