Anda di halaman 1dari 15

BAB II

KEGIATAN BELAJAR

Kegiatan Belajar 1
Pembacaan rambu ukur
a. Tujuan Kegiatan Pemelajaran 1
1) Peserta didik mengetahui cara pembacaan rambu ukur
2) Peserta didik mampu membaca rambu ukur yang meliputi pembacaan benang atas, benang
tengah, dan benang bawah.
b. Uraian materi 1
Pada lensa di teropong akan terlihat garis hitam setipis benang. Biasa dalam istilah
survey dinamakan Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT), dan Benang Bawah (BB)

Gambar 1. Benang pada lensa teropong

Rambu ukur terbuat dari kayu atau campuran logam almunium,berukuran; tebal 3 cm – 4
cm, lebar ± 10 cm dan panjang 2 m, 3 m, 4 m, atau 5 m, seperti yang terlihat pada gambar di
sebelah kiri. pada bagian bawah diberi sepatu (alas), agar tidak aus karena sering dipakai. Rambu
ukur dibagi dalam skala, angka-angka menunjukkan ukuran dalam desimeter. Ukuran desimeter
dibagi dalam sentimeter oleh E dan oleh kedua garis. Rambu ukur memiliki cara penulisan yang
bermacam-macam. Adapun pada gambar 2 di bawah ini merupakan salah satu contoh rambu
ukur. Namun cara pembacaannya pada dasarnya adalah sama. Rambu ukur merupakan alat bantu
ukur untuk mempermudah membantu mengukur beda tinggi antara garis bidik dengan
permukaan tanah dan mengukur jarak secara optis. Rambu ukur biasanya dibaca langsung oleh
pembidik. Berdasarkan bentuk hurufnya, rambu dikelompokkan menjadi dua macam :

3
● Rambu negatif (-), rambu yang letak angkanya terbalik. Letak huruf sama hanya hurufnya
yang terbalik, angka nolnya tetap di bawah. Rambu ini dperuntukkan bagi pesawat (alat ukur)
yang belum dilengkapi lensa pembalik
● Rambu positif (+), rambu yang letak angkanya tegak. Letak huruf dan angka nol tetap berada
di bawah. Rambu ini diperuntukkan bagi pesawat (alat ukur) yang dilengkapi lensa pembalik
Pada pembacaan rambu ukur, setiap satu dibaca 1 cm, setiap satu E dibaca 5 cm.
Cara membaca rambu yaitu meter, desi, senti, mili. Seperti yang terlihat pada gambar di
bawah ini.

Gambar 2. Rambu Ukur

4
Gambar 3. Cara Membaca Rambu Ukur

Dalam perhitungan yang digunakan adalah benang tengah, namun bacaan benang tengah belum
tentu benar sehingga dalam pengukuran harus diadakan koreksi pembacaan.

Gambar 4. Cara Membaca Rambu Ukur

Rumus untuk mencari koreksi pembacaan rambu adalah :


● BA – BT = BT – BB
● BA + BB = 2 BT
● BA + BB = BT

Dalam pembacaan rambu harus dilakukan koreksi, karena pembacaan rambu akan berpengaruh
terhadap hasil pengukuran. Bila pembacaan rambu tidak tepat akan mengakibatkan beda tinggi
dan data yang diperoleh tidak benar. Ada beberapa syarat yang berkaitan dengan rambu ukur :
● Pembacaan rambu dimulai dari benang atas, benang tengah lalu benang bawah
● Pembacaan rambu dilakukan pada ketiga benang, tidak boleh benang tengah saja
● Setiap kali membaca rambu harus dilakukan koreksi terhadap pembacaannya
● Benang tengah dalam teropong diusahakan berimpit dalam satu garis dengan garis
● tengah yang ada dalam rambu ukur.
● Kedudukan rambu harus tegak, bisa dibantu dengan unting-unting atau nivo yang
● diletakkan pada rambu
● Saat pembacaan posisi rambu jangan bergerak-gerak
5
● Pembacaan rambu dilakukan jika pesawat (alat ukur) sudah siap dioperasikan dengan tanda
gelembung nivo yang berada dalam pesawat, terletak di tengah - tengah.

c. Rangkuman 1
Untuk pengukuran nilai benang atas, benang tengah dan benang bawah menggunakan
alat penyipat datar digunakan rambu ukur. Rambu ukur merupakan alat bantu ukur untuk
mempermudah membantu mengukur beda tinggi antara garis bidik dengan permukaan tanah
dan mengukur jarak secara optis.

d. Tugas 1
1. Amatilah rambu ukur di laboratorium anda !
2. Gambarkan rambu ukur yang ada di laboratorium anda
3. Berapa pembagian pada tiap – tiap bagian E ?

e. Tes Formatif 1
1. Sebutkan fungsi dari rambu ukur ?
2. Berapa bacaan benang atas, benang tengah dan benang bawah dari gambar di bawah ini ?

f. Kunci jawaban formatif 1


1. Rambu ukur merupakan alat bantu ukur untuk mempermudah membantu mengukur beda
antara garis bidik dengan permukaan tanah dan mengukur jarak secara optis serta
digunakan untuk mengukur benang atas, benang tengah dan benang bawah.
2. BA = 0,40 , BT = 0,26, dan BB = 0,12

6
Kegiatan Belajar 2
Pengukuran menggunakan pesawat penyipat datar

a. Tujuan Kegiatan Pemelajaran 2


1) Peserta didik mengetahui cara pengukuran menggunakan pesawat penyipat datar
2) Peserta didik mampu mengoperasikan alat penyipat datar

b. Uraian Materi 2
Sebelum menggunakan pesawat penyipat datar, pesawat penyipat datar harus di setting
terlebih dahulu. Cara setting pesawat penyipat datar adalah sebagai berikut :
a. Tempatkan tripod atau statip di atas titik yang telah ditentukan.
b. Injak sepatu statip agar melesak dalam tanah (jika di atas tanah), tinggi statip disesuaikan
dengan orang yang akan membidik dan permukaan kepala statip diusahakan relatif datar.
c. Ambil pesawat dan letakkan pada landasan pesawat kemudian dikunci.
d. Mengatur unting-unting agar posisi sumbu I tepat di atas patok.
e. Mengatur ketiga buah sekrup A, B, C, kira-kira setengah panjang as.
f. Sejajarkan teropong dengan dua buah sekrup A dan B (kadudukan I), kemudian sekrup
diputar searah (jika masuk, masuk semua; jika keluar, keluar semua) sambil dilihat
kedudukan gelembung nivo tabung agar tepat di tengah-tengah skala nivo.
g. Putar teropong searah jarum jam hingga kedudukannya tegak lurus terhadap dua sekrup
A, B (kedudukan II), kemudian putar sekrup C (tanpa memutar sekrup A, B) masuk atau
keluar sambil dilihat kedudukan gelembung nivo kotak agar tepat di tengah - tengah skala
nivo.

Pengukuran sipat datar dapat dilakukan dengan beberapa cara :


1. alat ditempatkan di atas salah satu titik yang harus diukur, seperti yang terlihat pada
gambar 1 di bawah ini

7
Gambar 5. Alat ditempatkan di titk yang diukur

Keterangan :
t : Tinggi di atas titik B
bt : Bacaan benang tengah ke rambu di titik A
Δhab : Beda tinggi antara A dan B

Cara pengukuran :
● alat ditempatkan pada titik yang telah diketahui tingginya, lalu tinggi alat diukur
● rambu diletakkan pada titik yang akan diukur tingginya
● baca benang tengah diafragma alat yang dibidikkan ke rambu
● jika Δhab bernilai positif maka titik yang diukur lebih tinggi dari titik tempat berdiri alat dan
kalau bernilai negatif titik yang diukur lebih rendah dari titik tempat berdiri alat

Cara ini , seperti yang terlihat pada gambar 1 baik sekali untuk diterapkan jika harus menentukan
tinggi dari banyak titik yang letaknya tersebar mengelilingi suatu titik atau tempat. Tinggi titik-
titik yang diukur dapat dengan mudah dihitung karena akan selalu sama dengan tinggi garis bidik
dikurangi pembacan pada rambu.

2. alat ditempatkan di luar kedua titik yang diukur, seperti yang terlihat pada gambar 6 di
bawah ini

8
Gambar 6. Alat ditempatkan di luar titik

Keterangan :
M : Bacaan benang tengah ke rambu di titik B
b : Bacaan benang tengah ke rambu di titik A
Δhab : Beda tinggi antara A dan B

Cara pengukuran :
● rambu ditegakkan di masing-masing titik yang akan diukur
● alat ditempatkan di luar kedua titik
● baca benang tengah diafragma alat, yang dibidikkan ke masing-masing rambu

3. alat sipat datar diletakkan di antara dua titik yang akan diukur beda tingginya, seperti yang
terlihat pada gambar 6

Cara ini memberikan hasil yang paling teliti karena kesalahan-kesalahan pada pengukuran yang
disebabkan kesalahan-kesalahan pada instrumennya saling memperkecil.

9
Gambar 7. Alat ditempatkan di antara dua titik yang diukur

Cara pengukuran :
● rambu ditegakkan di masing-masing titik yang akan diukur
● alat ditempatkan di antara kedua rambu dengan jarak yang kira-kira sama.

Jika jarak antara dua titik tersebut terlalu jauh, maka pengukuran harus dibagi menjadi beberapa
seksi yang jumlahnya genap. Contohnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 8. Pembagian slag pada sipat datar

Alat ukur diusahakan ditempatkan di tengah-tengah aau jika sulit diusahakan jumlah jarak ke
belakang = jumlah jarak ke muka pada setiap akhir pengukuran seksi. Karena itu setiap
melakukan pengukuran selalu menghitung db (jarak dari alat kerambu belakang) dan dm (jarak
dari alat ke rambu muka). bacaan dilakukan ke rambu belakang terlebih dahulu kemudian ke
rambu muka.
Urutan pembacaan BT, BB, dan BA. Setiap pengukuran langsung dicek (BB + BA) – 2BT ≤ 2
mm. Selisih bacaan antara 2 stand tidak boleh lebih dari ± 2 mm
Δhab mempunyai 3 kemungkinan
● Δhab positif, artinya titik A (muka) lebih tinggi dari titk B (belakang)
● Δhab negatif, artinya titik A (muka) lebih rendah dari titk B (belakang)
10
● Δhab = 0, artinya kedua titik mempunyai ketinggian yang sama
tiap seksi harus mempunyai jumlah slag yang genap, seperti pada gambar 9.

Gambar 9. Pembagian slag

● pengukuran dilakukan dengan “pengukuran pergi” pada pagi hari dan “pengukuran
pulang” pada sore hari, pengukuran satu seksi diselesaikan hari itu juga
● tiap satu slag pengukuran dilakukan double stand, yaitu alat didirikan 2 kali. Pada saat
stand ke-2 posisi statip alat harus diubah dan hanya dibaca benang tengahnya saja.
● Setiap pindah slag pergantian rambu digunakan sistem loncat, rambu muka menjadi
belakang dan rambu belakang menjadi muka. Seperti yang terlihat pada gambar 10.

Gambar 10. Situasi perpindahan alat dan rambu

11
Syarat-syarat pengukuran sipat datar
Ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengukuran sipat datar, antara
lain :
a) Sebelum dan sesudah melakukan pengukuran perlu dilakukan pengecekan garis bidik
b) Menempatkan statip ke tanah harus kuat dan dilakukan dengan baik dan sekrup ketiga kaki
harus cukup kencang
c) Rambu harus diletakkan tegak di atas stratpot atau patok yang diberi paku, kalau
menggunakan stratpot sebaiknya diletakkan di atas tanah yang keras
d) Usahakan jangan membaca rambu terlalu rendah (≤ 0,5 m)
e) Selama pengukuran alat dipayungi untuk menghindari panas matahari
f) Jarak antara alat dan rambu sebaiknya ±75 m, baik ke rambu belakang maupun ke rambu
muka.

Kesalahan-kesalahan dalam pengukuran sipat datar


Dalam melakukan pengukuran sipat datar ada beberapa macam kesalahan yang timbul dan
penyebabnya antara lain :
1. Kesalahan pada alat ukur :
a) Sumbu tegak instrumen tidak tegak. Untuk mengantisipasinya buat sumbu tegak benar-
benar vertikal terlebih dahulu sebelum mulai pengukuran.
b) Garis arah nivo tidak sisiku-siku pada sumbu tegak
c) Garis bidik tidak sejajar dengan garis arah nivo. Kesalahan ini dapat dihilangkan dengan
cara melakukan pengecekan kemiringan garis bidik alat ukur sipat datar
d) Pada pengukuran sipat datar memanjang, kesalahan pengukuran beda tinggi titik akhir dan
awal dihilangkan dengan membuat jumlah jarak ke belakang sama dengan jarak ke muka
(Σdb = Σdm)
e) Kesalahan pada rambu, yaitu kesalahan garis nol yang disebabkan karena ujung rambu
sudah aus dn panjang rambu tidak standar. Pengaruh kesalahan titik nol rambu dapat
dihilangkan dengan perpindahan sistem loncat dan banyak slag yang genap.

2. keadaan alam
a) karena melengkungnya permukaan bumi. Pengaruh ini dapat dihilangkan dengan
menempatkan alat di tengah-tengah antara dua titik yang diukur
b) karena refraksi atau melengkungnya sinar cahaya

12
c) karena temperatur, mengakibatkan pemuaian pada bagian alat sipat datar sehingga dapat
mengakibatkan perubahan terhadap hasil pengaturan alat. Untuk menghilangkan
pengaruh temperatur, setiap kali melakukan pengukuran alat harus dipayungi
d) kondisi tanah yang lembek, menyebabkan rambu ukur danstatip melesak masuk ke dalam
tanah sehingga hasil pembacaan selalu terlalu besar angkanya. Untuk menghilangkan
pengaruh ini,rambu ukur ditempatkan pada landasan yang stabil dan pengukuran
dilakukan dengan cara dua kali berdiri alat (double stand)
e) karena bergetarnya udara. Kesalahan ini tidak dapat dihilangkan dan untuk
menghindarinya jangan melakukan pengukuran waktu terik panas matahari.

3. kesalahan yang disebabkan pengukur


a) karena kelelahan mata. Mengukur sebaiknya tidak dengan satu mata karena mata akan
cepat lelah sehingga menyebabkan kesalahan dalam pembacaan rambu
b) posisi rambu tidak tegak waktu dilakukan pembacaan sehingga angka yang terbaca lebih
besar. Oleh karena itu pada waktu mengukur posisi tegaknya rambu dikontrol oleh juru
ukur
c) kesalahan mencatat. Setiap melakukan pencatatan angka yang akan dicatat sebaiknya
disebut ulang dn diperiksa kembali.

● Pengecekan garisk bidik


Pelaksanaan pengukuran untuk mengecek garis bidik
● Tentukan dua titik di lapangan denan jarak tertentu pada daerah yang relatif datar dan
tandai dengan paku seng atau patok, kemudian beri tanda A dan B
● Rambu ukur ditegakkan pada kedua titik tersebut
● Tentukan arah pengukuran dari A (belakang) ke B (muka)
● Pengecekan garis bidik dapat dilakukan dengan 3 posisi kedudukan alat.

Posisi pertama :
Pertama kali alat diletakkan dekat dengan rambu A lalu bidik rambu di titik A kemudian
dipindahkan dekat denga rambu B dan membidik rambu di titik A dan B seperti yang terlihat
pada gambar 11 di bawah ini.

13
Gambar 11. pengecekan garis bidik posisi pertama

Posisi kedua :
Pertama kali berdiri alat diletakkan di antara rambu A dan rambu B lalu membidik rambu di titik
A dan B. kemudian dipindahkan ke muka rambu B dan membidik rambu di titik A dan B seperti
yang terlihat pada gambar 12 di bawah ini

Gambar 12. Pengecekan garis bidik posisi kedua

Posisi ketiga :
Pertama kali berdiri alat diletakkan di belakang rambu A lalu membidik rambu di titik A dan B,
kemudian diletakkan di muka rambu B dan membidik rambu di titik A dan B seperti
yang terlihat pada gambar 9 di bawah ini.
14
Gambar 9. Pengecekan garis bidik posisi ketiga
Kesalahan garis bidik ( C ) dapat dihitung menggunakan rumus :

Bila C = 1 mm/m berarti setiap jarak alat ke rambu 1 m, kesalahan yang terjadi sebesar 1 mm.

c. Rangkuman 2
Pengukuran pesawat penyipat datar harus melalui beberapa tahapan yaitu setting pesawat
penyipat datar, penetapan metode pengukuran, dan pembacaan rambu. Setting alat meliputi
centering optis di atas statip dengan indikator menggunakan gelembung nivo. Metode
pengukuran bisa menggunakan metode sipat datar memanjang atau keliling.

d. Tugas 2
1. Bagaimana cara setting pesawat penyipat datar ?
2. Sebutkan syarat – syarat pengukuran sipat datar ?

e. Tes Formatif 2
1. Gambarkan posisi penempatan rambu ukur dan pesawat penyipat datar pada pengukuran sipat
datar ?
15
2. Tuliskan rumus untuk mengetahui kesalahan garis bidik ?

g. Kunci jawaban formatif 2


1. Gambar posisi pesawat penyipat datar dan rambu dalam pengukuran penyipat datar
adalah sebagai berikut :

2. Rumus untuk mengetahui kesalahan garis bidik adalah sebagai berikut :

h. Lembar Kerja 2
i. Alat dan Bahan :
a. Alat Ukur Waterpass Sokkia Level B20/B21
b. Rambu Ukur
c. Statip
d. Payung
e. Patok
f. Clipboard
g. Alat Tulis
h. Lembar Kegiatan
i. Kalkulator

16
j. Keselamatan Kerja
a. Tancapkan statip ke tanah dengan kuat dan dilakukan dengan baik serta sekrup
ketiga
kaki harus cukup kencang
b. Selama pengukuran alat dipayungi untuk menghindari panas matahari

k. Langkah Kerja
a. Menyiapkan alat dan bahan
b. Memasang patok pada titik yang telah ditentukan
c. Memasang statip pada titik yang telah ditentukan
d. Setting Waterpas Sokkia Level B20/B21 di atas statip
e. Memasang rambu ukur pada patok
f. Membidik rambu ukur menggunakan Waterpas Sokkia Level B20/B21
g. Mencatat pengukuran pada lembar kegiatan
h. Melepas Alat Ukur Waterpas dan statip
i. Memindahkan pesawat Waterpas dan statip ke kitik berikutnya dan ulangi
langkah 4 hingga 7

LEMBAR KEGIATAN HASIL PRAKTIKUM


PENGUKURAN MENYIPAT DATAR MEMANJANG
Benang Atas (BA)
Benang Tengah (BT) (Meter) Benang Bawah (BB)
No.Titik
BT = BA + BB/2 (Meter)
Belakang Muka Belakang Muka

17

Anda mungkin juga menyukai

  • Hand Ou1
    Hand Ou1
    Dokumen2 halaman
    Hand Ou1
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Evaluasi Ilmu Bahan Galian
    Evaluasi Ilmu Bahan Galian
    Dokumen16 halaman
    Evaluasi Ilmu Bahan Galian
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Kristal
    Kristal
    Dokumen27 halaman
    Kristal
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • BROSUR
    BROSUR
    Dokumen2 halaman
    BROSUR
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Contoh Soal
    Contoh Soal
    Dokumen3 halaman
    Contoh Soal
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Genesa Endapan Sekunder1
    Genesa Endapan Sekunder1
    Dokumen7 halaman
    Genesa Endapan Sekunder1
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Genesa Endapan Primer1
    Genesa Endapan Primer1
    Dokumen30 halaman
    Genesa Endapan Primer1
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Waktu Geologi
    Waktu Geologi
    Dokumen6 halaman
    Waktu Geologi
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Genesa Endapan Primer
    Genesa Endapan Primer
    Dokumen29 halaman
    Genesa Endapan Primer
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Genesa Endapan Sekunder
    Genesa Endapan Sekunder
    Dokumen8 halaman
    Genesa Endapan Sekunder
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Tambang Terbuka
    Tambang Terbuka
    Dokumen34 halaman
    Tambang Terbuka
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Geologi
    Geologi
    Dokumen21 halaman
    Geologi
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Evaluasi Ilmu Bahan Galian
    Evaluasi Ilmu Bahan Galian
    Dokumen16 halaman
    Evaluasi Ilmu Bahan Galian
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Geologi
    Geologi
    Dokumen14 halaman
    Geologi
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • WAKTU GEOLOGI Absolut
    WAKTU GEOLOGI Absolut
    Dokumen19 halaman
    WAKTU GEOLOGI Absolut
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Waktu Geologi Absolut
    Waktu Geologi Absolut
    Dokumen19 halaman
    Waktu Geologi Absolut
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Tambang Terbuka
    Tambang Terbuka
    Dokumen34 halaman
    Tambang Terbuka
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Waktu Geologi Absolut
    Waktu Geologi Absolut
    Dokumen19 halaman
    Waktu Geologi Absolut
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Jenis - Jenis Peta
    Jenis - Jenis Peta
    Dokumen18 halaman
    Jenis - Jenis Peta
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Geologi, Pembentukan Bumi Dan Geosfera
    Geologi, Pembentukan Bumi Dan Geosfera
    Dokumen9 halaman
    Geologi, Pembentukan Bumi Dan Geosfera
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Jenis - Jenis Peta
    Jenis - Jenis Peta
    Dokumen16 halaman
    Jenis - Jenis Peta
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Geologi
    Geologi
    Dokumen14 halaman
    Geologi
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Metode Eksploras Langsung
    Metode Eksploras Langsung
    Dokumen13 halaman
    Metode Eksploras Langsung
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Geologi
    Geologi
    Dokumen14 halaman
    Geologi
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • KISI Psikomotor
    KISI Psikomotor
    Dokumen6 halaman
    KISI Psikomotor
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Pengembangan Tes Psikomotor
    Pengembangan Tes Psikomotor
    Dokumen4 halaman
    Pengembangan Tes Psikomotor
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Labsheet 1
    Labsheet 1
    Dokumen5 halaman
    Labsheet 1
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Membaca Rambu Ukur
    Membaca Rambu Ukur
    Dokumen2 halaman
    Membaca Rambu Ukur
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat
  • Job Sheet
    Job Sheet
    Dokumen3 halaman
    Job Sheet
    Anonymous qjyNeyBHS
    Belum ada peringkat