0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
5 tayangan9 halaman
Cerita ini menceritakan tentang Carla yang kehilangan ibunya dan ditinggal sendirian. Ia kemudian diurus oleh tetangganya, Tante Beti beserta anaknya Denis. Mereka tumbuh bersama hingga dewasa. Setelah Tante Beti meninggal, Carla dan Denis berjuang untuk mendapatkan beasiswa ke Perancis. Meskipun hanya Carla yang diterima, Denis tetap mendukung Carla untuk melanjutkan pendidikannya demi mewujudkan impian ib
Cerita ini menceritakan tentang Carla yang kehilangan ibunya dan ditinggal sendirian. Ia kemudian diurus oleh tetangganya, Tante Beti beserta anaknya Denis. Mereka tumbuh bersama hingga dewasa. Setelah Tante Beti meninggal, Carla dan Denis berjuang untuk mendapatkan beasiswa ke Perancis. Meskipun hanya Carla yang diterima, Denis tetap mendukung Carla untuk melanjutkan pendidikannya demi mewujudkan impian ib
Cerita ini menceritakan tentang Carla yang kehilangan ibunya dan ditinggal sendirian. Ia kemudian diurus oleh tetangganya, Tante Beti beserta anaknya Denis. Mereka tumbuh bersama hingga dewasa. Setelah Tante Beti meninggal, Carla dan Denis berjuang untuk mendapatkan beasiswa ke Perancis. Meskipun hanya Carla yang diterima, Denis tetap mendukung Carla untuk melanjutkan pendidikannya demi mewujudkan impian ib
Pagi ini cuaca sangat cerah sekali, awan biru bersih
ditambah lagi nyanyian burung di sekitar rumah. Beranjak dari tempat tidur, Carla mulai menyeka air matanya, sejak kepergian ibunya 4 hari yang lalu, belum juga di ketahui sebab kepergian ibunya, yang ia tau, ibunya hanya sakit ringan.Tapi yang jelas, ibu meninggalkan Carla dengan keikhlasan yang terpancar di wajah ibunya. Sudah lengakap kesendiriannya, ayahnya yang suka mabuk- mabukan dan kasar terhadap keluarga , 2 tahun yang lalu keracunan minuman keras, mungkin kehilangan ayah bagi Carla adalah rezeki yang tak terhingga, namun kehilangan ibu, bagi Carla lebih baik mati daripada harus kehilanagn sosok ibu . “Oh … ibu, tunggulah anakmu ini, Carla gak mau kalau harus sendirian menghadapi hidup ini bu!”,Guman Carla dalam hati dan melangkah tanpa harapan menuju ruang kamar mendiang ibunya. Memandangi setiap sudut ruang, sakit hati Carla semakin berkecambuk. Carlapun terkagetkan oleh suara dari arah luar pintu rumah. “Assalammualaikum”, suara samar dari arah balik pintu. Carla tidak berani untuk membuka pintu, beban mental yang membuatnya menjadi orang yang hampir gila. Beberapa menit kemudian tidak terdengar lagi suara dari balik pintu, lega sudah hati Carla. Tiba-tiba ia dikagetkan lagi oleh suara orang yang berusaha mendobrak pintu rumah. Badan Carla gemetar dan akhirnya iapun pingsan. Beberapa jam kemudian Carla tersadar dan melihat sosok wanita di ruang kamar tidur yang asing bagi dia. ”Ibu…oh apakah itu ibu ? apakah Carla sudah bersama ibu sekarang ?”, guman Carla dalam hati, ia merasa lemah dan perlahan ia berusaha untuk mengingat apa yang sebenarnya terjadi. Melihat Carla mulai tersadar wanita itupun memanggil anaknya. “Syukurlah, Denis...kemarilah nak…!”, teriak wanita itu memanggil anak semata wayangnya.”Iya bu, ini makanan plus susu, tadi Denis juga beliin vitamin c buat Carla bu”, jawab Denis. Sambil memandang Carla, tanpa disadari air mata Denis terjatuh membasahi lantai,”Oh tuhan, malangnya sahabat kecilku,tak terurus, walaupun begitu ia tetap menjadi gadis yang manis”, lamunan Denis yang sejak tadi melihat Carla. Carlapun bingung dan merasa tidak nyaman berada di tengah-tengah orang yang ia tidak kenali.” Carla kau tidak usah bingung apalagi takut, tenanglah,kau harus makan dahulu supaya kau sehat, ayo buka mulutmu!”,dengan penuh kasih sayang wanita itu mulai menyuapi Carla,karena lapar bercampur lemah akhirnya ia mulai mengunyah makanan yang melewati mulutnya.Setelah mulai pulih sedikit demi sedikit, Carlapun memberanikan diri untuk bertanya.”Maaf, siapakah sebenarnya nyonya yang telah mau member saya makan?”,tanya Carla pelan dan seperti memelas.”Oh… anakku sayang,pastilah kau lupa,siapa yang menggendongmu di waktu 5 tahun”, jawab wanita itu,dengan senyuman di bibirnya.”Oh tidak… siapa wanita ini, membuatku penasaran”,guman Carla.”Hei Carla..! apa kau lupa dengan Denis,yang selalu bermain dengan kau di pematang sawah mencari katak di waktu kelas 3 SD?”, sahut Denis dengan nada ceria. Seketika Carlapun teringat kenangan bersama sahabat kecilnya itu.”Tante Beti dan Denis!!”,jawab Carla dengan sedikit keceriaan dalam wajahnya.”Akhirnya inget jugakan bu, Denis itu memang pintar bu”,sahut Denis.”Hahaha anak ibu memang pintar, ya sudah ibu mau berangkat jualan dulu, Denis kau jaga Carla dan jangan main terus sama Tora, ngerti?”, suruh ibu pada Denis. Hanya anggukan dari denislah yang membuat ibu Beti percaya untuk meninggaalkan anak-anak dirumah sendiri.Setelah beberapa menit ibu keluar dari kamar , suasana di antara mereka menjadi sunyi, dan tiba-tiba teriakan dari luar jendela kamar memecah kesunyian di antara mereka.”Den…masalah kita belum selesai,cepat keluar kau pengecut!”,teriak Tora dari balik jendela kamar. Mendengar tantangan Tora, seketika Denispun ingin beranjak keluar dari rumah, sebelum beranjak keluar dia teringat akan nasehat ibunya untuk menjaga Carla,lalu ia putuskan untuk kembali ke kamar dan menghiraukan Tora. Melangkah menuju kamar dan Denispun mendengar percakapan antara 2 orang, tidak di sangka, Tora sudah ada di dalam kamar.”Hei… lewat mana kau, berani- beraninya masuk!”,teriak Denis pada Tora.”Hehehe biasa bos … lewat jendela, tuh”, jawab Tora dengan tersenyum malu. Entah apa yang di pikirkan Carla, tapi Denis berusaha untuk menghiburnya. “Carla ini kenalin Tora, Tora kenalin ini Carla”,Denis mengenalkan mereka berdua. Carlapun menanggapi dengan hangat dan senyum manis di bibirnya. Hari ini sudah banyak sekali obrolan yang mereka bertiga lalui, tidak terasa matahari sudah di atas kepala. Tora harus pulang, karena dia harus bergantian berjualan koran dengan ibunya. Denispun memutuskan untuk tidur siang setelah shalat dzuhur. Hanya gelisah dan banyak pertanyaan yang belum terjawab oleh Carla, kerjaannya hanya melamu dari tadi, tidak di sadari air matanya jatuh, karena teringat ibunya. Lamunannya terpecah oleh suara pintu rumah yang terbuka, menandakan kepulangan tante Beti. Carlapun langsung melangkah menuju tante Beti di ruang makan,”Tan, Carla mau ada yang di tanyain, kok tadi pagi tante bisa kerumah sih?”, penasarannya Carla pada tante Beti.”O…itu, minggu lalu sebelum mendiang ibumu meninggal, tante order seragam sekolah sama ibumu, tantekan mau bisnis kecil-kecilan, rencananya hari ini tante ambil, tapi tadi pagi rumahmu sepi, dan memang tante udah punya firasat tentang meninggalnya ibumu, eh di tambah tadi ada orang lewat yang beri tau tante”, jawab tante Beti. Dengan sedih, Carlapun duduk di kursi meja makan.”Sudahlah Carla, meninggalnya ibu bukan akhir hidupmukan, toh kamu masih ada tante dan Denis”,nasehat tante Beti. Hari-hari sudah di lalui Carla bersama Denis dan tante Beti. Semakin membaik mental Carla, di tambah lagi sekarang ia mendapat teman-teman baru yang di sekolah barunya. Tante Beti menganggap Carla adalah anaknya sendiri, ia mendidik Carla dengan kasih sayang. Denis dan Carlapun tumbuh dewasa. Usia tante Beti tak lagi muda, penyakit tuapun menyerang tante Beti, dan hari ini Carla harus terpukul dan merasakan kehilangan sosok ibu yang mengasihinya. Denislah yang lebih terpukul karena kehilangan ibunya yang mendidik dan merawatnya dengan kasih sayang. Selamat jalan tante Beti, belum genap 70 tahun usianya, ia harus di panggil terlebih dahulu oleh yang kuasa. “Ibu… Denis janji bu, Denis harus bisa mewujudkan mimpi ibu,November ini Denis harus bisa menggenggam salju”,guman Denis. Sekarang di rumah hanya ada Carla dan Denis , hidup berdua dalam usia yang cukup dewasa , membuat mereka berdua berfikir untuk masa depan mereka.Tahun ini mereka akan lulus SMA melanjutkan ke perguruan tinggi, bagi mereka adalah hal yang mahal. Tapi dengan keyakinan, pasti akan ada jalan dari yang Kuasa. Bergegas berangkat sekolah bersama Carla, mereka berdua berusaha menghibur satu sama lain. Dijalanan koridor sekolah, tertempel warna-warni brosur “Scholar University”, beasiswa dari sana-sini tertempel, bagi siswa-siswi lain ini hanya hiasan dinding. Tapi Denis dan Carla punya pemikiran yang sama, sama-sama untuk merubah masa depan mereka menuju lebih baik. Setelah sana-sini di baca, Denis menemukan yang ia cari, “Perancis Scholar University”. 3 bulan belajar dan mempersiapkan persayaratan bagi Denis dan Carla tidak cukup, tapi karena semangat mereka yang menggelora, mereka tetap berusaha. Fokus pada satu tujuan dan berdoa dengan penuh keyakinan. 3 bulan di lalui Denis dan Carla dengan semangat dan semangat.”Huh, bismilah , Clara apapun hasil dari usaha kita nantinya , kita tetap harus ikhlas, minggu depan pengumuman kelulusan kita, siapkan mentalmu”, nasehat Denis.”Kau juga Denis, dan pasti kita bisa mendapatkan beasiswa itu,pasti bisa !”, jawab Carla, dengan semangat. Hari ini pengumuman kelulusan . Alhamdullilah Denis dan Carla mendapatkan nilai yang memuaskan , namun masih ada satu langkah lagi yang harus mereka hadapi bersama . Seleksi “Perancis Scholar University” minggu depan. Setelah banyak persiapan mereka , Denis dan Carlapun menghadapi seleksi . Sesudah seleksi , mereka hanya tinggal menunggu undangan dari pihak “Perancis Scholar University”. Setiap pagi Denis menunggu pria berbaju orange mengirim undangan untuknya atau untuk Carla, hari-hari dilalui Denis dan Carla denagn sepi tanpa ada surat yang mampir ke kotak surat didepan rumah mereka. Tanggal terakhir di bulan Juni. Habis sudah harapannya pada beasiswa yang di impi-impikannya bersama Carla. Sambil mencari-cari pekerjaan, kesana-kemari. Tidak di rasa , besok adalah tanggal 1 bulan November.”Oh… ibu, maafkan anakmu, tak bisa mewujudkan impianmu”, teriak Denis dengan menangis , iapun mulai menyeka air matanya setelah ia mendengar teriakan Carla dari luar.”Surat … Carla!”, berteriak kegirangan menuju kea rah Carla. “Denis, ada surat bertanda Perancis Scholar University, coba kau saja yang baca ini, aku tau pasti ini untuk kau”, suruh Carla.”Oh bismilah,alhamdullilah ya Allah,Carla kau yang diterima menjadi mahasiswa pengganti”.jawab Denis, mereka menangis bahagia, tapi masalah muncul baru muncul.”Tapi Carla , aku tidak bisa ikut bersamamu menggenggam salju di bulan November ini.”, air mata Denispun terjatuh.”Tidak Den, selama ini kita berjuang bersama, lalu kita di pisahkan oleh hal semacam ini, oh tidak, sungguh aku tidak akan menerima beasiswa ini Denis!”, jawab Carla dengan tegas.” Tidak kau harus tetap berangkat,ingat bahwa kau adalah anak dari ibuku juga, kalau aku tidak bisa mewujudkan mimpi ibuku , tapi kau bisa mewujudkan mimpi beliau,kau harus berangkat”,tegas Denis pada Carla. Hari-hari di isi oleh Carla dan Denis dengan kesibukan mengurus beasiswa Carla.Semua sudah di siapkan Carla dan Denis. “Kau harus tidur lebih awal mala mini , karena besok jadwal keberangkatanmu, sana cepat tidur Carla”,suruh Denis.”Ya Denis, besok setelah aku menggenggam salju, aku akan mengirim fotonya pada mu, kau harus online, supaya kau bisa melihat foto-fotoku disana”,menjawab lalu melangkah menuju kamarnya.”Ya Allah, lindungilah di manapun Carla berada, terimakasih Kau telah mengizinkan di antara kami untuk mewujudkan impian ibu,ibu tunggu sampai besok , cepat atau lambat impian ibu pasti terwujud. Sesampainya Carla dan Denis dibandara , mereka mulai berpisah . Bahagia bercampur kesedihan menyelimuti hati di antara mereka. Berita sore hari membuat hati Denis hancur seketika , bahwa pesawat yang ditumpangi oleh Carla , mendadak meledak diudara. Penyesalan yang terus menghantui Denis . Dengan hati hancur Denis mulai berniat mengabarkan kepada teman,guru dan orang yang di kenal atas meninggalnya Carla. Tak di duga , senyum dan lega mulai menyelimutinya ketika dia tau bahwa itu bukan kecelakaan pesawat yang menimpa Carla. Bahkan Carla memposting foto-foto tangannya yang menggenggam salju di bulan November. “Oh terimakasih Allah, ibu! Impian ibu telah terwujud,meskipun bukan Denis yang mewujudkannya, tapi Denis merasa bahagia bu”,kata Denis dalam hati. Hari-hari di lalui Carla dan Denis di negara yang berbeda . Denis menunggu Carla dengan penuh kebahagiaan.