Anda di halaman 1dari 9

Salju Turun Kepagian

Pagi ini cuaca sangat cerah sekali, awan biru bersih


ditambah lagi nyanyian burung di sekitar rumah. Beranjak
dari tempat tidur, Carla mulai menyeka air matanya, sejak
kepergian ibunya 4 hari yang lalu, belum juga di ketahui
sebab kepergian ibunya, yang ia tau, ibunya hanya sakit
ringan.Tapi yang jelas, ibu meninggalkan Carla dengan
keikhlasan yang terpancar di wajah ibunya. Sudah
lengakap kesendiriannya, ayahnya yang suka mabuk-
mabukan dan kasar terhadap keluarga , 2 tahun yang lalu
keracunan minuman keras, mungkin kehilangan ayah bagi
Carla adalah rezeki yang tak terhingga, namun kehilangan
ibu, bagi Carla lebih baik mati daripada harus kehilanagn
sosok ibu . “Oh … ibu, tunggulah anakmu ini, Carla gak
mau kalau harus sendirian menghadapi hidup ini
bu!”,Guman Carla dalam hati dan melangkah tanpa
harapan menuju ruang kamar mendiang ibunya.
Memandangi setiap sudut ruang, sakit hati Carla semakin
berkecambuk. Carlapun terkagetkan oleh suara dari arah
luar pintu rumah. “Assalammualaikum”, suara samar dari
arah balik pintu. Carla tidak berani untuk membuka pintu,
beban mental yang membuatnya menjadi orang yang
hampir gila. Beberapa menit kemudian tidak terdengar
lagi suara dari balik pintu, lega sudah hati Carla. Tiba-tiba
ia dikagetkan lagi oleh suara orang yang berusaha
mendobrak pintu rumah. Badan Carla gemetar dan
akhirnya iapun pingsan. Beberapa jam kemudian Carla
tersadar dan melihat sosok wanita di ruang kamar tidur
yang asing bagi dia. ”Ibu…oh apakah itu ibu ? apakah
Carla sudah bersama ibu sekarang ?”, guman Carla dalam
hati, ia merasa lemah dan perlahan ia berusaha untuk
mengingat apa yang sebenarnya terjadi. Melihat Carla
mulai tersadar wanita itupun memanggil anaknya.
“Syukurlah, Denis...kemarilah nak…!”, teriak wanita itu
memanggil anak semata wayangnya.”Iya bu, ini makanan
plus susu, tadi Denis juga beliin vitamin c buat Carla bu”,
jawab Denis. Sambil memandang Carla, tanpa disadari air
mata Denis terjatuh membasahi lantai,”Oh tuhan,
malangnya sahabat kecilku,tak terurus, walaupun begitu
ia tetap menjadi gadis yang manis”, lamunan Denis yang
sejak tadi melihat Carla. Carlapun bingung dan merasa
tidak nyaman berada di tengah-tengah orang yang ia tidak
kenali.” Carla kau tidak usah bingung apalagi takut,
tenanglah,kau harus makan dahulu supaya kau sehat, ayo
buka mulutmu!”,dengan penuh kasih sayang wanita itu
mulai menyuapi Carla,karena lapar bercampur lemah
akhirnya ia mulai mengunyah makanan yang melewati
mulutnya.Setelah mulai pulih sedikit demi sedikit,
Carlapun memberanikan diri untuk bertanya.”Maaf,
siapakah sebenarnya nyonya yang telah mau member saya
makan?”,tanya Carla pelan dan seperti memelas.”Oh…
anakku sayang,pastilah kau lupa,siapa yang
menggendongmu di waktu 5 tahun”, jawab wanita
itu,dengan senyuman di bibirnya.”Oh tidak… siapa
wanita ini, membuatku penasaran”,guman Carla.”Hei
Carla..! apa kau lupa dengan Denis,yang selalu bermain
dengan kau di pematang sawah mencari katak di waktu
kelas 3 SD?”, sahut Denis dengan nada ceria. Seketika
Carlapun teringat kenangan bersama sahabat kecilnya
itu.”Tante Beti dan Denis!!”,jawab Carla dengan sedikit
keceriaan dalam wajahnya.”Akhirnya inget jugakan bu,
Denis itu memang pintar bu”,sahut Denis.”Hahaha anak
ibu memang pintar, ya sudah ibu mau berangkat jualan
dulu, Denis kau jaga Carla dan jangan main terus sama
Tora, ngerti?”, suruh ibu pada Denis. Hanya anggukan
dari denislah yang membuat ibu Beti percaya untuk
meninggaalkan anak-anak dirumah sendiri.Setelah
beberapa menit ibu keluar dari kamar , suasana di antara
mereka menjadi sunyi, dan tiba-tiba teriakan dari luar
jendela kamar memecah kesunyian di antara
mereka.”Den…masalah kita belum selesai,cepat keluar
kau pengecut!”,teriak Tora dari balik jendela kamar.
Mendengar tantangan Tora, seketika Denispun ingin
beranjak keluar dari rumah, sebelum beranjak keluar dia
teringat akan nasehat ibunya untuk menjaga Carla,lalu ia
putuskan untuk kembali ke kamar dan menghiraukan
Tora. Melangkah menuju kamar dan Denispun mendengar
percakapan antara 2 orang, tidak di sangka, Tora sudah
ada di dalam kamar.”Hei… lewat mana kau, berani-
beraninya masuk!”,teriak Denis pada Tora.”Hehehe biasa
bos … lewat jendela, tuh”, jawab Tora dengan tersenyum
malu. Entah apa yang di pikirkan Carla, tapi Denis
berusaha untuk menghiburnya. “Carla ini kenalin Tora,
Tora kenalin ini Carla”,Denis mengenalkan mereka
berdua. Carlapun menanggapi dengan hangat dan senyum
manis di bibirnya. Hari ini sudah banyak sekali obrolan
yang mereka bertiga lalui, tidak terasa matahari sudah di
atas kepala. Tora harus pulang, karena dia harus
bergantian berjualan koran dengan ibunya. Denispun
memutuskan untuk tidur siang setelah shalat dzuhur.
Hanya gelisah dan banyak pertanyaan yang belum
terjawab oleh Carla, kerjaannya hanya melamu dari tadi,
tidak di sadari air matanya jatuh, karena teringat ibunya.
Lamunannya terpecah oleh suara pintu rumah yang
terbuka, menandakan kepulangan tante Beti. Carlapun
langsung melangkah menuju tante Beti di ruang
makan,”Tan, Carla mau ada yang di tanyain, kok tadi pagi
tante bisa kerumah sih?”, penasarannya Carla pada tante
Beti.”O…itu, minggu lalu sebelum mendiang ibumu
meninggal, tante order seragam sekolah sama ibumu,
tantekan mau bisnis kecil-kecilan, rencananya hari ini
tante ambil, tapi tadi pagi rumahmu sepi, dan memang
tante udah punya firasat tentang meninggalnya ibumu, eh
di tambah tadi ada orang lewat yang beri tau tante”, jawab
tante Beti. Dengan sedih, Carlapun duduk di kursi meja
makan.”Sudahlah Carla, meninggalnya ibu bukan akhir
hidupmukan, toh kamu masih ada tante dan
Denis”,nasehat tante Beti. Hari-hari sudah di lalui Carla
bersama Denis dan tante Beti. Semakin membaik mental
Carla, di tambah lagi sekarang ia mendapat teman-teman
baru yang di sekolah barunya. Tante Beti menganggap
Carla adalah anaknya sendiri, ia mendidik Carla dengan
kasih sayang. Denis dan Carlapun tumbuh dewasa. Usia
tante Beti tak lagi muda, penyakit tuapun menyerang tante
Beti, dan hari ini Carla harus terpukul dan merasakan
kehilangan sosok ibu yang mengasihinya. Denislah yang
lebih terpukul karena kehilangan ibunya yang mendidik
dan merawatnya dengan kasih sayang. Selamat jalan tante
Beti, belum genap 70 tahun usianya, ia harus di panggil
terlebih dahulu oleh yang kuasa. “Ibu… Denis janji bu,
Denis harus bisa mewujudkan mimpi ibu,November ini
Denis harus bisa menggenggam salju”,guman Denis.
Sekarang di rumah hanya ada Carla dan Denis , hidup
berdua dalam usia yang cukup dewasa , membuat mereka
berdua berfikir untuk masa depan mereka.Tahun ini
mereka akan lulus SMA melanjutkan ke perguruan tinggi,
bagi mereka adalah hal yang mahal. Tapi dengan
keyakinan, pasti akan ada jalan dari yang Kuasa.
Bergegas berangkat sekolah bersama Carla, mereka
berdua berusaha menghibur satu sama lain. Dijalanan
koridor sekolah, tertempel warna-warni brosur “Scholar
University”, beasiswa dari sana-sini tertempel, bagi
siswa-siswi lain ini hanya hiasan dinding. Tapi Denis dan
Carla punya pemikiran yang sama, sama-sama untuk
merubah masa depan mereka menuju lebih baik. Setelah
sana-sini di baca, Denis menemukan yang ia cari,
“Perancis Scholar University”. 3 bulan belajar dan
mempersiapkan persayaratan bagi Denis dan Carla tidak
cukup, tapi karena semangat mereka yang menggelora,
mereka tetap berusaha. Fokus pada satu tujuan dan berdoa
dengan penuh keyakinan. 3 bulan di lalui Denis dan Carla
dengan semangat dan semangat.”Huh, bismilah , Clara
apapun hasil dari usaha kita nantinya , kita tetap harus
ikhlas, minggu depan pengumuman kelulusan kita,
siapkan mentalmu”, nasehat Denis.”Kau juga Denis, dan
pasti kita bisa mendapatkan beasiswa itu,pasti bisa !”,
jawab Carla, dengan semangat. Hari ini pengumuman
kelulusan . Alhamdullilah Denis dan Carla mendapatkan
nilai yang memuaskan , namun masih ada satu langkah
lagi yang harus mereka hadapi bersama . Seleksi
“Perancis Scholar University” minggu depan. Setelah
banyak persiapan mereka , Denis dan Carlapun
menghadapi seleksi . Sesudah seleksi , mereka hanya
tinggal menunggu undangan dari pihak “Perancis Scholar
University”. Setiap pagi Denis menunggu pria berbaju
orange mengirim undangan untuknya atau untuk Carla,
hari-hari dilalui Denis dan Carla denagn sepi tanpa ada
surat yang mampir ke kotak surat didepan rumah mereka.
Tanggal terakhir di bulan Juni. Habis sudah harapannya
pada beasiswa yang di impi-impikannya bersama Carla.
Sambil mencari-cari pekerjaan, kesana-kemari. Tidak di
rasa , besok adalah tanggal 1 bulan November.”Oh… ibu,
maafkan anakmu, tak bisa mewujudkan impianmu”, teriak
Denis dengan menangis , iapun mulai menyeka air
matanya setelah ia mendengar teriakan Carla dari
luar.”Surat … Carla!”, berteriak kegirangan menuju kea
rah Carla. “Denis, ada surat bertanda Perancis Scholar
University, coba kau saja yang baca ini, aku tau pasti ini
untuk kau”, suruh Carla.”Oh bismilah,alhamdullilah ya
Allah,Carla kau yang diterima menjadi mahasiswa
pengganti”.jawab Denis, mereka menangis bahagia, tapi
masalah muncul baru muncul.”Tapi Carla , aku tidak bisa
ikut bersamamu menggenggam salju di bulan November
ini.”, air mata Denispun terjatuh.”Tidak Den, selama ini
kita berjuang bersama, lalu kita di pisahkan oleh hal
semacam ini, oh tidak, sungguh aku tidak akan menerima
beasiswa ini Denis!”, jawab Carla dengan tegas.” Tidak
kau harus tetap berangkat,ingat bahwa kau adalah anak
dari ibuku juga, kalau aku tidak bisa mewujudkan mimpi
ibuku , tapi kau bisa mewujudkan mimpi beliau,kau harus
berangkat”,tegas Denis pada Carla. Hari-hari di isi oleh
Carla dan Denis dengan kesibukan mengurus beasiswa
Carla.Semua sudah di siapkan Carla dan Denis. “Kau
harus tidur lebih awal mala mini , karena besok jadwal
keberangkatanmu, sana cepat tidur Carla”,suruh
Denis.”Ya Denis, besok setelah aku menggenggam salju,
aku akan mengirim fotonya pada mu, kau harus online,
supaya kau bisa melihat foto-fotoku disana”,menjawab
lalu melangkah menuju kamarnya.”Ya Allah, lindungilah
di manapun Carla berada, terimakasih Kau telah
mengizinkan di antara kami untuk mewujudkan impian
ibu,ibu tunggu sampai besok , cepat atau lambat impian
ibu pasti terwujud. Sesampainya Carla dan Denis
dibandara , mereka mulai berpisah . Bahagia bercampur
kesedihan menyelimuti hati di antara mereka. Berita sore
hari membuat hati Denis hancur seketika , bahwa pesawat
yang ditumpangi oleh Carla , mendadak meledak diudara.
Penyesalan yang terus menghantui Denis . Dengan hati
hancur Denis mulai berniat mengabarkan kepada
teman,guru dan orang yang di kenal atas meninggalnya
Carla. Tak di duga , senyum dan lega mulai
menyelimutinya ketika dia tau bahwa itu bukan
kecelakaan pesawat yang menimpa Carla. Bahkan Carla
memposting foto-foto tangannya yang menggenggam
salju di bulan November. “Oh terimakasih Allah, ibu!
Impian ibu telah terwujud,meskipun bukan Denis yang
mewujudkannya, tapi Denis merasa bahagia bu”,kata
Denis dalam hati. Hari-hari di lalui Carla dan Denis di
negara yang berbeda . Denis menunggu Carla dengan
penuh kebahagiaan.

Anda mungkin juga menyukai