Anda di halaman 1dari 15

Hemipharase Sinistra ec Stroke Non Hemorragik

Abstrak

Stroke adalah gejala klinis yang terjadi secara mendadak dan cepat akibat gangguan fungsi otak
fokal atau global dengan kelainan yang menetap hingga 24 jam atau lebih, atau menyebabkan
kematian tanpa adanya penyebab kelainan yang jelas selain pembuluh darah. Berdasarkan
mekanisme terjadinya, stroke digolongkan menjadi stroke penyumbatan (iskemia) dan
perdarahan (hemorrhagik). Di Indonesia, stroke merupakan penyebab kematian utama. Terdapat
kurang lebih 500.000 penduduk Indonesia yang menderita stroke saat ini. Dari jumlah tersebut
sepertiganya bisa pulih kembali, sepertiga lainnya mengalami gangguan fungsional ringan
sampai sedang, dan sepertiga sisanya mengalami gangguan fungsional berat yang berdampak
terhadap penurunan tingkat produktivitas serta dapat mengakibatkan terganggunya social
ekonomi keluarga.

Kata kunci : Stroke, Stroke iskemik, Stroke Hemorragik

Abstract

Stroke is a clinical symptom that occurs suddenly and quickly due to focal or global brain
function disorders with abnormalities that persist for up to 24 hours or more, or cause death
without any apparent cause of abnormalities other than blood vessels. Based on the mechanism
of occurrence, stroke is classified as a blockage stroke (ischemia) and bleeding (hemorrhagic).
In Indonesia, stroke is the main cause of death. There are approximately 500,000 Indonesians
who suffer strokes at this time. Of this number one third can recover, another third experience
mild to moderate functional disorders, and the remaining third experience severe functional
disorders that have an impact on decreasing levels of productivity and can lead to disruption of
family socioeconomic conditions.

Keywords: Stroke, Ischemic stroke, Hemorragic stroke

Pendahuluan

Definisi Stroke menurut WHO didefiniskan sebagai tanda-tanda klinis yang berkembang
cepat akibat gangguan fungsi otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih ataupun menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas
selain vaskuler. Stroke merupakan suatu gangguan fungsi sistem saraf yang terjadi mendadak
dan disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak. Stroke terjadi akibat gangguan pembuluh
darah di otak. Gangguan peredaran darah otak dapat berupa tersumbatnya pembuluh darah otak
atau pecahnya pembuluh darah di otak. Otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen dan zat
makanan menjadi terganggu. Kekurangan pasokan oksigen ke otak akan memunculkan kematian
sel saraf (neuron). Gangguan fungsi otak ini akan memunculkan gejala stroke.1

Anamnesis

Anamnesis penderita stroke harus dilakukan dengan cermat, meliputi onset dimana pasa
stroke, onset timbilnya mendadak yang artinya sebelumnya penderita merasa sehat-sehat saja
masih dapat melakukan kegiatan sehari-hari dengan baik, dan saat onset, sewaktu kelainan
timbul penderita sedang melakukan kegiatan atau tidak. Seringkali sebelum kelumpuhan anggota
badan terjadi, penderita sudah mendapat peringatan terlebbih dahulu seperti kesemutan ssisi
wajah yang sebenarnya adalah serangan TIA, nyeri kepala, muntah, kejang, dan kesadaran
menurun yang sebenarnya adalah menifestasi klinik dari adanya kenaikan tekanan intakranial.
Pada anamnesis perlu ditanyakan :
- Identitas pasien
- Keluhan utama
- Riwayat penyakit sekarang :

Waktu dan lamanya keluhan berlangsung.

Sifat dan beratnya serangan (masih dapat ditahan atau tidak).

Lokasi dan penyebarannya (dapat menyebutkan tempat sakit atau menyebar).

Hubungan dengan waktu (kapan saja terjadinya).

Hubungannya dengan aktivitas (keluhan dirasakan setelah melakukan aktivitas apa
saja).

Keluhan-keluhan yang menyertai serangan

Apakah keluhan baru pertama kali atau sudah berulang kali.

Faktor resiko dan pencetus serangan, termasuk faktor-faktor yang memperberat atau
meringankan serangan.

Apakah ada saudara sedarah, atau teman dekat yang menderita keluhan yang sama.

Perkembangan penyakit, kemungkinan telah terjadi komplikasi atau gejala sisa

Upaya yang telah dilakukan dan bagaimana hasilnya, jenis-jenis obat yang telah
diminum oleh pasien; juga tindakan medik lain yang berhubungan dengan penyakit
yang saat ini diderita.
-
Riwayat penyakit dahulu : bertujuan untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan
adanya hubungan antara penyakit yang pernah diderita dengan penyakit sekarang. pasien
pada kasus ini tidak memiliki riwayat penyakit Hipertensi tetapi tidak rutin minum obat
selama 3 tahun.
-
Riwayat penyakit keluarga.

Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium Darah
Beberapa pemeriksaan rutin darah dikerjakan untuk mengidentifikasi kelainan sistemik
yang dapat menyebabkan terjadi stroke atau untuk melakukan pengobatan spesifik pada
stroke. Pemeriksaan tersebut adalah kadar gula dara, elektrolit, haemoglobin, eritrosit,
leukosit, platelet, fungsi ginjal, fungsi hepar dan lainnya. Pemeriksaan analisis gas darah
dilakukan apabila dicurigai ada hipoksia.
2. EKG
Pemeriksaan ini harus dikerjakan pada semua penderita stroke. Biasanya dilakukan
selama 48jam sejak kejadian stroke. Kelainan jantung sering terjadi pada penderita stroke
dan penderita dengan kondisi gangguan jantung akut harus segera ditanggulangi. Sebagai
contoh penderita infark miokard akut dapat menyebabkan stroke, sebaliknya stroke dapat
pula menyebabkan infark miokard akut. Aritmia kordis dapat terjadi pada penderita
stroke iskemik akut. Fibrilasi atrial, sangat potensial untuk terjadi stroke, dapat terdeteksi
awal. Monitor jantung sering dilakukan setelah terjadi stroke untuk menapis aritmia
jantung serius.2

3. CT-sacn atau MRI


Sampai saat ini baku emas (gold standard) diagnosis stroke ditegakkan dari gejala-gejala
klinis dan dengan pemeriksaan CT-Scan atau dengan MRI. eknik-teknik pencitraan yang
lebih baru seperti Computerized Tomography Scan (CT scan) dan Magnetic Resonance
Imaging (MRI), kita dapat mendiagnosis perdarahan subaraknoid dan intraserebrum
dengan tingkat kepastian yang tinggi. Perbedaan antara trombus dan embolus sebagai
penyebab suatu stroke iskemik masih belum tegas sehingga saat ini keduanya
digolongkan ke dalam kelompok yang sama yaitu stroke iskemik.

Diagnosis Kerja

Istilah stroke biasanya digunakan spesifik untuk menjelaskan infark serebrum. Sistem
klasifikasi lama membagi stroke menjadi tiga kategori berdasarkan penyebab: trombotik,
embolik, dan hemoragik. Kategori ini sering didiagnosis berdasarkan riwayat perkembangan dan
gejala. Dengan teknik-teknik pencitraan yang lebih baru seperti Computerized Tomography Scan
(CT scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI), kita dapat mendiagnosis perdarahan
subaraknoid dan intraserebrum dengan tingkat kepastian yang tinggi. Perbedaan antara trombus
dan embolus sebagai penyebab suatu stroke iskemik masih belum tegas sehingga saat ini
keduanya digolongkan ke dalam kelompok yang sama yaitu stroke iskemik. Dengan demikian,
dua kategori dasar gangguan sirkulasi yang menyebabkan stroke adalah iskemia-infark (80-85%)
dan perdarahan intrakranium (15-20%).3

Stroke Non-hemoragik disebut juga sebagai stroke iskemik, bisa disingkat NHS (non


hemorrhagic stroke). Stroke Iskemik adalah stroke yang terjadi ketika terdapat sumbatan bekuan
darah dalam pembuluh darah di otak atau arteri yang menuju ke otak. Stroke jenis ini adalah
yang paling sering terjadi. Sekitar 80-90% dari semua stroke adalah stroke iskemik. Stroke ini
mengacu pada situasi di mana daerah otak kekurangan aliran darah, biasanya karena adanya
bekuan darah atau penyumbatan arteri oleh aterosklerosis (menumpuknya kolesterol dalam
arteri).

1. Stroke trombotik yaitu stroke yang disebabkan karena adanya penyumbatan lumen
pembuluh darah otak karena trombus yang makin lama makin menebal, sehingga aliran
darah menjadi tidak lancer. Penurunan aliran darah ini menyebabkan iskemia. Trombus
serebri adalah obstruksi aliran darah yang terjadi pada aproses oklusi satu atau lebih
pembuluh darah lokal
2. Emboli serebri. Infark iskemik dapat diakibatkan oleh emboli yang timbul dari lesi
ateromaus yang terletak pada pembuluh yang lebih distal. Gumpalan-gumpalan kecil
dapat terlepas dari trombus yang lebih besar dan dibawa ke tempat-tempat lain dalam
darah. Bila embolus mencapai arteri yang terlalu sempit untuk dilewati dan menjadi
tersumbat, aliran darah fragmen distal akan terhenti, mengakibatkan infark jaringan otak
distal karena kurangnya nutrisi dan oksigen. Emboli merupakan 32% dari penyebab
stroke non hemorragik.4

Faktor risiko stroke iskemik meliputi bertambahnya usia, tekanan darah tinggi, penyakit
jantung, diabetes, merokok, dan kolesterol tinggi. Pada setiap usia, stroke lebih sering terjadi
pada pria daripada wanita. Pengobatan stroke dengan cara mengurangi faktor risiko dan
mengidentifikasi sumber penyumbatan. Setelah penyebab spesifik dari stroke iskemik
ditemukan, pengobatan yang terbaik dapat ditentukan. Adapun tanda dan gejala stroke non
hemoragik ini dapat berbeda-beda pada seseorang yang mengalaminya, karena semuanya
tergantung pada arteri di otak yang terpengaruh. Berikut ini adalah tanda-tanda secara umum dari
stroke dan harus membutuhkan perhatian medis segera.3

1. Tiba-tiba mengalami mati rasa atau kelemahan pada bagian wajah, tangan atau tungkai.
Kejadiannya paling sering pada satu sisi. Istilah ini dikenal dengan hemiparesis,
monoparesis, atau yang jarang terjadi adalah quadriparesis

2. Tiba-tiba mengalami kebingungan atau kesulitan dalam hal berbicara. Lidah terasa lemah
dan kaku, afasia.

3. Tiba-tiba kehilangan penglihatan, menjadi kabur, gangguan lapangan pandang, diplopia.

4. Tiba-tiba merasa pusing atau hilang keseimbangan dan koordinasi, vertigo atau ataxia

5. Tiba-tiba mengalami sakit kepala yang parah.

Diagnosis Banding

1) Stroke hemoragik 
Stroke hemoragik atau stroke perdarahan otak adalah stroke yang terjadi bila pasokan darah
ke otak terganggu disebabkan oleh rupture arteri, baik intraserebral maupun subarachnoid. 5 Jenis
Stroke Hemoragik. ada dua jenis utama stroke perdarahan, yaitu:

1. Perdarahan intraserebral: stroke disebabkan oleh pendarahan di dalam otak. Sekitar 10%
dari semua stroke adala jenis ini. Pada stroke intraserebral dimana dinding pembuluh
darah kecil yang sudah rusak akibat hipertensi kronik robek. Hematoma yang terbentuk
menyebabkan peningkatan tekanan intracranial (TIK). Gejala stroke intraserebral adalah
kelemahan, mati rasa dan / kesemutan pada satu sisi tubuh, kesulitan berbicara atau
memahami, pusing, penglihatan kabur. Gejala ini dapat disertai juga dengan gejala lain
seperti sakit kepala parah tiba-tiba, penurunan kesadaran, muntah atau leher kaku
2. Perdarahan Subarachnoid: stroke disebabkan oleh pendarahan di permukaan otak dalam
ruang subarachnoid. Otak dilapisi 2 lapisan membran yang melindungi dari tulang
tengkorak. Antara dua lapisan membran ini terdapat ruang yang disebut ruang
subarachnoid, yang diisi dengan cairan serebrospinal (CSS). Jika darah yang dekat
dengan permukaan otak pecah dan mengalami kebocoran masuk ke ruang subarachnoid,
ini disebut subarachnoid haemorrhage (SAH). Jenis stroke ini menyumbang 5% dari
semua stroke. Pendarahan subarachnoid adalah jenis stroke yang sangat. Gejala
Perdarahan Subarachnoid yang sering kali terjadi tiba-tiba adalah sakit kepala yang
parah. Hal ini kadang-kadang digambarkan seperti kepala dipukul dengan palu, sakit
yang dirasakan tidak seperti apa yang pernah dialami sebelumnya. Gejala lainnya bisa
saja terjadi kehilangan kesadaran, kejang, mual dan muntah, kepekaan terhadap cahaya,
leher kaku (3-12 jam), kebingungan dan demam. Gejala ini juga dapat disertai oleh
masalah berbicara dan kelemahan pada satu sisi tubuh.
2) Tumor Otak

Klasifikasi tumor otak yang penting dari segi klinis dibedakan menjadi primary brain
tumor dan metastatic brain tumor dapat pula disebut tumor benigna (jinak) dan tumor
maligna (ganas). Tumor adalah pertumbuhan tidak normal dalam tubuh, terdiri dari sel-sel
ekstra. Umumnya sel lama mati, dan yang baru mengambil tempat pada sel lama. Kadang-
kadang, proses ini berlangsung tidak sesuai sehingga sel-sel baru terbentuk dan sel-sel tua
tidak mati. Tumor jinak hanya tumbuh di satu tempat, tidak dapat menyebar atau menyerang
bagian tubuh lain. Meskipun demikian, bisa berbahaya jika menekan pada organ vital, seperti
otak.
Gejala klinis dapat berupa gejala serebral umum, berupa perubahan mental yang ringan
(Psikomotor asthenia), yang dapat dirasakan oleh keluarga dekat penderita berupa: mudah
tersinggung, emosi, labil, pelupa, perlambatan aktivitas mental dan sosial, kehilangan
inisiatif dan spontanitas, mungkin diketemukan ansietas dan depresi. Gejala ini berjalan
progresif dan dapat dijumpai pada 2/3 kasus.6

1. Nyeri Kepala. Diperkirakan 1% penyebab nyeri kepala adalah tumor otak dan 30% gejala
awal tumor otak adalah nyeri kepala. Sedangkan gejala lanjut diketemukan 70% kasus. Sifat
nyeri kepala bervariasi dari ringan dan episodik sampai berat dan berdenyut, umumnya
bertambah berat pada malam hari dan pada saat bangun tidur pagi serta pada keadaan dimana
terjadi peninggian tekanan tinggi intrakranial. Adanya nyeri kepala dengan psikomotor
asthenia perlu dicurigai tumor otak
2. Muntah. Terdapat pada 30% kasus dan umumnya menyertai nyeri kepala. Lebih sering
dijumpai pada tumor di fossa posterior, umumnya muntah bersifat proyektif dan tak disertai
dengan mual. Muntah, kadang-kadang di pengaruhi oleh asupan makanan, yang selalu
disebabkan adanya iritasi pada pusat vagal di medula. Jika muntah dengan tipe yang kuat, ini
disebut sebagai muntah proyekti Papiledema (Edema pada saraf optik). Ada sekitar 70%
sampai 75 % dari pasien dan dihubungkan dengan gangguan penglihatan seperti penurunan
ketajaman penglihatan, diplopia (pandangan ganda) dan penurunan lapang pandangan.
3. Kejang. Bangkitan kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada 25% kasus, dan
lebih dari 35% kasus pada stadium lanjut. Diperkirakan 2% penyebab bangkitan kejang
adalah tumor otak.
4. Menyebabkan peningkatan tekanan TIK Berupa keluhan nyeri kepala di daerah frontal dan
oksipital yang timbul pada pagi hari dan malam hari, muntah proyektil dan penurunan
kesadaran. Pada pemeriksaan diketemukan papil udem. Keadaan ini perlu tindakan segera
karena setiap saat dapat timbul ancaman herniasi. Selain itu dapat dijumpai parese N.VI
akibat teregangnya N.VI oleh TTIK. Tumor-tumor yang sering memberikan gejala TTIK
tanpa gejala-gejala fokal maupun lateralisasi adalah meduloblatoma, spendimoma dari
ventrikel III, haemangioblastoma serebelum dan craniopharingioma.7
3) Miastenia gravis
Miastania gravis adalah penyakit yang menyerang hubungan antara sistem saraf (nervus)
dan sistem otot (muskulus). Penyakit miastenis gravis ditandai dengan kelemahan dan kelelahan
pada beberapa atau seluruh otot, di mana kelemahan tersebut diperburuk dengan aktivitas terus
menerus atau berulang-ulang. Miastenia gravis adalah penyakit autoimun yang menyerang
neuromuskular juction ditandai oleh suatu kelemahan otot dan cepat lelah akibat adanya antibodi
terhadap reseptor asetilkolin (AchR) sehingga jumlah AchR di neuromuskular juction
berkurang.3,8

Dalam kasus Myasthenia Gravis terjadi penurunan jumlah Acetyl Choline


Receptor(AChR). Kondisi ini mengakibatkan Acetyl Choline(ACh) yang tetap dilepaskan dalam
jumlah normal tidak dapat mengantarkan potensial aksi menuju membran post-synaptic.
Kekurangan reseptor dan kehadiran ACh yang 6 tetap pada jumlah normal akan mengakibatkan
penurunan jumlah serabut saraf yang diaktifkan oleh impuls tertentu, inilah yang kemudian
menyebabkan rasa sakit pada pasien.

Penyakit Miastenia gravis ditandai dengan adanya kelemahan dan kelelahan. Kelemahan
otot terjadi seiring dengan penggunaan otot secara berulang, dan semakin berat dirasakan di
akhir hari. Gejala ini akan menghilang atau membaik dengan istirahat. Kelompok otot-otot yang
melemah pada penyakit miastenis gravis memiliki pola yang khas. Pada awal terjadinya
Miastenia gravis, otot kelopak mata dan gerakan bola mata terserang lebih dahulu. Akibat dari
kelumpuhan otot-otot tersebur, muncul gejala berupa penglihatan ganda (melihat benda menjadi
ada dua atau disebut diplopia) dan turunnya kelopak mata secaara abnormal (ptosis).

Epidemiologi

Stroke merupakan masalah neurologis serius yang utama di Amerika Serikat.


Berdasarkan data statistik di Amerika, setiap tahun terjadi 750.000 kasus stroke baru di Amerika.
Dari data tersebut menunjukkan bahwa setiap 45 menit, ada satu orang di Amerika yang terkena
serangan stroke. Menurut Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), terdapat kecenderungan
meningkatnya jumlah penyandang stroke di Indonesia dalam dasawarsa terakhir.
Kecenderungannya menyerang generasi muda yang masih produktif. Hal ini akan berdampak
terhadap menurunnya tingkat produktifitas serta dapat mengakibatkan terganggunya sosial
ekonomi keluarga.
Di Indonesia, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan
kanker. Bahkan, menurut survei tahun 2004, stroke merupakan pembunuh no.1 di RS Pemerintah
di seluruh penjuru Indonesia. Diperkirakan ada 500.000 penduduk yang terkena stroke. Dari
jumlah tersebut, sepertiganya bisa pulih kembali, sepertiga lainnya mengalami gangguan
fungsional ringan sampai sedang dan sepertiga sisanya mengalami gangguan fungsional berat.
Menurut berbagai literatur, insidens stroke hemoragik antara 15%-30% dan stroke non
hemoragik antara 70%-80%, tetapi untuk negara-negara berkembang atau Asia, kejadian stroke
hemoragik sekitar 30% dan stroke non hemoragik 70%, terdiri dari trombosis serebri 60%,
emboli serebri 5%, dan lainlain 35%. Insidens stroke meningkat seiring bertambahnya usia.
Setelah umur 55 tahun, resiko stroke iskemik meningkat 2 kali lipat setiap dekade. Menurut
Schultz, penderita yang berumur antara 70-79 tahun banyak menderita perdarahan intrakranial.
Kejadian stroke lebih banyak pada laki-laki dengan perbandingan 1,3:1, kecuali pada usia lanjut
dimana rasionya sudah tidak jauh berbeda.7

Etiologi

Yang menjadi persoalan pokok pada stroke adalah gangguan peredaran darah pada
daerah otak tertentu. Beberapa hal yang menyebabkan lesi vaskuler serebral antara lain : 1.
Penyumbatan aliran darah otak karena vasospasme langsung dan menimbulkan gejala defisit atau
perangsangan sesuai dengan fungsi daerah otak yang terkena. 2. Trombosis. Penyumbatan aliran
darah yang disebabkan oleh thrombus. Akibatnya aliran darah otak regional tidak memadai
dalam memenuhi kebutuhan darah otak yang terganggu. Biasanya ada kaitannya dengan
kerusakan lokal dinding pembuluh darah akibat ateroklerosis. 3. Emboli. Penyumbatan aliran
darah otak oleh embolus. Sumber embolisasi dapat terletak di arteri karotis atau vertebralis tapi
dapat juga di jantung dan sistem vaskuler sistemik. 4. Pendarahan Serebri. Lesi daerah otak
akibat ruptur dinding pembuluh darah. Penyebab ruptur pembuluh darah bisa akibat dari suatu
stroke embolik, perdarahan lobaris spontan dan perdarahan intraserebral akibat hipertensi.3

Fisiologi

Sistem serebrovaskular memberi otak aliran darah yang banyak mengandung zat
makanan yang penting bagi fungsional otak. Terhentinya aliran darah serebrum atau Cerebrum
Blood Flow (CBF) selama beberapa detik saja akan menimbulkan gejala disfungsi serebrum.
Apabila berlanjut selama beberapa detik, defisiensi CBF menyebabkan kehilangan kesadaran dan
akhirnya iskemia serebrum. CBF normal adalah sekitar 50ml/100gram jaringan otak/menit. Pada
keadaan istirahat otak menerima seperenam curah jantung; dari aspek aspirasi oksigen, otak
menggunakan 20% oksigen tubuh.9

Empat arteri besar menyalurkan darah ke otak: dua arteri karotis interna dan dua arteri
vertebralis (yang menyatu dengan arteri basilaris untuk membentuk sistem vertebrobasilar).
Darah arteri yang menuju ke otak berasal dari arkus aorta. Secara umum, arteri-arteri serebrum
bersifat penetrans atau konduktans. Arteri-arteri konduktans (karotis, serebri media dan anterior,
vertebralis, basilaris, dan serebri posterior) serta cabang-cabangnya membentuk suatu jaringan
yang ekstensif di permukaan otak. Secara umum, arteri karotis dan cabang-cabangnya
memperdarahi bagian terbesar dari hemisfer serebrum, dan arteri vertebralis memperdarahi dasar
otak dan serebelum. Arteri-arteri penetrans adalah pembuluh yang menyalurkan makanan dan
berasal dari arteri-arteri konduktans. Pembuluh-pembuluh ini masuk ke otak dengan sudut tegak
lurus serta menyalurkan darah ke struktur struktur yang terletak di bawah korteks (talamus,
hipotalamus, kapsula interna, dan ganglia basal). Sirkulasi kolateral dapat terbentuk secara
perlahan-lahan apabila terjadi penurunan aliran darah normal ke suatu bagian. Sebagian besar
sirkulasi kolateral serebrum antara arteri-arteri besar adalah melalui Sirkulus Wilisi.

Efek sirkulasi kolateral ini adalah menjamin terdistribusinya aliran darah ke otak.
Kolateral-kolateral ini hanya berfungsi bila rute lain terganggu. Substansia grisea otak memiliki
laju metabolisme jauh lebih tinggi daripada di substansia alba, maka jumlah kapiler dan aliran
darah juga empat kali lebih besar.

Patofisiologi

Patogenesis stroke iskemia diawali dengan perubahan fungsi endotel arteri, perubahan
tekanan perfusi dan perubahan komposisi darah melalui proses aterosklerosis. Aterosklerosis
yang menjadi dasar stroke iskemia merupakan suatu kelainan dinding arteri berupa
pembentukan plaque yang didahului oleh peningkatan ketebalan intima media arteri karotis.
Aterosklerosis bermula pada masa anak berupa lapisankaya lemak di dalam tunika intima di
bawah lapisan sel endotelyang utuh (fatty streak). Pembentukan plaque fibrosa bermula diusia
muda pada daerah pembuluh darah yang rentan terhadap pembentukanf atty streak, seperti titik-
titik percabangan arter. Tersumbatnya pembuluh darah intracranial akut menyebabkan kurangnya
aliran darah ke otak. Aliran darah ke otaknormalnya 50 ml/100 gr otak/menit. Kecepatan aliran
darah diotak bervariasi antara 40-70 cm/detik. Apabila aliran darah otak meningkat atau arteri
menyempit maka kecepatan segmen arteri juga akan meningkat. Hal ini mengindikasikan adanya
toleransi tinggi terhadap hipertensi dan juga sensitif terhadap hipotensi. Ketika aliran darah yang
menuju serebral di bawah 20 ml/100 g per menit maka akan terjadi iskemia. Jika aliran ini terus
mengalami penurunan hingga 12 ml/100 g per menit maka akan terjadi kerusakan otak permanen
yang disebut infark. Jaringan yang mengalami iskemia namun masih dapat mempertahankan
integritas membrannya disebut sebagai iskemia penumbra karena biasanya jaringan tersebut
mengelilingi inti jaringan infark. Daerah penumbra ini masih dapat diselamatkan dengan
intervensi terapi.3,6

Faktor resiko

Faktor resiko stroke yang tidak dapat diubah adalah usia, jenis kelamin, ras, riwayat
keluarga, dan riwayat stroke sebelumnya. Semakin tua usia seseorang akan semakin mudah
terkena stroke. Stroke dapat terjadi pada semua usia, namun lebih dari 70% kasus stroke terjadi
pada usia diatas 65tahun. Laki-laki lebihmudah terkena stroke. Hal ini karena lebih tingginya
angka kejadian factor resiko stroke (misalnya hipertensi) pada laki-laki. Resiko stroke meningkat
pada seseorang dengan riwayat keluarga stroke. Seseorang dengan riwayat keluarga stroke lebih
cenderung menderita diabetes dan hipertensi. Hal ini mendukung hipotesis bahwa peningkata
kejadian stroke pada keluarga penyandang stroke adalah akibat diturunkannya factor resiko
stroke.5 Faktor resiko stroke utama yang dapat diubah adalah hipertensi, diabetes, merokok, dan
dyslipidemia.

1. Hipertensi. Seseorang disebut mengalami hipertensi apabila tekanan darah lebih dari
140/90 mmHg atau lebih dari 135/85 mmHg pada individu yang mengalami gagal
jantung, insufisiensi ginjal atau diabetes mellitus. Hipertensi merupakan factor resiko
stroke dan penyakit jantung coroner yang paling konsisten dan penting. Hipertensi
meningkatkan risiko stroke 2-4 kali lipat tanpa tergantung pada factor resiko lainnya.
Hipertensi kronis dan tidak terkendali akan memicu kekakuan dinding pembuluh darah
kecil yang dikenal dengan mikroangiopati. Hipertensi juga akan memicu munculnya
timbunan plak (plak atherosklerotik) pada pembuluh darah besar. Timbunan plak akan
menyempitkan lumen/diameter pembuluh darah. Plak yang tidak stabil akan mudah
pecah/rupture dan terlepas. Plak yang terlepas meningkatkan resiko tersumbatnya
pembuluh darah otak yang lebih kecil. Bila ini terjadi, timbulnya gejala stroke.
2. Diabetes. Diabetes merupakan factor resiko stroke iskemik yang utama. Peningkatan
kadar gula darah berhubungan lurus dengan resiko stroke (semakin tinggi kadar gula
dara, semakin mudah terkena stroke).
3. Merokok. Berbagai penelitian menghubungkan kebiasaan merokok dengan peningkatan
resiko penyakit pembuluh darah (termasuk stroke). Merokok memacu peningkatan
kekentalan darah, pengerasan dinding pembuluh darah, dan penimbunan plak di dinding
pembuluh darah. Merokok dapat meningkatkan risiko stroke sampai dua kali lipat.
4. Dyslipidemia. Profil lemak seseorang ditentukan oleh kadar kolesterol darah, kolesterol
LDL, kolesterol HDL, trigliserida, dan Lp(a). kolesterol dibentuk didalam tubuh, yang
terdiri dua bagian utama yaitu kolesterol LDL dan HDL. Kolesterol LDL disebut sebagai
“kolesterol jahat” yang membawa olesterol dari hati ke dalam sel. Jumlah kolesterol LDL
yang tinggi akan menyebabkan penimbunan kolesterol di dalam sel. Hal ini kana memacu
munculnya proses atherosclerosis (pengerasan dinding pembuluh darah arteri). Proses
atherosclerosis akan menimbulkan komplikasi pada organ target (jantung, otak, dan
ginjal) proses tersebut pada otak akan meningkatkan resiko terkena stroke.

Komplikasi
Komplikasi yang umum terjadi adalah bengkak otak (edema) yang terjadi pada 24 jam
sampai 48 jam pertama setelah stroke. Berbagai komplikasi lain yang dapat terjadi adalah
sebagai berikut:

-
Kejang. Kejang pada fase awal lebih sering terjadi pada stroke perdarahan. Kejadian
kejang umumnya memperberat defisit neurologik.
-
Nyeri kepala: walaupun hebat, umumnya tidak menetap.
-
Hiccup: penyebabnya adalah kontraksi otot-otot diafragma. Sering terjadi pada stroke
batang otak, bila menetap cari penyebab lain seperti uremia dan iritasi diafragma.

Pencegahan
Pencegahan primer dapat dilakukan dengan menghindari rokok, stres mental, alkohol,
kegemukan, konsumsi garam berlebih, obat-obat golongan amfetamin, kokain dan sejenisnya.
Mengurangi kolesterol dan lemak dalam makanan. Menggendaliakan hipertensi, diabetes
melitus, penyakit jantung, penyakit vaskular aterosklerotik lainya. Perbanyak konsumsi gizi
seimbang dan olahraga teratur.
Pencegahan skunder dengan cara memodifikasi gaya hidup yang berisiko seperti
hipertensi dengan diet dan obat antihipertensi, diabetes melitus dengan diet dan obat
hipoglikemik oral atau insulin, penyakit jantung dengan antikoagulan oral, dislipidemia dengan
diet rendah lemak dan obat antidislipidemia, berhenti merokok, hindari kegemukan dan kurang
gerak.5

Penatalaksanaan
Terapi umum:
Letakkan kepala pasien pada posisi 30°, kepala dan dada pada satu bidang; ubah posisi
tidur setiap 2 jam; mobilisasi dimulai bertahap bila hemodinamik sudah stabil.
Selanjutnya, bebaskan jalan napas, beri oksigen 1-2 liter/menit sampai didapatkan hasil
analisis gas darah. Jika perlu, dilakukan intubasi. Demam diatasi dengan kompres dan antipiretik,
kemudian dicari penyebabnya; jika kandung kemih penuh, dikosongkan (sebaiknya dengan
kateter intermiten). Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik, kristaloid atau koloid 1500-2000
mL dan elektrolit sesuai kebutuhan, hindari cairan mengandung glukosa atau salin isotonik.
Pemberian nutrisi per oral hanya jika fungsi menelannya baik; jika didapatkan gangguan
menelan atau kesadaran menurun, dianjurkan melalui selang nasogastrik.5
Kadar gula darah >150 mg% harus dikoreksi sampai batas gula darah sewaktu 150 mg%
dengan insulin drip intravena kontinu selama 2-3 hari pertama. Hipoglikemia (kadar gula darah <
60 mg% atau < 80 mg% dengan gejala) diatasi segera dengan dekstrosa 40% iv sampai kembali
normal dan harus dicari penyebabnya.5
Nyeri kepala atau mual dan muntah diatasi dengan pemberian obat-obatan sesuai gejala.
Tekanan darah tidak perlu segera diturunkan, kecuali bila tekanan sistolik ≥220 mmHg,
diastolik ≥120 mmHg, Mean Arterial Blood Pressure (MAP) ≥ 130 mmHg (pada 2 kali
pengukuran dengan selang waktu 30 menit), atau didapatkan infark miokard akut, gagal jantung
kongestif serta gagal ginjal. Penurunan tekanan darah maksimal adalah 20%, dan obat yang
direkomendasikan: natrium nitro- prusid, penyekat reseptor alfa-beta, penyekat ACE, atau
antagonis kalsium.
Jika terjadi hipotensi, yaitu tekanan sistolik ≤90 mm Hg, diastolik ≤70 mmHg, diberi
NaCl 0,9% 250 mL selama 1 jam, dilanjutkan 500 mL selama 4 jam dan 500 mL selama 8 jam
atau sampai hipotensi dapat diatasi. Jika belum ter- koreksi, yaitu tekanan darah sistolik masih <
90 mmHg, dapat diberi dopamin 2-20 μg/kg/menit sampai tekanan darah sistolik ≥ 110 mmHg.
Jika kejang, diberi diazepam 5-20 mg iv pelan- pelan selama 3 menit, maksimal 100 mg
per hari; dilanjutkan pemberian antikonvulsan peroral (fenitoin, karbamazepin). Jika kejang
muncul setelah 2 minggu, diberikan antikonvulsan peroral jangka panjang.5
Jika didapatkan tekanan intrakranial meningkat, diberi manitol bolus intravena 0,25 sampai 1
g/kgBB per 30 menit, dan jika dicurigai fenomena rebound atau keadaan umum memburuk,
dilanjutkan 0,25g/kgBB per 30 menit setiap 6 jam selama 3-5 hari. Harus dilakukan pemantauan
osmolalitas (<320 mmol); sebagai alternatif, dapat diberikan larutan hipertonik (NaCl 3%) atau
furosemid.5
Terapi khusus:
Ditujukan untuk reperfusi dengan pemberian antiplatelet seperti aspirin dan anti
koagulan, atau yang dianjurkan dengan trombolitik rt-PA (recombinant tissue Plasminogen
Activator). Dapat juga diberi agen neuroproteksi, yaitu sitikolin atau pirasetam (jika didapatkan
afasia). 5

Prognosis
Prognosis stroke dipengaruhi oleh sifat dan tingkat keparahan defisit neurologis yang
dihasilkan. usia pasien, penyebab stroke, gangguan medis yang terjadi bersamaan juga
mempengaruhi prognosis. Secara keseluruhan, kurang dari 80% pasien dengan stroke bertahan
selama paling sedikit 1 bulan, dan didapatkan tingkat kelangsungan hidup dalam 10 tahun sekitar
35%. pasien yang selamat dari periode akut, sekitar satu setengah samapai dua pertiga kembali
fungsi independen, sementara sekitar 15% memerlukan perawatan institusional. Di Indonesia,
diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke, dan sekitar 25%
atau 125.000 orang meninggal dan sisanya mengalami cacat ringan atau berat. Sebanyak 28,5%
penderita stroke meninggal dunia, sisanya menderita kelumpuhan sebagian maupun total. Hanya
15% saja yang dapat sembuh total dari serangan stroke dan kecacatan.1

Kesimpulan
Dari kasus yang sedang terjadi, dilakukan anamnesa serta pemeriksaan yang diperlukan,
maka pasien di diagnosis menderita stroke. Faktor kecepatan dan ketepatan dalam mendiagnosis
dan menatalaksana penderita stroke sangat menentukan keberhasilan terapi, prognosis, dan
kemungkinan komplikasi pada penderita.

Daftar Pustaka
1. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. In: Taut Neuromuskular. 6 th ed.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012.
2. Trent MW, John T, Sung CT, Christopher GS, Sthepen MT. Pathophysiology, treatment,
animal and cellular models of human ischemic stroke. Molecular Neurodegeneration.
2011; 6:11.
3. Brust JCM. Current diagnosis and treatment in neurology. : McGraw-Hill Companies;
2006. Hal 107-41.
4. Maas, MB. Safdieh, JE. Ischemic Stroke: Pathophysiology and Principles of
Localization. Neurology Board Review Manual. Neurology. 2009; 13(1): 2-16.
5. Setiyohadi B. Miologi. In: Sudoyo AW, Setiyohadi, Bambang, Alwi, idrus, Simadibrata
K.,Marcellus, Setiati, Siti, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:
InternaPublishing; 2009 Setiawati S, dkk. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi VI, jilid
I. Jakarta: Interna Publishing; 2014.
6. Ilmu Penyakit Saraf S. Standar Pelayanan Medik. Makassar: Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin; 2014.
7. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 8 dari 1000 orang Indonesia terkena stroke.
2011. Tersedia di : http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1703-8-dari-
1000-orang-di-indonesia-terkena-stroke.html
8. Hughes BW, Casillas, Maria Luisa Moro De , Kaminski, Henry J.,. Pathophysiology of
Myasthenia Gravis. Thieme Medical Publishers 2004;24 Number 1:p21-7.
9. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Penterjemah: Irawati,
Ramadani D, Indriyani F. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2006.

Anda mungkin juga menyukai