Anda di halaman 1dari 10

PENGEMBANGAN KURIKULUM MATEMATIKA

KURIKULUM MATEMATIKA SEKOLAH

KELOMPOK 8

ARIANTI AGUSTINA (E1R019015)

ARIFAH RAHMATIAH ARDIANTI (E1R019017)

BAIQ ELINA ASHARI (E1R019026)

CAMELIA APRIA SAPUTRI (E1R019034)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2021
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya berupa kesehatan dan pengetahuan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Kurikulum Matematika Sekolah”

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengembangan Kurikulum Matematika. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi kami selaku penyusun makalah.

Kami tentunya menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kami dapat menyempurnakan makalah
ini. Demikian, semoga dapat bermanfaat.

Mataram, 22 Agustus 2021


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum berperan penting dalam menciptakan pendidikan yang efektif bagi
masyarakat. Di dalamnya dijelaskan tentang tujuan, isi, dan segala perencanaan yang
menentukan arah dan proses pendidikan. Sebagai suatu rencana, kurikulum perlu penerapan
pada dunia nyata. Kurikulum diimplementasikan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu,
kurikulum dan pembelajaran tidak dapat dipisahkan karena merupakan suatu kesatuan yang
saling memengaruhi. Dalam penerapannya, kurikulum membutuhkan praktisioner yang akan
menjalankan rencana–rencana yang tertulis dalam dokumen kurikulum tersebut. Untuk itu,
guru adalah faktor penting dalam pengimplikasian kurikulum karena guru yang berinteraksi
langsung dengan siswa.
Guru juga berperan dalam pengembangan kurikulum itu sendiri. Seiring dengan
perkembangan zaman dan tuntutan dari masyarakat, maka dunia pendidikan harus melakukan
inovasi dalam pendidikan. Inovasi pendidikan akan berjalan dan mencapai sasarannya jika
progam pendidikan tersebut dirancang dan di implementasikan sesuai dengan kondisi dan
tuntutan zaman. Karena itu, kurikulum di Indonesia, begitu pula kurikulum matematika, telah
mengalami beberapa kali perubahan dan pengembangan dari waktu ke waktu. Harapannya,
kurikulum mampu menyusun suatu pedoman pengajaran yang membentuk manusia–manusia
yang mampu berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungannya, baik secara internal maupun
eksternal demi terwujudnya kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik Untuk
membahas lebih lanjut tentang kurikulum dan aspek–aspek yang terkait dengan kurikulum
Istilah matematika berasal dari bahasa latin yaitu manthanein atau mathema yang
berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa Belanda disebut wiskunde
atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan langsung dengan penalaran. Ciri utama
matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan
diperoleh sebagi akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep atau
pernyataan dalam matematika bersifat konsisten (tetap).
Tujuan umum pendidikan matematika adalah menolong murid dalam mempelajari
objek matematika. Robert M.Gagne dalam Teori Gagne, mengklasifikasikan objek–objek
matematika menjadi dua macam, yaitu direct object (objek langsung) dan indirect object
(objek tidak langsung). Objek langsung matematika meliputi; fakta matematika, keterampilan
matematika, konsep matematika dan prinsip matematika.
B. Rumusan Masalah
a. Ab
b. Ab
c. Ab
d. Ab

C. Tujuan
a. Ab
b. Ab
c. Ab
d. Ab
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perjalanan Kurikulum Matematika


a. Matematika Tradisioanal
Setelah Indonesia terlepas dari penjajahan kolonial, pemerintah berbenah diri
menyusun program pendidikan. Matematika diletakkan sebagai salah satu mata pelajaran
wajib. Saat itu pembelajaran matematika lebih ditekankan pada ilmu hitung dan cara
berhitung. Urutan-urutan materi seolah-olah telah menjadi konsensus masyarakat. Karena
seolah-olah sudah menjadi konsensus maka ketika urutan dirubah sedikit saja protes dan
penentangan dari masyarakat begitu kuat. Untuk pertama kali yang diperkenalkan kepada
siswa adalah bilangan asli dan membilang, kemudian penjumlahan dengan jumlah kurang
dari sepuluh, pengurangan yang selisihnya positif dan lain sebagainya.
Kekhasan lain dari pembelajaran matematika tradisional adalah bahwa pembelajaran
lebih menekankan hafalan dari pada pengertian, menekankan bagaimana sesuatu itu
dihitung bukan mengapa sesuatu itu dihitungnya demikian, lebih mengutamakan kepada
melatih otak bukan kegunaan, bahasa atau istilah dan simbol yang digunakan tidak jelas,
urutan operasi harus diterima tanpa alasan, dan lain sebagainya.
Urutan operasi hitung pada era pembelajaran matematika tradisional adalah kali, bagi,
tambah dan kurang. ,maksudnya bila ada soal dengan menggunakan operasi hitung maka
perkalian harus didahulukan di manapun letaknya baru kemudian pembagian,
penjumlahan dan pengurangan. Urutan operasi ini mulai tahun 1974 sudah tidak
dipandang kuat lagi banyak kasus yang dapat digunakan untuk menunjukkan kelemahan
urutan tersebut.
Sementara itu cabang matematika yang diberikan di sekolah menengah pertama
adalah aljabar dan geometri bidang. Geometri ini diajarkan secara terpisah dengan
geometri ruang selama tiga tahun. Sedangkan yang diberikan di sekolah menengah atas
adalah aljabar, geometri ruang, geometri, geometri lukis, dan sedikit geometri analitik
bidang. Geometri ruang tidak diajarkan serempak dengan geometri ruang, geometri lukis
adalah ilmu yang kurang banyak diperlukan dalam kehidupan sehingga menjadi abstrak
di kalangan siswa.
b. Matematika Modern
Pengajaran matematika modern resminya dimulai setelah adanya kurikulum 1975.
Model pembelajaran matematika modern ini muncul karena adanya kemajuan teknologi,
di Amerika Serikat adanya kekurangan orang-orang yang mampu menangani senjata,
rudal dan roket sangat sedikit, mendorong munculnya pembaharuan pembelajaran
matematika. Selain itu penemuan-penemuan teori belajar mengajar oleh J. Piaget, W
Brownell, J.P Guilford, J.S Bruner, Z.P Dienes, D.Ausubel, R.M Gagne dan lain-lain
semakin memperkuat arus perubahan model pembelajaran matematika.
W Brownell mengemukakan bahwa belajar matematika harus merupakan belajar
bermakna dan berpengertian. Teori ini sesuai dengan terori Gestalt yang muncul sekitar
tahun 1930, di mana Gestalt menegaskan bahwa latihan hafal adalah sangat penting
dalam pengajaran namun diterapkan setalah tertanam pengertian pada siswa.
Dua hal tersebut di atas mempengaruhi perkembangan pembelajaran matematika dalam
negeri, berbagai kelemahan seolah tampak jelas, pembelajaran kurang menekankan pada
pengertian, kurang adanya kontinuitas, kurang merangsang anak untuk ingin tahu, dan
lain sebagainya. Ditambah lagi masyarakat dihadapkan pada kemajuan teknologi.
Akhirnya Pemerintah merancang program pembelajaran yang dapat menutupi kelemahan-
kelemahan tersebut, muncul kurikulum 1975 di mana matematika saat itu mempunyai
karakteristik sebagai berikut ;
1. Memuat topik-topik dan pendekatan baru. Topik-topik baru yang muncul adalah
himpunan, statistik dan probabilitas, relasi, sistem numerasi kuno, penulisan lambang
bilangan non desimal.
2. Pembelajaran lebih menekankan pembelajaran bermakna dan berpengertian daripada
hafalan dan keterampilan berhitung.
3. Program matematika sekolah dasar dan sekolah menengah lebih kontinu.
4. Pengenalan penekanan pembelajaran pada struktur.
5. Programnya dapat melayani kelompok anak-anak yang kemampuannya heterogen.
6. Menggunakan bahasa yang lebih tepat.
7. Pusat pengajaran pada murid tidak pada guru.
8. Metode pembelajaran menggunakan metode menemukan, memecahkan masalah dan
teknik diskusi.
9. Pengajaran matematika lebih hidup dan menarik.
c. Matematika Masa Kini
Pembelajaran matematika masa kini adalah pembelajaran era 1980-an. Hal ini
merupakan gerakan revolusi matematika kedua, walaupun tidak sedahsyat pada revolusi
matematika pertama atau matematika modern. Revolusi ini diawali oleh kekhawatiran
negara maju yang akan disusul oleh negara-negara terbelakang saat itu, seperti Jerman
barat, Jepang, Korea, dan Taiwan. Pengajaran matematika ditandai oleh beberapa hal
yaitu adanya kemajuan teknologi seperti kalkulator dan komputer.
Perkembangan matematika di luar negeri tersebut berpengaruh terhadap
matematika dalam negeri. Di dalam negeri, tahun 1984 pemerintah membentuk
kurikulum baru, yaitu kurikulum tahun 1984. Alasan dalam menerapkan kurikulum baru
tersebut antara lain, adanya sarat materi, perbedaan kemajuan pendidikan antar daerah
dari segi teknologi, adanya perbedaan kesenjangan antara program kurikulum di satu
pihak dan pelaksana sekolah serta kebutuhan lapangan dipihak lain, belum sesuainya
materi kurikulum dengan tarap kemampuan anak didik. Dan, CBSA (cara belajar siswa
aktif) menjadi karakter yang begitu melekat erat dalam kurikulum tersebut.
Dalam kurikulum ini siswa di sekolah dasar diberi materi aritmatika sosial,
sementara untuk siswa sekolah menengah atas diberi materi baru seperti komputer. Hal
lain yang menjadi perhatian dalam kurikulum tersebut, adalah bahan-bahan baru yang
sesuai dengan tuntutan di lapangan, permainan geometri yang mampu mengaktifkan
siswa juga disajikan dalam kurikulum ini.
Sementara itu langkah-langkah agar pelaksanaan kurikulum berhasil adalah
melakukan hal-hal sebagai berikut;
1. Guru supaya meningkatkan profesionalisme
2. Dalam buku paket harus dimasukkan kegiatan yang menggunakan kalkulator dan
komputer
3. Sinkronisasi dan kesinambungan pembelajaran dari sekolah dasar dan sekolah
lanjutan
4. Pengevaluasian hasil pembelajaran
5. Prinsip CBSA di pelihara terus

d. Kurikulum Tahun 1994


Kegiatan matematika internasional begitu marak di tahun 90-an. walaupun hal itu
bukan hal yang baru sebab tahun tahun sebelumnya kegiatan internasional seperti
olimpiade matematika sudah berjalan beberapa kali. Sampai tahun 1977 saja sudah 19
kali diselenggarakan olimpiade matematika internasional. Saat itu Yugoslavia menjadi
tuan rumah pelaksanaan olimpiade dan yang berhasil mendulang medali adalah
Amerika, Rusia, Inggris, Hongaria, dan Belanda. Indonesia tidak ketinggalan dalam
pentas olimpiade tersebut namun jarang mendulang medali. (tahun 2004 dalam
olimpiade matematika di Athena, lewat perwakilan siswa SMU 1 Surakarta atas nama
Nolang Hanani merebut medali). Keprihatinan tersebut diperparah dengan kondisi
lulusan yang kurang siap dalam kancah kehidupan. Para lulusan kurang mampu dalam
menyelesaikan problem-problem kehidupan dan lain sebagainya. Dengan dasar inilah
pemerintah berusaha mengembangkan kurikulum baru yang mampu membekali siswa
berkaitan dengan problem-solving kehidupan. Lahirlah kurikulum tahun 1994.
Dalam kurikulum tahun 1994, pembelajaran matematika mempunyai karakter yang
khas, struktur materi sudah disesuaikan dengan psikologi perkembangan anak, materi
keahlian seperti komputer semakin mendalam, model-model pembelajaran matematika
kehidupan disajikan dalam berbagai pokok bahasan. Intinya pembelajaran matematika
saat itu mengedepankan tekstual materi namun tidak melupakan hal-hal kontekstual
yang berkaitan dengan materi. Soal cerita menjadi sajian menarik di setiap akhir pokok
bahasan, hal ini diberikan dengan pertimbangan agar siswa mampu menyelesaikan
permasalahan kehidupan yang dihadapi sehari-hari.

e. Kurikulum Tahun 2004


Setelah beberapa dekade dan secara khusus sepuluh tahun berjalan dengan
kurikulum 1994, pola-pola lama bahwa guru menerangkan konsep, guru memberikan
contoh, murid secara individual mengerjakan latihan, murid mengerjakan soal-soal
pekerjaan rumah hanya kegiatan rutin saja disekolah, sementara bagaimana keragaman
pikiran siswa dan kemampuan siswa dalam mengungkapkan gagasannya kurang menjadi
perhatian. Para siswa umumnya belajar tanpa ada kesempatan untuk
mengkomunikasikan gagasannya, mengembangkan kreativitasnya. Jawaban soal seolah
membatasi kreativitas dari siswa karena jawaban benar seolah hanya otoritas dari
seorang guru. Pembelajaran seperti paparan di atas akhirnya hanya menghasilkan
lulusan yang kurang terampil secara matematis dalam menyelesaikan persoalan sehari-
hari. Bahkan pembelajaran model di atas semakin memunculkan kesan kuat bahwa
matematika pelajaran yang sulit dan tidak menarik.
Tahun 2004 pemerintah mengeluarkan kurikulum baru dengan nama kurikulum
berbasis kompetensi. Secara khusus model pembelajaran matematika dalam kurikulum
tersebut mempunyai tujuan antara lain;
1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui
kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan,
konsistensi dan inkonsistensi
2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan
dengan mengembangkan divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan
dugaan, serta mencoba-coba.
3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah
4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan
gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, diagram, dalam
menjelaskan gagasan.

Sementara itu secara umum prinsip dasar dari kurikulum tersebut adalah bahwa
setiap siswa mampu mempelajari apa saja hanya waktu yang membedakan mereka
dalam ketuntasan belajar. Siswa tidak diperkenankan mengikuti pelajaran berikutnya
sebelum menuntaskan pelajaran sebelumnya. Dengan demikian remedial-remedial akan
seringa dijumpai terutama siswa yang sering tidak tuntas dalam belajarnya.
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Dari paparan di atas terlihat bagaimana lika-liku perkembangan matematika mulai
dari matematika tradisional yang begitu sederhana, hanya sekedar melatih hafalan dan
melatih kemampuan otak. Kemudian berkembang agak maju lagi dengan munculnya terori
pembelajaran dari para ahli psikologi. Teori ini mempengaruhi pembelajaran matematika
dalam negeri yang akhirnya pemerintah mengeluarkan kurikulum baru, yang disesuaikan
dengan penemuan teori pembelajaran yang muncul.
Tidak hanya sampai disitu perkembangan kurikulum juga dipengaruhi oleh
perkembangan teknologi internasional. Terbukti diera 1980-an dengan merebak dan
maraknya teknologi kalkulator dann komputer akhirnya memaksa pemerintah melaunching
kurikulum baru yang sesuai dengan perkembangan jaman, lahirlah kurikulum 1984. Sepuluh
tahun kemudian pemerintah juga menyempurnakan lagi kurikulum tersebut dengan
kurikulum 1994. Dan yang terbaru adalah kurikulum 2004 yang terkenal kurikulum bebrbasis
kompetensi. Prinsip dasar dari kurikulum tersebut adalah bahwa setiap siswa mampu
mempelajari apa saja hanya waktu yang membedakan mereka dalamketuntasan belajar.

Anda mungkin juga menyukai