Anda di halaman 1dari 46

BAB I

TINJAUAN TEORITIS
A. ISPA pada Balita
1. Pengertian
ISPA adalah infeksi akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang trategikan
oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun reketsia tanpa atau disertai
dengan radang parenkim paru (Wijayaningsih, 2013).
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian/lebih dari saluran nafas mulai hidung alveoli
termasuk adneksanya (sinus rongga telinga tengah pleura) (Depkes, 2013).
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah infeksi akut yang melibatkan
organ saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan bagian bawah.
Infeksi ini disebabkan oleh virus, jamur, dan bakteri. ISPA akan menyerang host
apabila ketahanan tubuh (immunologi) menurun. Penyakit ISPA ini paling
banyak ditemukan pada anak-anak dan paling sering menjadi satu-satunya
alasan untuk datang ke rumah sakit atau puskesmas untuk menjalani
perawatan inap maupun rawat jalan (Cahya, 2016).
2. Prevalensi

3. Etiologi dan Faktor Resiko


Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan richetsia. Bakteri
penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus, Staphylococcus,
Pneumococcus, Haemophylus, Bordetella dan Corinebacterium. Virus penyebab
ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus, Coronavirus,
Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus dan lain-lain.
a. Faktor Pencetus
1) Usia
Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita
atau terkena penyakit ISPA lebih besar bila dibandingkan dengan
anak yang usianya lebih tua karena daya tahan tubuhnya lebih
rendah.
2) Status Imunisasi
Anak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya
lebih baik dibandingkan dengan anak yang status imunisasinya
tidak lengkap.
3) Lingkungan
Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kota-
kota besar dan asap rokok dapat menyebabkan timbulnya penyakit
ISPA pada anak.
b. Faktor Pendukung
1) Kondisi Ekonomi
Keadaan ekonomi yang belum pulih dari krisis ekonomi yang
berkepanjangan berdampak peningkatan penduduk miskin disertai
dengan kemampuannya menyediakan lingkungan pemukiman yang
sehat mendorong peningkatan jumlah Balita yang rentan terhadap
serangan berbagai penyakit menular termasuk ISPA. Pada akhirnya
akan mendorong meningkatnya penyakit ISPA dan Pneumonia
pada Balita.
2) Kependudukan
Jumlah penduduk yang besar mendorong peningkatan jumlah
populasi Balita yang besar pula. Ditambah lagi dengan status
kesehatan masyarakat yang masih rendah, akan menambah berat
beban kegiatan pemberantasan penyakit ISPA.
3) Geografi
Sebagai daerah tropis, Indonesia memiliki potensi daerah endemis
beberapa penyakit infeksi yang setiap saat dapat menjadi ancaman
bagi kesehatan masyarakat. Pengaruh geografis dapat mendorong
terjadinya peningkatan kaus maupun kemaian penderita akibat
ISPA. Dengan demikian pendekatan dalam pemberantasan ISPA
perlu dilakukan dengan mengatasi semua faktor risiko dan faktor-
faktor lain yang mempengaruhinya.
4) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
PHBS merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit ISPA.
Perilaku bersih dan sehat tersebut sangat dipengaruhi oleh budaya
dan tingkat pendidikan penduduk. Dengan makin meningkatnya
tingkat pendidikan di masyarakat diperkirakan akan berpengaruh
positif terhadap pemahaman masyarakat dalam menjaga kesehatan
Balita agar tidak terkena penyakit ISPA yaitu melalui upaya
memperhatikan rumah sehat dan lingkungan sehat.
5) Lingkungan dan Iklim Global
Pencemaran lingkungan seperti asap karena kebakaran hutan, gas
buang sarana transportasi dan polusi udara dalam rumah
merupakan ancaman kesehatan terutama penyakit ISPA. Demikian
pula perubahan iklim gobal terutama suhu, kelembapan, curah
hujan, merupakan beban ganda dalam pemberantasan penyakit
ISPA.
Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab
dari terjadinya infeksi saluran pernafasan. Ada beberapa jenis
kuman yang merupakan penyebab utama yakni golongan A
-hemolityc streptococus, staphylococus, haemophylus influenzae,
clamydia trachomatis, mycoplasma dan pneumokokus.
Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu
angka kejadian pada usia dibawah 3 bulan rendah karena
mendapatkan imunitas dari air susu ibu. Ukuran dari lebar
penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh di dalam
derajat keparahan penyakit. Karena dengan lubang yang semakin
sempit maka dengan adanya edematosa maka akan tertutup secara
keseluruhan dari jalan nafas.
4. Pencegahan
Tindakan pencegahan utama ISPA adalah menerapkan perilaku hidup bersih dan
sehat. Beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu:
a. Cuci tangan secara teratur, terutama setelah beraktivitas di tempat umum.
b. Hindari menyentuh wajah, terutama bagian mulut, hidung, dan mata,
untuk menghindari penularan virus dan bakteri.
c. Gunakan sapu tangan atau tisu untuk menutup mulut ketika bersin atau
batuk. Hal ini dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit ke orang
lain.
d. Perbanyak konsumsi makanan kaya vitamin, terutama vitamin C, untuk
meningkatkan daya tahan tubuh.
e. Olahraga secara teratur.
f. Berhenti merokok.
g. Lakukan vaksinasi, baik vaksin MMR, influenza, atau pneumonia.
Diskusikan dengan dokter mengenai keperluan, manfaat, dan risiko dari
vaksinasi ini
5. Perawatan
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar
pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan
antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat
batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula
petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan
penunjang yang penting bagi pederita ISPA.
Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut:
a. Meningkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
b. Meningkatkan makanan bergizi
c. Bila demam beri kompres dan banyak minum
d. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu
tangan yang bersih
e. Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu
ketat.
f. Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut
masih menyusui

Pengobatan antara lain:


a. Suportif: meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat,
pemberian multivitamin dll.
b. Antibiotik:
1) Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab
2) Utama ditujukan pada S.pneumonia, H.Influensa dan S.Aureus
3) Menurut WHO: Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol, Amoksisillin,
Ampisillin, Penisillin Prokain, Pnemonia berat : Benzil penicillin,
klorampenikol, kloksasilin, gentamisin.
4) Antibiotik baru lain: Sefalosforin, quinolon dll.
6. Komplikasi
Penyakit ini sebenarnya merupakan self-limited disease, yang sembuh sendiri 5
sampai 6 hari, jika tidak terjadi invasi kuman lain. Tetapi penyakit ISPA yang
tidak mendapatkan pengobatan dan perawatan yang baik dapat menimbulkan
komplikasi seperti: sinusitis paranasal, penutupan tuba eustachi, empiema,
meningitis dan bronkopneumonia serta berlanjut pada kematian karena adanya
sepsis yang menular (Ngastiyah, 2005).
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sinusitis, faringitis, infeksi telinga
tengah, infeksi saluran tuba eustachii, hingga bronkhitis dan pneumonia (radang
paru). Infeksi saluran pernapasan parah dan menyebabkan dehidrasi yang
signifikan, kesulitan bernafas dengan oksigenasi buruk (hipoksia), kebingungan
yang signifikan, kelesuan, dan pembengkakan napas pendek pada paru-paru
kronis dan penyakit jantung (chronic obstructive pulmonary disease atau COPD,
gagal jantung kongestif).
a. Radang dalam Selaput Lendir
Sinusitis adalah kondisi peradangan akut dari satu atau lebih sinus
paranasal. Infeksi memainkan peran penting dalam penderitaan ini.
Sinusitis sering terjadi akibat infeksi pada situs lain dari saluran
pernafasan karena sinus paranasal bersebelahan dengan, dan
berkomunikasi dengan, saluran pernapasan bagian atas.
b. Otitis
Infeksi telinga adalah peristiwa umum yang ditemui dalam praktik medis,
terutama pada anak kecil. Otitis externa adalah infeksi yang melibatkan
kanal pendengaran eksternal sementara otitis media menunjukkan radang
pada telinga tengah.
c. Faringitis
Faringitis adalah radang faring yang melibatkan jaringan limfoid faring
posterior dan lateral faring. Etiologi dapat berupa infeksi bakteri, virus dan
jamur serta etiologi non-infeksi seperti merokok. Sebagian besar kasus
disebabkan oleh infeksi virus dan menyertai flu biasa atau influenza.
d. Epiglotitis dan Laryngotracheitis
Peradangan pada jalan nafas atas diklasifikasikan sebagai epiglotitis atau
laringotracheitis (croup) berdasarkan lokasi, manifestasi klinis, dan
patogen infeksi. Beberapa kasus epiglotitis pada orang dewasa mungkin
berasal dari virus. Sebagian besar kasus laryngotracheitis disbebabkan
oleh virus yang menyebabkan ISPA.
e. Bronchitis dan Bronchioloitis
Bronkitis dan bronkiolitis melibatkan peradangan pada pohon bronkus.
Bronkitis biasanya didahului oleh infeksi saluran pernafasan bagian atas
atau merupakan bagian dari sindrom klinis pada penyakit seperti
influenza, rubeola, rubella, pertusis, demam berdarah dan demam tifoid.
Bronkitis kronis dengan batuk terus-menerus dan produksi sputum
tampaknya disebabkan oleh kombinasi faktor lingkungan, seperti
merokok, dan infeksi bakteri dengan patogen seperti H influenzae dan S
pneumonia.
f. Pneumonia
Pneumonia adalah radang parenkim paru. Konsolidasi jaringan paru-paru
dapat diidentifikasi dengan pemeriksaan fisik dan rontgen dada. Dari sudut
pandang anatomis, pneumonia lobar menunjukkan proses alveolar yang
melibatkan seluruh lobus paru-paru sementara bronkopneumonia
menggambarkan proses alveolar yang terjadi dalam distribusi yang tidak
rata tanpa mengisi seluruh lobus.
B. TBC pada Balita
1. Pengertian
Tuberkulosis adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru.
TB paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikrobakterium
tuberkulosis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian
bawah yang sebagian besar basil tuberkulosis masuk ke dalam jaringan paru
melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai
focus primer dari ghon (Hood Alsagaff, 1995:73) (Wijaya, Andra Saferi, S.kep
dan Yessie Marisa Putri, S.kep. 2013. Keperawatan Medical Bedah Jilid I.
Yogyakarta: Nuha Medika).
2. Prevalensi
3. Etiologi dan Faktor Resiko
Tuberculosis anak merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis. Kuman ini menyebar dari satu orang ke orang lain
melalui percikan dahak yang dibatukan (Ngastiyah 2005). Pada waktu penderita
batuk, butir-butir air ludah beterbangan di udara yang mengandung basil TBC dan
terhisap oleh orang yang sehat dan masuk ke dalam paru yang kemudian
menyebabkan penyakit tuberkulosis paru.
a. Resiko infeksi TBC
Anak yang memiliki kontak dengan orang dewasa dengan TBC aktif,
daerah endemis, penggunaan obat-obat intravena, kemiskinan serta
lingkungan yang tidak sehat. Pajanan terhadap orang dewasa yang
infeksius. Resiko timbulnya transmisi kuman dari orang dewasa ke anak
akan lebih tinggi jika pasien dewasa tersebut mempunyai BTA sputum
yang positif, terdapat infiltrat luas pada lobus atas atau kavitas produksi
sputum banyak dan encer, batuk produktif dan kuat serta terdapat faktor
lingkungan yang kurang sehat, terutama sirkulasi udara yang tidak baik.
Pasien TBC anak jarang menularkan kuman pada anak lain atau orang
dewasa disekitarnya, karena TBC pada anak jarang infeksius, hal ini
disebabkan karena kuman TBC sangat jarang ditemukan pada sekret
endotracheal, dan jarang terdapat batuk5. Walaupun terdapat batuk tetapi
jarang menghasilkan sputum. Bahkan jika ada sputum pun, kuman TBC
jarang sebab hanya terdapat dalam konsentrasi yang rendah pada sektret
endobrokial anak.
b. Resiko Penyakit TBC
Anak ≤ 5 tahun mempunyai resiko lebih besar mengalami progresi infeksi
menjadi sakit TBC, mungkin karena imunitas selulernya belum
berkembang sempurna (imatur). Namun, resiko sakit TBC ini akan
berkurang secara bertahap seiring pertambahan usia. Pada bayi < 1 tahun
yang terinfeksi TBC, 43% nya akan menjadi sakit TBC, sedangkan pada
anak usia 1-5 tahun, yang menjadi sakit hanya 24%, pada usia remaja 15%
dan pada dewasa 5-10%. Anak < 5 tahun memiliki resiko lebih tinggi
mengalami TBC diseminata dengan angka kesakitan dan kematian yang
tinggi. Konversi tes tuberkulin dalam 1- 2 tahun terakhir, malnutrisi,
keadaan imunokompromis, diabetes melitus, gagal ginjal kronik dan
silikosis. Status sosial ekonomi yang rendah, penghasilan yang kurang,
kepadatan hunian, pengangguran, dan pendidikan yang rendah.
4. Pencegahan
a. Vaksinasi BCG
Vaksinasi merupakan salah satu faktor penting dalam pencegahan
penyakit. Vaksin merupakan mikroorganisme, baik sel utuh maupun
bagian sel yang bersifat toksik, yang sudah dilemahkan dan dimasukan ke
tubuh untuk merangsang tubuh membentuk antibodi. BCG merupakan
jenis vaksin yang secara spesifik merangsang pembentukan antibodi
terhadap bakteri TB.
b. Pemberian makanan yang bergizi dan seimbang.
Makanan yang bergizi dan seimbang akan meningkatkan imunitas yang
membantu memerangi bakteri penyebab TB.
c. Jaga lingkungan tetap bersih, tidak lembab, dan sinar matahari dapat
masuk ke dalam rumah.
Lingkungan dengan kriteria tersebut dapat mencegah perkembangbiakan
bakteri penyebab TB sehingga menurunkan kemungkinan tertular.
d. Cari sumber penularan.
TB dapat mudah menular melalui udara. Sehingga dengan mengetahui
orang yang jadi sumber penularan, penularan penyakit dapat ditekan.
Sumber penularan dapat dari orang dewasa serumah, dan orang dewasa di
lingkungan sekolah.
e. Obati sumber penularan dengan tuntas.
Bila sudah mengetahui sumber penularan, maka upayakan untuk
mengobati orang tersebut. Cegah penularan dengan etika batuk serta
menggunakan masker selama 2 bulan pertama pengobatan.
5. Perawatan
Menurut Hidayat (2005) perawatan anak dengan tuberculosis dapat dilakukan
dengan:
c. Pemantauan tanda-tanda infeksi sekunder
d. Pemberian oksigen yang adekuat
e. Latihan batuk efektif
f. Pemberian nutrisi yang adekuat
g. Kolaburasi pemberian obat antutuberkulosis (seperti: isoniazid,
streptomisin, etambutol, rifamfisin, pirazinamid dan lain-lain)
Intervensi yang dapat dilakukan untuk menstimulasi pertumbuhan perkembangan
anak yang tenderita tuberculosis dengan membantu memenuhi kebutuhan
aktivitas sesuai dengan usia dan tugas perkembangan, yaitu (Suriadi dan uliani,
2001):
a. Memberikan aktivitas ringan yang sesuai dengan usia anak (permainan,
ketrampilan tangan, video game, televisi)
b. Memberikan makanan yang menarik untuk memberikan stimulus yang
bervariasi bagi anak
c. Melibatkan anak dalam mengatur jadual harian dan memilih akti'itas yang
diinginkan.
d. Mengijinkan anak untuk mengerjakan tugas sekolah selama di rumah sakit,
menganjurkan anak untuk berhubungan dengan teman melalui telepon jika
memungkinkan
6. Komplikasi
Tb paru apabila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan komplikasi.
Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada penderita Tb paru dibedakan menjadi
dua, yaitu:
a. Komplikasi dini pleuritis, efusi pleura, empiema,laryngitis, usus.
b. Komplikasi pada stadium lanjut:
1) Hemoptisis masif (pendarahan dari salurannafas bawah) yang
dapatmengakibatkan kematian karena sumbatan jalan nafas atau
syok hipovolemik.
2) Kolaps lobus akibat sumbatan ductus.
3) Bronkietaksis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis
(pembentukanjaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif)
pada paru.
4) Pnemotoraks spontan, yaitu kolaps spontan karena bula/blep yang
pecah.
5) Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, sendi, ginjal,
dan sebagainya.
C. Gizi Buruk pada Balita
1. Pengertian
Gizi buruk merupakan salah satu klasifikasi status gizi berdasarkan pengukuran
antropometri. Sedangkan pengertian status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang
diakibatkan oleh keseimbangan asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan
tersebut dapat dilihat dari variabel-variabel pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi
badan/ panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan dan panjang tungkai (Gibson
2005). Menurut Depkes RI (2008), gizi buruk adalah suatu keadaaan kurang gizi
tingkat berat pada anak berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi badan
(BB/TB).
2. Prevalensi
3. Etiologi dan Faktor Resiko
WHO menyebutkan bahwa banyak faktor dapat menyebabkan gizi buruk, yang
sebagian besar berhubungan dengan pola makan yang buruk, infeksi berat dan
berulang terutamapada populasi yang kurang mampu. Diet yang tidak memadai,
dan penyakit infeksi terkait erat dengan standar umum hidup, kondisi lingkungan,
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, perumahan dan
perawatan kesehatan (WHO, 2012). Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya
gizi buruk diantaranya adalah status sosial ekonomi, ketidaktahuan ibu tentang
pemberian gizi yang baik untuk anak, dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
(Kusriadi, 2010).
a. Konsumsi Zat Gizi
Konsumsi zatgizi yang kurang dapat menyebabkan keterlambatan
pertumbuhan badan dan keterlambatan perkembangan otak serta dapat
pula terjadinya penurunan atau rendahnya daya tahan tubuh terhadap
penyakit infeksi (Krisnansari d, 2010). Selain itu faktor kurangnya asupan
makanan disebabkan oleh ketersediaan pangan, nafsu makan
anak,gangguan sistem pencernaan serta penyakit infeksi yang diderita
(Proverawati A, 2009).
b. Penyakit Infeksi
Infeksi dan kekurangan gizi selalu berhubungan erat. Infeksi pada anak-
anak yang malnutrisi sebagian besar disebabkan kerusakan fungsi
kekebalan tubuh, produksi kekebalan tubuh yang terbatas dan atau
kapasitas fungsional berkurang dari semua komponen seluler dari sistem
kekebalan tubuh pada penderita malnutrisi (RodriquesL, 2011).
c. Pengetahuan Ibu tentang Gizi dan Kesehatan
Seorang ibu merupakan sosok yang menjadi tumpuan dalam mengelola
makan keluarga. pengetahuan ibu tentang gizi balita merupakan segala
bentuk informasi yang dimiliki oleh ibu mengenai zat makanan yang
dibutuhkan bagi tubuh balita dan kemampuan ibu untuk menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari (Mulyaningsih F, 2008). Kurangnya
pengetahuan tentang gizi akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan
untuk menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari yang
merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan gizi (Notoadmodjo S,
2003). Pemilihan bahan makanan, tersedianya jumlah makanan yang
cukup dan keanekaragaman makanan ini dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan ibu tentang makanan dan gizinya. Ketidaktahuan ibu dapat
menyebabkan kesalahan pemilihan makanan terutama untuk anak balita
(Nainggolan J dan Zuraida R, 2010).
d. Pendidikan Ibu
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah
diberikan pengertian mengenai suatu informasi dan semakin mudah untuk
mengimplementasikan pengetahuannya dalam perilaku khususnya dalam
hal kesehatan dan gizi (Ihsan M. Hiswani, Jemadi, 2012). Pendidikan ibu
yang relatif rendah akan berkaitan dengan sikap dan tindakan ibu dalam
menangani masalah kurang gizi pada anak balitanya (Oktavianis, 2016).
e. Pola Asuh Anak
Pola asuh anak merupakan praktek pengasuhan yang diterapkan kepada
anak balita dan pemeliharaan kesehatan (Siti M, 2015). Pola asuh makan
adalah praktik-praktik pengasuhan yang diterapkan ibu kepada anak balita
yang berkaitan dengan cara dan situasi makanPola asuh yang baik dari ibu
akan memberikan kontribusi yang besar pada pertumbuhan dan
perkembangan balita sehingga akan menurunkan angka kejadian gangguan
gizi dan begitu sebaliknya (Istiany, dkk, 2007).
f. Sanitasi
Sanitasi lingkungan termasuk faktor tidak langsung yang mempengaruhi
status gizi. Gizi buruk dan infeksi kedua-duanya bermula dari kemiskinan
dan lingkungan yang tidak sehat dengan sanitasi buruk (Suharjo, 2010).
Upaya penurunan angka kejadian penyakit bayi dan balita dapat
diusahakan dengan menciptakan sanitasi lingkungan yang sehat, yang
pada akhirnya akan memperbaiki status gizinya (Hidayat T, dan Fuada N,
2011).
g. Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan keluarga merupakan faktor eksternal yang
mempengaruhi status gizi balita (Mulyana DW, 2013). Keluarga dengan
status ekonomi menengah kebawah, memungkinkan konsumsi pangan dan
gizi terutama pada balita rendah dan hal ini mempengaruhi status gizi pada
anak balita (Supariasa IDN, 2012). Balita yang mempunyai orang tua
dengan tingkat pendapatan kurang memiliki risiko 4 kali lebih besar
menderita status gizi kurang dibanding dengan balita yang memiliki orang
tua dengan tingkat pendapatan cukup (Persulessy V, 2013).
h. Ketersediaan Pangan
Kemiskinan dan ketahanan pangan merupakan penyebab tidak langsung
terjadinya status gizi kurang atau buruk (Roehadi S, 2013). Masalah gizi
yang muncul sering berkaitan dengan masalah kekurangan pangan, salah
satunya timbul akibat masalah ketahanan pangan ditingkat rumahtangga,
yaitu kemampuan rumahtangga memperolehmakanan untuk semua
anggotanya (Sobila ET, 2009).
i. Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah anggota keluarga berperan dalam status gizi seseorang. Anak yang
tumbuh dalam keluarga miskin paling rawan terhadap kurang gizi. apabila
anggota keluarga bertambah maka pangan untuk setiap anak berkurang,
asupan makanan yang tidak adekuat merupakan salah satu penyebab
langsung karena dapat menimbulkan manifestasi berupa penurunan berat
badan atau terhambat pertumbuhan pada anak, oleh sebab itu jumlah anak
merupakan faktor yang turut menentukan status gizi balita (Faradevi R,
2017).
j. Sosial Budaya
Budaya mempengaruhi seseorang dalam menentukan apa yang akan
dimakan, bagaimana pengolahan, persiapan, dan penyajiannya serta untuk
siapa dan dalam kondisi bagaimana pangan tersebut dikonsumsi. Sehingga
hal tersebut dapatmenimbulkan masalah gizi buruk (Arifn Z, 2015).
4. Pencegahan
Agar anak tidak mengalami kurang gizi maka orang tua harus berusaha keras
untuk memenuhi nutrisi yang seimbang. Masa pertumbuhan anak sangat
bergantung kepada apa yang ia makan. Lebih baik mencegah daripada mengobati,
oleh sebab itu berikanlah makanan kepada anak yang mempunyai gizi seimbang,
yaitu:
a. Memberikan buah dan sayur dalam setiap menu makanan.
b. Memberikan makanan yang mempunyai sumber kabohidrat, seperti
kentang, roti, nasi dan sereal.
c. Memberikan makanan yang mempunyai sumber protein, seperti daging,
telur, ikan dan kacang-kacangan.
d. Memberikan asupan vitamin dari susu dan produk turunannya.
e. Selain memberikan makanan yang sehat dan bergizi tak lupa anak harus
banyak melakukan aktivitas fisik seperti olahraga atau aktivitas di luar
ruangan.
f. Berikan juga imunisasi atau vaksin sesuai jadwal atau rekomendasi yang
diberikan oleh kementerian kesehatan atau provinsi setempat agar anak
tidak mudah terserang penyakit infeksi.
5. Perawatan
a. Diit tinggi kalori, protein, mineral, dan vitamin
b. Pemberian terapi cairan dan elektrolit
c. Penanganan diare bila ada: cairan, antidiare, dan antibiotik
d. Mengobservasi berat badan pasien setiap hari
e. Memberikan kebutuhan nutrisi sesuai diet yang telah ditentukan
f. Pengawasan terhadap tandatanda infeksi
g. Mengajarkan kepada keluarga tentang higiene persinal dengan mencuci
tangan setelah dan sebelum kontak dengan pasien
h. Mengkaji tumbuh kembang pasien
i. Meningkatkan stimulasi pada pasien dengan memberi pijat bayi
6. Komplikasi
Secara garis besar, dalam kondisi akut, gizi buruk bisa mengancam jiwa karena
berberbagai disfungsi yang di alami, ancaman yang timbul antara lain hipotermi
(mudah kedinginan) karena jaringan lemaknya tipis, hipoglikemia (kadar gula
dalam darah yang dibawah kadar normal) dan kekurangan elektrolitdan cairan
tubuh. Bila case akut tertangani dan namun tidak di follow up dengan baik
akibatnya anak tidak dapat catch up dan mengejar ketinggalannya makadalam
jangka panjang kondisi ini berdampak buruk terhadap pertumbuhanmaupun
perkembangannya. Beberapa penelitian menjelaskan, dampak jangka pendek gizi
buruk terhadap perkembangan anak adalah anak menjadi apatis, mengalami
gangguan bicara dan gangguan perkembangan yang lain. Sedangkan dampak
jangka panjangadalah penurunan skor tes IQ, penurunan perkembangn kognitif,
penurunan integrasi sensori, gangguan pemusatan perhatian, gangguan penurunan
rasa percaya diri dan tentu saja merosotnya prestasi anak.
Pada penderita gangguan gizi sering terjadi gangguan asupan vitamin dan
mineral. Karena begitu banyaknya asupan jenis vitamin dan mineral yang
terganggu dan begitu luasnya fungsi dan organ tubuh yang terganggu maka jenis
gangguannya sangat banyak. Pengaruh KEP bisa terjadi pada semua organ system
tubuh. Beberapa organ tubuh yang sering terganggu adalah saluran cerna, otot dan
tulang, hati, pankreas, ginjal, jantung, dan gangguan hormonal. Anemia gizi
adalah kurangnya kadar hemoglobin pada anak yang disebabkan karena
kurangnya asupan zat besi (Fe) atau asam Eolat. Gejala yang bisa terjadi adalah
anak tampak pucat, sering sakit kepala, mudah lelah dan sebagainya. Pengaruh
sistem hormonal yang terjadi adalah gangguan hormone kortisol, insulin, Growth
hormon (hormon pertumbuhan) Thyroid Stimulating hormon meninggi tetapi
fungsi tiroid menurun. Hormon-hormon tersebut berperanan dalam metabolisme
karbohidrat, lemak dan tersering mengakibatkan kematian.
Mortalitas atau kejadian kematian dapat terjadi pada penderita KEP, khususnya
pada KEP berat. Beberapa penelitian menunjukkan pada KEP berat resiko
kematian cukup besar, adalah sekitar 55%. Kematian ini seringkali terjadi karena
penyakit infeksi (seperti tuberculosis, radang paru, infeksi saluran cerna) atau
karena gangguan jantung mendadak. Infeksi berat sering terjadi karena pada KEP
sering mengalami gangguan mekanisme pertahanan tubuh. Sehingga mudah
terjadi infeksi atau bila terkena infeksi beresiko terjadi komplikasi yang lebih
berat hingga mengancam jiwa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kasus
Keluarga Bpk. A (29 tahun) suku jawa pendidikan SMA. Menikah dengan Ibu L
(25 tahun) suku jawa sejak 3 tahun yang lalu pendidikan SMP. Keluarga beragama islam.
Keluarga tinggal di Jl. Mahkota Kita. Bpk. A bekerja sebagai buruh di pabrik roti dengan
penghasilan 1.500.000/bulan. Ibu L tidak bekerja saat ini, dulu pernah bekerja sebagai
buruh cuci. Keluarga tinggal di rumah kontrakan berukuran 60 m2 dengan tiga ruangan
(ruang depan, ruang tengah untuk kamar tidur, ruang belakang untuk dapur dan kamar
mandi). Ventilasi tidak memadai, hanya 1 jendela di ruang depan. Jenis pembuangan
sampah keluarga yaitu pembuangan sampah terbuka, keluarga mempunyai tempat
sampah di dapur. Menurut keluarga, sampah diambil oleh tukang sampah dua hari sekali.
Lantai dari keramik, dan atap dari genteng. Pembuangan limbah ke selokan. Selokan
keluarga tidak mengalir. Keluarga merupakan keluarga inti dimana tinggal ayah, ibu dan
anak. Aktivitas keluarga hanya menonton televisi bersama, keluarga jarang pergi liburan.
Menurut Bpk. A jika ada penghasilan lebih baru keluarga pergi ke dalam kota, menurut
keluarga pulang kampung saat lebaran adalah salah satu bentuk rekreasi.
Keluarga mempunyai 1 orang anak berusia 5 bulan. Keluarga Bpk. A dan Ibu. L
bertemu saat keduanya sedang bekerja, kurang lebih 4 tahun lalu. Kemudian mereka
memutuskan untuk menikah setelah berpacaran 1 tahun. Bpk. A tidak punya penyakit
kronis begitupun dengan Ibu. L. Hanya saja beberapa bulan belakangan Bpk. A mengeluh
sering batuk, apalagi pada malam hari serta sering keluar keringat saat malam. Keluarga
mengatakan tidak tahu penyakit Bpk. A hanya saja memang Bpk. A sering begadang
malam dan merokok. Bpk. A sudah merokok sejak usia 15 tahun, merokok sebanyak 1
bungkus sehari, namun saat ini sudah mulai berkurang sebungkus 2 hari. Kebiasaan Bpk.
A adalah minum kopi dan makan gorengan. Keluarga mengira ini hanya sakit masuk
angin biasa. Keluarga dari Bpk. A dan Ibu. L juga tidak ada yang mempunyai perilaku
buruk seperti berjudi ataupun minum alkohol. Orang tua Bpk. A mempunyai riwayat
hipertensi dan stroke dan orang tua Ibu. L punya riwayat DM. Kedua orang tua dari Bpk.
A dan Ibu. L masih hidup di Jawa.
Keluarga Bpk. A mempunyai 1 anak yaitu An. E (5 bulan)berjenis kelamin
perempuan. Imunisasi An.E tidak lengkap karena pernah demam sebelumnya setelah
diimunisasi. Imunisasi yang diberikan ke An. E hanya Polio I. Keluarga mengatakan
takut untuk mengimunisasi An.E karena dulu ada riwayat dalam keluarga yang pernah
lumpuh setelah diimunisasi. Riwayat anak lahir spontan di bidan dengan BBL 2.5 kg dan
BB An. E saat ini 4 kg. Saat ini An. E masih ASI saja namun Ibu. L bingung kapan waktu
yang tepat untuk memberikan makanan tambahan kepada An.E. orang tua Ibu. L sudah
menyuruh Ibu. L untuk memberi pisang kepada An. E, namun berdasarkan informasi
yang didapat Ibu. L tidak mau memberikan makanan tambahan sebelum anaknya berusia
6 bulan, Ny.L terlihat bingung untuk memutuskan kapan waktu terbaik untuk memberi
makanan pendamping ASI.
Keluarga mengatakan bahwa An. E sering batuk pilek, dalam tiga bulan terakhir
ini sudah 2 kali batuk pilek. Keluarga mengatakan bahwa Tn. T memang merokok,
namun jika dirumah tidak merokok. Ny.L mengatakan anak mereka tidur bersama dengan
kasur dibawah dan kipas angin yang menempel. Ibu. L mengatakan bahwa dirinya rajin
untuk membersihkan rumah, agar anaknya tidak sakit. Ibu. L mengatakan bahwa aktifitas
An.E terbilang aktif, dirinya sudah bisa tengkurep dan mengangkat kepalanya. Saat ini
An.E sedang demam, suhu 38,3 derajat celcius, RR 30 x/menit, pernapsan cuping hidung
dan retraksi dinding dada. Napas terlihat cepat dan dangkal, An.E terlihat batuk berat dan
rewel. Ibu mengatakan bahwa sudah 2 hari ini anak rewel, dan baru hari ini demam.
Batuk pilek sudah sekitar 3 hari yang lalu. Selama ini jika anak batuk pilek ibu hanya
memberi ASI yang banyak pada anak. Ibu bingung harus memberikan obat apa, karena
An.E belum makan apapun.
Hubungan keluarga di keluarga Bpk. A terlihat baik, begitupun dengan tetangga.
Keluarga tinggal di rumah tersebut sejak menikah 3 tahun yang lalu, aktifitas kegiatan
yang ada di wilayah tempat tinggal keluarga ada pengajian dan arisan. Ibu. L mengatakan
bahwa dirinya rajin ikut pengajian di RT tetapi tidak ikut arisan. Menurut keluarga, Para
tetangga dilingkungan tempat tinggal baik semua dan saling membantu apabila ada
tetangga yang kesusahan. Hubungan sosialisasi keluarga dengan tetangga baik,
pengambil keputusan dalam keluarga adalah Tn.A. Karakteristik komunitas mempunyai
pekerjaan sebagai pedagang dan buruh. Banyak kontrakan disekitar rumah klien. Selama
ini suport sistem dalam keluarga adalah orang tua pasangan, hanya saja tempat tinggal
mereka yang jauh membuat komunikasi kurang dan mobilisasi keluarga terhambat. Tidak
ada norma dan nilai budaya yangbertentangan dengan kesehatan. Bpk. A sebagai kepala
keluarga dan Ibu. L sebagai istri. Fungsi afektif keluarga baik, keluarga saling
mendukung dan memberi perhatian satu dengan lainnya. Komunikasi dalam keluarga
berjalan baik, semua hal didiskusikan oleh Bpk. A dan Ibu. L. Pengambil keputusan
didalam keluarga adalah kepala keluarga.

Pemeriksaan fisik pada keluarga:


 Ibu L: kepala bersih, bentuk kepala bulat, tidak ada lesi, penglihatan normal, tidak
menggunakan kaca mata, sklera anikhterik, konjungtiva anemis, mata terlihat
bengkak, merah seperti habis menangis, kantung hitam +, fungsi pendengaran
baik, tidak ada serumen, fungsi hidung baik, tidak terdapat sekret. Mukosa bibir
lembab, gigi utuh, tidak ada kesulitan menelan, distensi vena jugulasis -, suara
napas vesikuler, tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan, bunyi jantung
normal, TD 90/60 mmHg, Nadi : 100x/menit, RR : 20 x/menit, Suhu : 36.5
derajat. Abdomen lembek, bising usus 12x/menit, tidak ada lesi, genital bersih,
kekuatan otot baik, kuku tampak sedikit sianosis, turgor kulit baik. BB 45 kg, TB
164 cm.
 Bpk. A : kepala bersih, bentuk kepala bulat, tidak ada lesi, penglihatan normal,
tidak menggunakan kaca mata, sklera anikhterik, konjungtiva ananemis, fungsi
pendengaran baik, tidak ada serumen, fungsi hidung baik, tidak terdapat sekret.
Mukosa bibir lembab, gigi utuh, berwarna kekuningan, napas berbau rokok, lidah
kotor, tidak ada kesulitan menelan, distensi vena jugulasis -, suara napas ronkhi -/
+, ada penggunaan otot bantu pernapasan, bunyi jantung normal, TD 130/90
mmHg, Nadi : 100x/menit, RR : 24 x/menit, Suhu : 36.5 derajat. Abdomen
lembek, bising usus 12x/menit, tidak ada lesi, genital bersih, kekuatan otot baik,
kuku tampak sedikit sianosis, turgor kulit baik. Pembesaran kelenjar getah bening
+, Tampak batuk-batuk. BB 58 kg, TB 175 cm. Ada penurunan berat badan,
keriingat malam +. Sekret + berwarna putih kental.
 An. E : BB 4 kg. Saat ini An. E masih ASI. An. E terlihat kurus, lesu dan rewel.
Konjungtiva ananemis, sklera anikhterik, kepala bersih , mukosa bibir kering,
mata tampak sayu dan lemas. RR 30 x/menit suhu 38,3 derajat celcius,
pernnapasan cuping hidung dan terlihat tarikan dinding dada. Sekret +

Fungsi perawatan kesehatan:


Keluarga mengatakan tidak mengetahui kenapa anaknya sering natuk pilek, menurut
keluarga selama ini jika anaknya sakit batuk pilek cukup diberikan ASI yang banyak.
Menurut keluarga penyakit batuk pilek pada An. E dikarenakan lingkungan yang
tidak bersih, namun Ibu selalu membersihkan rumah setiiap hari. Ibu mengatakan
anaknya tidak diimunisasi, hanya polio 1 saja saat baru lahir, menurut keluarga
anaknya tidak perlu diimunisasi karena keluarga pernah mendapat cerita bahwa ada
yang diimunisasi setelahnya malah lumpuh, sehingga keluarga memutuskan tidak
mengimunisasi anak. Keluarga tidak tahu dengan jelas imunisasi yang wajib bagi
anak, dan pentingnya imunisasi, yang keluarga tahu imunisasi itu memasukkan
kuman kedalam tubuh. Ibu terlihat bingung dan beberapa kali bertanya kepada
perawat sebaiknya kapan anak mulai diberi makan. Ibu mengatakan bahwa ia belum
mempunyai pengalaman mengasuh anak, ibu bertanya kepada perawat sebaiknya
makanan seperti apa yang diberikan agar gizi pada anaknya tercukupi.
Keluarga Bpk. A tidak mengetahui apa itu tentang TBC, pengertian, penyebab,
tanda gejala, akibat dan cara penanganan TBC. Bpk. A tidak mengetahui kenapa berat
badannya menurun, dan batuknya tidak sembuh sembuh. Selama ini Bpk. A hanya
minum obat warung dan jika sesak napas Bpk. A selalu minta dikeroki oleh Ibu. L
karena menurut klien ini hanya masuk angin. Keluarga mengatakan jarang ke rumah
sakit ataupun puskesmas karena menurut klien uangnya dihasilkan lebih baik untuk
makan dan kebutuhan keluarga lainnya. Bpk. A masih merokok sampai saat ini
sebanyak ½ bungkus sehari, namun Bpk. A mengatakan bahwa jika dirumah tidak
merokok. Bpk. A mengatakan dirinya batuk karena sering begadang malam dan kena
angin malam. Keluarga belum pernah memeriksakan penyakitnya ke rumah sakit atau
puskesmas, selama ini Bpk. A hanya minum obat batuk yang beli di warung dan
minum air hangat.
Harapan keluarga dengan adanya perawat adalah agar dapat membantu mengatasi
masalah yang ada pada keluarga. Strategi koping keluarga adaptif, tidak ada
mekanisme koping maladaptif. Keluarga selalu berserah diri kepada Tuhan YME
keluarga selalu berdoa jika ada masalah dalam keluarganya.
B. Pengkajian
A. Data Umum
1. Nama KK : Bpk A (29 tahun)
2. Alamat : Jl. Mahkota Kita
3. Pekerjaan KK : Buruh Pabrik roti
4. Pendidikan KK : SMA
5. Komposisi Keluarga

No. Nama Gender Hub. Dgn Pekerjaan Umur Pendidikan Status Imunisasi
KK
1 Bpk A L Suami Buruh 29 tahun SMA Tidak lengkap
2 Ibu L P Istri IRT 25 tahun SMP Tidak lengkap
3 An. E P Anak - 5 bulan - Tidsk lengkap
6. Genogram

Keterangan :
 Orang tua Bpk. A mempunyai riwayat hipertensi dan stroke dan orang
tua Ibu. L punya riwayat DM. Kedua orang tua dari Bpk. A dan Ibu. L
masih hidup di Jawa
 Bpk. A mengeluh sering batuk, apalagi pada malam hari serta sering
keluar keringat saat malam. Keluarga mengatakan tidak tahu penyakit
Bpk. A hanya saja memang Bpk. A sering begadang malam dan
merokok. Bpk. A sudah merokok sejak usia 15 tahun, merokok
sebanyak 1 bungkus sehari, namun saat ini sudah mulai berkurang
sebungkus 2 hari. Kebiasaan Bpk. A adalah minum kopi dan makan
gorengan. Keluarga mengira ini hanya sakit masuk angin biasa.
 Keluarga mengatakan bahwa An. E sering batuk pilek, dalam tiga
bulan terakhir ini sudah 2 kali batuk pilek. Keluarga mengatakan
bahwa Bpk A memang merokok, namun jika dirumah tidak merokok.
Ibu L mengatakan anak mereka tidur bersama dengan kasur dibawah
dan kipas angin yang menempel.
 Saat ini An.E sedang demam, suhu 38,3 derajat celcius, RR 30
x/menit, pernapsan cuping hidung dan retraksi dinding dada. Napas
terlihat cepat dan dangkal, An.E terlihat batuk berat dan rewel. Ibu
mengatakan bahwa sudah 2 hari ini anak rewel, dan baru hari ini
demam. Batuk pilek sudah sekitar 3 hari yang lalu. Selama ini jika
anak batuk pilek ibu hanya memberi ASI yang banyak pada anak. Ibu
bingung harus memberikan obat apa, karena An.E belum makan
apapun.
 Ibu. L bingung kapan waktu yang tepat untuk memberikan makanan
tambahan kepada An.E.
7. Tipe Keluarga
Keluarga Bpk A termasuk keluarga inti karena terdiri dari suami istri dan satu
orang anak.
8. Suku Bangsa
Bpk A dan Ibu L sukunya Jawa, Bpk A dan Ibu L merupakan penduduk
pendatang mereka tinggal di Jl. Mahkota Kita., menurut Ibu.L sebagian besar
penduduk adalah orang pendatang yang statusnya rumah kontrakan. Menurut
Ibu L tidak ada norma dan nilai budaya yang bertentangan dengan
kesehatan.Kebiasaan Bpk. A adalah minum kopi dan makan gorengan.
Keluarga mengira ini hanya sakit masuk angin biasa.
9. Agama
Semua anggota keluarga beragama Islam. Ibu. L mengatakan bahwa dirinya
rajin ikut pengajian di RT. Keluarga selalu berserah diri kepada Tuhan YME
keluarga selalu berdoa jika ada masalah dalam keluarganya.
10. Status sosial ekonomi keluarga
 Bpk. A bekerja sebagai buruh di pabrik roti dengan penghasilan
1.500.000/bulan. Ibu. L tidak bekerja saat ini, dulu pernah bekerja
sebagai buruh cuci. Keluarga tinggal di rumah kontrakan berukuran 60
M2 dengan tiga ruangan (ruang depan, ruang tengah untuk kamar
tidur, ruang belakang untuk dapur dan kamar mandi).
 Keluarga mengatakan jarang ke rumah sakit ataupun puskesmas
karena menurut klien uangnya dihasilkan lebih baik untuk makan dan
kebutuhan keluarga lainnya.
11. Aktifitas rekreasi keluarga
Menurut keluarga, mereka hanya menonton televisi bersama, keluarga jarang
pergi liburan. Menurut Bpk. A jika ada penghasilan lebih baru keluarga pergi
ke dalam kota, menurut keluarga pulang kampung saat lebaran adalah salah
satu bentuk rekreasi.
B. Riwayat dan Tahapan Perkembangan Keluarga
Tahap tumbuh kembang (Milestones):

1. Usia 1 Bulan
a. Motorik kasar: gerakan, tangan dan kaki masih dipengaruhi
refleks Moro, berusaha mengangkat kepala ketika
ditengkurapkan, kepala menoleh ke samping kanan dan kiri,
berusaha memiringkan tubuh dari posisi telentang.
b. Motorik halus: tangan mulai mampu menggenggam walau
sebentar, mengikuti benda yang bergerak di depan matanya
walau sebentar.
c. Perkembangan sosial: menatap wajah ibu saat disusui, mulai
merespons terhadap suara, mulai tersenyum atau tertawa tanpa
suara.
d. Perkembangan bahasa: mengeluarkan bunyi ‘uh’ dan ‘ah’ yang
lemah.
2. Usia 2 Bulan
a. Motorik kasar: mengangkat kepala lebih lama ketika
ditengkurapkan, gerak tangan dan kakinya lebih halus, kepala
menoleh ke kiri dan kanan.
b. Motorik halus: genggaman tangan semakin baik, mulai senang
memerhatkan tangan sendiri, memerhatikan gerakan benda yang
berada agak jauh dari pandangannya.
c. Perkembangan sosial: murah senyum dan tertawa.
d. Perkembangan bahasa: mengeluarkan suara suara.
3. Usia 3 Bulan
a. Motorik kasar: mengangkat kepala dan bau ketika
ditengkurapkan, mulai belajar tengkurap sendiri.
b. Motorik halus: genggaman tangan semakin erat, meraih benda.
c. Perkembangan sosial: mengenali wajah dan aroma tubuh
ibu/orang yang terdekat.
d. Perkembangan bahasa: berceloteh, memainkan ludah, mengenali
suara orang terdekat.
4. Usia 4 Bulan
a. Motorik kasar: kepala makin tegak, mulai tengkurap dan
telentang sendiri.
b. Motorik halus: meraih, menggapai, memegang mainan dengan
kedua tangan.
c. Perkembangan sosial: merespon ketika diajak bicara.
d. Perkembangan bahasa: tertawa dan berceloteh makin keras. Pada
usia ini biasanya juga mulai muncul gigi pertama.
5. Usia 5 Bulan ( Tahapan yang Harus Dipenuhi Anak E dalam Kasus)
a. Motorik kasar: makin lancar tengkurap telentang.
b. Motorik halus: mulai mampu membedakan warna-warna terang,
bermain dengan kaki dan tangannya, mulai mengeksplorasi
dengan mulut.
c. Perkembangan sosial: mengenali namanya jika dipanggil, tertarik
dengan suara atau bunyi-bunyian, terutama yang baru
didengarnya.
6. Usia 6 Bulan
a. Motorik kasar: dapt didudukkan tanpa dipegang, berguling
kesana kemari.
b. Motorik halus: memasukkan segala sesuatu yang dipegangnya ke
dalam mulut, memindahkan benda dari satu tangan ke tangan
yang lain.
c. Perkembangan bahasa: menirukan suara-suara yang didengarnya,
makin senang mendengar suara dan bunyi-bunyian.
7. Usia 7 Bulan
a. Motorik kasar: dapat didudukkan tanpa dipegangi, mulai posisi
merangkak tetapi hanya bererak ke depan-belakang, merayap.
b. Motorik halus: koordinasi tangan kanan dan kiri semakin baik.
c. Perkembangan sosial: mulai menolak orang yang dianggapnya
asing.
d. Perkembangan bahasa: mengoceh seolah-olah seperti mengobrol.
8. Usia 8 Bulan
a. Motorik kasar: mulai merangkak, duduk sendiri, berusaha berdiri
sambil berpegangan.
b. Motorik halus: menjimpit benda, menunjuk ke benda tertentu,
mencari benda yang disembunyikan.
c. Perkembangan bahasa: berbicara satu suku kata, seperti maaa…
maa, paa..paa.
9. Usia 9 Bulan
a. Motorik kasar: berdiri sambil berpegangan dan mencoba
melangkah.
b. Motorik halus: mampu minum dari gelas bermoncong, makan
dengan tangan, memukul-mukulkan benda/mainan yang ia
pegang.
c. Perkembangan sosial: bermain ciluk ba, mengikuti permainan
sederhana (main pok ame ame, dadaaah).
d. Perkembangan bahasa: makin ramai mengoceh, menggabungkan
dua suku kata (misalnya mamaaa…paapaa)
10. Usia 10 Bulan
a. Motorik kasar: makin mahir merangkak, makin terampil berdiri.
b. Motorik halus: melambaikan tangan (dadaaah…), makin terampil
menjimpit.
c. Perkembangan sosial: memberi tanda untuk menunjukkan
kemauannya.
d. Perkembangan bahasa: memanggil ibu dan ayah dengan
sebutannya masing-masing (misalnya mama, papa, atau yaaa).
11. Usia 11 Bulan
a. Motorik kasar: berdiri tanpa pegangan untuk beberapa saat,
senang menjelajah dengan merangkak, mulai berjalan sambil
dipegang (dititah).
b. Motorik halus: memasukkan benda ke waduk, makan sendiri
menggunakan sendok.
c. Perkembangan sosial: mulai mengerti larangan dan perintah
sederhana, bermain kiss bye.
12. Usia 12 Bulan
a. Motorik kasar: berjalan beberapa langkah atau lancar berjalan
dengan berpegangan (dititah), menjelajah.
b. Motorik halus: makin terampil memindahkan benda dari dank e
dalam wadah.
c. Perkembangan sosial: mengikuti apa yang dilakukan orang lain,
bermain dengan anak atau orang lain.
d. Perkembangan bahasa: mengucapkan kata-kata lain selain yang
biasa.
13. Usia 13-15 Bulan
a. Berjalan, gemar mencorat-coret di mana-mana, dinding, berlagak
seolah bisa lancar memegang buku, minum dari gelas, mampu
menggabungkan dua kata.

Imunisasi Dasar yang Harus Dilengkapi

1. Hepatitis B : diberikan pada saat 12-24 jam setelah lahir, usia 1 bulan, dan 6
bulan
2. BCG : diberikan pada saat usia kurang dari 3 bulan
3. Polio : diberikan pada saat usia anak 2 bulan, 4 bulan, antara 6-18 bulan,
kemudian dilanjutkan untuk booster pada usia antara 4-6 tahun
4. DPT : pemberian pertama diberikan pada usia 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan,
kemudian pada saat usia antara 18-24 bulan, saat usia 5 tahun
5. Campak diberikan pada usia 9 bulan, 2 tahun, dan 6 tahun.

Berikut Ini Beberapa Asupan Nutrisi dan Perkiraan Takaran yang


Diperlukan:

1. Air Susu Ibu (ASI)


ASI merupakan asupan nutrisi ideal dalam menyokong pertumbuhan bayi.
Untuk pemberian ASI pada bayi usia 5 bulan, berikan ASI setiap 3-4 kali
setiap hari atau hingga bayi terlihat kenyang. Bayi akan berhenti menyusu
secara otomatis saat kenyang. Untuk ibu bekerja yang memberi ASI dengan
botol susu, berikan bayi sekitar 700-750 ml setiap harinya. Anda bisa
membaginya menjadi 8 kali pemberian, dengan takaran sekitar 90 ml setiap
pemberian susu. Untuk mengetahui apakah asupan ASI yang dibutuhkan
mencukupi atau tidak, perhatikan rutinitas mengganti popok. Umumnya, bayi
yang asupan susunya cukup, perlu mengganti popok sebanyak 4-5 kali dalam
sehari.
2. Susu Formula
Bagi Anda yang memberikan bayi susu formula, perhatikan takaran
pemberian susu yang diberikan. Disarankan untuk memberikan bayi Anda
susu formula sebanyak 6 kali dalam sehari dengan takaran sekitar 120 ml.
3. Pemberian MPASI
Bayi usia 5 bulan bisa dibilang sudah bisa diperkenalkan makanan
pendamping ASI (MPASI), meski sebaiknya menunggu hingga bayi berusia 6
bulan. Apabila bayi Anda sudah terlihat tertarik atau menggapai makanan
yang Anda konsumsi, dan mulutnya membuka saat ada makanan yang
mendekati mulutnya, mungkin Anda bisa mempertimbangkan pemberian
MPASI kepadanya. Namun, sebelum memberikan MPASI, ada baiknya untuk
berkonsultasi ke dokter. Jika dokter memperbolehkannya, coba perkenalkan
secara perlahan dan bertahap. Mulai dengan 1-2 sendok bubur sereal bayi
yang dicampur dengan ASI atau susu formula.
4. Air
Jika anak sudah mulai diberikan MPASI, diperbolehkan memberi air. Namun,
berikan secukupnya. Sebab pemberian berlebih bisa membuat bayi kenyang
sehingga dapat membuat mereka enggan untuk mengonsumsi ASI ataupun
MPASI.

Indikator BB berdasarkan Usia


Menimbang bayi secara rutin setiap bulan dapat menjadi cara memantau
perkembangan dan pertumbuhan bayi, termasuk untuk mengetahui berat badan
bayi 5 bulan.
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini:
Tahap perkembangan keluarga Bpk A adalah tahap perkembangan
keluarga dengan anak usia balita, yaitu: keluarga mampu memberikan gizi
dan imunisasi juga perkembangan aktifitas sesuai usianya
2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi:
 Imunisasi An.E tidak lengkap. Imunisasi yang diberikan ke An. E
hanya Polio I. Imunisasi yang harusnya dilengkapi hepatitis B,
polio 2, BCG
 BB An. E saat ini 4 kg. Saat ini An. E masih ASI saja, Ibu.L
terlihat bingung untuk memutuskan kapan waktu terbaik untuk
memberi makanan pendamping ASI.
3. Riwayat keluarga sebelumnya
 Keluarga mengatakan An. E pernah demam sebelumnya setelah di
imunisasi dan takut untuk mengimunisasi An.E karena dulu ada
riwayat dalam keluarga yang pernah lumpuh setelah diimunisasi.
 Orang tua Ibu. L sudah menyuruh Ibu. L untuk memberi pisang
kepada An. E, namun berdasarkan informasi yang didapat Ibu. L
tidak mau memberikan makanan tambahan sebelum anaknya
berusia 6 bulan.
C. Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
Keluarga tinggal di Jl. Mahkota Kita. Keluarga tinggal di rumah kontrakan
berukuran 60 M² dengan tiga ruangan (ruang depan, ruang tengah untuk
kamar tidur, ruang belakang untuk dapur dan kamar mandi). Ventilasi
tidak memadai, hanya 1 jendela di ruang depan. Jenis pembuangan
sampah keluarga yaitu pembuangan sampah terbuka, keluarga mempunyai
tempat sampah di dapur. Menurut keluarga, sampah diambil oleh tukang
sampah dua hari sekali. Lantai dari keramik, dan atap dari genteng.
Pembuangan limbah ke selokan. Selokan keluarga tidak mengalir.
2. Denah Rumah
3. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Menurut keluarga, Para tetangga di lingkungan tempat tinggal baik semua
dan saling membantu apabila ada tetangga yang kesusahan. Hubungan
sosialisasi keluarga dengan tetangga baik.
4. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga tinggal di rumah kontrakan dan banyak kontrakan lain disekitar
rumah klien. Orang tua klien tinggal ditempat yang jauh dari kontrakan
mereka membuat mobilisasi keluarga terhambat.
5. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Aktifitas kegiatan yang ada di wilayah tempat tinggal keluarga ada
pengajian dan arisan. Ibu. L mengatakan bahwa dirinya rajin ikut
pengajian di RT tetapi tidak ikut arisan.
6. Sistem pendukung keluarga
Selama ini suport sistem dalam keluarga adalah orang tua pasangan, hanya
saja tempat tinggal mereka yang jauh membuat komunikasi kurang.
D. Struktur Keluarga
1. Struktur Komunikasi
Sifat Komuniasi terbuka, semua hal didiskusikan oleh Bpk. A dan Ibu. L.
Pengambil keputusan didalam keluarga adalah kepala keluarga. Hanya
saja komunikasi dengan orangtua pasangan terhambat akibat tempat
tinggal yang jauh. Hubungan sosialisasi dengan tetangga juga baik semua
dan saling membantu.
2. Struktur Kekuatan
Fungsi afektif keluarga baik, keluarga saling mendukung dan memberi
perhatian satu dengan lainnya. Hal ini terbukti oleh ibu L yang rajin
membersihkan rumah supaya anaknya tidak mudah sakit dan Bpk A yang
mengajak keluarga untuk liburan jika berpenghasilan lebih supaya
keluarga merasa senang.
3. Struktur Peran
Bpk. A berperan sebagai kepala keluarga, ayah, suami, pencari nafkah,
pendidik dan pelindung bagi anggota keluarganya dan pembuat keputusan
dalam keluarga. namun Bpk. A lebih banyak berperan sebagai pengontrol
perkembangan anak-anaknya karena sebagian waktunya untuk bekerja
diluar rumah yaitu sebagai buruh di pabrik roti.
Ibu L adalah sebagai ibu, istri, pengatur rumah tangga, pendidik dan
pengasuh anaknya, bertanggung jawab atas pekerjaan rumah tangganya,
dan perawat anggota keluarganya.
An. E berperan sebagai anak yang masih balita bagi kedua orangtuanya.
4. Struktur nilai dan norma
Keluarga beragama islam. Ibu. L rajin ikut pengajian di RT tetapi tidak
ikut arisan. Keluarga dari Bpk. A dan Ibu. L juga tidak ada yang
mempunyai perilaku buruk seperti berjudi ataupun minum alkohol. Tidak
ada norma dan nilai budaya yang bertentangan dengan kesehatan, hanya
saja Keluarga takut untuk mengimunisasi An.E karena dulu ada riwayat
dalam keluarga yang pernah lumpuh setelah diimunisasi sehingga An. E
tidak lengkap mendapatkan imunisasi dan Ibu. L tidak mau memberikan
makanan tambahan sebelum anaknya berusia 6 bulan.
E. Fungsi Keluarga
1) Fungsi ekonomi
Keluarga kurang dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari,dibuktikan dengan
adanya salah satu anggota keluarga yang menderita kurang gizi yaitu anak
”E”. Ditambah dengan Bpk.A yang hanya berpenghasilan 1.500.000/bulan
2) Fungsi mendapatkan status social
Keluarga tidak mempermasalahkan status sosialnya dimasyarakat,dengan
kondisi yang seperti itu.
3) Fungsi pendidikan
4) Fungsi sosialisasi
Interaksi antar anggota dalam keluarga jarang dilakukan karena kesibukan
masing-masing anggota keluarga. Namun ibu rajin bersosialisasi dengan
keluarga melalui acara seperti pengajian dan arisan
5) Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan kesehatan)
a. Mengenal masalah kesehatan
Keluarga tidak mampy mengenal masalah kesehatan yang dialami
anak ”E” (kurang gizi dan ISPA) karena anak tidak dibawa ke rumah
sakit maupun puskesmas.
b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
Untuk masalah kesehatan anak ”E” yang mengalami kurang gizi dan
ISPA ,ibu merasa takut dengan kondisi tersebut sehingga ibu tidak
mau lagi untuk membawa ke posyandu.karena ibu merasa anaknya
akan sakit jika diimunisasi maka imunisasi anak E hanya sampai polio
I
c. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
Keluarga hanya dapat merawat anggota keluarga yang sakit dengan
semampunya karena kondisi ekonomi yang kurang.
d. Kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan yang
sehat
Keluarga beranggapan bahwa dengan hanya menyapu saja rumah
sudah dianggap bersih dan sehat.
e. Kemampuan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
Keluarga tidak mau membawa anggota keluarga yang sakit ketempat
pelayanan kesehatan yang lebih tinggi (puskesma/rumah sakit)karena
jaraknya yang terlalu jauh.
6) Fungsi Religius
Kelurga biasa berdoa untuk meminta kesehatan dan lain-lain setelah selesai
menjalankan ibadah sholat.
7) Fungsi Rekreasi
Keluarga jarang melakukan rekreasi di dalam maupun luar kota tempat
tinggalnya secara bersama-sama, mereka pergi ke luar kota hanya pada saat
lebaran. Sehari-hari hanya menonton Televisi bersama.
8) Fungsi Afeksi
Keluarga saling menyayangi tetapi tidak dapat berinterkasi dengan baik
karena BPK.A sibuk bekerja dan sering begadang.

Anggota Keluarga
Pola
An.
Bpk. E Ibu M K
Makan 3xsehari 3x sehari 3x sehari
Pagi:nasi atau apa saja Pagi:bubur Pagi:asi
yang disediakan
istrinya, kopi Siang: nasi, sayur, Siang:asi
tempe atau
Siang:seperti nasi Malam: asi
lauk, gorengan dan ikan
kopi
Malam:
Malam: nasi lauk dan
nasi dan telur
kopi
10 Jam

3 jam 4-5 Jam 22.00 – 03.00, 10.00


– 12.00, 14.30 –
02.00 – 05.00 12.00 – 05.00 17.30
Berkeringat ketika Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
Tidur malam hari saat malam hari saat malam hari
Mengurusi
Mencari nafkah untuk keperluan rumah Makan dan tidur
Aktivitas keluarga tangga
Eliminasi Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

9) Stress dan Koping Keluarga


a. Stessor jangka pendek
Saat ini stres yang dirasakan karena keluarga tidak tahu penyakit Bpk. A
hanya saja memang Bpk. A sering begadang malam dan merokok.
b. Stessor jangka Panjang
Untuk jangka panjang Keluarga mengatakan takut untuk mengimunisasi
An.E karena dulu ada riwayat dalam keluarga yang pernah lumpuh setelah
diimunisasi.
c. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Ibu. L mengatakan bahwa dirinya rajin ikut pengajian di RT tetapi tidak
ikut arisan
d. Strategi koping yang digunakan
Selama ini suport sistem dalam keluarga adalah orang tua pasangan, hanya
saja tempat tinggal mereka yang jauh membuat komunikasi kurang dan
mobilisasi keluarga terhambat.
e. Strategi adaptasi disfungsional
Belum ditemukan
10) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Anggota Keluarga
Fisik Bpk. A Ibu L An. E
Tanda Vital
Suhu 36.5 derajat 36.5 derajat 38,3 derajat
Nadi 100x/menit 100x/menit
RR 24 x/menit 20 x/menit 30 x/menit
TD 130/90 mmHg 90/60 mmHg
TB 175 cm 164 cm
BB 58 kg 45 kg 4 kg
Fisik
Kepala kepala bersih, bentuk kepala Bersih, bulat, tidak kepala bersih
bulat, tidak ada lesi ada lesi
Mata penglihatan normal, tidak penglihatan normal, Konjungtiva
menggunakan kaca mata, tidak menggunakan ananemis, sklera
sklera anikhterik, kaca mata, sklera anikhterik
konjungtiva ananemis anikhterik, mata tampak sayu
konjungtiva anemis, dan lemas
mata terlihat
bengkak, merah
seperti habis
menangis, kantung
hitam +
Telinga fungsi pendengaran baik, Fungsi pendengaran
tidak ada serumen baik, tidak ada
serumen
Hidung fungsi hidung baik, tidak fungsi hidung baik, pernnapasan cuping
terdapat sekret tidak terdapat sekret. hidung, Sekret +
Mulut dan gigi Mukosa bibir lembab, gigi Mukosa bibir lembab, mukosa bibir kering
utuh, berwarna kekuningan, gigi utuh, tidak ada
napas berbau rokok, lidah kesulitan menelan
kotor, tidak ada kesulitan
menelan
Leher distensi vena jugulasis - distensi vena
jugulasis -
Dada/thorax suara napas ronkhi -/+, ada suara napas vesikuler, terlihat tarikan
penggunaan otot bantu tidak ada penggunaan dinding dada.
pernapasan, bunyi jantung otot bantu
normal pernapasan, bunyi
jantung normal
Abdomen Abdomen lembek, bising Abdomen lembek,
usus 12x/menit, tidak ada bising usus
lesi, genital bersih 12x/menit, tidak ada
lesi, genital bersih
Ekstremitas kekuatan otot baik, kuku kekuatan otot baik,
tampak sedikit sianosis kuku tampak sedikit
sianosis,
Kulit turgor kulit baik. turgor kulit baik.

11) Harapan Keluarga


Harapan keluarga dengan adanya perawat adalah agar dapat membantu mengatasi
masalah yang ada pada keluarga. Strategi koping keluarga adaptif, tidak ada
mekanisme koping maladaptif. Keluarga selalu berserah diri kepada Tuhan YME
keluarga selalu berdoa jika ada masalah dalam keluarganya.
C. Analisa Data
No. Data Fokus Diagnosa Keperawatan
1 Data Subjektif Ketidakefektifan
- Keluarga mengatakan jarang ke rumah sakit pemeliharaan kesehatan
ataupun puskesmas karena menurut klien uangnya pada keluarga Tn. A
dihasilkan lebih baik untuk makan dan kebutuhan khususnya Tn. A
keluarga lainnya. (NANDA 2018-2020 hal
- Keluarga mengatakan tidak mengetahui kenapa 146)
anaknya sering natuk pilek, menurut keluarga
selama ini jika anaknya sakit batuk pilek cukup
diberikan ASI yang banyak. Menurut keluarga
penyakit batuk pilek pada An. E dikarenakan
lingkungan yang tidak bersih, namun Ibu selalu
membersihkan rumah setiiap hari.
- Keluarga Bpk. A mempunyai 1 anak yaitu An. E (5
bulan) berjenis kelamin perempuan. Imunisasi An.E
tidak lengkap karena pernah demam sebelumnya
setelah diimunisasi. Imunisasi yang diberikan ke
An. E hanya Polio I
- Keluarga pernah mendapat cerita bahwa ada yang
diimunisasi setelahnya malah lumpuh, sehingga
keluarga memutuskan tidak mengimunisasi anak.
Keluarga tidak tahu dengan jelas imunisasi yang
wajib bagi anak, dan pentingnya imunisasi, yang
keluarga tahu imunisasi itu memasukkan kuman
kedalam tubuh.

Data Objektif
- Pembuangan limbah ke selokan. Selokan keluarga
tidak mengalir.
- Ventilasi tidak memadai, hanya 1 jendela di ruang
depan. Jenis pembuangan sampah keluarga yaitu
pembuangan sampah terbuka, keluarga mempunyai
tempat sampah di dapur. Lantai dari keramik, dan
atap dari genteng
2 Data Subjektif Ketidakefektifan manajemen
- Beberapa bulan belakangan Bpk. A mengeluh kesehatan pada keluarga Tn.
sering batuk, apalagi pada malam hari serta sering A khususnya Tn. A
keluar keringat saat malam. (NANDA 2018-2020 hal
- Keluarga mengatakan tidak tahu penyakit Bpk. A 149)
hanya saja memang Bpk. A sering begadang malam
dan merokok. Bpk. A sudah merokok sejak usia 15
tahun, merokok sebanyak 1 bungkus sehari
- Keluarga mengatakan bahwa An. E sering batuk
pilek, dalam tiga bulan terakhir ini sudah 2 kali
batuk pilek. Keluarga mengatakan bahwa Tn. T
memang merokok, namun jika dirumah tidak
merokok. Ny.L mengatakan anak mereka tidur
bersama dengan kasur dibawah dan kipas angin
yang menempel.
- Keluarga belum pernah memeriksakan penyakitnya
ke rumah sakit atau puskesmas, selama ini Bpk. A
hanya minum obat batuk yang beli di warung dan
minum air hangat.

Data Objektif
- Bpk. A bekerja sebagai buruh di pabrik roti
- suara napas ronkhi -/+, ada penggunaan otot bantu
pernapasan, bunyi jantung normal, TD 130/90
mmHg, Nadi : 100x/menit, RR : 24 x/menit,
Pembesaran kelenjar getah bening +, Tampak batuk-
batuk. BB 58 kg, TB 175 cm. Ada penurunan berat
badan, keriingat malam +. Sekret + berwarna putih
kental
3 Data Subjektif: Ketidakefektifan Bersihan
- Keluarga mengatakan bahwa An. E sering Jalan Napas pada keluarga
batuk pilek, dalam tiga bulan terakhir ini Tn. A khususnya An. E
sudah 2 kali batuk pilek. (NANDA 2018-2020 hal
- Keluarga mengatakan bahwa Tn. T memang 384)
merokok, namun jika dirumah tidak
merokok.
- Batuk pilek sudah sekitar 3 hari yang lalu.
Selama ini jika anak batuk pilek ibu hanya
memberi ASI yang banyak pada anak.

Data Objektif:
- RR 30 x/menit
- suhu 38,3 derajat celcius
- pernnapasan cuping hidung dan terlihat
tarikan dinding dada.
- Sekret +
An.E terlihat batuk berat dan rewel.
4 Data Subjektif Ketidakseimbangan nutrisi:
- Saat ini An. E masih ASI saja namun Ibu. L Kurang dari Kebutuhan
bingung kapan waktu yang tepat untuk memberikan Tubuh pada keluarga Tn. A
makanan tambahan kepada An.E. orang tua Ibu. L khususnya An. E (NANDA
sudah menyuruh Ibu. L untuk memberi pisang 2018-2020 hal 153)
kepada An. E, namun berdasarkan informasi yang
didapat Ibu. L tidak mau memberikan makanan
tambahan sebelum anaknya berusia 6 bulan, Ny.L
terlihat bingung untuk memutuskan kapan waktu
terbaik untuk memberi makanan pendamping ASI.
- Selama ini jika anak batuk pilek ibu hanya
memberi ASI yang banyak pada anak. Ibu bingung
harus memberikan obat apa, karena An.E belum
makan apapun.

Datar Objektif
- An. E terlihat kurus, lesu dan rewel. Konjungtiva
ananemis, sklera anikhterik, kepala bersih, mukosa
bibir kering, mata tampak sayu dan lemas.
- suhu 38,3 derajat

D. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan Pada Keluarga Tn.A khusunya pada
Tn.A dan Ny.L
b. Ketidakefektifan manajemen kesehatan pada keluarga Tn.A khususnya Tn.A
c. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada keluarga Tn. A khususnya An. E
d. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari Kebutuhan tubuh pada keluarga Tn.A
khususnya pada An.E
E. Skoring Diagnosa
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada keluarga Tn. A khususnya
An.E
Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
a. Sifat masalah : 3/3x1=1 3 Keluarga mengatakan bahwa An. E
Aktual sering batuk pilek, dalam tiga bulan
terakhir ini sudah 2 kali batuk pilek
b. Kemungkinan 1/2x2=1 1 Keluarga mengatakan jarang ke
dapat di ubah : rumah sakit atau puskesmas. Tn.A
sebagian dan Ny. L mengatakan lebih baik
uangnya dapat digunakan untuk
kebutuhan yang lain
c. Potensial 1/3x1=1/3 1 Keluarga mengatakan tidak
masalah untuk mengetahui kenapa anaknya sering
dicegah : rendah batuk pilek, menurut keluarga
selama ini jika anaknya sakit batuk
pilek cukup diberikan ASI yang
banyak. Menurut keluarga penyakit
batuk pilek pada An. E dikarenakan
lingkungan yang tidak bersih,
namun Ibu selalu membersihkan
rumah setiiap hari
d. Menonjolnya 0/2x1=0 0 Keluarga mengatakan tidak
masalah : masalah mengetahui kenapa anaknya sering
tidak dirasakan batuk pilek. Batuk pilek sudah
sekitar 3 hari yang lalu. Selama ini
jika anak batuk pilek ibu hanya
memberi ASI yang banyak pada
anak.

Total : 2 1/3

b. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan Pada Keluarga Tn.A


khusunya pada Tn.A dan Ny.L
Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
a. Sifat masalah : 3/3x1=1 1 Beberapa bulan belakangan Bpk. A
Aktual mengeluh sering batuk, apalagi pada
malam hari serta sering keluar
keringat saat malam.Keluarga
mengatakan tidak tahu penyakit
Bpk. A hanya saja memang Bpk. A
sering begadang malam dan
merokok. Bpk. A sudah merokok
sejak usia 15 tahun, merokok
sebanyak 1 bungkus sehari.
Keluarga mengatakan bahwa An. E
sering batuk pilek, dalam tiga bulan
terakhir ini sudah 2 kali batuk pilek,
batuk pilek sudah sekitar 3 hari yang
lalu. Selama ini jika anak batuk
pilek ibu hanya memberi ASI yang
banyak pada anak

b. Kemungkinan 1/2x2=1 1 Keluarga mengatakan jarang ke


dapat di ubah : rumah sakit atau puskesmas. Tn.A
sebagian dan Ny. L mengatakan lebih baik
uangnya dapat digunakan untuk
kebutuhan yang lain

c. Potensial 1/3x1=1/3 1 Keluarga mengatakan tidak


masalah untuk mengetahui kenapa anaknya sering
dicegah : rendah natuk pilek, menurut keluarga
selama ini jika anaknya sakit batuk
pilek cukup diberikan ASI yang
banyak. Menurut keluarga penyakit
batuk pilek pada An. E dikarenakan
lingkungan yang tidak bersih,
namun Ibu selalu membersihkan
rumah setiiap hari

d. Menonjolnya 0/2x1=0 0 Selama ini jika anak batuk pilek ibu


masalah : masalah hanya memberi ASI yang banyak
tidak dirasakan pada anak. Ibu bingung harus
memberikan obat apa, karena An.E
belum makan apapun
Total : 2 1/3

c. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari Kebutuhan tubuh pada


keluarga Tn.A khususnya pada An.E
Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
a. Sifat masalah : 3/3x1=1 1 An. E terlihat kurus, lesu dan rewel.
Aktual Konjungtiva ananemis, sklera
anikhterik, kepala bersih , mukosa
bibir kering, mata tampak sayu dan
lemas.
b. Kemungkinan 1/2x2=1 1 Keluarga mengatakan jarang ke
dapat di ubah : rumah sakit atau puskesmas. Tn.A
sebagian dan Ny. L mengatakan lebih baik
uangnya dapat digunakan untuk
kebutuhan yang lain
c. Potensial 1/3x1=1/3 1 Keluarga mengatakan tidak
masalah untuk mengetahui kenapa anak lesu dan
dicegah : rendah sering rewel, sehingga saat anak
rewel hanya diberikan ASI
d. Menonjolnya 0/2x1=0 0 Saat ini An. E masih ASI saja
masalah : masalah namun Ibu. L bingung kapan waktu
tidak dirasakan yang tepat untuk memberikan
makanan tambahan kepada An.E.
orang tua Ibu. L sudah menyuruh
Ibu. L untuk memberi pisang kepada
An. E, namun berdasarkan informasi
yang didapat Ibu. L tidak mau
memberikan makanan tambahan
sebelum anaknya berusia 6 bulan,
Ny.L terlihat bingung untuk
memutuskan kapan waktu terbaik
untuk memberi makanan
pendamping ASI
Total : 2 1/3

d. Ketidakefektifan manajemen kesehatan pada keluarga Tn.A khususnya


Tn.A
Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
a. Sifat masalah : 2/3x1=2/3 2 Beberapa bulan belakangan Bpk. A
Aktual mengeluh sering batuk, apalagi pada
malam hari serta sering keluar
keringat saat malam. Keluarga
mengatakan tidak tahu penyakit
Bpk. A hanya saja memang Bpk. A
sering begadang malam dan
merokok. Bpk. A sudah merokok
sejak usia 15 tahun, merokok
sebanyak 1 bungkus sehari
b. Kemungkinan 1/2x2=1 1 Keluarga mengatakan jarang ke
dapat di ubah : rumah sakit atau puskesmas. Tn.A
sebagian dan Ny. L mengatakan lebih baik
uangnya dapat digunakan untuk
kebutuhan yang lain
c. Potensial 1/3x1=1/3 1 Keluarga mengatakan tidak
masalah untuk mengetahui penyakit yang dialami
dicegah : rendah sehingga jika Tn.A mengeluh batuk
hanya menganggap dari pengaruh
rokok
d. Menonjolnya 0/2x1=0 0 Keluarga belum pernah
masalah : masalah memeriksakan penyakitnya ke
tidak dirasakan rumah sakit atau puskesmas, selama
ini Bpk. A hanya minum obat batuk
yang beli di warung dan minum air
hangat

Total : 2
12) Intervensi

Tujuan Umum Tujuan Khusus Evaluasi


No DX. Intervensi
(TUM) (TUK) Kriteria Standar
Ketidakefektifa Setelah dilakukan Keluarga dapat Verbal Keluarga dapat Kaji pengetahuan
n bersihan jalan tindakan keperawatan mengenal masalah menjelaskan keluarga tentang
napas selama 3x45 jam TB paru dan ISPA pengertian ISPA TB paru dan ISPA
berhubungan diharapkan masalah dan TB paru
Jelaskan pada
dengan Ketidakefektifan
Keluarga dapat keluarga
ketidakmampua bersihan jalan napas
menyebutkan pengertian, tanda
n keluarga berhubungan dengan
tanda dan gejala gejala dan tindakan
merawat ketidakmampuan
ISPA dan TB yang dilakukan bila
anggota keluarga merawat
paru salah satu anggota
keluarga yang anggota keluarga
keluarga terkena
sakit yang sakit teratasi Keluarga dapat
TB paru atau ISPA
menjelaskan
perawatan pada Jelaskan pada
keluarga yang keluarga cara
menderita ISPA penularan dan cara
atau TB paru pencegahan
terjadinya TB paru
dan ISPA
Keluarga mampu
mengulang kembali
apa yang di
jelaskan perawat
Ajarkan cara pola
hidup sehat kepada
keluarga

Keluarga dapat
Keluarga mampu Psikomoto Keputusan menerapkan pola
mengambil r keluarga untuk hidup sehat
keputusan yang membawa An. E
tepat ke posyandu / Beri pengetahuan
puskesmas untuk keluarga untuk
menangani mencari bantuan
penyakit ISPA pelayanan
kesehatan seperti
puskesmas dan
posyandu
Keluarga mampu
melakukan
perawatan kesehatan
Psikomoto Keluarga
r memberikan obat
untuk mengatasi
sesak pada Tn.A
Ibu memberikan
posisi tidur yang
bisa mengurangi
sesak pada Tn.A
Ibu memberikan
air hangat untuk
Keluarga mampu meredakan pillek
memodifikasi An.E
lingkungan

Psikomoto Keluarga
r membuat
ventilasi udara
yang cukup
Keluarga
memberikan
tambahan bantal
di kepala Tn.A
agar sesaknya
Keluarga mampu berkurang
memanfaatkan
fasilitas kesehatan
yang tersedia Keluarga
Psikomoto membawa Tn.A
r ke puskesmas
untuk nebulasi
Keluarga rutin
membawa Tn.A
dan An.E ke
posyandu
2. Ketidakseimban Setelah dilakukan Keluarga dapat Verbal Keluarga dapat Berikan pendidikan
gan Nutrisi tindakan keperawatan mengenal masalah menjelaskan kesehatan tentang
kurang dari selama 3x45 jam gizi kurang tentang gizi ketidak seimbangan
kebutuhan diharapkan masalah kurang nutrisi
tubuh ketidakseimbangan
Keluarga dapat Jelaskan kepada
berhubungan nutrisi kurang dari
menyebutkan orang tua tentang
dengan kebutuhan tubuh
tanda dan gejala pilihan makanan
ketidakmampua teratasi
gizi kurang yang diperlukan
n keluarga
mengambil
keputusan yang Keluarga dapat
tepat pada menjelaskan jenis
anggota makanan yang Berikan pendkes
keluarga yang sesuai dengan tentang ASI
sakit. tumbuh kembang ekslusif
An.E

-Jelaskan pada orang


Keputusan tua untuk
keluarga untuk memonitor catatan
rutin pemasukan nutrisi
mengontrolkan dan kalori
An.E ke
Keluarga mampu pelayanan
mengambil kesehatan. -Anjurkan kepada
keputusan yang Verbal keluarga untuk
tepat Ibu mampu
meningkatkan
memutuskan
asupan makanan
kapan ankanya di
yang mengandung
beri MPASI
gizi yang baik

Berikan informasi
Keluarga Tn.Rs yang tepat kepada
Keluarga mampu dapat melakukan keluarga dan
melakukan perawatan bagaimana cara
perawatan kesehatan dengan mengolah nutrisi
memberikan obat tersebut
Psikomoto
r yang didapatkan
dari puskesmas
atau posyandu jelaskan pada
keluarga tentang
diet hidup sehat

Keluarga mampu
memodifikasi Ibu mampu
lingkungan yang memodifikasi
mendukung lingkungan yang
nyaman dan
suasana yang
menyenangkan
sehingga An.E
nafsu makan
Keluarga mampu
memanfaatkan Psikomoto
fasilitas yang r
tersedia Keluarga
membawa An.E
dan Tn. A ke
posyandu atau
puskesmas pada
saat An.E dan Tn.
A sakit atau
untuk melilhat
perkembangan
tumbuh kembang
An.E

Psikomoto
r
3. Kurang Setelah dilakukan Keluarga dapat Verbal Keluarga dapat Kaji pengetahuan
pengetahuan tindakan keperawatan mengenal masalah menjelaskan keluarga dan
tentang TB paru selama 3x45 jam pengertian TBC, diskusi bersama
dan ISPA diharapkan masalah dapat tentang masalah
berhubungan kurang pengetahuan menyebutkan kesehtan yang
dengan kurang tentang TB paru dan tanda dan gejala dialaminya
informasi dan ISPA teratasi TBC, dapat
keterbatasan menjelaskan
kemampuan perawatan Berikan pendkes
menyerap keluarga yang tentang gizi yang
informasi. menderita TBC. baik untuk bayi

Keluarga
mengetahui
Berikan pendkes
nutrisi yang baik,
tentang TBC dan
cara
ISPA
meningkatkannya
dan akibat
ketidakseimbang
an nutrisi jelaskan pada
keluarga tentang
Keluarga dapat pengertian,tanda/gej
menyebutkan ala dan tindakan
cara penularan yang dilakukan bila
dan keluarga salah satu anggota
dapat mengetahui keluarga menderita
Keluarga mampu cara pencegahan TBC/ISPA
mengambil terjadinya ISPA
keputusan yang
tepat Beri pengetahuan
Verbal Keputusan keluarga untuk
keluarga untuk mencari bantuan
rutin pelayanan
mengontrolkan kesehatan seperti
An.E dan Tn.A puskesmas dan
Keluarga mampu ke pelayanan posyandu
melakukan kesehatan
perawatan kesehatan

Keluarga
membuat
Psikomoto ventilasi udara
r yang cukup
Keluarga
memberikan
tambahan bantal
Keluarga mampu di kepala Tn.A
memodifikasi agar sesaknya
lingkungan yang berkurang
mendukung

Keluarga
membawa An.E
dan Tn.A ke
posyandu atau
puskesmas pada
saat sakit
Keluarga
membawa Tn.A
Psikomoto ke puskesmas
Keluarga mampu r untuk nebulasi
memanfaatkan
fasilitas kesehatan
yang tersedia
Tn.A rutin
membawa
Psikomoto
keluarganya
r
untuk tes
kesehatan rutin
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2018. Hasil Utama RISKESDAS 2018.
Kementrian Kesehatan RI.
Gibson, R.S. 2005. Principle of Nutritional and Assessment. Oxford University Press. Newyork.
Kartika Sari Wijayaningsih. 2013. Standar Asuhan Keperawatan: Jakarta. TIM.
Krisnansari, Diah. 2010. Nutrisi dan Gizi Balita. Mandala of Health, Volume 4. Purwokerto:
Universitas Jendral Sudirman.
Muhammad Iswan, Hiswani, dan Jemadi. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status
gizi anak balita di desa Teluk Rumbia.
Ngastiyah. 2005. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Edisi I. Jakarta: EGC.
Oktaviani, S. 2016. Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi pada balita di Puskesmas
Lubuk Kilangan.
Proverawati, Asfuah S. 2009. Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Wijaya,Andra Saferi,S.kep dan Yessie Marisa Putri,S.kep. 2013. Keperawatan Medikal Bedah
Jilid I.Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai