Anda di halaman 1dari 8

Jurnal JISIPOL

Ilmu Pemerintahan Universitas Bale Bandung


Volume 3, Nomor 3, November 2019 (79-85)
(P-ISSN 2087-4742)

PERUBAHAN NILAI DALAM MASYARAKAT SERTA PENGARUHNYA


TERHADAP MORAL BIROKRASI DALAM MEMBERIKAN
PELAYANAN PUBLIK

Dera Izhar Hasanah

Program Studi Ilmu Pemerintahan, Universitas Bale Bandung, Indonesia


zifanigabriela@yahoo.com

Received: Nov 2019; Revised: Nov 2019; Accepted Nov 2019; Published: Nov 2019; Available online: Nov 2019

ABSTRAK

Pada zaman era reformasi sekarang ini, persaingan untuk mendapatkan pelayanan yang baik
semakin ketat, begitupun dalam lingkup birokrasi, pelayanan publik harus lebih baik sehingga
dapat memenuhi apa yang menjadi kebutuhan masyarakat, dengan seperti itu publik akan lebih
merasakan adanya peran serta pemerintah yang dengan eksistensinya dapat menjalankan tugas
sebagaimana mestinya khususnya dalam melayani publik. Pelayanan publik yang terdapat di
Indonesia baru pada tahapan tersusunnya perundang-undangan atau peraturan-peraturan instansi
terkait secara parsial dan belum menyentuh pada aspek kepemimpinan serta budaya melayani yang
kongrkit dan komprehensif. Masyarakat menuntut untuk diterapkannya manajemen yang baik dan
transparan. Sebagai konsekuensinya, pemerintah harus meningkatkan kinerja dalam fungsi
pelayanan publik agar lebih efektif, efisien dan transparan demi terwujudnya tata pemerintahan
yang baik (good governance). Strategi yang dilakukan untuk mengatasi beberapa persoalan
birokrasi melalui reformasi. Reformasi birokrasi berupaya untuk mengurangi masalah dengan
perubahan, penyegaran dan pembaharuan khususnya dalam hal moral dan nilai-nilai guna
memenuhi pelayanan publik yang dapat mengimbangi dinamika dan kebutuhan masyarakat.
Kata Kunci: Nilai, Moral, Birokrasi, Pelayanan Publik

PENDAHULUAN pemerintah sebagai sole provider.


Pelayanan publik adalah representasi Masyarakat atau penerima layanan sebagai
dan eksistensi dari birokrasi pemerintah yang pihak luar tidak memiliki tempat atau
memangku fungsi sebagai pemberi layanan termarjinalkan. Masyarakat hanya memiliki
terhadap masyarakat. Oleh karena itu, sedikit sekali dalam memberikan warna
kualitas layanan yang diberikan merupakan dalam proses pelayanan publik.
cerminan dari kualitas birokrasi pemerintah. Dalam perspektif pelayanan publik,
Paradigma pelayanan publik pada masa lalu, pemimpin harus mampu membawa
memberikan peran yang lebih terhadap organisasi publik untuk memberikan
79
Jurnal JISIPOL Volume 3. No. 3

pelayanan kepada masyarakat. Tangkilisan sebuah penilaian kerja organisasi, dan belum
(2005:35) mengatakan bahwa: organisasi menjadi sebuah keniscayaan akan tugas dari
publik dikatakan efektif apabila dalam realita organisasi terhadap publik sehingga sering
pelaksanaannya birokrasi dapat berfungsi terlihat kecenderungan pemimpin organisasi
melayani sesuai dengan kebutuhan pemberi layanan publik dalam
masyarakat, artinya tidak ada hambatan yang mengimplementasikan kebijakannya belum
terjadi dalam pelayanan tersebut, cepat dan mampu menyentuh esensi dari pelayanan
tepat dalam memberikan pelayanan, serta publik itu sendiri yang bisa dipahami oleh
mampu memecahkan fenomena yang karyawannya sehingga terjadi kesenjangan.
menonjol akibat adanya perubahan sosial Persepsi yang cukup besar antara persepsi
yang sangat cepat dari faktor eksternal. pimpinan dan hasil pelayanan yang diberikan
Efektivitas organisasi publik tersebut oleh karyawan terhadap publik.
merupakan produk dari sebuah sistem yang Begitu pula kebudayaan yang
salah. Sistem (unsur) adalah sumber daya diimplementasikan kini dimashyarakat oleh
manusia aparatur. Faktor kedua yang para pihak pelayanan publik yang seakan
mempengaruhi reformasi pelayanan publik membeda-bedakan, dimana mereka harus
adalah budaya yang diciptakan untuk kerja secara professional dalam pelayanan
menjadi pembeda yang jelas antar satu terhadap publik dan dimana mereka tidak
organisasi dan organisasi lainnya yang perlu untuk memperhatikan dan melayani
sekaligus sebagai identitas bagi anggota masyarakat yang membutuhkan pelayanan
organisasi (Robbin, 1996:294). Menurut tersebut, seakan sudah menjadi tradisi bagi
Schein (1992), pola dasar yang diterima mereka untuk mentradisikan hal tersebut.
organisasi untuk bertindak dan memecahkan Begitu elok sesungguhnya pelayanan
masalah. Membentuk karyawan yang mampu terhadap publik jika nilai-nilai budaya yang
beradaptasi dengan lingkungan dan didalamnya di implementasikan secara baik
mempersatukan anggota-anggota organisasi. dan sungguh-sungguh, Sehingga moral para
Lebih lanjut, budaya organisasi birokrat dalam menjalankan tugas serta
memliki tiga tingkatan yaitu tingkatan fungsinya yaitu melayani masyarakat dapat
pertama adalah artifak, dimana budaya di implementasikan dengan baik dan tujuan
bersifat kasat mata, tetapi seringkali tidak organisasi pemerintahpun dapat tercapai
dapat diartikan. Tingkat yang kedua adalah dengan efektif dan akan jauh dari
nilai yang memiliki tingkat kesadaran lebih penyimpangan-penyimpangan yang tidak
tinggi dari artifak. Dan yang ketiga adalah diharapkan.
asumsi dasar dimana budaya diterima begitu
saja yang bersifat tidak kasat mata dan tidak PEMBAHASAN
disadari. Di negara berkembang seperti
Dalam perkembangannya, reformasi Indonesia, buruknya birokrasi tetap menjadi
pelayanan publik di Indonesia baru pada problem terbesar. Birokrasi selalu dikaitkan
tahapan tersusunnya perundang-undangan dengan prosedur kerja yang berbelit-belit dan
atau peraturan-peraturan instansi terkait lamban. Birokrasi yang memiliki sifat
secara parsial dan belum menyentuh pada patron-klien yang kental, hierarkhis dan
aspek kepemimpinan serta budaya melayani impersonal telah memberikan dampak antara
yang kongkit dan komprehensif. Kualitas lain mematikan inisiatif masyarakat dan
layanan masih dinilai oleh internal organisasi kualitas pelayanan masyarakat yang tidak
pemberi layanan hanya sebagai alat dari efisien. Sudah menjadi rahasia umum bahwa
80
Dera Izhar, Perubahan Nilai dalam Masyarakat serta Pengaruhnya terhadap Moral Birokrasi
dalam Memberikan Pelayanan Publik

pelayanan umum di instansi pemerintah menuntut untuk diterapkannya manajemen


selama ini lamban, ruwet, tidak efisien yang baik dan transparan. Sebagai
bahkan menjengkelkan karena banyak calo konsekuensinya, pemerintah harus
yang berkeliaran. Di samsat, di loket stasiun meningkatkan kinerja dalam fungsi
misalnya, calo yang ada tidak pernah bisa pelayanan publik agar lebih efektif, efisien
diberantas, malah dilindungi karena dan transparan demi terwujudnya tata
mendatangkan fulus. Hal ini memberi kesan pemerintahan yang baik (good governance).
bahwa birokrasi kita adalah ibarat 'benang Strategi yang dilakukan untuk
kusut', akibatnya masyarakat enggan mengatasi beberapa persoalan birokrasi
berhadapan dengan birokrasi. Inilah sebuah tersebut adalah melalui reformasi. Reformasi
paradoks birokrasi kita yang justru tidak birokrasi adalah upaya untuk mengatasi
mendinamisasi masyarakat. berbagai masalah internal birokrasi seperti
Dekadensi moral yang terjadi tumpang tindih tugas dan kesemrawutan
dikalangan birokrat membuat masyarakat fungsi organisasi di berbagai tingkatan,
tidak percaya lagi akan kinerja yang baik. persoalan etos dan budaya kerja, belum
Banyak contoh kasus yang terjadi dalam adanya standar pelayanan publik,
pemerintah, salah satunya KKN yang makin penggunaan anggaran yang belum
tumbuh subur di Indonesia ini, belum berorientasi pada hasil dan standar kinerja,
permasalahan Ketenagakerjaan Indonesia monitoring serta evaluasi masih sering
(TKI), termasuk pelayanan pada masyarakat terjadi. Reformasi birokrasi berupaya untuk
yang kurang optimal, dan masih banyak lagi mengurangi masalah tersebut dengan
permasalahan-permasalahan diakibatkan dari perubahan, penyegaran dan pembaharuan
moral para birokrat yang tidak patuh terhadap guna memenuhi pelayanan publik yang dapat
peraturan yang berlaku di negeri ini. mengimbangi dinamika dan kebutuhan
Kekuasaan yang berlimpah baik yang masyarakat.
bersifat otoritas formal, keuangan, informasi Sistem nilai budaya merupakan
maupun skill menjadikan posisi birokrasi konsepsi nilai yang hidup dalam alam
kuat dan memungkinkan birokrasi untuk pemikiran sekelompok manusia/individu
memaksakan kehendaknya tanpa ada yang sangat berpengaruh terhadap budaya
kemampuan masyarakat menolaknya. kerja apaaratur negara. hal tersebut
Dengan keadaan seperti itu, birokrasi yang disebabkan secara praktis budaya kerja
semula dipandang sebagai organisasi yang mengandung beberapa pengertian. budaya
dapat secara efektif dan efisien melayani berkaitan erat dengan persepsi tehadap nilai-
kebutuhan masyarakat kemudian mengalami nilai dan lingkungannya yang melahirkan
penurunan kepercayaan di mata masyarakat makna dan pandangan hidup yang akan
bahkan menumbuhkan resistensi yang tinggi mempengaruhi sikap dan tingkah laku dalam
dari masyarakat. bekerja di dalam proses budaya terdapat
Seiring dengan proses reformasi yang saling mempengaruhi dan saling
terjadi di negara kita, tuntutan masyarakat ketergantungan (interdependensi) baik sosial
terhadap birokrasi juga menguat. Birokrasi maupun lingkungan sosial.
dituntut untuk menjadi publik servant. Pada hakikatnya, bekerja merupakan
Artinya tugas birokrasi adalah melayani bentuk atau cara manusia
masyarakat, bukan sebaliknya masyarakat mengaktualisasikan dirinya, disamping itu
yang melayani birokrat. Masyarakat
81
Jurnal JISIPOL Volume 3. No. 3

bekerja juga merupakan bentuk nyata dari 1. Proses Sosialisasi


nilai-nilai, keyakinan yang dianutnya, dan Peningkatan kinerja aparatur baik
dapat menjadi motivasi untuk melahirkan secara individu dan secara nasional akan
karya yang bermutu dalam pencapaian dapat berdayaguna bila nilai-nilai dasar
tujuan. permasalahan dalam budaya kerja budaya kerja dapat diterapkan melalui proses
yang dihadapi adalah terabaikannya nilai- sosialisasi, intrernalisasi, dan
nilai etika dan budaya kerja dalam birokrasi institusionalisasi dengan cara penerapan
pemerintahan sehingga melemahkan disiplin, nilai-nilai budaya kerja untuk pengembangan
etos kerja, dan produktivitas kerja. jati diri, sikap, dan perilaku aparatur negara
Secara umum dapat dikatakan bahwa sebagai pelayanan masyarakat; penerapan
birokrasi pemerintahan belumlah efektif nilai-nilai budaya kerja melalui
dalam menjalankan tugas dan fungsinya, pengembangan kerjasama dan dinamika
kegemukan, berjalan lambat, belum kelompok; untuk memperbaiki kebijakan
proporsional dan profesional. dilihat dari publik; penerapan nilai-nilai budaya kerja
ketatalaksanaan. dan pelayanan publik, untuk memperbaiki pelaksanaaan
terjadi sistem prosedur pelayanan yang manajemen dan pelayanan masyarakat;
belum transparan, berbelit-belit, dan terjadi penerapan nilai-nilai budaya kerja untuk
praktik kkn. oleh karena itu komitmen memperbaiki pengawasan, evaluasi kinerja,
mewujudkan birokrasi yang bersih dan dan penegakan hukum rhenti sebagai
profesional harus ditindak lanjuti dalam hal wacana, melainkan benar-benar bisa
pengawaasan dan akuntabilitas aparatur, terwujud sebagai standard secara konsisten.
masih terjadi pelanggaran terhadap peraturan budaya kerja ini diharapkan tidak te operating
perundang-undangan yang berlaku, yaitu: procedure. karena itu dua pendekatan dapat
ditempuh secara stategis, yaitu sosialisasi
1. Masih banyaknya terjadi praktik KKN,
dari dalam aparatur sendiri dipadukan dengan
antara lain doisebabkan masih banyak
sosialisasi kepada masyarakat. sosialisasi
peraturan perundang-undangan yang
kepada masyarakat sangat strategis, karena
member peluang terjadinya praktik KKN
dapat membentuk opini publik yang
dan perlu ditinjau kembali.
diharapkan dapat berdampak positif terhadap
2. Budaya minta dilayani menjadi budaya
perubahan lingkungan sosial yang mampu
melayani masyarakat memerlukan waktu
“memaksa” perubahan sikap dari perilaku
untuk diubah.
setiap aparatur Negara.
3. Rendahnya tingkat disiplin masyarakat
dan tingkat disiplin aparatur, dan
2. Etika Kebijakan.
keempat, belum berfungsinya secara
Dalam pengembangan budaya kerja
baik aparat pengawas fungsional
aparatur, telah disusun pedoman pelaksanaan
pemerintah termasuk aparat pengawas
pengembangan budaya kerja aparatur negara
fungsional pemerintah termasuk aparat
beserta teknis dan mekanisme
penegak hukum.
pelaksanaannya, sosialisasi penerapan nilai-
Suatu cara untuk menciptakan nilai budaya kerja aparatur, dan di tunjang
pelayanan terhadap publik menjadi baik, dengan pelaksanaan pelatihan untuk
ialah: “mindsetting and value” di lingkungan
aparatur pemerintah, peumusan ruu tentang
etika apartur negara (RUU perilaku aparat
negara) sebagai acuan mkode etik bagi aparat
82
Dera Izhar, Perubahan Nilai dalam Masyarakat serta Pengaruhnya terhadap Moral Birokrasi
dalam Memberikan Pelayanan Publik

negara dalam penyelenggaraan yang memungkinkan sistem pemerintah


kepemerintahan. dapat berjalan secara efektif dan efisien
diantaranya:
Kondisi budaya kerja yang di
1. Penataan peran dan kelembagaan
harapkan “terbangunnya kultur birokrasi
pemerintah dengan sasaran terwujudnya
pemerintah” untuk mewujudkan kondisi
organisasi pemerintah yang ramping,
tersebut, antara lain terciptanya iklim kerja
efektif, dan efisien yang dapat
yang berorientasi pada etos kerja dan
mendukung peran serta masyarakat dan
produktivitas yang tinggi melalui
dunia usaha dalam pembangunan yang
pengembangan budaya kerja yang
berdaya saing tinggi ditingkat nasional
membentuk perubahan sikap dan perilaku
dan global.
serta motivasi kerja. dengan pengembangan
2. Pengaturan tata laksana pemerintah
budaya kerja yang tinggi, terbentuk sikap,
dengan sasaran terbentuknya
perilaku, dan budaya kerja pegawai yang etis,
mekanisme, prosedur, hubungan,
bermoral, profesional, disiplin, hemat, hidup
metode dan tata kerja aparatur Negara
sederhana, jujur, produktif, menghargai
yang tertib dan efektif.
waktu, menjadi panutan, dan teladan, serta
3. Peningkatan kapasitas sumber daya
mendapat kepercayaan dari masyarakat.
manusia dengan sasaran hadirnya
Dalam reformasi birokrasi
pegawai negeri sipil yang proporsional,
diharapkan dapat terwujud birokrasi yang
netral dan dapat
handal dan profesional, efektif dan efisien,
mempertanggungjawabkan keputusan
serta mampu mengantisipasi dinamika
serta tindakannya..
perubahan global yang merupakan landasn
4. Pemberantasan kkn dengan sasaran
kokoh bagi indonesia menuju civil society
tampilnya aparatur negara yang bebas
yang demokratis, maju dan mandiri, berdaya
kkn dan kinerjua instansi pemerintah
saing, serta bersih dalam penyelenggaraan
yang accountable.
negara.
5. Peningkatan kualitas pelayanan publik
Komitmen mewujudkan birokrasi
dengan sasaran terwujudnya pelayanan
yang bersih dan profesional harus di tindak
publik yang sederhana transparan, tepat,
lanjuti dengan beberapa strategi, antara lain:
terjangkau, lengkap, wajar serta adil.
1. Perampingan birokrasi yang meliputi
Diharapkan dengan strategi dan
penataan tugas dan fungsi pemerintah
langkah-langkah konkrit yang dimaksud
disetiap tingkat, rasionalisasi organisasi,
dapat meningkatkan kepercayaan dan
rasionalisasipegawai, desentralisasi, dan
kepuasan publik terhadap performance, baik
privatisasi; pengembangan sistem dan
instansi maupun pejabat publik pada
metode kerja aparatur;
gilirannya dapat mendekatkan pemerintah,
2. penerapan sistem merit dalam
dengan masyarakat serta terjalin aliansi atau
manajemen PNS; penerapan sitem
linkage antara institusi negara, masyarakat,
remunerasi PNS yang layak dan adil;
dan sektor swasta.
3. pencegahan dan pemberantasan KKN;
Aliansi antara ketiga pilar tersebut
penyempurnaan sistem dan peningkatan
(pemerintah, masyarakat, dan kalangan
pelayanan publik yang berkualitas.
swasta) diperlukan untuk menghindari sikap
Strategi tersebut selanjutnya diikuti dengan
dan
langkah-langkah praktis dan rasional
83
Jurnal JISIPOL Volume 3. No. 3

perilaku aparat pemerintah terjebak dalam administrasi kependudukan sudah saatnya


pola birokrasi yang kaku eksklusif dan didesentralisasikan (dipencarkan) kepada
kebebasan berkreasi. semangat reformasi satuan unit kerja yang berhadapan langsung
birokrasi yang menjadi harapan masyarakat dengan masyarakat ditingkat grass roots
seyogyanya memotivasi setiap pengambil sehingga etika publik tentang mudah, murah,
kebijakan pada instansi pemerintah manapun, cepat, dan terjangkau tidak hanya merupakan
baik dipusat maupun di daerah agar memiliki bahasa basa-basi.
kemauan dan keberanian secara moral dan Jabatan publik di birokrasi publik
politik, untuk memproduksi kebijakan- harus berbasis kompetensi yang dilakukan
kebijakan yang berorientasi pada melalui uji kompetensi (fit and proper test)
terwujudnya good governance yang dapat oleh lembaga jasa independen serta tidak
mendukung kelancaran dan keterpaduan menutup diri terhadap kemungkinan
tugas dan fungsi penyelenggaraan masuknya kalangan professional. Yang
pemerintah secara demokratis. dipastikan memiliki keunggulan kinerja
Komitmen untuk memperkuat dalam jabatan publik dengan sistem kontrak
kebijakan pemerintah dalam mewujdkan karya. Etika publik berupa kepastian standar
birokrasi profesional yang telah menjadi kualitas SDM aparatur harus dilakukan untuk
agenda nasional, seiring dengan tuntutan meningkatkan kepercayaan publik.
demokratisasi dan globalisasi, sangat Birokrasi publik seyogyanya tidak
memerlukan konsisten dan kontinuitas asyik sendiri disibukkan dengan penataan
perjuangan baik oleh pemerintah, struktur organisasi publik yang tambun dan
masyarakat, dan kalangan dunia usaha tanpa inefisien karena hanya alasan mengikuti
tergantung kepada siapa yang memegang suatu Peraturan Pemerintah tanpa
kendali pemerintah. memerhitungkan kepemilikan sumberdaya
Karena itu sosialisasi dan yang terbatas; etika publik berupa efisiensi
impementasi tata pemerintahan yang baik dan efektivitas sudah saatnya menjadi
perlu terus ditingkatkan sehingga resonansi komitmen untuk direalisasikan.
dan gerakan bersih, transparan, dan
profesional dapat menjadi agenda semua DAFTAR PUSTAKA
pihak dan perlu di canangkan di segala
Adiwilaga, Rendy. Alfian, Yani, dan Ujud
bidang kegiatan bermasyarakat, berbangsa
Rusdia. 2018. Sistem Pemerintahan
dan bernegara.
Indonesia. Deepublish: Yogyakarta.
PENUTUP Croom, S. 2005. Key Issues in e-
Menegakkan etika publik dalam Procurement: Procurement
kebijakan publik sejatinya dapat dilakukan Implementation and Operation in The
dengan mudah oleh institusi publik Public Sector. Journal of Public
seandainya mereka mau ‘belajar’ dari sektor Procurement Vol. 5.
privat yang relatif mampu melakukannya
(layanan jasa/barang) dengan berstandar Kaloh. J, 2009. Kepemimpinan Kepala
karena mengedepankan standar etika Daerah, Pola kegiatan, Kekuasaan, dan
kesenangan atau kepuasan pelanggan Perilaku Kepala Daerah dalam
(publik). Kebijakan publik yang Pelaksanaan Otonomi Daerah, Jakarta:
berhubungan pelayanan publik seperti untuk Sinar Grafika.
perijinan, permohonan akta, dan layanan
84
Dera Izhar, Perubahan Nilai dalam Masyarakat serta Pengaruhnya terhadap Moral Birokrasi
dalam Memberikan Pelayanan Publik

Kumorotomo, Wahyudi. 2005. Etika Vendung, Evert. 2013. Six Models of


Administrasi Negara. PT Raja Grafindo Evaluation: Routledge Handbook of
Persada, Jakarta. Public Policy. Routledge: New York.
Syafiie, Inu Kencana. 2011. Etika Wasistiono, Sadu, 2003. Kapita Selekta
Pemerintahan: dari keseimbangan good Manajemen Pemerintahan Daerah,
governance dengan clean government Bandung: Fokus Media
sampai pada state of the art ilmu
pemerintahan dalam mengubah
pemerintah biadab menjadi pemerintah.

85
Jurnal JISIPOL Volume 3. No. 3

86

Anda mungkin juga menyukai