Received: Nov 2019; Revised: Nov 2019; Accepted Nov 2019; Published: Nov 2019; Available online: Nov 2019
ABSTRAK
Pada zaman era reformasi sekarang ini, persaingan untuk mendapatkan pelayanan yang baik
semakin ketat, begitupun dalam lingkup birokrasi, pelayanan publik harus lebih baik sehingga
dapat memenuhi apa yang menjadi kebutuhan masyarakat, dengan seperti itu publik akan lebih
merasakan adanya peran serta pemerintah yang dengan eksistensinya dapat menjalankan tugas
sebagaimana mestinya khususnya dalam melayani publik. Pelayanan publik yang terdapat di
Indonesia baru pada tahapan tersusunnya perundang-undangan atau peraturan-peraturan instansi
terkait secara parsial dan belum menyentuh pada aspek kepemimpinan serta budaya melayani yang
kongrkit dan komprehensif. Masyarakat menuntut untuk diterapkannya manajemen yang baik dan
transparan. Sebagai konsekuensinya, pemerintah harus meningkatkan kinerja dalam fungsi
pelayanan publik agar lebih efektif, efisien dan transparan demi terwujudnya tata pemerintahan
yang baik (good governance). Strategi yang dilakukan untuk mengatasi beberapa persoalan
birokrasi melalui reformasi. Reformasi birokrasi berupaya untuk mengurangi masalah dengan
perubahan, penyegaran dan pembaharuan khususnya dalam hal moral dan nilai-nilai guna
memenuhi pelayanan publik yang dapat mengimbangi dinamika dan kebutuhan masyarakat.
Kata Kunci: Nilai, Moral, Birokrasi, Pelayanan Publik
pelayanan kepada masyarakat. Tangkilisan sebuah penilaian kerja organisasi, dan belum
(2005:35) mengatakan bahwa: organisasi menjadi sebuah keniscayaan akan tugas dari
publik dikatakan efektif apabila dalam realita organisasi terhadap publik sehingga sering
pelaksanaannya birokrasi dapat berfungsi terlihat kecenderungan pemimpin organisasi
melayani sesuai dengan kebutuhan pemberi layanan publik dalam
masyarakat, artinya tidak ada hambatan yang mengimplementasikan kebijakannya belum
terjadi dalam pelayanan tersebut, cepat dan mampu menyentuh esensi dari pelayanan
tepat dalam memberikan pelayanan, serta publik itu sendiri yang bisa dipahami oleh
mampu memecahkan fenomena yang karyawannya sehingga terjadi kesenjangan.
menonjol akibat adanya perubahan sosial Persepsi yang cukup besar antara persepsi
yang sangat cepat dari faktor eksternal. pimpinan dan hasil pelayanan yang diberikan
Efektivitas organisasi publik tersebut oleh karyawan terhadap publik.
merupakan produk dari sebuah sistem yang Begitu pula kebudayaan yang
salah. Sistem (unsur) adalah sumber daya diimplementasikan kini dimashyarakat oleh
manusia aparatur. Faktor kedua yang para pihak pelayanan publik yang seakan
mempengaruhi reformasi pelayanan publik membeda-bedakan, dimana mereka harus
adalah budaya yang diciptakan untuk kerja secara professional dalam pelayanan
menjadi pembeda yang jelas antar satu terhadap publik dan dimana mereka tidak
organisasi dan organisasi lainnya yang perlu untuk memperhatikan dan melayani
sekaligus sebagai identitas bagi anggota masyarakat yang membutuhkan pelayanan
organisasi (Robbin, 1996:294). Menurut tersebut, seakan sudah menjadi tradisi bagi
Schein (1992), pola dasar yang diterima mereka untuk mentradisikan hal tersebut.
organisasi untuk bertindak dan memecahkan Begitu elok sesungguhnya pelayanan
masalah. Membentuk karyawan yang mampu terhadap publik jika nilai-nilai budaya yang
beradaptasi dengan lingkungan dan didalamnya di implementasikan secara baik
mempersatukan anggota-anggota organisasi. dan sungguh-sungguh, Sehingga moral para
Lebih lanjut, budaya organisasi birokrat dalam menjalankan tugas serta
memliki tiga tingkatan yaitu tingkatan fungsinya yaitu melayani masyarakat dapat
pertama adalah artifak, dimana budaya di implementasikan dengan baik dan tujuan
bersifat kasat mata, tetapi seringkali tidak organisasi pemerintahpun dapat tercapai
dapat diartikan. Tingkat yang kedua adalah dengan efektif dan akan jauh dari
nilai yang memiliki tingkat kesadaran lebih penyimpangan-penyimpangan yang tidak
tinggi dari artifak. Dan yang ketiga adalah diharapkan.
asumsi dasar dimana budaya diterima begitu
saja yang bersifat tidak kasat mata dan tidak PEMBAHASAN
disadari. Di negara berkembang seperti
Dalam perkembangannya, reformasi Indonesia, buruknya birokrasi tetap menjadi
pelayanan publik di Indonesia baru pada problem terbesar. Birokrasi selalu dikaitkan
tahapan tersusunnya perundang-undangan dengan prosedur kerja yang berbelit-belit dan
atau peraturan-peraturan instansi terkait lamban. Birokrasi yang memiliki sifat
secara parsial dan belum menyentuh pada patron-klien yang kental, hierarkhis dan
aspek kepemimpinan serta budaya melayani impersonal telah memberikan dampak antara
yang kongkit dan komprehensif. Kualitas lain mematikan inisiatif masyarakat dan
layanan masih dinilai oleh internal organisasi kualitas pelayanan masyarakat yang tidak
pemberi layanan hanya sebagai alat dari efisien. Sudah menjadi rahasia umum bahwa
80
Dera Izhar, Perubahan Nilai dalam Masyarakat serta Pengaruhnya terhadap Moral Birokrasi
dalam Memberikan Pelayanan Publik
85
Jurnal JISIPOL Volume 3. No. 3
86