Anda di halaman 1dari 6

1.

Menurut WHO, 2020, Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARSCoV-2).
Virus dan penyakit ini belum diketahui sebelum adanya wabah yang muncul pertama
kali di Wuhan, Cina pada Desember 2019. Penyakit ini awalnya bernama novel
coronavirus (2019-nCov) kemudian WHO pada 11 Februari 2020 mengumuman nama
baru penyakit ini menjadi Coronavirus Desease (COVID-19).
2. Infeksi Coronavirus lebih sering terjadi pada musim dingin dan semi. Hal ini juga
berkaitan dengan agresivitas perpindahan populasi. Selain itu, terkait dengan
karakteristik Coronavirus yang lebih menyukai suhu dingin dan kelembaban yang tidak
terlalu tinggi. (Harapan et al, 2020)
3. Pada pasien kanker diasosiasikan dengan reaksi imunosupresif, sitokin yang berlebihan,
supresi induksi agen proinflamasi, dan adanya gangguan maturasi sel dendritic
sehingga mempermudah coronavirus berkembang (Xia, 2020).
4. Untuk pasien yang memenuhi kriteria diagnostik, pengujian SARS-CoV-2 dapat
dilakukan dengan pengumpulan spesimen dari saluran pernapasan atas (swab
nasofaring dan orofaring) dan jika mungkin, saluran pernapasan bagian bawah dengan
spesimen dari dahak, aspirasi trakea, atau Lavage Bronchoalveolar (BAL) (Harapan et
al, 2020).
5. Komplikasi COVID-19 mencakup gangguan fungsi jantung, otak, paru-paru, hepar, ginjal, dan
sistem koagulasi.Menurut Parasher (2020), komplikasi pulmonal yang sering terjadi pada
COVID-19 adalah sindrom distres pernapasan akut (ARDS) dan emboli paru sedangkan
komplikasi ekstrapulmonal yang sering terjadi adalah sepsis,DIC,gagal hepar, dan gagal
ginjal akut.
6. Leukosit dapat ditemukan meningkat, kadar limfosit dan trombosit ditemui menurun
karena kerusakan T Limfosit akibat badai sitokin yang terjadi sehingga permeabilitas
kapiler alveolar meningkat dan terjadi udem intersisial (Endeman et al, 2020, Jeon et
al, 2020).
7. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan diantaranya pemeriksaan radiologi: foto
toraks, CT-scan toraks dan USG toraks. Pada pencitraan dapat menunjukkan: opasitas
bilateral, konsolidasi subsegmental, lobar atau kolaps paru atau nodul, tampilan
groundglass (Cheng et al., 2020)

8. Gibson (2020) melaporkan bahwa ARDS berkembang pada 42% pasien yang menderita
COVID-19 di Singapura.Pada studi kohort yang dilakukan oleh Arecent (2020) didapatkan
data bahwa sebanyak 85% pasien ICU dengan COVID-19 memenuhi definisi Kriteria Berlin
untuk ARDS.
9. Dalam kasus-kasus parah, COVID-19 dapat diperburuk dengan ARDS (WHO, 2020).
ARDS berkembang pada 42% pasien yang menderita COVID-19. ARDS muncul pada hari
ke-8 intubasi setelah timbulnya gejala pada pasien di Singapura. Hal ini sejalan dengan
laporan sebelumnya bahwa ARDS muncul pada hari ke 8 atau 9 setelah timbulnya
gejala
10. Emboli paru merupakan komplikasi yang umum terjadi pada pasien yang mengalami
COVID-19 dengan gejala berat dan juga dapat menyebabkan kematian secara tiba-tiba
(Desai et al,2020).

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional yang dilakukan di


RSUP H. Adam Malik Medan selama enam bulan. Data terkumpul ditabulasi
menggunakan program perangkat lunak statistik SPSS versi 22.0 dan disajikan dalam
bentuk distribusi frekuensi. Kriteria inklusi penelitian ini mencakup seluruh pasien
berusia 18 tahun atau lebih yang terkonfirmasi positif COVID-19 berdasarkan hasil RT-
PCR. Pasien yang intoleran terhadap efek samping regimen pengobatan, adanya
gangguan kesadaran atau mental organik selama pengobatan, dan riwayat penyakit
komorbid dieksklusikan dari penelitian ini.
Tabel 4.1 Karakteristik Sampel Penelitian

Karakteristik N %
Jenis Kelamin
Laki-laki 44
Perempuan 42 48.8
Usia
18-40 tahun 27 31.4
41-60 tahun 36 41.9
>60 tahun 23 26.7
Gejala Klinis yang Dominan
Demam 22 25.6
Batuk 18 20.9
Sesak napas 9 10.5
Nyeri otot 2 2.3
Nyeri tenggorokan 12 14.0
Anosmia 17 19.8
Konjungtivitis 1 1.2
Diare 5 5.8
Hasil Laboratorium
Hemoglobin
<12 g/dl 11 12.8
12-16 g/dl 64 74.4
>16 g/dl 11 12.8
Leukosit
<4000 /µl 7 8.1
4000-11000 /µl 14 16.3
>11000 /µl 65 75.6
Trombosit
<150.000 /µl 55 64.0
150.000-450.000 /µl 21 24.4
>450.000 /µl 10 11.6
NLR
>3,13 23 26.7
<3,13 63 73.3
D-dimer
<500 ng/ml 61 70.9
>500 ng/ml 25 29.1
CRP
<5 mg/l 64 74.4
>5 mg/l 22 25.6
Prokalsitonin
<0,5 ng/ml 68 79.1
>0,5 ng/ml 18 20.9
Ferritin
<15 ng/ml 11 12.8
15-150 ng/ml 64 74.4
>150 ng/ml 11 12.8
Komorbid
Keganasan (malignansi) 27 31.4
TB pulmonal 51 59.3
Obstruksi 8 9.3
X-Ray Toraks
Bronkopneumonia 58 67.4
Tidak 28 32.6
Luaran Rawatan
Sembuh (Perbaikan Klinis) 36 41.9
Sembuh (Dua kali hasil swab negatif) 31 36.0
Meninggal 19 22.1
Komplikasi Pulmonal
ARDS 55 64
Gagal Napas Akut 33 36

Kesimpulan: Komplikasi pulmonal terbanyak yang dilaporkan dalam penelitian ini adalah
sindrom distres pernapasan akut (ARDS) dan gagal napas akut.
According to WHO, 2020, Coronavirus Disease 2019 (COVID-
19) is an infectious disease caused by Severe Acute Respiratory
Syndrome Coronavirus 2 (SARSCoV-2). This virus and disease
were not known before the outbreak that first appeared in
Wuhan, China in December 2019. This disease was originally
called the novel coronavirus (2019-nCov) then WHO on 11
February 2020 announced the new name of this disease as
Coronavirus Disease (COVID-19).
Coronavirus infection is more common in winter and spring.
This is also related to the aggressiveness of population
movements. In addition, it is related to the characteristics of the
Coronavirus which prefers cold temperatures and humidity that
are not too high. (Hope et al, 2020)
Cancer patients are associated with immunosuppressive
reactions, excessive cytokines, suppression of induction of
proinflammatory agents, and impaired dendritic cell maturation,
making it easier for the coronavirus to develop (Xia, 2020)
For patients who meet the diagnostic criteria, SARS-CoV-2
testing can be performed by collecting specimens from the upper
respiratory tract (nasopharyngeal and oropharyngeal swabs) and
if possible, lower respiratory tract with specimens from sputum,
tracheal aspiration, or bronchoalveolar lavage (BAL). (Hope et
al, 2020).
Complications of COVID-19 include impaired function of the
heart, brain, lungs, liver, kidneys and coagulation system.
According to Parasher (2020), pulmonary complications that
often occur in COVID-19 are acute respiratory distress
syndrome (ARDS) and pulmonary embolism while The most
common extrapulmonary complications are sepsis, DIC, hepatic
failure and acute renal failure.
Leukocytes can be found to be increased, lymphocyte and
platelet levels are found to decrease due to T lymphocyte
damage due to cytokine storms that occur so that alveolar
capillary permeability increases and interstitial edema occurs
(Endeman et al, 2020, Jeon et al, 2020).
Investigations that are carried out include radiological
examinations: chest X-ray, chest CT scans and thoracic
ultrasound. Imaging may show: bilateral opacity, subsegmental
consolidation, lobar or pulmonary collapse or nodules,
groundglass view (Cheng et al., 2020)
Gibson (2020) reports that ARDS develops in 42% of patients
suffering from COVID-19 in Singapore. In the cohort study
conducted by Arecent (2020) data shows that as many as 85% of
ICU patients with COVID-19 meet the Berlin Criteria definition
for ARDS.
In severe cases, COVID-19 can be made worse by ARDS
(WHO, 2020). ARDS developed in 42% of patients who had
COVID-19. ARDS appeared on the 8th day of intubation after
the onset of symptoms in a patient in Singapore. This is in line
with previous reports that ARDS appeared on days 8 or 9 after
the onset of symptoms
Pulmonary embolism is a common complication in patients
experiencing COVID-19 with severe symptoms and can also
cause sudden death (Desai et al, 2020)

Anda mungkin juga menyukai