Anda di halaman 1dari 12

TUGAS 10

Mata Kuliah : Bisnis Internasional

Dosen Pengampu : Rita Yuanita Toendan, SE, M.Si


Hari / Tanggal Pembuatan : Jumat, 11 Juni 2021

Oleh :
Ina Friscila
193030302211

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
TAHUN AJARAN 2020/2021
ARTIKEL
KEKAYAAN INTELEKTUAL ( INTELECTUAL PROPERTY )
A. Pengertian Kekayaan Intelektual ( Intelectual Property )
Hak Kekayaan Intelektual adalah hak untuk menikmati secara ekonomi hasil suatu
kreativitas intelektual. Objek yang diatur dalam hak kekayaan intelektual adalah karya-karya
yang timbul atau lahir kerena kemampuan intelektual manusia. Kekayaan Intelektual atau Hak
Kekayaan Intelektual (HKI) atau Hak Milik Intelektual adalah pandangan kata yang biasa
digunakan untuk Intellectual Property Rights (IPR) atau Geistiges Eigentum, dalam bahasa
Jermannya. Istilah atau terminologi Hak Kekayaan Intelektual (HKI) digunakan untuk pertama
kalinya pada tahun 1790. Adalah Fichte yang pada tahun 1793 mengatakan tentang hak milik
dari si pencipta ada pada bukunya. Yang dimaksud dengan hak milik disini bukan buku sebagai
benda, tetapi buku dalam pengertian isinya. Istilah HKI terdiri dari tiga kata kunci, yaitu Hak,
Kekayaan, dan Intelektual. Kekayaan merupakan abstraksi yang dapat dimiliki, dialihkan, dibeli,
maupun dijual.
Sistem Hak Kekayaan Intelektual merupakan hak privat (private rights). Di sinilah ciri
khas hak kekayaan intelektual. Seseorang bebas mengajukan permohonan atau mendaftarkan
karya intelektualnya/tidak. Hak ekslusif yang diberikan negara kepada individu pelaku Hak
kekayaan intelektual (inventor, pencipta atau pendesain) dimaksudkan sebagai penghargaan atas
hasil karyanya dan agar orang lain terangsang untuk dapat lebih lanjut mengembangkannya lagi,
sehingga dengan sistem hak kekayaan intelektual tersebut kepentingan masyarakat ditentukan
melalui mekanisme pasar.
Di samping itu, sistem hak kekayaan intelektual juga menunjang diadakannya sistem
dokumentasi yang baik atas segala bentuk kreativitas manusia sehingga kemungkinan munculnya
teknologi atau hasil karya lain yang sama dapt dihindarkan. Dengan dukungan dokumentasi yang
baik diharapkan masyarakat dapat memanfaatkan secara maksimal untuk keperluan hidupnya
atau mengembangkannya lebih lanjut agar memberikan nilai tambah yang lebih tinggi lagi.
Adapun pengertian HAKI menurut para ahli, yaitu :
Menurut Ismail Saleh, Pengertian HAKI adalah pengakuan dan penghargaan pada
seseorang atau badan hukum atas penemuan atau penciptaan karya intelektual mereka dengan
memberikan hak-hak khusus bagi mereka, baik yang bersifat sosial maupun ekonomis.
Pengertian HAKI menurut pendapat Bambang Kesowo, HAKI adalah hak atas kekayaan
yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia.
Pengertian HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual) menurut Adrian Sutedi adalah hak
atau wewenang atau kekuasaan untuk berbuat sesuatu atas kekayaan intelektual tersebut dan hak
tersebut diatur oleh norma-norma atau hukum-hukum yang berlaku. Kekayaan intelektual
merupakan kekayaan atas segala hasil produksi kecerdasan daya pikir seperti teknologi,
pengetahuan, sastra, seni, karya tulis, karikatur, pengarang lagu dan seterusnya.
Hak itu sendiri dapat dibagi menjadi dua. Pertama, Hak dasar (Asasi) yang merupakan
hak mutlak yang tidak dapat digangu-gugat. Contohnya : hak untuk hidup, hak untuk
mendapatkan keadilan dan sebagainya. Kedua, Hak amanat aturan atau perundangan yaitu hak
karena diberikan atau diatur oleh masyarakat melalui peraturan atau perundangan. HAKI (Hak
Kekayaan Intelektual) merupakan amanat aturan, sehingga masyarakatlah yang menjadi penentu
seberapa besar HAKI yang diberikan kepada individu dan kelompok.

B. Hak Kekayaan Intelektual Berdasarkan Undang-Undang ( HAKI )


Dasar hukum mengenai Hak Kekayaan Intelektual cakupanya cukup luas, berikut adalah
beberapa di antaranya :
 UU Nomor 19 Tahun 2002 diganti oleh UU No. 28/2014 Tentang Hak Cipta.
Berisi tentang hak cipta, pencipta, perlindungan hak cipta, dan juga ciptaan yang
dilindungi.
 UU Nomor 4 Tahun 2001 Tentang Paten.
Berisi tentang inventor dan juga pemegang hak paten.
 UU Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek
Berisi tentang merek, merek dagang, merek jasa, merek kolektif, dan jangka waktu
perlindungan terhadap merek.
 UU Nomor 31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri.
Berisi tentang desain industri, dan jangka waktu perlindungannya.
 UU Nomor 32 Tahun 20000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.
Berisi tentang desain tata letak, dan juga sirkuit terpadu.
 UU Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang
Berisi tentang rahasia dagang, lingkup rahasia dagang, dan juga perlindungan terhadap
rahasia dagang.
 UU Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman.

C. Sejarah Kekayaan Intelektual


Secara historis, peraturan perundang-undangan di bidang kekayaan intelektual di
Indonesia telah ada sejak tahun 1840. Pemerintah kolonial Belanda memperkenalkan undang-
undang pertama mengenai perlindungan kekayaan intelektual pada tahun 1844. Selanjutnya,
Pemerintah Belanda mengundangkan UU Merek tahun 1885, Undang-undang Paten tahun 1910,
dan UU Hak Cipta tahun 1912. Indonesia yang pada waktu itu masih bernama Netherlands East-
Indies telah menjadi angota Paris Convention for the Protection of Industrial Property sejak
tahun 1888, anggota Madrid Convention dari tahun 1893 sampai dengan 1936, dan anggota
Berne Convention for the Protection of Literaty and Artistic Works sejak tahun 1914. Pada
zaman pendudukan Jepang yaitu tahun 1942 sampai dengan 1945, semua peraturan perundang-
undangan di bidang kekayaan intelektual tersebut tetap berlaku. Pada tanggal 17 Agustus 1945
bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan
peralihan UUD 1945, seluruh peraturan perundang-undangan peninggalan Kolonial Belanda
tetap berlaku selama tidak bertentangan dengan UUD 1945. UU Hak Cipta dan UU Merek tetap
berlaku, namun tidak demikian halnya dengan UU Paten yang dianggap bertentangan dengan
pemerintah Indonesia. Sebagaimana ditetapkan dalam UU Paten peninggalan Belanda,
permohonan Paten dapat diajukan di Kantor Paten yang berada di Batavia (sekarang Jakarta),
namun pemeriksaan atas permohonan Paten tersebut harus dilakukan di Octrooiraad yang berada
di Belanda
Pada tahun 1953 Menteri Kehakiman RI mengeluarkan pengumuman yang merupakan
perangkat peraturan nasional pertama yang mengatur tentang Paten, yaitu Pengumuman Menteri
Kehakiman no. J.S 5/41/4, yang mengatur tentang pengajuan sementara permintaan Paten dalam
negeri, dan Pengumuman Menteri Kehakiman No. J.G 1/2/17 yang mengatur tentang pengajuan
sementara permintaan paten luar negeri.
Pada tanggal 11 Oktober 1961 Pemerintah RI mengundangkan UU No.21 tahun 1961
tentang Merek Perusahaan dan Merek Perniagaan untuk mengganti UU Merek Kolonial Belanda.
UU No 21 Tahun 1961 mulai berlaku tanggal 11 November 1961. Penetapan UU Merek ini
untuk melindungi masyarakat dari barang-barang tiruan/bajakan.
Pada tanggal10 Mei 1979 Indonesia meratifikasi Konvensi Paris Paris Convention for the
Protection of Industrial Property (Stockholm Revision 1967) berdasarkan keputusan Presiden
No. 24 tahun 1979. Partisipasi Indonesia dalam Konvensi Paris saat itu belum penuh karena
Indonesia membuat pengecualian (reservasi) terhadap sejumlah ketentuan, yaitu Pasal 1 sampai
dengan 12 dan Pasal 28 ayat 1.
Pada tanggal 12 April 1982 Pemerintah mengesahkan UU No.6 tahun 1982 tentang Hak
Cipta untuk menggantikan UU Hak Cipta peninggalan Belanda. Pengesahan UU Hak Cipta
tahun 1982 dimaksudkan untuk mendorong dan melindungi penciptaan, penyebarluasan hasil
kebudayaan di bidang karya ilmu, seni, dan sastra serta mempercepat pertumbuhan kecerdasan
kehidupan bangsa.
Tahun 1986 dapat disebut sebagai awal era modern sistem kekayaan intelektual di tanah
air. Pada tanggal 23 Juli 1986 Presiden RI membentuk sebuah tim khusus di bidang kekayaan
intelektual melalui keputusan No.34/1986 (Tim ini dikenal dengan tim Keppres 34) Tugas utama
Tim Keppres adalah mencakup penyusunan kebijakan nasional di bidang kekayaan intelektual,
perancangan peraturan perundang-undangan di bidang kekayaan intelektual dan sosialisasi
sistem kekayaan intelektual di kalangan intansi pemerintah terkait, aparat penegak hukum dan
masyarakat luas.
Pada tanggal 19 September 1987 Pemerintah RI mengesahkan UU No.7 Tahun 1987
sebagai perubahan atas UU No. 12 Tahun 1982 tentang Hak Cipta.
Tahun 1988 berdasarkan Keputusan Presiden RI No.32 ditetapkan pembentukan
Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merek (DJHCPM) untuk mengambil alih fungsi dan
tugas Direktorat paten dan Hak Cipta yang merupakan salah satu unit eselon II di lingkungan
Direktorat Jenderal Hukum dan Perundang-Undangan, Departemen Kehakiman.
Pada tanggal 13 Oktober 1989 Dewan Perwakilan Rakyat menyetujui RUU tentang Paten
yang selanjutnya disahkan menjadi UU No. 6 Tahun 1989 oleh Presiden RI pada tanggal 1
November 1989. UU Paten 1989 mulai berlaku tanggal 1 Agustus 1991.
Pada tanggal 28 Agustus 1992 Pemerintah RI mengesahkan UU No. 19 Tahun 1992
tentang Merek, yang mulai berlaku 1 April 1993. UU ini menggantikan UU Merek tahun 1961.
Pada tanggal 15 April 1994 Pemerintah RI menandatangani Final Act Embodying the
Result of the Uruguay Round of Multilateral Trade Negotiations, yang mencakup Agreement on
Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (Persetujuan TRIPS).
Tahun 1997 Pemerintah RI merevisi perangkat peraturan perundang-undangan di bidang
kekayaan intelektual, yaitu UU Hak Cipta 1987 jo. UU No. 6 tahun 1982, UU Paten 1989 dan
UU Merek 1992.
Akhir tahun 2000, disahkan tiga UU baru dibidang kekayaan intelektual yaitu: (1) UU
No. 30 tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, UU No. 31 tahun 2000 tentang Desain Industri, dan
UU No. 32 tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.
Untuk menyelaraskan dengan Persetujuan TRIPS (Agreement on Trade Related Aspects
of Intellectual Property Rights) pemerintah Indonesia mengesahkan UU No 14 Tahun 2001
tentang Paten, UU No 15 tahun 2001 tentang Merek, Kedua UU ini menggantikan UU yang lama
di bidang terkait. Pada pertengahan tahun 2002, disahkan UU No.19 Tahun 2002 tentang Hak
Cipta yang menggantikan UU yang lama dan berlaku efektif satu tahun sejak di undangkannya.
Pada tahun 2000 pula disahkan UU No 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas
Tanaman dan mulai berlaku efektif sejak tahun 2004.
Pada tahun 2014, untuk menyesuaikan arus globalisasi, perkembangan zaman dan
teknologi internet, menyempurnakan kekurangan dalam UU sebelumnya, DPR dan Pemerintah
mengesahkan UU no. 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta. Selanjutnya, Pada tahun 2016, DPR
mengesahkan UU no. 13 tahun 2016 tentang Paten dan UU no. 20 tahun 2016 tentang Merek dan
Indikasi Geografis.

D. Sifat-Sifat Kekayaan Intelektual


Hak Atas Kekayaan Intelektual sebagai bagian dari hukum harta benda (harta kekayaan),
maka pemiliknya pada prinsipnya adalah bebas berbuat apa saja sesuai dengan kehendaknya dan
memberikan isi yang dikehendakinya sendiri pada hubungan hukumnya. Hanya dalam
perkembangan selanjutnya kebebasan itu mengalami perubahan, kita ingat misalnya akan
pembatasan berupa adanya lisensi wajib, pengambilalihan oleh negara, kreasi dan peciptaan
tidak boleh bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum. Beberapa sifat yang dimilki
dalam konsep HKI, di antaranya seperti:
1. Bahwa pada prinsipnya HKI mempunyai jangka waktu tertentu atau terbatas; Artinya
setelah habis masa perlindungan ciptaan atau penemuan yang dihasilkan oleh seseorang dan
kelompok, maka akan menjadi milik umum, tetapi ada pula yang setelah habis masa
perlindungannya dapat diperpanjang lagi, misalnya untuk hak merek.
2. HKI juga memiliki sifat eksklusif dan mutlak; Maksudnya bahwa hak hasil temuan atau
ciptaan yang dihasilkan oleh seseorang maupun kelompok tersebut, dapat dipertahankan apabila
ada pihak lain yang melakukan peniruan maupun penjiplakan terhadap hasil pencapaian. Pemilik
hak menuntut pelanggaran yang dilakukan oleh siapa pun dan pemilik atau pemilik HKI yang
syah tersebut memiliki hak monopoli, yaitu pemilik atau pemegang hak dapat mengontrol
haknya untuk melarang siapa pun yang akan memproduksi tanpa persetujuan dari pemiliknya.

E. Fungsi Kekayaan Intelektual


Fungsi dari kekayaan intelektual yaitu sebagai sarana perlindungan, karena penemuan
dan kreasi tersebutlah yang nantinya menjadi sumber penemuan dari kehidupan manusia, karena
dengan-penemuan dan hasil dari inovasi itulah kehidupan manusia semakin berkembang sampai
sekarang ini. Oleh karena itu negara sebagai institusi yang terbebani untuk melindungi
penemuan-penemuan tersebut tidak serta penemunya sebagai bentuk dan sebagai wujud rasa
terima kasih.
Paling tidak itu ilustrasi mengapa penemuan perlindungan dan hasil kreativitas manusia
perlu mendapat, yang kemudian konsep perlindungan tersebut di dalam konsep Hak Kekayaan
Intelektual (HKI). Sebuah konsep yang mulai populer di awal abad 19-an, dan yang sampai
sekarang menjadi sebuah konsep yang sudah dianut oleh sebagian besar negara melalui
penandatangan Trade of Related Intellectual Property Rights (TRIPs) Agreement.
HKI sebagai sarana untuk melindungi pencipta dan ciptaan sudah mengakar kuat di
berbagai negara dunia. Terlebih di beberapa negara besar dan maju seperti Amerika Serikat dan
negara-negara Eropa Barat. Di negara-negara besar inilah konsep HKI menjadi berkembang dan
seolah sudah mapan. Karena besar dan peta di negara-negara maju, konsep HKI yang awalnya
ditujukan untuk pencipta dan ciptaannya sekarang mengubah kesan menjadi satu sistem yang
seolah melupakan fungsi sosialnya. Hal ini bisa dilihat dari berbagai sistem HKI ini melindungi
dengan ketat hak ekonomi dan hak pencipta moral pembuat sementara di sisi lain tidak
memperhatikan pelanggan yang merasa “tercekik” dengan royalti yang harus dikeluarkan untuk
ciptaan tersebut, padahal pelanggan juga sangat membantu pencipta agar bsia berkembang.
Pencipta tidak bisa dipisahkan dengan pelanggan,
Konsep perlindungan yang diusung dalam sistem HKI ini seolah menjadikan HKI
sebagai satu sistem monopoli yang kapitalis, individualis, dan mementingkan kepentingan
pencipta atau penemu saja, hampir tidak terlihat didalamnya peran dan fungsi sosial. Itulah
mengapa tidak sedikit masyarakat yang mencibir konsep perlindungan HKI. Sebagai satu contoh
akibat dari cibiran dan rasa tidak suka dengan monopoli yang diciptakan oleh HKI, maka
sebagian orang kemudian memunculkan copyleft.

F. Jenis-Jenis Kekayaan Intelektual


Secara garis besar kekayaan intelektual dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Hak Cipta ( Copyrights )
Hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah
suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Mengenai Hak cipta ini diatur dalam UU no 28 tahun
2014. Beberapa hal yang merupakan ruang lingkup perlindungan hak cipta adalah:
 Buku, program komputer, pamflet, lay out, karya tulis;
 Ceramah, kuliah, pidato, dan sejenis dengan itu;
 Alat peraga pendidikan dan ilmu pengetahuan;
 Lagu, musik dengan atau tanpa teks;
 Drama, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;
 Seni rupa seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung,
kolase, dan seni terapan;
 Arsitektur;
 Peta;
 Seni batik;
 Fotografi;
 Sinematografi;
 Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database dan karyalain dari hasil
pengalihwujudan.

2. Hak Kekayaan Industri ( Industrial Property Rights )


Hak kekayaan industri mencakup :
a. Paten (Patent)
Hak paten adalah hak eksklusif terhadap ide di bidang teknologi dalam suatu kegiatan
pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi, dapat berupa produk atau proses atau
penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses atau yang disebut sebagai invensi.
Pemilik hak paten disebut sebagai inventor, atau orang yang memiliki invensi. Paten diatur
dalam UU no 13 tahun 2016 tentang Paten. Agar sebuah invensi dapat dipatenkan harus
memenuhi syarat substantif yaitu:
 Baru, artinya belum dipublikasikan dalam media apapun baik secara nasional maupun
internasional.
 Mengandung langkah inventif, yaitu memiliki langkah yang tak terduga pada orang-
orang yang memiliki keahlian di bidang tersebut.
 Dapat diterapkan secara industri, artinya dapat dilakukan secara berulang-ulang dengan
menghasilkan fungsi yang konsisten tidak berubah-ubah.
Sedangkan invensi yang tidak dapat dipatenkan adalah:
 Penggunaan/Pengumuman/Pelaksanaannya bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan.
 Metode pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan lainnya dalam bidang kesehatan.
 Teori dan metode di bidang ilmu pengetahuan.
 Proses biologis yang esensial untuk tanaman dan hewan.
b. Desain Industri (Industrial Design)
Kreasi bentuk, konfigurasi atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau
gabungan diantaranya, berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang terkesan estetis dan dapat
diwujudkan serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri
atau kerajinan tangan.
Tidak ada syarat yang terlalu sulit, yang penting merupakan desain industri baru dan
tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Desain Industri diatur secara khusus
melalui UU Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri.
c. Merek (Trademark)
Hak merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar, logo,
nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 (tiga)
dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut untuk
membedakan barang dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan
perdagangan barang dan/atau jasa. Merek diatur melalui UU no 20 tahun 2016 tentang Merek.
Beberapa hal yang bisa diajukan sebagai merek adalah; gambar, huruf, kata, frasa,
kalimat, angka, susunan warna, bentuk 3 dimensi, suara, hologram, serta kombinasi antara hal
tersebut. Sedangkan yang tidak bisa didaftarkan sebagai merek diantaranya adalah didaftarkan
dengan itikad buruk, bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, tidak memiliki daya
pembeda, dan/atau telah menjadi milik umum, menerangkan barang/jasa itu sendiri.
Sedangkan merek yang akan ditolak adalah merek yang sudah didaftarkan, merek
terkenal milik pihak lain, indikasi geografis, menyerupai nama orag terkenal, tiruan.
d. Indikasi Geografis (Geographical Indication)
Etiket atau label pada suatu barang yang menunjukkan lokasi asal dari barang yang
memberikan reputasi, kualitas dan karakteristik tertentu berdasarkan kondisi geografis, alam,
manusia atau kombinasi diantaranya. Ada 3 hal yang membuat indikasi geografis tidak bisa
didaftarkan yaitu;
 Bertentangan dengan ideologi negara, peraturan perundang-undangan, moralitas, agama,
kesusilaan, dan ketertiban umum.
 Menyesatkan masyarakat
 Telah digunakan pada varietas tanaman.
 Tentang indikasi geografis, pengaturannya pada Peraturan Pemerintah nomor 51 tahun
2007 tentang Indikasi Geografis.
e. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (Layout Design of Integrated Circuit)
Desain tata letak sirkuit terpadu adalah rancangan peletakan tiga dimensi dari berbagai
elemen dari bahan semikonduktor yang menghasilkan fungsi elektronik. Perlindungannya diatur
melalui UU no 32 tahun 2000 tentan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.
Upaya perlindungan terhadap Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia sudah cukup
baik, karena semua proses pendaftaran sudah bisa dilakukan secara daring (online). Artinya
kemudahan ini memberikan peluang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk melindungi karya
intelektualnya.
f. Rahasia Dagang ( Trade Secret)
Rahasia dagang adalah informasi yang tidak diketahui secara umum dalam bidang
teknologi dan/atau bisnis dan itu memiliki nilai ekonomis. Ruang lingkupnya meliputi metode
produksi, metode pengolahan, metode penjualan, dan informasi lain terkait teknologi dan/atau
bisnis. Rahasia dagang dilindungi melalui UU nomor 30 tahun 2000 tentang Rahasia Dagang
g. Perlindungan Varietas Tanaman (Plant Variety Protection)
Perlindungan varietas tanaman adalah perlindungan khusus yang diberikan negara,
yang dalam hal ini diwakili oleh pemerintah dan pelaksanaannya dilakukan oleh Kantor
Perlindungan Varietas Tanaman, terhadap varietas tanaman yang dihasilkan oleh pemulia
tanaman melalui kegiatan pemuliaan tanaman. Perlindungan varietas tanaman dilindungi melalui
UU nomor 29 tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman.

G. Pentingnya Hak atas Kekayaan Intelektual


Memperbincangkan masalah HaKI bukanlah masalah perlindungan hukum semata. HaKI
juga erat dengan alih teknologi, pembangunan ekonomi, dan martabat bangsa. Secara umum
disepakati bahwa Hak Kekayaan Intelektual (selanjutnya disebut HaKI) memegang peranan
penting dalam pertumbuhan ekonomi saat ini. Dalam hasil kajian World Intellectual Property
Organization (WIPO) dinyatakan pula bahwa HaKI memperkaya kehidupan seseorang, masa
depan suatu bangsa secara material, budaya, dan sosial.
Secara umum ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari sistem HaKI yang baik,
yaitu meningkatkan posisi perdagangan dan investasi, mengembangkan teknologi, mendorong
perusahaan untuk bersaing secara internasional, dapat membantu komersialisasi dari suatu
invensi (temuan), dapat mengembangkan sosial budaya, dan dapat menjaga reputasi internasional
untuk kepentingan ekspor. Oleh karena itu, pengembangan sistem HaKI nasional sebaiknya tidak
hanya melalui pendekatan hukum (legal approach) tetapi juga teknologi dan bisnis (business
and technological approach) dan sistem perlindungan yang baik terhadap HaKI dapat
menunjang pembangunan ekonomi masyarakat yang menerapkan sistem tersebut.

H. Prinsip-Prinsip Kekayaan Intelektual


Hubungan yang tercipta antara hukum dengan kepemilikan adalah hukum menjamin bagi
sertiap manusia penguasaan dan kenikmatan eksklusif atas benda atau ciptaannya tersebut
dengan keikutsertaan negara. Hukum dengan bantuan negara memberikan perlindungan untuk
kepentingan si pemilik baik secara pribadi maupun secara kelompok. Hukum juga memberikan
jaminan agar ketertiban didalam masyarakat tetap terpelihara dan kepentingan masyarakat tidak
terganggu oleh kelompok pribadi. Untuk menyeimbangkan kepentingan- kepentingan tersebut,
maka sistem hak milik intelektual harus berdasarkan kepada prinsip :

a. Prinsip keadilan the principle of natural justice Penciptaan sebuah karya, atau
orang lain yang bekerja membuahkan hasil dari kemampuan intelektualnya, wajar memperoleh
imbalan. Imbalan tersebut dapat berupa materi atau bukan materi seperti adanya rasa aman
karena dilindungi dan diakui atas hasil kerjanya. Hukum memberikan perlindungan tersebut
demi kepentingan pencipta berupa suatu kekuasaan Muhamad Djumhana dan R. Djubaedillah,
Op cit, untuk bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut, yang kita sebut hak. Setiap hak
mwnurut hukum itu mempunyai titel, yaitu suatu peristiwa tertentu yang menjadi alasan
melekatnya hak itu pada pemiliknya. Menyangkut hak milik intelektual maka peristiwa yang
menjadi alasan melekatnya itu adalah penciptaan yang mendasarkan atas kemampuan
intelektualnya. Perlindungan ini pula tidak terbatas di dalam negeri penemu itu sendiri,
melainkan juga dapat meliputi perlindungan diluar batas negaranya. Hal itu karena hak yang ada
pada seseorang ini mewajibkan pihak lain untuk melakukan commission atau tidak melakukan
omission suatu perbuatan.
b. Prinsip ekonomi the economic argument Hak milik intelektual ini merupakan hak
yang berasal dari hasil kegiatan kreatif suatu kemampuan daya pikir manusia yang diekspresikan
kepada khalayak umum dalam berbagai bentuk, yang memiliki manfaat serta berguna dalam
menunjang kehidupan manusia, maksudnya adalah bahwa kepemilikan itu wajar karena sifat
ekonomi manusia yang menjadikan hal itu suatu keharusan untuk menunjang kehidupan dalam
masyarakat. Dengan demikian hak milik intelektual merupakan suatu bentuk kekayaan bagi
pemiliknya. Dari kepemilikannya seseorang akan mendapatkan keuntungan, misalnya dalam
bentuk pembayaran royalty, dan technical fee.
c. Prinsip kebudayaan the cultural argument Kita mengkonsepsikan bahwa kerja
manusia itu pada hakekatnya bertujuan unutk memungkinkannya hidup, selanjutnya dari karya
itu pula akan timbul pula suatu gerak hidup yang harus menghasilkan lebih banyak karya lagi.
Dengan konsepsi demikian maka pertumbuhan, dan perkembangan ilmu pengetahuan, seni dan
sastra sangat besar artinya bagi peningkatan taraf kehidupan, peradaban dan martabat manusia.
Selain itu juga akan memberikan kemashlahatan bagi masyarakat, bangsa dan negara. Pengakuan
atas kreasi, karsa, karya cipta manusia yang dibakukan dalam sistem hak milik intelektual adalah
suatu yang tidak dapat dilepaskan sebagai perwujudan suasana yang diharapkan mampu
membangkitkan semangat dan melahirkan ciptaan baru.
d. Prinsip sosial the social argument Hukum tidak mengatur kehidupan manusia
sebagai perseorangan yang berdiri sendiri, terlepas dari manusia lain, tetapi hukum mengatur
kepentingan manusia sebagai warga masyarakat. Jadi manusia didalam hubungannya dengan
manusia lain yang sama-sama terikat dalam suatu ikatan kemasyarakatan. Dengan demikian hak
apapun yang diakui oleh hukum dan diberikan kepada perseorangan atau suatu persekutuan atau
kesatuan lain, tidak boleh diberikan semata-mata untuk memenuhi kepentingan perseorangan,
persekutuan atau kesatuan lain itu saja, akan tetapi pemberian hak kepada perseorangan,
persekutuan atau kesatuan itu diberikan dan diakui oleh hukum, oleh karena dengan
diberikannya hak tersebut kepada perseorangan, persekutuan atau kesatuan hukum itu,
kepentingan seluruh masyarakat akan terpenuhi.

I. Teori Kekayaan Intelektual


Teori kekayaan intelektual sangat dipengaruhi oleh pemikiran John Locke tentang hak
milik. Dalam bukunya, Locke mengatakan bahwa hak milik dari seorang manusia terhadap
benda yang dihasilkannya itu sudah ada sejak manusia lahir. Benda dalam pengertian tersebut
tidak hanya benda yang berwujud tetapi juga benda yang abstrak, yang disebut dengan hak milik
atas benda yang tidak berwujud yang merupakan hasil dari intelektualitas manusia.
Istilah atau terminologi hak kekayaan intelektual digunakan untuk pertama kalinya pada
tahun 1790. Fichte yang pada tahun 1793 mengatakan tentang hak milik dari si pencipta ada pada
bukunya. Yang dimaksud dengan hak milik di sini bukan buku sebagai benda, tetapi buku dalam
pengertian isinya. Istilah kekayaan intelektual terdiri dari tiga kata kunci, yaitu hak, kekayaan,
dan intelektual. Kekayaan merupakan abstraksi yang dapat dimiliki, dialihkan, dibeli, maupun
dijual. Adapun kekayaan intelektual merupakan kekayaan atas segala hasil produksi kecerdasan
daya pikir seperti teknologi, pengetahuan, seni, sastra, gubahan lagu, karya tulis, karikatur, dan
lain-lain yang berguna untuk manusia. Objek yang diatur dalam kekayaan intelektual adalah
karya-karya yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia. Sistem kekayaan
intelektual merupakan hak privat (private rights). Seseorang bebas untuk mengajukan
permohonan atau mendaftarkan karya intelektualnya atau tidak. Hak eklusif yang diberikan
negara kepada individu pelaku kekayaan intelektual (inventor, pencipta, pendesain dan
sebagainya) tiada lain dimaksudkan sebagai penghargaan atas hasil karya atau kreativitasnya dan
agar orang lain terangsang untuk dapat lebih lanjut mengembangkannya lagi, sehingga dengan
sistem kekayaan intelektual tersebut kepentingan masyarakat ditentukan melalui mekanisme
pasar. Disamping itu sistem kekayaan intelektual menunjang diadakannya sistem dokumentasi
yang baik atas segala bentuk kreativitas manusia sehingga kemungkinan dihasilkannya teknologi
atau karya lainnya yang sama dapat dihindari atau dicegah. Dengan dukungan dokumentasi yang
baik tersebut, diharapkan masyarakat dapat memanfaatkannya dengan maksimal untuk keperluan
hidupnya atau mengembangkannya lebih lanjut untuk memberikan nilai tambah yang lebih tinggi
lagi.

J. Sifat Hukum Kekayaan Intelektual


Hukum yang mengatur kekayaan intelektual bersifat teritorial, pendaftaran ataupun
penegakan kekayaan intelektual harus dilakukan secara terpisah di masing-masing yurisdiksi
bersangkutan. Kekayaan intelektual yang dilindungi di Indonesia adalah kekayaan intelektual
yang sudah didaftarkan di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai